• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi menghafal Al-Qur’an bagi siswa: Study kasus di rumah Tahfidz Daarul Qur’an Putra Kepanjen Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi menghafal Al-Qur’an bagi siswa: Study kasus di rumah Tahfidz Daarul Qur’an Putra Kepanjen Malang"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)STRATEGI MENGHAFAL AL-QUR‟AN BAGI SISWA (Studi Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang). SKRIPSI. Oleh: Kholidul Iman NIM 12110231. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG. 2016.

(2) STRATEGI MENGHAFAL AL-QUR‟AN BAGI SISWA (Studi Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI). Oleh: Kholidul Iman NIM 12110231. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016. ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) HALAMAN PERSEMBAHAN. Dengan memuji tiada henti pada Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dan Bersholawat atas Nabi Muhammad SAW dengan tulus hati skripsi ini kupersembahkan kepada: Orang Tuaku Abdul Rokhim dan Lilik Istiqomah sebagai pendidik pertama dan utama yang memberikan kasih sayang sejati yang tak pernah tergantikan dalam hidupku, terimakasih untuk cinta, kasih sayang dan doa yang telah bapak-ibu berikan. Saudara Ku Kakak-kakak ku yang bernama Dina Abdiatur Rohmah dan Ibnu Jihad sebagai saudara tersayang, dan adik-adik ku yang bernama Yaumul Khulud dan Muhammad Yahya sebagai saudara tercinta, semoga selalu diberikan cahaya iman yang senantiasa mengalir dalam jiwanya agar senantiasa diberikan keistiqomahan dalam belajar dan cinta dengan ulama‟ atau pondok pesantren Para Sahabat Sahabat CODDOD yang bernama Moh. Yamin, Alifi Romadloni, Joko Prasetyo, Nurul Jum‟ah Fathi Huballoh, M. Nashiruddain Al-Munir, dan Ramadhan Al-Ayubi yang telah menemaniku dalam menjalani perkuliahan dan memberikan warna dalam hidupku. Serta teman-teman Pondok Pesantren Anwarul Huda yang telah memberiku arti kebersamaan. Dan teman-temanku yang lain mulai kecil sampai saat ini, yang tak kan pernah terlupakan.. v.

(6) MOTTO.           Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar-Ra‟du : 11)1. 1. Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hlm.. 249.. vi.

(7) Dr. H. A. Fatah Yasin, M.Ag Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal Lamp. : Skripsi Kholidul Iman : 4 (Empat) Eksemplar. Malang, 07 Juni 2016. Yang Terhormat, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang di Malang Assalamu‟alaikum Wr.Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini : Nama : Kholidul Iman NIM : 12110231 Jurusan : PAI Judul Skripsi : Strategi Menghafal Al-Qur‟an bagi Siswa (Studi Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang) Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu‟alaikum Wr.Wb. vii.

(8) viii.

(9) KATA PENGANTAR. Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI MENGHAFAL AL-QUR‟AN BAGI SISWA (Studi Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang)‟‟ dengan baik. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah mengantarkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni dengan agama Islam dan syafaatnya yang selalu kita harapkan di hari akhirat nanti. Penulis menyadari bahwa pepatah “tak ada gading yang tak retak” masih terus berlaku mengiringi perjalanan hidup ini, maka karya ini adalah salah satu yang pantas untuk menyandangnya. Karena itu, dengan penuh ketulusan dan kesadaran, penulis mohon maaf bila dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan.. ix.

(10) Penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tiada lelah mencurahkan kasih sayangnya, motivasi, serta doa-doanya yang tak pernah henti demi kesuksesan anaknya. 2. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Bapak Dr. Marno M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Bapak Dr. H. A. Fatah Yasin, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan membimbing dengan kesabaran, keikhlasan dan ketelitian. 6. Semua staff dan karyawan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah mempermudah peneliti dalam mengurusi hal yang tekait dengan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan. x.

(11) skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang membaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya. Amiiin ya Robbal alamin.. Malang, 07 Juni 2016 Peneliti. Kholidul Iman 12110231. xi.

(12) PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : A. Huruf. ‫ا‬. =. a. ‫ز‬. =. z. ‫ق‬. =. q. ‫ب‬. =. b. ‫س‬. =. s. ‫ك‬. =. k. ‫ت‬. =. t. ‫ش‬. =. sy. ‫ل‬. =. l. ‫ث‬. =. ts. ‫ص‬. =. sh. ‫م‬. =. m. ‫ج‬. =. j. ‫ض‬. =. dl. ‫ن‬. =. n. ‫ح‬. =. h. ‫ط‬. =. th. ‫و‬. =. w. ‫خ‬. =. kh. ‫ظ‬. =. zh. ‫ه‬. =. h. ‫د‬. =. d. ‫ع‬. =. „. ‫ء‬. =. ,. ‫ذ‬. =. dz. ‫غ‬. =. gh. ‫ي‬. =. y. ‫ر‬. =. r. ‫ف‬. =. f. B. Vokal Diftong. C. Vokal Panjang. ‫أو‬. =. aw. Vokal (a) panjang = â. ‫أي‬. =. ay. Vokal (i) panjang = î. ‫أو‬. =. Û. Vokal (u) panjang = û. ‫إي‬. =. Î. xii.

(13) DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1 : Originalitas Penelitian……………………………………………9 2. Tabel 4.1 : Jadwal Kegiatan Santri…………………………………………59. xiii.

(14) DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I. : Bukti Konsultasi. LAMPIRAN II. : Surat Izin Penelitian dari Fakultas. LAMPIRAN III. : Surat Bukti Penelitian dari Instasi. LAMPIRAN IV. : Transkip Wawancara. LAMPIRAN V. : Dokumentasi Foto. LAMPIRAN VI. : Biodata Mahasiswa. xiv.

(15) DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i. HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii. HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... v. HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... vii SURAT PERNYATAAN ............................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ........................................ xii DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv DAFTAR ISI ................................................................................................... xv ABSTRAK ...................................................................................................... xix BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1. A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1. B. Fokus Penelitian ............................................................................... 7. C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7. D. Manfaat Penelitian............................................................................ 8. E. Originalitas Penelitian ...................................................................... 9. F. Definisi Istilah................................................................................... 11. G. Sistematika Pembahasan .................................................................. 12. xv.

(16) BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 14. A. Konsep tentang menghafal Al-Qur‟an ............................................. 14. 1. Pengertian menghafal Al-Qur‟an ............................................... 14. 2. Hukum menghafal Al-Qur‟an .................................................... 15. 3. Keutamaan menghafal Al-Qur‟an .............................................. 16. 4. Syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an ........................................... 18. 5. Petunjuk sebelum menghafal Al-Qur‟an .................................... 20. 6. Strategi menghafal Al-Qur‟an .................................................... 23. 7. Memelihara hafalan Al-Qur‟an .................................................. 32. B. Konsep Tentang Siswa ..................................................................... 37. 1. Pengertian peserta didik (siswa) ................................................. 37. 2. Kode etik peserta didik (siswa) ................................................. 38. 3. Tugas dan kewajiban peserta didik (siswa) ............................... 40. C. Kerangka Berfikir ............................................................................. 42. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 44. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 44. B. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 45. C. Lokasi Penelitian .............................................................................. 46. D. Data dan Sumber Data...................................................................... 47. E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 48. F. Analisis Data .................................................................................... 51. G. Prosedur Penelitian........................................................................... 53. xvi.

