• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MENGHAFAL CEPAT AL-QURAN 40 HARI UNTUK 30 JUZ (Studi di Ma’had Tahfidz al-Quran di Dawuhan Purbalingga)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM MENGHAFAL CEPAT AL-QURAN 40 HARI UNTUK 30 JUZ (Studi di Ma’had Tahfidz al-Quran di Dawuhan Purbalingga)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

Menghafaz adalah salah satu cara paling klasik untuk mengekalkan ilmu, termasuk mengekalkan al-Quran. Berhubung dengan memelihara al-Quran, Allah SWT telah berjanji untuk memelihara al-Quran sebagaimana QS.15: 9. Tradisi menghafaz al-Quran telah diamalkan antara generasi dan generasi umat Islam.

3 Setiyo Purwanto, “Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan dengan kecepatan belajar menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Kapyak Yogyakarta”, dalam Shuhuf h. Lukman Hakim di Surabaya dan pesantren lain di Jawa Timur dan Jawa Barat berusaha mendidik para santrinya untuk dapat meneruskan tradisi menghafal Al Quran. Uniknya, ma'had (Internet Islam) ini rutin menerima santri yang akan dididik selama 40 hari menyelesaikan (diploma) dengan menghafal 30 juz Al-Qur'an.

Menurut cerita pendiri Ma'had, pengasuh di Ma'had memiliki pengalaman dalam menghafal Al-Qur'an dengan cepat.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Wiradesa Pekalongan memiliki program tahfidz al-Quran dengan tujuan menghafal 3 juz yaitu juz 30, 29 dan 28. Selanjutnya penelitian Mustafa & Basri berjudul, “Studi Pendahuluan Hafalan Al Quran Mobile Untuk Pembelajaran Remote Education Teknologi RFID : Quiz as Study Case”, dalam Global Conference on Language Practice & Information Technology, Juni 2014, menulis tentang perkembangan teknologi terkait dengan hafalan Al-Qur'an, khususnya bagi para siswa “terpencil”. Hal ini berbeda dengan penelitian Purwanto yang berjudul, “Hubungan Daya Ingat dan Kecerdasan dengan Kecepatan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta” dalam Suhuf, Vol.

1 Mei Studi ini menunjukkan bahwa ingatan jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap kecepatan menghafal Al-Qur'an. Hamidah at.al dalam artikelnya “Penerapan Pendekatan Stakeholder dalam Menyusun Indikator Akuntabilitas Pusat Tahfiz” di Prosiding. Sofa Rifa’i Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Buaran Al-Qur’an menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa syarat yang harus dimiliki oleh calon penghafal adalah niat yang tulus dari calon penghafal tersebut. ;

Sedangkan metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an adalah metode vehde, metode murajah, metode deposisi dan metode takrier.

Metode Penelitian

Dengan demikian, penelitian ini menggunakan etnometodologi, dimana metode ini digunakan sebagai metode untuk mendeskripsikan bagaimana perilaku sosial subjek dalam merespon masalah (perilaku budaya), apa yang diyakini dan diketahuinya (termasuk ideologi) (pengetahuan budaya) dan apa yang dilakukan dan ( artefak budaya) digunakan oleh peneliti sebagaimana adanya di mata peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, penelitian ini berusaha memahami bagaimana subjek memandang, menginterpretasikan, dan menggambarkan tatanan kehidupan mereka sendiri. Dimensi konseptual metodologis yang digunakan dalam penelitian ini, bersifat etnografis, cenderung menggunakan induksi-generatif-konstruktif.

Artinya, penelitian ini mengarah pada penemuan konstruk (terkait dengan pemahaman konsep khususnya terkait tradisi kematian) dan penemuan preposisi (pernyataan sebagai teori) dengan menggunakan data sebagai bukti. Dalam penerapannya, peneliti mengidentifikasi subjek penelitian dengan karakteristik tertentu, misalnya seseorang yang berpengalaman dalam berdialog tentang masalah penelitian. Kegiatan ini dapat digunakan untuk memecahkan kebekuan pemahaman maksud masing-masing sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dari subjek tanpa dicurigai.

Studi Dokumentasi, yang digunakan untuk memperoleh data pendukung seperti nama-nama anggota, tingkat keterlibatan dalam kegiatan -.

