PENDAHULUAN
Konteks Penelitian
Bagaimana menganalisis sistem pembagian warisan bagi umat Tionghoa Muslim di Kabupaten Jember dari sudut pandang hukum Islam. Mengetahui bagaimana menganalisis sistem pembagian warisan bagi umat Tionghoa Muslim di Kabupaten Jember dari sudut pandang hukum Islam. Hubungan Muslim Tionghoa dengan keluarganya (non-Muslim) dalam sistem pembagian warisan (studi pada Yayasan Haji Karim Oie).
Fokus Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Skripsi ini ditulis untuk kepentingan keilmuan khususnya dalam rangka pembinaan hukum keluarga, serta dapat memberikan wawasan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem waris umat Islam Tionghoa khususnya di Kabupaten Jember ditinjau dari hukum Islam dan menjadi syarat bagi mendapatkan sertifikat. gelar untuk peneliti mata kuliah Hukum Keluarga. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru khususnya bagi masyarakat Tionghoa yang menjadi mualaf (yang baru masuk Islam), khususnya yang berada di lingkungan keluarga dengan tradisi Tionghoa yang sangat kental. Dan dapat menjadi bahan rujukan IPS dalam melihat sistem pewarisan umat Islam Tionghoa di kabupaten tersebut dan sebagai bentuk upaya mencari kesesuaian sistem pewarisan tersebut dengan hukum perdata Islam, hukum perdata Barat, dan hukum adat Tiongkok.
Definisi Istilah
19 Dapat disimpulkan bahwa umat Islam adalah orang-orang yang tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum yang diberikan Allah kepadanya dalam bentuk Islam atau dalam arti lain mereka adalah orang-orang yang menganut agama Islam. 20. Tionghoa adalah sebutan bagi keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia, dimana mereka berasal dari dataran Tionghoa, khususnya dataran Ghuangdong, Hokkien dan Hainan (S.A Christian, 2017). 21. Hukum Islam : Hukum Islam adalah hukum yang dilaksanakan dalam agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dilaksanakan oleh orang yang memeluk Islam untuk kepentingan dunia dan akhirat22.
Sistematika Pembahasan
Pembagian pembahasan dalam penelitian ini sangat penting dalam pelaksanaan penulisan, juga bagi pembaca yang ingin memperhatikan agar mudah memahami permasalahan yang diteliti penulis, serta membentuk kerangka berpikir dalam penelitian. Kemudian, untuk memperjelas penelitian dan membentuk kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dituliskan definisi istilah-istilah dan sistematika pembahasannya. Bab kedua merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang terdiri dari penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teoritis terkait dengan “Sistem Warisan Muslim Tionghoa dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analitik Muslim Tionghoa di Kabupaten Jember)”.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Selain itu, penelitian Neng Emawati fokus pada komunitas Muslim Tionghoa dalam lingkup Yayasan. Berikut penelitian disertasi yang ditulis oleh Muhammad Zainul Faizin dengan judul Sistem Warisan Muslim Tiongkok dalam Perspektif Hukum Islam. Kemudian, penulis skripsi juga mencoba menganalisis status hubungan Muslim Tionghoa dalam rentang keluarga non-Muslim.
Kajian Teori
Oleh kerana harta pusakanya mula-mula dibahagikan kepada Ashabulu Furudhu, 41 yang termasuk dalam kalangan ahli waris yang mendapat pendamping seperti berikut; 42. budak lelaki. Ashabah bin Nafsi adalah ahli waris yang berhak menerima harta pusaka yang tinggal dengan sendirinya tanpa memerlukan ahli waris yang lain. Walau bagaimanapun, waris boleh menggunakannya dalam bentuk kerja pada harta pusaka untuk mengambil hasil daripadanya.
Jadi apabila menggunakan harta warisan dengan sistem kolektif, maka ahli waris mempunyai hak untuk menyetujui penggarapan harta tersebut. Dan hasil usaha yang diciptakan dengan harta warisan itu memenuhi kebutuhan masing-masing ahli waris yang berhak. Jadi harta warisan tidak dibagi kepada masing-masing ahli waris, melainkan diberikan langsung kepada anak sulung, baik laki-laki maupun perempuan.