(17) BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ........................... 55. A. Paparan Data .................................................................................... 55. 1. Profil Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang. 56. a. Visi dan Misi Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Putra Kepanjen Malang ..................................... 56. b. Tujuan Rumah Tahfidz ...................................................... 57. c. Sasaran................................................................................ 57. d. Kegiatan ............................................................................. 58. e. Struktur Kepengurusan ....................................................... 60. f. Sarana.................................................................................. 61. B. Hasil Penelitian................................................................................. 62. 1. Strategi Menghafal Al- Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen .................................................. 62. 2. Strategi Menjaga Hafalan dalam Menghafal Al-Qur‟an bagi Siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen ......... 69. 3. Faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen .. 74. BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .......................................... 81. A. Strategi Menghafal Al- Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen .............................................................. 82. B. Strategi Menjaga Hafalan dalam Menghafal Al-Qur‟an bagi Siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen .................... C. Faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi. xvii. 83.

(18) siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen ...................... 85. BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 88. A. Kesimpulan ...................................................................................... 88. B. Saran ................................................................................................ 89. DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 90. LAMPIRAN-LAMPIRAN. xviii.

(19) ABSTRAK Iman, Kholidul. 2016. Strategi Menghafal Al-Qur‟an bagi Siswa (Study Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. A. Fatah Yasin, M.Ag. Al-Qur‟an merupakan kitab sempurna yang menjadi pedoman bagi umat manusia, sehingga menjadi kewajiban umat Islam untuk menjaganya, dengan salah satu upayanya adalah dengan menghafalnya. Menghafal kalamullah yang jumlahnya begitu banyak menurut akal sangat sulit menjalaninya. Apalagi bagi seorang santri yang merangkap sebagai siswa. Maka dari itu, Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang membuat strategi untuk memudahkan menghafal Al-Qur‟an bagi santri, khususnya bagi santri yang masih bersekolah Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang, (2) Untuk mendeskripsikan strategi menjaga hafalan dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang, (3) Untuk mendeskripsikan faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menganalisis data-data berupa kalimat atau kata. Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat studi kasus, karena peneliti melihat langsung masalah yang terdapat dalam lokasi dan memperhatikan keadaan yang diteliti. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data, dan penyajian kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa yang diterapkan di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang adalah strategi “tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal” dengan 2 bentuk pelaksanaan, yaitu: Membaca bin-nadzri sebelum setor tambahan, membaca 12 surat pilihan. (2) Strategi menjaga hafalan dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa yang diterapkan di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang adalah strategi “pengulangan ganda” dengan 2 bentuk pelaksanaan, yaitu: khataman tiap bulan, dan deresan wajib. (3) Faktor pendukung jalannya pelaksanaan strategi menghafal bagi siswa di RT daqu dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: Kesadaran diri, motivasi, cita-cita menjadi hafidz, dan lingkungan Kata Kunci: Strategi, Menghafal Al-Qur‟an, Siswa. xix.

(20) ABSTRACT Iman, Kholidul. 2016. The Strategy of Memorizing Al-Qur‟an for the students (A case study in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang). Thesis. Islamic Education Department. Faculty of Education and Teaching. Maulana Malik Ibrahim State Islamic University, Malang. Advisor: Dr. H. A. Fatah Yasin, M.Ag.. Al-Qur‟an is perfect holy book which becomes direction for human beings, so it is a compulsory for Moslem community to keep it, one of the efforts is by memorizing it. Memorizing kalamulloh in which the number is getting a lot is logically very difficult to do, moreover, for santri who are as student at once. Thus, Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang creates strategy to ease how to memorize Al-Qur‟an for santri, especially for those who are as students in formal school as well. This research is aimed: (1) to describe the strategy of memorizing AlQur‟an for the students in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang, (2) to describe the strategy of keeping what has been memorized for the students in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang, (3) to describe supporting factors on realization of memorizing Al-Qur‟an‟s strategy for students in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang. The method used in this research is descriptive qualitative methods to analyze data which is in the form of sentences or words. The kind of research used is cases study because the researcher observes directly to the problem emerges in the location and notices the condition researched. The technique to collect the data is observation, interview and documentation. The data is analyzed by collecting data, reducing data, displaying data and drawing conclusion. The result shows that: (1) the strategy of memorizing Al-Qur‟an applied for the students in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang is “not moving into the following verse before verse which is memorizing is really memorized well‟ with two realization forms: ”reading bin-nadzri before additional delivering, reading 12 choice surah. (2) the strategy of keeping what has been memorized for the students applied in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang is „double repeatition” with two realization forms: monthly khataman and deresan in a must. (3) Supporting factors on realization of memorizing Al-Qur‟an‟s strategy for students in Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang are influenced by 4 factors: self awareness, motivation, a dream to be hafidz, and environment. Key Words : strategy, memorizing Al-Qur‟an, students. xx.