Sistematika

Satu “kasus empiris” dapat merangsang pengembangan konsep abstrak yang luas dan memungkinkan untuk melihat relevansi satu empiris dengan yang lain yang tergabung dalam konsep abstrak baru yang dibangun oleh peneliti.

MENGHAFAL AL-QUR’AN DAN TEORI MENGINGAT DALAM

Seni Menghafal: Mnemonic, Method of Loci, dan The Art of Memory

Ketiga istilah ini terkait, yaitu mnemonik, metode lokasi, dan seni ingatan. Joan Rubin dan Irene Thompson tidak memasukkan metode lokus dalam jenis perangkat mnemonik. Seni ingatan adalah penggunaan kemampuan untuk mengingat sesuatu dan didasarkan pada metode lokasi.

Seni Memori adalah tentang penggunaan ruang untuk mengingat sesuatu dan sebenarnya didasarkan pada metode lokus. Teknik mnemonik ini digunakan oleh ahli retorika kuno dan kemudian orator sampai penemuan pers.30 Menurut Cicero, memori seni pertama kali dilakukan oleh seorang penyair bernama Simonides. Sistematisasi dalam pikiran dengan mengasosiasikan inilah yang dikenal sebagai seni ingatan.

Seni memori klasik (seperti yang dipraktikkan oleh Semonides) dikembangkan lebih lanjut pada Abad Pertengahan dalam pola Aristoteles.

Teori Asosiasi dan Mnemonic

Namun lama kelamaan tradisi ini luntur dengan ditemukannya alat tulis (printer) yang bisa digunakan untuk “merekam”. Sedangkan simbol sosial atau simbol fisik seperti sorban, peci, jam tangan, anting-anting, sepatu dan lain-lain. Ketika proses rangsangan berhenti, begitu juga dengan gerakan fisik, dan kita dibiarkan dengan proses lanjutan yang disebut khayalan (kenangan).

Dia memberi para peneliti serangkaian suku kata yang tidak masuk akal, seperti pep, tet, det, dan sebagainya. Suku kata yang tidak berarti ini lebih sulit untuk diingat daripada kata-kata yang bermakna, kata Ebbinghaus. Oleh karena itu, suku kata yang tidak berarti sangat cocok untuk mengukur ingatan seseorang.

Dari hasil eksperimennya, Ebbinghaus sampai pada kesimpulan bahwa jumlah suku kata yang terlupakan jauh lebih tinggi ketika peneliti baru mempelajari suku kata tersebut, dibandingkan dengan mereka yang mempelajarinya dalam waktu yang lama. Bagi Thorndike, ada 3 (tiga) hal yang dapat mengefektifkan suatu pergaulan, yaitu hukum kesiapsiagaan, hukum praktik, dan hukum akibat. Thorndike berpendapat bahwa untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, orang tersebut harus bersedia menerima apa yang diajarkan.

Jadi, ketika pada kesempatan lain orang tersebut dihadapkan pada situasi yang sama, mereka cenderung mengulangi perilaku yang sebelumnya membuat mereka puas. Sebaliknya, perilaku terkait yang tidak membawa kepuasan dalam kondisi tertentu akan berarti bahwa pada kesempatan lain orang akan lebih sulit memperhatikan perilaku aslinya. Bagi Zohar dan Marshall, pemikiran dan budaya asosiatif ini berasal dari otak manusia, yang dapat menciptakan koneksi saraf baru.

Struktur otak yang digunakan untuk berpikir asosiatif adalah jaringan saraf.38 Dalam membahas pemikiran asosiatif ini, Zohar dan Marshall memperkuat teori ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pavlov dengan teori pengkondisiannya. Dalam konteks ini, beberapa mnemonik memiliki kesamaan dengan teori asosiasi yaitu fungsi korteks serebral dalam merespon informasi yang kemudian “diikat” dan siap dipanggil kembali.

MA’HAD TAHFIDZ AL-QURAN DAWUHAN

Struktur Pengurus Yayasan Nurul Iman

Struktur Pengelola Griya Tahfizhul Qur’an Al Husainiy

  • Kriteria Calon Santri
  • Proses Rekruitmen Peserta Dauroh
  • Teknik Pendampingan Hafan dan Murajaah di Luar Kelas

Masukan siswa terhadap sistem pembelajaran hafalan Alquran di Griya Tahfidz al-Quran Al-Husainiy di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga tergolong unik dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal. Sebanyak 40 santri dalam proses ini lebih tepatnya disebut sebagai “peserta duroh” penghafal Al Quran di Griya Tahfidz al-Quran Al-Husainiy Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga. Pengelola Griya Tahfidzul Qur'an Al Husainiy akan mengkaji secara khusus alasan seseorang mengikuti siklus tersebut.