Asas individual adalah asas dimana harta warisan dalam hukum Islam mempunyai status harta warisan sebagai milik pribadi sepenuhnya dari ahli waris yang sah. Sebelum pembagian warisan dalam Islam dilakukan, ada beberapa keadaan yang memungkinkan adanya akses untuk memastikan bahwa ahli waris berhak menerima warisan dari seseorang yang telah meninggal. 54 Pasal 173, Bab II Buku Warisan II, Hukum Waris, Kumpulan Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Warisan dan Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 50.
Terakhir, ahli waris yang berbeda keyakinan dan ahli waris yang beragama Islam tetap mendapat warisan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Subyek Penelitian
Oleh karena itu, peneliti memulai penelitian ini karena ketertarikan dan ingin menganalisis sistem pewarisan umat Islam Tionghoa di wilayah Jember dari sudut pandang hukum Islam. Dalam penelitian ini data primer yang akan penulis cari dan peroleh adalah data yang diperoleh dari responden, kuisioner dan data wawancara dari sumber. Dan fokus pengambilan data ini diambil dari etnis Tionghoa Muslim yang tinggal di keluarga Tionghoa non-Muslim di Kabupaten Jember.
Serta fokus mengumpulkan data primer dari responden Komunitas Islam Tionghoa Jember yang tergabung dalam PITI di Kabupaten Jember. Yang berupa; Publikasi yang berkaitan dengan Muslim Tionghoa di Kabupaten Jember atau pada umumnya dokumentasi dan lain sebagainya. Merupakan materi yang memberikan panduan mengenai sumber data primer dan sekunder serta sumber data yang tidak berkaitan.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara atau wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi verbal untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.65. Wawancara sangat diperlukan dalam pengumpulan data dan informasi dengan sistem tanya jawab dua pihak atau lebih yang dilakukan secara sistematis dengan pertanyaan disusun berdasarkan tujuan penelitian. Artinya dalam pengumpulan data melalui wawancara, pewawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan menjawab permasalahan yang muncul.
Dalam melakukan wawancara ini, peneliti akan mengambil sampel Muslim Tionghoa yang masuk Islam atau keturunan Islam yang berada di lingkungan keluarga Tionghoa baik di komunitas PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) maupun di luar PITI Kabupaten Jember. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencatat data-data yang ada melalui dokumen-dokumen, seperti buku, jurnal ilmiah lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian. 66 Pengumpulan data melalui dokumentasi Dalam penelitian ini dapat mengambil data-data yang dicatat atau didokumentasikan pada komunitas PITI di Kabupaten Jember.
Analisis Data
Pada tahap awal ini, setelah memperoleh data menyeluruh dari lapangan tentang masyarakat Tionghoa, peneliti langsung memilih data utama dan memusatkan perhatian pada hal-hal terpenting dalam catatan yang diperoleh dari lapangan, yang selanjutnya akan diinterpretasikan untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh informan. . Karena jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, maka penyajian datanya biasanya dilakukan dalam bentuk deskriptif. Penyajian data ini dimaksudkan agar temuan di lapangan dapat diinterpretasikan secara mendalam dalam analisis masalah yang diteliti dan untuk memahami apa yang terjadi serta perencanaan tahap selanjutnya berupa kesimpulan berdasarkan apa yang dipahami. Oleh karena itu, langkah ini merupakan langkah terakhir dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian. 69 Pada tahap ini peneliti memberikan interpretasi dan jawaban terhadap rumusan.
Keabsahan Data
Tahap-tahap Penelitian
Tidak semua umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember terhimpun dalam komunitas Persatuan Islam Tionghoa Indonesia di Kabupaten Jember. Hal inilah yang menimbulkan kesimpangsiuran atau lebih tepatnya ketidakpastian hukum bagi umat Tionghoa yang beragama Islam di Kabupaten Jember terkait pembagian harta warisan. Melihat ciri-ciri umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember yang sangat moderat dan tidak memihak pada pendapat tertentu, membuat umat Islam Tionghoa lebih leluasa melakukan perpecahan.
Oleh karena itu, berbagai strategi dilakukan oleh umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember untuk membagi harta warisannya. Kedua, pembagian warisan yang dilakukan oleh mualaf Tionghoa kepada keluarga non-Muslim, yaitu mengikuti keputusan kepala keluarga. Jika dilihat dari nilai-nilai dasar yang dianut umat Islam Tionghoa tentang pembagian harta warisan, serupa dengan hukum Islam.