(21) ‫مستخلص البحث‬ ‫إلايمان‪ ،‬خالد‪.6102 .‬إشتراجيجيا خفظ القزآن للخالميذ (الدراشت الحاليت في دار القزآن‬ ‫ّ ّ‬ ‫ؤلاشالميت‪ .‬كليت غلىم‬ ‫للزحال كيفاهجين بماالهق‪ .‬البدث الجامعي‪ .‬قصم حػليم الدينيت‬ ‫التربيت والخػليم‪ .‬حامػت مىالها مالك إبزاهيم ؤلاشالميت الحكىميت ماالهج‪.‬‬ ‫اإلاشزف ‪ :‬الدكخىر الحاج أ‪ .‬فخاح ياشين اإلااحصخير‪.‬‬ ‫القزآن هى الكخاب الكامل لخىحيه الناس البد هم يدفظىن إخدي منه خفظه‪.‬‬ ‫خفظ كالم هللا غدده كثير وخضػه للػقل صػبا‪ .‬ال ّ‬ ‫شيما الطالب في هفض الىقت منصب‬ ‫جلميذا‪ .‬لذلك‪ ،‬يكىن دار القزآن للزحال كيفاهجين بماالهق إشتراجيجيا لخيصير خفظ القزآن‬ ‫للطالب خصىصا للطالب يزال في اإلادرشت‪.‬‬ ‫ّأما أهداف البدث منها ‪ )0 :‬لىصف إشتراجيجيا خفظ القزآن للخالميذ في دار‬ ‫القزآن للزحال كيفاهجين بماالهق‪ )6 ،‬لىصف إشتراجيجيا جدفيظ خفظ القزآن في دار‬ ‫القزآن للزحال كيفاهجين بماالهق‪ )3 ،‬لىصف دغم الػامل الخنفيذ إشتراجيجيا خفظ‬ ‫القزآن للخالميذ في دار القزآن للزحال كيفاهجين بماالهق‪.‬‬ ‫إشخخدام طزيقت البدث الىصفي لخدليل البياهاث كالجملت أو الكلمت‪ .‬هىع البدث‬ ‫الدراشت الحاليت ألن يزي الباخث مباشزة اإلاشكالث التي جىحد فيه واهخمام ألاخىال‬ ‫اإلابدث‪ .‬أشلىب جدليل البياهاث منها ‪ :‬اإلاالخظت‪ ،‬واإلاقابلت‪ ،‬والىثائقيت‪ .‬جدليل البياهاث‬ ‫بجمؼ البياهاث‪ ،‬وجصييد البياهاث‪ ،‬وغزض البياهاث‪ ،‬وغزض اإلالخص‪.‬‬ ‫ظهز هخائج البدث أن ‪ )0‬جطبيق إشتراجيجيا خفظ القزآن للخالميذ في دار القزآن‬ ‫للزحال كيفاهجين بماالهق هى إشتراجيجيا ال جبديل في آلايت الخاليت قبل آلايت غالبا ما‬ ‫يدفظىن جماما بشكلين الخنفيذ منها ‪ :‬القزاءة النظزيت قبل مدفىع الزيادة‪ ،‬والقزاءة ‪06‬‬ ‫الصىرة اإلاخترة‪ )6 ،‬إشتراجيجيا جدفيظ خفظ القزآن في دار القزآن للزحال كيفاهجين‬ ‫بماالهق هى جكزار مزدوج بشكلين الخنفيذ منها‪ :‬خخم القزآن كل ثالثت أشهز ‪ ،‬والقزاءة‬ ‫ؤلالزاميت‪ )3 ،‬دغم الػامل الخنفيذ يخكىن من أربػت الػىامل منها‪ :‬الىاعي الذاحي‪ ،‬والدوافؼ‪،‬‬ ‫وطمىح لخصبذ خافظا‪ ،‬والبيئت‪.‬‬ ‫الكليمة الرئيسية ‪ :‬إشتراجيجيا‪ ،‬خفظ القزآن‪ ،‬الخالميذ‬. ‫‪xxi‬‬.

(22) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan setiap manusia dengan sejuta manfaat dan tujuan didalamnya. Tidak hanya penyampaian pengetahuan dan pengembangan keterampilan saja, pendidikan diperluas dengan membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pendidikan bertujuan membantu mengembangkan potensi individu kearah yang lebih baik. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya. untuk memiliki. kekuatan spiritual. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Namun, untuk menciptakan proses pendidikan yang efektif, tidak hanya keaktifan dari pendidik saja yang diperlukan, akan tetapi pendidik dituntut untuk mendukung terciptanya proses pendidikan dengan berperan aktif menciptakan kegiatan proses belajar yang baik dengan semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Selain pendidik dan peserta didik yang menjadi unsur utama dalam pelaksanaan pendidikan, belajar juga merupakan salah satu unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini. 2. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2006) hlm. 2.. 1.

(23) menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah.3 Selain itu, Belajar yang didukung dengan motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perubahan yang dilakukan seseorang. 4. Hal ini disebabkan karena belajar adalah perilaku mengembangkan diri melalui proses penyesuaian tingkah laku.5 Dalam Islam, istilah belajar diambil dari kata iqra‟ yang mempunyai arti perintah untuk membaca. Dengan membaca, seseorang akan memperoleh banyak pengetahuan. Sehingga belajar dalam islam sangat diprioritaskan. Hal ini terbukti dengan turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yakni surah Al-„Alaq ayat 1-5.6.                          “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa membaca (belajar) hukumnya adalah wajib. Dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya fi‟il amar (kalimat. 3 4. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 63 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), hlm.. 232 5 6. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 33. Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hlm.. 597.. 2.

(24) perintah) yang diulang hingga 2 kali, yakni kalimat ” ‫ " ا ْق َرآ‬yang menunjukkan bahwa perintah ini benar-benar serius dan bukanlah main-main. Karena ilmu merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap manusia. Pengetahuan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dikatakan begitu luas dan mendalam. Al-Qur‟an berisi tentang ilmu dunia dan akhirat, juga tentang kisah orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Ia juga berisi tentang berbagai hakikat ilmiah, alam semesta, ilmu kedokteran, serta perundangundangan.7 Sehingga sampai sekarang pun kajian tentang Al-Qur‟an masih berlanjut. Hal menunjukkan betapa hebatnya Al-Qur‟an, baik bagi orang yang beriman kepadanya maupun orang yang tidak mau beriman kepadanya. Di dalam Al-Quran pun terdapat banyak sekali ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Contoh kecilnya dalam hal dunia, Al-Quran memberi pengetahuan (peraturan) tentang masalah muamalat, dimana hal ini tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari manusia. Sedangkan dalam hal akhirat, Al-Qur‟an memberikan pengetahuan tentang teknik mendapatkan kenikmatan surga Allah di akhirat kelak, yakni dengan ilmu syariat, dimana ilmu ini menjelaskan tata cara mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui ibadah. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab sempurna dengan sejuta keistimewaan. Dalam penggunaannya, Al-Qur‟an bukanlah kitab biasa seperti pada umumnya. Al-Qur‟an adalah sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya, mana. yang dipendekkan,. dipanjangkan,. 7. dipertebal, atau. diperhalus. Abdud Daim Al-Kahil, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2011), hlm. 20.. 3.

(25) ucapannya, dimana tempat yang terlarang atau yang boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika membacanya.8 Namun untuk mempelajarinya tidaklah sulit. Pada zaman saat ini banyak ilmu yang mengkaji Al-Qur‟an yang didukung dengan tekhnologi canggih. Sehingga Al-Qur‟an bisa dipelajari oleh siapapun dari berbagai kalangan. Apalagi Allah ikut berperan dalam hal ini. Sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Qamar ayat 22.9 :.         “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” Ayat ini menjelaskan bahwa mempelajari Al-Qur‟an adalah sebuah kemudahan. Tidak hanya mengambil hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, Allah memudahkan bagi seseorang untuk menghafalkannya. Bagaimana tidak, Al-Qur‟an yang terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata, dan 323.015 huruf yang sama sekali berbeda dengan simbol huruf dalam bahasa Indonesia, bisa dihafal oleh orang-orang yang mau dengan serius menghafalkannya. Bahkan tidak sedikit dari golongan anak-anak yang mampu menghafalkannya secara keseluruhan. Hal ini membuktikan bahwa menghafal Al-Qur‟an bukanlah perkara sulit yang sering tertanam dalam mindset masyarakat. 8. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm.. 9. Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hlm.. 2. 529.. 4.