Adanya hafalan yang dimiliki peserta menandakan bahwa calon peserta memang pernah membaca dan menghafal Al-Qur’an sebelumnya. Peserta siklus hafalan Al-Qur'an 40 hari di Griya Tahfidzul Qur'an Al Husainiy harus mempersiapkan diri untuk mengkarantina diri selama 40 hari. Dalam sistem pengajaran hafalan Al-Quran di Griya Tahfidz al-Quran di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga menuntut siswa untuk memiliki pikiran yang terbuka, cerdas, memahami konsep, memiliki empati dan interaktif.

Demikian kriteria kelayakan yang diharapkan siswa dalam sistem pembelajaran menghafal Al-Qur'an di Griya Tahfidz al-Quran di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga. Proses rekruitmen santri sistem pembelajaran hafalan Quran di Griya Tahfidz al-Quran di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga dilakukan dengan sosialisasi melalui poster, pesan singkat, spandung, leaflet, whatsapp (WA) dan website (internet) . . Sistem pembelajaran menghafal Al-Quran di Griya Tahfidz al-Quran Desa Dawuhan Kecamatan Padamara.

Tujuan dari sistem pembelajaran hafalan Al-Quran di Griya Tahfidz al-Quran Al-Husainiy di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga ini agar peserta mampu menghafal Al-Quran dalam waktu 40 hari. Ustadz di Griya Tahfidz al-Quran Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga memiliki peran yang sangat penting dalam membantu penghafalan Al Quran melalui pengawasan dan pengendalian. Karena itu, aturan yang sangat disiplin dapat membentuk karakter dan kepribadian para peserta siklus hafalan Al-Quran 40 hari.

Tugas utama ustadz di Griya Tahfidz al-Qur'an Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga adalah agar peserta dapat menghafal Al-Qur'an dalam waktu 40 hari, yang dilakukan dengan cara mengkondisikan peserta untuk giat belajar, sehingga potensi diri (kognitif, afektif, dan konatif) dapat dimaksimalkan. Menerapkan sistem menghafal Al Quran di Griya Tahfidz al-Quran Al-Husainiy di Desa Dawuhan. Dari petikan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa program hafalan Al Quran 40 hari dilaksanakan di Griya Tahfidz al-Quran Al-Husainiy di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.

Pimpinan Griya Tahfidz al-Qur'an Al-Husainiy tidak memaksa peserta untuk menghafal seluruh Al-Qur'an selama 40 hari.

Tabel Rekam Hafalan 53
Tabel Rekam Hafalan 53

Output Pembelajaran

  • Sistem Evaluasi Pembelajaran Menghafal
  • Sistem Kelulusan

PENUTUP

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti merekomendasikan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai model sistem hafalan cepat Al-Qur'an urutan 30 juz dengan waktu 40 hari saja sebagai strategi belajar cepat. Selain itu, peneliti membuat rekomendasi melalui kajian yang relatif komprehensif, agar hasil penelitian ini menjadi bahan untuk memahami perbedaan persamaan dengan sistem hafalan yang ada di pondok pesantren di nusantara maupun di luar negeri. Ariffin at.al, "Teknik Efektif Menghafal Al-Qur'an, Kajian di Madrasah Tahfidz di Trengganu, Malaysia", dalam Middle-East Journal of Scientific Research.

Arifin, “Program Tahfidzul Qur’an di SDIT Center Fajrul Islam Wiradesa Pekalongan Jawa Indonesia”, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora hal. Mustafa & Basri, "Studi Pendahuluan Menghafal Mobile Quran untuk Pembelajaran Jarak Jauh Teknologi RFID: Quiz as a Case Study", dalam Global Conference on Language Practice and Information Technology, Juni 2014,. Setiyo Purwanto, “Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan dengan kecepatan belajar menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Kapyak Yogyakarta”, dalam Shuhuf h.

Gambar

Tabel Rekam Hafalan 53

Referensi

Dokumen terkait