Islam sendiri juga memiliki kemiripan dengan sistem yang dianut oleh umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember. Namun yang berbeda dari sebaran Muslim Tionghoa di Kabupaten Jember yang mengikuti adat Tionghoa adalah pembagian hak yang dimiliki oleh ahli waris. Sehingga dibandingkan dengan adat istiadat yang dianut oleh umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember, hukum Islamnya lebih kompleks.
Oleh karena itu, dalam proses penjelasan temuan di bidang ini mengenai sistem pewarisan umat Islam Tionghoa di wilayah Jember erat kaitannya dengan rujukan hukum Islam di Indonesia yaitu Kumpulan Hukum Islam. Dimana umat Islam Tionghoa membagi warisan hukum positif dengan menggunakan hukum Islam di Indonesia melalui pengadilan agama. Sistem Warisan Umat Islam Tionghoa dalam Perspektif Hukum Islam Praktik pembagian warisan yang dilakukan oleh umat Islam Tionghoa di wilayah Jember mempunyai realitas hukum yang perlu diselesaikan.
PEMBAHASAN
PENUTUP
Simpulan
Sejauh yang kita ketahui, umat Islam Tionghoa mempunyai konflik hukum dalam penerapan hukum waris. Yaitu Tionghoa Muslim yang berada di lingkungan keluarga Muslim dan Tionghoa Muslim yang berada di lingkungan keluarga non-Muslim. Yang pertama adalah warga Tionghoa yang beragama Islam yang hidup dalam keluarga yang beragama Islam, sehingga pewarisannya diberlakukan dengan menggunakan hukum waris Islam.
Pertama, jika dilihat dari nilai-nilai dasar yang mereka gunakan mempunyai kesamaan dan sejalan dengan syariat Islam yaitu menjaga generasi penerusnya terutama laki-laki, oleh karena itu seluruh harta warisan lebih banyak diperuntukkan kepada laki-laki. Di Jember, laki-laki dan perempuan juga menerima jumlah yang sama, namun porsinya lebih besar bagi laki-laki. Ketiga, kendala yang dihadapi umat Muslim Tionghoa Jember jika tetap membagi harta warisannya dengan keluarga non-Muslim adalah tidak sahnya harta warisnya.
Saran-saran
Menurut pendapat pribadi penulis, hal ini terutama berlaku pada permasalahan yang dihadapi oleh Muslim Tionghoa yang tinggal di keluarga non-Muslim. 96 Pasal 183, Bab III Jumlah Kebahagiaan, Hukum Waris, Kumpulan Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Warisan dan Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 54. Pasal 171 huruf a tentang ketentuan umum hukum waris , Kumpulan Hukum Islam (Perkawinan, Warisan dan Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 50.
Huruf c Pasal 171 jo ketentuan umum hukum waris, Kumpulan Hukum Islam (hukum perundang-undangan, hukum waris, dan hukum wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 50. Huruf e Pasal 171 juncto pada ketentuan umum hukum waris, Kumpulan Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Warisan dan Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 50. Pasal 173 Bab II tentang Ahli Waris, Buku II, Hukum Waris, Koleksi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Warisan dan Hukum Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 50.
Pasal 183 Bab III Besaran Kebahagiaan, Hukum Waris, Kompilasi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Hukum Waris dan Hukum Wakaf), (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2017), 54. Peneliti : kalau melihat hukum Islam itu sendiri dengan memperhatikan menurut hukum waris, harus sudah terdiri atas pembagiannya masing-masing. Namun melihat situasi dan keadaan dalam keluarga juga berarti menciptakan perpecahan sesuai dengan syariat Islam.
Ahmad Shidiq Jember sebagai bahan untuk skripsi yang berjudul: Sistem Warisan Muslim Tionghoa Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analitik Umat Islam Tionghoa di Kabupaten Jember) Demikianlah surat pernyataan ini telah disiapkan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Mereka ingin melakukannya dengan cara mereka sendiri, ya saya melakukannya sesuai hukum Islam. Dan saya bersekolah di sekolah islam, namun saat saya kelas 3 SD saya ada konflik di sekolah dengan teman-teman saya terutama konflik perbedaan dan mereka kurang menghargai saya.