(26) Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu ibadah yang sangat terpuji dan merupakan amal mulia. Menghafal Al-Qur‟an sama dengan nikmat kenabian, tapi dia tidak mendapatkan wahyu. Dalam hadits nabi disebutkan “Barang siapa yang membaca (hafal) Al-Qur‟an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya.” (HR. Hakim) 10. Bahkan diperbolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap penghafal AlQur‟an. Seperti dalam sabda nabi: ”Tidak boleh seseorang berkeinginan (iri) kecuali dalam dua perkara, menginginkan (iri) terhadap seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al-Qur‟an kemudian dia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya. Kemudian dia(tetangga) berkata, „andaikan aku diberi sebagaimana si fulan, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat‟.” (HR. Al-Bukhori).11 Menghafal Al-Qur‟an tidak memandang usia dan status. Terlihat dengan banyaknya para penghafal Al-Qur‟an mulai dari usia muda hingga usia tua. Lebih mengagumkannya lagi, ulama‟-ulama‟ terdahulu selain ilmunya yang luas, mereka juga hafal Al-Qur‟an 30 juz. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang hafal Al-qur‟an pada usia muda. Seperti Imam Ghozali, Imam Syafi‟I, Imam Hanafi, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena mereka bisa merasakan dan percaya bahwa dengan menghafalkan Al-Qur‟an, niscaya tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia, serta tidak akan ada rasa. 10. Abdud Daim Al-Kahil, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2011), hlm. 24. 11 Abdud Daim Al-Kahil, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2011), hlm. 24.. 5.

(27) bosan, khawatir, depresi, maupun takut.12 Sehingga hidup terasa menjadi lebih ringan. Namun mengajarkan kepada siswa yang statusnya merangkap sebagai seorang santri untuk menghafal Al-Qur‟an bukanlah perkara yang mudah. Disamping harus melaksanakan tugas dan mematuhi aturan yang ada didalam sekolah, mereka diwajibkan untuk senantiasa mengikuti dan patuh terhadap segala bentuk kegiatan di pesantren yang merupakan rumah kedua bagi mereka. Oleh sebab itu, mau tidak mau mereka harus berusaha dengan serius mengerahkan segala kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai siswa dan santri hafidz, agar bisa menjadi pribadi yang berpendidikan dan penghafal Al-Qur‟an yang baik dan benar. Rumah Tahfidz Putra Kepanjen merupakan lembaga pendidikan yang mendidik para santrinya untuk mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an (hafidz) dan menguasai ilmu agama Islam secara mendalam. Menghafal AlQur‟an di lembaga ini sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan sistem pendidikan dari pusatnya yakni Rumah Tahfidz Center yang terdapat di PPPA (Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur‟an) Daarul Qur‟an Tangerang. Sedangkan dalam hal ilmu agama Islam, terdapat program khusus mengkaji ilmu Islam, seperti aqidah, fikih, akhlak, dan lain sebagainya yang sudah termasuk dalam metode pembelajaran di Rumah Rahfidz Daarul Qur‟an. Santri yang belajar di Rumah Tahfidz Putra Kepanjen kebanyakan adalah santri yang masih bersekolah di lembaga pendidikan umum. Dalam 12. Abdud Daim Al-Kahil, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2011), hlm. 23.. 6.

(28) kesehariannya mereka harus berusaha dengan lebih keras agar sukses dalam sekolah dan sukses dalam menghafal. Sehingga Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen menggunakan bermacam cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, salah satunya adalah dengan membuat strategi jitu dalam rangka memudahkan santri dalam menghafal Al-Qur‟an, khususnya bagi santri yang masih bersekolah. Melihat latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Menghafal Al-Qur‟an bagi Siswa (Study Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang)”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang? 2. Bagaimana strategi menjaga hafalan dalam menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang? 3. Apa faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian meliputi: 1. Untuk mendeskripsikan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang.. 7.

(29) 2. Untuk mendeskripsikan strategi menjaga hafalan dalam menghafal AlQur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang. 3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat antara lain: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya khazanah keilmuan khususnya tentang strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi kalangan akademisi UIN Maulana Malik Ibrahim Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan, informasi dan sekaligus referensi berupa bacaan Ilmiah. b. Bagi Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber rujukan dalam penyelenggaraan dan pengembangan program menghafal Al-Qur‟an. c. Bagi asatidz. 8.

(30) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan berbagai strategi menghafal Al-Qur‟an yang hendak dilaksanakan. d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga secara langsung dalam melakukan penelitian mengenai strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa. E. Originalitas Penelitian Sebagai bukti originalitasnya penelitian ini, peneliti melakukan kajian pada beberapa penelitian terdahulu (literature review), dengan tujuan untuk melihat letak persamaan dan perbedaan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Disamping itu, originalitas penelitian berguna untuk menghindari pengulangan atau persamaan terhadap media, metode, atau kajian data yang telah ditemukan oleh peneliti terdahulu. Berikut beberapa penelitian terdahulu sebagai perbandingan penelitian ini: No Penelitian. Perbedaan. Originaalitas Penelitian. 1. Pada penelitian ini lebih difokuskan pada metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an, yakni dengan menggunakan metode juz‟i, metode takrir, metode setor, dan metode tes hafalan. Pada penelitian ini diperoleh hasilnya yaitu metode yang digunakan di SDIT Salsabila Jetis dalam Tahfdzul Qur‟an adalah: (1) Metode Juz‟I, (2) Metode Takrir, (3) Metode Setor, dan (4) Metode Tes Hafalan. Ahmad Rony Suryo Widagda, Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (Studi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Kelas III di SDIT Salsabila Jetis Bantul Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam,. 9.

(31) Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 2. 3. Husairi, Urgensi Menghafal Al-Qur‟an dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) Anggota HTQ UIN Maliki Malang, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012. Penelitian ini lebih difokuskan pada urgensi menghafal AlQur‟an dalam meningkatkan prestasi belajar.. Miss Kadaria Waenalai, Pembelajaran Menghafal Al-Qur‟an di Ma‟had Nahdlotul Ulum Yala Thailand Selatan Tahun 2009, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Pada penelitian ini lebih difokuskan pada pembelajaran menghafal Al-Qur‟an, yakni dengan menggunakan metode tahfidz dan takrir.. Sasarannya adalah mahasiswa PAI anggota HTQ UIN Maliki Malang. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. 10. Dari penelitian ini diperoleh hasilnya yakni aktivitas menghafal AlQur‟an mahasiswa tidak menyebabkan prestasi belajarnya menurun, sebaliknya hafalah Al-Qur‟an justru membantu prestasi belajar mahasiswa. Disebabkan karena sel-sel otak dan badannya lebih aktif disbanding orang yang tidak menghafalkan ALQur‟an. Hasil penelitian pada penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran menghafal AlQur‟an adalah menggunakan metode Tahfidz dan Takrir.

(32) F . Definisi Istilah 1. Strategi Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.13 Dalam hal ini strategi yang dimaksud adalah cara efektif untuk menunjang proses menghafal Al-Qur‟an, baik kegiatan sebelum menghafal, proses menghafal, dan memelihara hafalannya. 2. Siswa Peserta didik atau yang sering disebut dengan siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.14 Dalam hal ini siswa yang dimaksud adalah siswa yang statusnya merangkap menjadi seorang santri penghafal Al-Qur‟an. Jadi, selain mencari ilmu yang merupakan kewajiban bagi setiap siswa, ia juga memiliki tugas besar yang mulia, yakni menghafal ayat-ayat dalam AlQur‟an. 3. Rumah Tahfidz Rumah artinya adalah bangunan untuk tempat tinggal, Tahfidz berasal dari kata hafadzo yang berarti menjaga. Adapun yang dimaksud disini adalah menjaga dengan menghafal al Qur‟an. Dengan kata lain, Rumah Tahfidz adalah Rumah yang dipergunakan sebagai tempat Tahfidz. 13 14. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2006) hlm. 2.. 11.

(33) (menghapal) Al-Qur‟an yang merupakan program yang digagas oleh Pesantren Tahfidz Daarul Qur‟an dengan upaya menerapkan Daqu Methode dalam konsep pendidikannya. 15 Dalam hal ini, Rumah Tahfidz yang dimaksud adalah Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang dengan jumlah santri sebanyak 11 santri. G. Sistematika Pembahasan Secara garis besar, skripsi ini disusun dalam sistematika pembahasan yang terdiri dari: Pada bab pertama merupakan pendahuluan yang berisis tentang penjelasan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan. Pada bab kedua merupakan kajian teori yang mendeskripsikan tentang (1) teori menghafal Al-Qur‟an yang meliputi hukum menghafal Al-Qur‟an, faedah menghafal Al-Qur‟an, keutamaan menghafal Al-Qur‟an, syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an, kegiatan sebelum menghafal Al-Qur‟an, strategi menghafal Al-Qur‟an, dan cara memelihara hafalan Al-Qur‟an, (2) teori tentang peserta didik (siswa) meliputi pengertian siswa, kode etik siswa, serta tugas dan kewajiban siswa. Pada bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian.. 15. Samsul Wahyudi, Ustadz Tahfidzul Qur‟an, tanggal 8 Desember 2015. 12.

(34) Pada bab keempat menjelaskan tentang hasil dan paparan data, atau uraian yang terdiri atas gambaran umum mengenai objek penelitian dan penyajian data yang membahas tentang hasil temuan peneliti di lapangan. Pada bab kelima berisi tentang pembahasan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV. Analisis dalam pembahasan meliputi: menjawab masalah penelitian yang diajukan, menafsirkan temuan-temuan penelitian, mengintegrasikan temuan penelitian dengan pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi teori atau menyusun teori baru, serta menjelaskan implikasi-implikasi lain dari hasil penelitian yang mungkin muncul. Terakhir, Bab VI berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran hasil penelitian. Pada bab keenam merupakan bab penutup, yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan realita hasil penelitian, kata penutup, serta pada bagian terakhir penulis cantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.. 13.

(35) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tentang Menghafal Al-Qur‟an 1. Pengertian menghafal Al-Qur‟an Secara etimologi, menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab disebut Al-Hafidz yang memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Sedangkan secara terminology, menghafal mempunyai arti sebagai tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Sedangkan definisi Al-Qur‟an menurut sebagian ulama‟ ahli ushul ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat dengan sebuah surat dan merupakan ibadah bagi orang yang membacanya. Sebagian ahli ushul juga mendefinisikan Al-Qur‟an sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan berbahasa Arab secara mutawwatir untuk diperhatikan dan diambil pelajaran, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Faatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.16 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hifdzil qur‟an adalah menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf usmani mulai dari Al-Faatihah hingga surat Am-Naas dengan maksud beribadah, menjaga, dan memelihara kalam Allah yang 16. Moenawar Chalil, Kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, Tanpa Tahun), hlm. 179. 14.

(36) merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi dan rosul terakhir dengan perantara malaikat jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil kepada kita dengan jalan mutawwatir.17 2. Hukum menghafal Al-Qur‟an Menghafal Al-Qur‟an hukumnya adalah fardlu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang mencapai tingkat mutawatir), maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Sebaliknya, jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka umat islam akan menanggung dosanya. Hal ini ditegaskan oleh imam Abdul Abbas pada kitabnya As-Syafi‟i dalam menafsirkan firman Allah:.         “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. AlQamar: 17)18 Dalam kitab Al-Burhan fi Ulumil-Qur‟an, Juzu‟ I, Halaman 539, Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasi mengatakan bahwa: “menghafal Al-Qur‟an adalah fardu kifayah.”. 17. Munjahid, Strategi Menghafal 10 Bulan Khatam : Kiat-Kiat Sukses Menghafal AlQur‟an (Yogyakarta: Idea Press, 2007), hlm. 74. 18 Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hlm. 529. 15.

(37) Sedangkan dalam Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad Makki Nashr, mengatakan: “Sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an di luar kepala hukumnya fardu kifayah.” Demikian pula mengajarkannya. Mengajarkan membaca Al-Qur‟an adalah “fardlu kifayah” dan merupakan ibadah yang utama. Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang paling baik diantara kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majjah).19 Dalam buku 9 cara praktis menghafal Al-Qur‟an dijelaskan bahwa para ulama‟ sepakat bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardlu kifayah.. Apabila. diantara. anggota. masyarakat. ada. yang sudah. melaksanakannya, maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya. Prinsip fardlu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur‟an dari pemalsuan, perubahan, dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab-kitab yang lain pada masa lalu. Imam. As-Suyuti. dalam. kitabnya,. Al-Itqan,. mengatakan:. “Ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an itu adalah fardlu kifayah bagi umat.”20 3. Keutamaan menghafal Al-Qur‟an. 19. Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta: AMZAH, 2008), hlm. 24-25 20 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm. 19.. 16.

(38) Tidak diragukan lagi bahwa seorang penghafal Al-Qur‟an, mengamalkannya, berperilaku dengan akhlaknya, bersopan santun dengannya di waktu malam dan siang merupakan orang-orang pilihan terbaik. Sebagaimana sabda Nabi Saw: “Sebaik-baik orang Islam adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya”. Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang yang bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi agar manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna. Tidaklah seseorang dapat meraih tuntunan dan keutamaan tersebut, yang menjadikannya masuk ke dalam deretan malaikat baik kemuliaan maupun. derajatnya,. kecuali. dengan. cara. mempelajari. dan. mengamalkannya. Sebagaimana sabda Nabi Saw: “perumpamaan orang yang membaca Al-Qur‟an dan menghafalkannya sama seperti perjalanan yang mulia, dan perumpamaan orang yang membaca Al-Qur‟an serta dia mempelajarinya. dengan. sungguh-sungguh,. maka. baginya. dua. pahala;kecuali dengan mengamalkannya.” Al-Qur‟an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki keadaannya jika ia mengamallkannya. Sebaliknya, jika AlQur‟an dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan, maka akan menyebabjan ia disiksa dengan azab yang pedih di akhirat kelak. Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya Allah, dengan kitab ini akan. 17.

(39) mengangkat banyak keum dan dengannya pula akan merendahkan kaum yang lainnya.”21 Dalam buku yang berjudul Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri karangan Abdud Daim Al-Kahil lebih dirinci penjelasannya dengan membaginya menjadi dua bagian, yakni: 4. Syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an a. Niat yang ikhlas Segala sesuatu akan terasa ringan jika disertai dengan niat yang ikhlas. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa menghafal Al-Qur‟an adalah sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan, tapi jika dari awal sudah ditanamkan niat yang ikhlas, maka menghafal Al-Qur‟an akan terasa mudah dan dimudahkan oleh Allah Swt. b. Mempunyai kemauan yang kuat Tidak sedikit diantara para penghafal Al-Qur‟an di dunia ini adalah menghafal dengan kemauannya sendiri pada awalnya. Diantaranya ada yang menghafal Al-Qur‟an karena perintah dari orang tuanya, ada pula yang menghafal Al-Qur‟an karena peraturan yang ditegaskan dalam suatu lembaga. Menghafal Al-Qur‟an apabila tidak didasari dengan kemauan yang kuat, maka hafalannya tidak akan selesai sampai akhir. Tapi mereka yang pada mulanya menghafal Al-Qur‟an bukan karena 21. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm.. 23-24.. 18.

(40) kemauan yang kuat, pada proses menghafal lama-kelamaan mereka akan merasakan nikmatnya menghafal Al-Qur‟an jika ia serius melakukannya. Oleh karena itu, niat yang kuat sangat diperlukan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. c. Disiplin dan istiqamah menambah hafalan Menghafal Al-Qur‟an membutuhkan kesungguhan dalam melaksanakannya. Disiplin dan istiqomah dalam menambah hafalan baru adalah bukti dari kesungguhan seorang penghafal. Jika ia tidak disiplin dan istiqomah dalam menambah hafalan, ia akan kacau dan hafalannya tidak teratur, sehingga target yang telah ia rencanakan tidak berjalan dengan semestinya. Sehingga seorang penghafal Al-Qur‟an dituntut untuk selalu disiplin dan istiqomah menambah hafalan agar proses menghafalnya maksimal. d. Talaqqi kepada seorang guru. Seseorang yang menghafal Al-Qur‟an harus belajar langsung ke hadapan guru, baik dalam menambah hafalan maupun muroja‟ah. Hal ini bertujuan agar setiap bacaan yang dihafalkan tidak menemui kesalahan, selain itu agar mendapatkan berkah ilmu dari guru tersebut. Jadi, diharuskan bagi seseorang yang menghafal Al-Qur‟an agar talaqqi kepada seorang guru. e. Berakhlak terpuji.22. 22. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm.. 33.. 19.

(41) Cerminan hati seseorang adalah dari akhlaknya. Seorang penghafal Al-Qur‟an hendaknya berakhlak terpuji sesuai dengan syariat islam, jika ia buruk akhlaknya niscaya ia tidak akan bisa menjadi hafidz/hafidzoh karena dalam proses menghafal Al-Qur‟an itu ada keterlibatan Allah didalamnya. 5. Petunjuk sebelum menghafal Al-Qur‟an a. Membenarkan Pengucapan dan Bacaan Al-Qur‟an Seorang penghafal Al-Qur‟an harus fashih, lancar, dan benar dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an. Minimal sebelum menghafal Al-Qur‟an ia sudah khatam mengaji Al-Qur‟an secara bin-nadzar (melihat mushaf) kepada seorang guru ahli. Dalam belajar tahsin, kita harus pandai memilih guru, terutama. gutu. yang. hafidz. atau. alumnus. pesantren. Al-. Qur‟annkarena tidak semua ustadz atau guru ngaji benar bacaannya. Seiring dengan belajar tahsin, memperbanyak membaca AlQur‟an pagi dan petang adalah cara yang tepat. Merutinkan meski tidak banyak. Bisa jadi belajar tahsin akan berlangsung lama sesuai pengalaman dasar yang bersangkutan. Agar tidak menunda, alangkah baiknya setiap kali menguasai bacaan ayat tertentu, ayat itu langsung dihafal. Dengan begitu ia tidak akan menemui kesulitan dalam menghafal.. 20.

(42) Bisa juga untuk membenarkan pengucapan dan bacaan AQur‟an adalah dengan mendengarkan bacaan orang yang sudah baik bacaan Al-Qur‟annya, atau dari orang yang sudah hafal dan sangat cermat sekali, karena hanya dengan begitulah Al-Qur‟an dapat dipelajari secara baik. Metode mendengarkan sangat cocok untuk anak-anak. Proses menghafal, khususnya surah-surah pendek, sangat baik dimulai sejak dini meskipun sang anak belum bisa membaca AlQur‟an. Kegiatannya bisa dilakukan langsung oleh orang tuanya atau oleh orang yang diserahi amanah mendidiknya, juga dapat dibantu dengan pemutaran kaset murottal secara berulang, rutin, dan teratur.23 b. Menggunakan satu mushaf Al-Qur‟an Hendaknya seorang penghafal Al-Qur‟an menggunakan satu macam mushaf Al-Qur‟an saja. Karena sesungguhnya bentuk dan letak ayat-ayat dalam mushaf itu akan terpatri dalam hati jika orang sering membaca dan melihat dalam mushaf. Kalau. seorang. penghafal. Al-Qur‟an. mengubah. atau. mengganti mushaf yang biasa dipakai buat menghafal, atau dia menghafal dengan mushaf yang berbeda-beda yang letak ayatnya tidak sama, maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula, dan hal itu jelas akan mempersulit hafalannya. 23. Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta Selatan: PT Mizan Publika, 2013), Hlm. 52. 21.

(43) c. Memiliki kondisi fisik dan pikiran yang sehat Kondisi fisik yang prima dan pikiran yang sehat juga sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an. Orang yang badannya sakit akan kesulitan dalam menghafal karena ia mungkin akan cepat lelah, pusing, dan tidak bersemangat. Begitu juga orang yang pikirannya tidak sehat akan mengalami stres, tekanan jiwa karena persoalan keluarga atau gila dan lain-lain, sehingga sangat sulit menghafal dengan baik. d. Usia yang tepat Usia muda, semenjak 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun adalah usia yang paling cocok untuk menghafal Al-Qur‟an. Pada usia tersebut kondisi fisik dan pikiran seseorang benar-benar dalam keadaan yang paling baik. Kurang dari 5 tahun orang masih belum bisa berbuat banyak dalam masalah ini. Namun lebih dari usia kirakira 5 tahun, orang mulai cenderung mengalami penurunan dan susah untuk naik. Oleh karena itu, orang yang ingin menghafal AlQur‟an hendaklah memanfaatkan usia-usia keemasan tersebut untuk menghafal semaksimal mungkin. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang sudah tua bisa menghafal Al-Qur‟an, walaupun ia akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam menghafal.. 22.

(44) e. Memilih waktu dan tempat yang tenang24 Diantara waktu-waktu yang baik untuk menghafal adalah pada sepertiga malam terakhir setelah melaksanakan shalat tahajjud. Pada saat itu suasana tenang, sehingga hafalan cepat masuk. Begitu pula setelah sholat subuh merupakan waktu yang baik untuk menghafal. Tetapi waktu yang paling baik untuk menghafal tentunya berbeda-beda bagi tiap orang. Karena itu, yang lebih tahu waktu menghafal yang baik adalah orang-orang yang akan menghafal itu sendiri. 6. Strategi menghafal Al-Qur‟an Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya, seorang pelatih tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. 25 Begitu juga seorang penghafal Al-Qur‟an yang mengharapkan hasil baik dalam. 24. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm.. 25. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.. 40.. 23.

(45) proses menghafal Al-Qur‟an, ia akan menerapkan suatu strategi agar bisa menghafal Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Adapun strategi menghafal Al-Qur‟an menurut Drs. Ahsin W. AlHafidz dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Praktis Menghafal AlQur‟an diantaranya adalah sebagai berikut.26: a. Strategi Pengulangan Ganda Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali proses menghafal saja. Salah besar apabila seseorang menganggap dan mengharap dengan sekali menghafal saja kemudian ia menjadi seorang yang hafal Al-Qur‟an dengan baik. Persepsi ini adalah persepsi yang salah dan justru mungkin akan menimbulkan kekecewaan setelah menghadapi kenyataan yang berbeda dengan anggapannya. Rasulullah sendiri telah menyatakan dalam haditsnya, bahwa ayat-ayat Al-Qur‟an itu lebih gesit dari pada unta, dan lebih mudah lepas dari pada unta yang mudah lepas dari pada unta yang diikat. Untuk menanggulangi masalah seperti ini, maka perlu sistem pengulangan ganda. Umpamanya, jika pada waktu pagi hari telah mendapatkan hafalan satu muka, maka untuk mencapai tingkat kemapanan hafalan yang mantap, perlu pada sore harinya diulang kembali menghafalnya satu persatu ayat yang telah dihafalnya di pagi hari. Posisi akhir tingkat kemapanan suatu hafalan itu terletak pada pelekatan ayat-ayat yang dihafalnya pada 26. Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta: AMZAH, 2008), hlm. 67-73. 24.

(46) bayangan, serta tingkat keterampilan lisan dalam memproduksi kembali terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Semakin banyak pengulangan maka semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatannya, lisan pun akan membentuk gerak refleks sehingga seolah-olah ia tidak berfikir lagi untuk menghafalkannya, sebagaimana orang membaca surat Al-Fatihah. Karena sudah terlalu seringnya ia membaca maka surat itu sudah menempel pada lisannya sehingga megucapkannya merupakan gerak refleksif. b. Tidak Beralih pada Ayat Berikutnya Sebelum Ayat yang Sedang Dihafal Benar-benar Hafal Pada umumnya kecenderungan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an ialah cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyakbanyaknya. Hal ini menyebabkan proses menghafal itu sendiri menjadi tidak konstan, atau tidak stabil. Karena kenyataannya antara ayat-ayat Al-Qur‟an itu ada sebagian yang mudah dihafal, dan ada pula sebagian darinya yang sulit menghafalkannya. Sebagai. akibat. dari. kecenderungan. yang. demikian. akan. menyebabkan banyak ayat-ayat yang terlewati. Karena itu, memang dalam menghafal Al-Qur‟an diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengamati kalimat-kalimat dalam suatu ayat yang hendak dihafalnya, terutama pada ayat-ayat panjang. Yang perlu diingat, bahwa banyaknya ayat-ayat yang ditinggalkan akan mengganggu kelancaran, dan justru akan menjadi beban tambahan. 25.

(47) dalam proses menghafal. Oleh karena itu, hendaknya penghafal tidak beralih kepada ayat lain sebelum dapat menyelesaikan ayatayat yang sedang dihafalnya. Biasanya, ayat-ayat yang sulit dihafal, dan akhirnya dapat kita kuasai walaupun dengan pengulangan yang sebanyak-banyaknya, akan memiliki pelekatan hafalan yang baik dan kuat. Tentunya karena banyak mengulang. c. Menghafal Urutan-urutan Ayat yang Dihafalnya dalam Satu Kesatuan Jumlah Setelah Benar-benar Hafal Ayatnya Untuk mempermudah proses ini, maka memakai Al-Qur‟an yang biasa disebut dengan Qur‟an pojok akan sangat membantu. Jenis mushaf Al-Qur‟an ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Setiap juzu‟ terdiri dari sepuluh lembar. 2) Pada setiap muka/halaman diawali dengan awal ayat, dan diakhiri dengan akhir ayat. 3) Memiliki tanda-tanda visual yang cukup membantu dalam proses menghafal Al-Qur‟an. Dengan menggunakan mushaf seperti ini, maka penghafal akan lebih mudah membagi-bagi sejumlah ayat dalam rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya. Dalam hal ini sebaiknya setelah mendapat hafalan ayat-ayat sejumlah satu muka, lanjutkanlah dengan mengulang-ulangi sejumlah satu muka dari ayat-ayat yang telah dihafalnya itu. Dengan seterusnya, sehingga di samping hafal. 26.

(48) bunyi masing-masing ayat-ayatnya ia juga hafal tertib ayatayatnya. d. Menggunakan Satu Jenis Mushaf Diantara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafal Al-Qur‟an ialah menggunakan satu jenis mushaf. Memang tidak ada keharusan menggunakan satu jenis mushaf tertentu, mana saja jenis mushaf yang disukai boleh dipilih asal tidak berganti-ganti. Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf yang lain akan membingungkan pola hafalan. Seorang yang sudah hafal AlQur‟an sekalipun akan menjadi terganggu hafalannya ketika membaca mushaf Al-Qur‟an yang tidak biasa dipakai pada waktu proses menghafalkannya. Untuk itu akan lebih memberikan keuntungan jika orang yang sedang menghafal Al-Qur‟an hanya menggunakan satu jenis mushaf saja. e. Memahami (Pengertian) Ayat-ayat yang Dihafalnya Memahami pengertian, kisah atau asbabun-nuzul yang terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal AlQur‟an. Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat dalam suatu ayat. Dengan demikian, maka penghafal yang menguasai bahasa arab dan memahamistruktur. 27.

(49) bahasanya akan lebih banyak mendapatkan kemudahan dari pada mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan bahasa Arab sebelumnya. Dan dengan cara seperti ini, maka pengetahuan tentang ulumul-qur‟an akan banyak sekali terserap oleh para penghafal ketika dalam proses menghafal Al-Qur‟an. f. Memperhatikan Ayat-ayat yang Serupa Ditinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur bahasanya diantara ayat-ayat dalam Al-Qur‟an banyak yang terdapat keserupaan atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Ada yang benar-benar sama, ada pula yang hanya berbeda dalam dua, atau tiga huruf saja, ada pula yang hanya berbeda susunan kalimatnya saja. Hal ini telah disinyalir dalam firman Allah :.                                      “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur‟an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az-Zumar : 23). 28.

(50) Sebenarnya banyaknya pengulangan, atau adanya ayat-ayat yang serupa itu justru akan banyak memberikan keuntungan dalam proses menghafal Al-Qur‟an, karena: 1) Membantu mempercepat dalam proses menghafal Al-Qur‟an, karena apabila terdapat satu penggal ayat tertentu yang menyerupai penggal ayat yang lainnya, atau satu ayat yang panjang menyerupai ayat yang lainnya, atau mungkin benarbenar sama akan menarik perhatian penghafal untuk memperhatikannya secara seksama, sehingga ia benar-benar memahami makna dan struktur ayat-ayat yang memiliki kesamaan atau keserupaan. Dengan demikian penghafal akan memperoleh pelekatan hafalan yang baik. Sebagai contoh :.                                                 )33 : ‫ (اإلاؤمنىن‬                                                  )23 : ‫ (النمل‬  Perhatikan perbedaan kedua ayat diatas pada susunan kalimat yang diberi garis bawah. Keduanya mempunyai kalimat-kalimat yang sama tetapi susunannya berbeda. 2) Dengan berlalunya waktu dan banyaknya pengulangan terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya seorang yang hafal Al-Qur‟an akan menyimpulkan berbagai macam illat 29.

(51) dan hukum yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan ayat ang serupa, baik dalam bentuk maupun kandungan isinya, atau kandungannya saja tanpa bentuk dan sebaliknya. 3) Dengan adanya persamaan, atau keserupaan dalam kalimat berarti telah memberikan hasil ganda terhadap ayat-ayat yang dihafalnya, karena dengan menghafal satu ayat berarti telah memperoleh hasil dua, tiga, atau empat bahkan sampai lima ayat, atau lebih dari ayat-ayat yang serupa dalam Al-Qur‟an. Sebagai contoh, firman Allah dalam surah Ar-Rahman :.     Ayat ini terdapat dalam surah Ar-Rahman sebanyak 31 ayat. Sedangkan firman Allah :.        Ayat ini terdapat dalam surah Al-Qamar sebanyak 4 ayat, dan firman Allah :.        Ayat ini terdapat dalam beberapa tempat, yaitu : a) Surah Al-Mulk, ayat 25 b) Surah Yaasiin, ayat 48 c) Surah Saba‟, ayat 29 d) Surah An-Naml, ayat 71. 30.

(52) e) Surah Yunus, ayat 48, sedang dalam surah Alif Lam Mim Sajdah ayat 28, terdapat pula ayat yang serupa, hanya berbeda pada kalimat akhir pada ayat tersebut yang berbunyi :. َْْ.    ‫ الفخ ُذ‬   g. Disetorkan pada Seorang Pengampu Menghafal Al-Qur‟an memerlukan adanya bimbingan yang terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah setoran hafalan baru, atau untuk takrir, yakni mengulang kembali ayat-ayat yang telah disetorkannya terdahulu. Menghafal AlQur‟an dengan sistem setoran kepada pengampu akan lebih baik dibanding dengan menghafal sendiri dan juga akan memberikan hasil yang berbeda. Dalam hal ini, ada dua sistem yang biasa ditempuh dalam pembinaan program menghafal Al-Qur‟an, yaitu : Sistem tradisional pesantren dan sistem klasikal, atau terprogram. Sistem pembinaan tradisional pesantren memiliki kualitas bimbingan yang lebih intensif dengan perhatian dari pembimbing yang lebih besar dibandingkan dengan sistem terprogram yang biasanya dipergunakan dalam sistem pembinaan klasikal. Ini berarti sistem pembinaan menjanjikan lebih banyak pertemuan. 31.

(53) untuk setoran dan takrir. Demikianlah semestinya. dalam. pembinaan program menghafal Al-Qur‟an. Sistem setoran untuk tambahan hafalan baru sebaiknya dilakukan setiap hari dengan target satu atau dua muka hafalan baru. Setiap kali setoran diusahakan dengan membaca dua kali setoran sebelumnya. Tentunya apabila waktu yang tersedia dari pihak pengampu, tersedia secara leluasa. Ini dimaksudkan : 1) Agar kesalahan menghafal dapat segera dibenarkan sebelum pengendapan, karena kesalahan menghafal yang telah terlanjur mengendap akan membentuk pola hafalan yang salah dan akan sulit diluruskan. 2) Hafalan yang baru disetorkan akan terulang lagi yang berarti memperlancar dan memperkuat hafalan yang masih baru. Hafalan yang ditasmi‟kan, atau diperdengarkan / disetorkan kepada pengampu akan mempunyai nilai yang berbeda dengan hafalan yang tidak disetorkan kepada pengampu. Dengan demikian banyaknya pertemuan dengan pengampu, akan membentuk hafalan yang baik dan kuat. 7. Memelihara hafalan Al-Qur‟an Setelah. ayat-ayat. dan. halaman. Al-Qur‟an. dihafal. secara. keseluruhan (khatam), maka hal lain yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar adalah bagaimana menjaga hafalan tersebut agar tetap melekat pada ingatan. Karena dengan selesainya proses menghafal dari surah al-. 32.

(54) Faatihah sampai surah an-Naas bukan berarti hafalan tersebut sudah dijamin melekat dalam ingatan seseorang untuk selamanya. Nabi Muhammada Saw mengisyaratkan bahwa menghafal AlQur‟an itu ibarat berburu di hutan, apabila pemburu ini pusat perhatiannya ke binatang yang ada di depannya, tidak memperhatikan hasil buruannya, maka hasil buruannya ini akan lepas pula. begitu pula orang yang menghafal Al-Qur‟an, kalau pusat perhatiannya tertuju hanya kepada materi baru yang akan dihafalnya saja, sedang materi yang sudah dihafal ditinggalkan, maka sia-sia karena hafalannya itu bisa lupa atau hilang. Memelihara hafalan Al-Qur‟an ini sangat penting dan berat. Nabi Saw bersabda: “Jagalah benar-benar Al-Qur‟an ini, demi Dzat Yang diri Muhammad pada kekuasaan-Nya, sesungguhnya Al-Qur‟an itu lebih liar dari pada unta yang terikat.” (Muttafaq „alaih) Riwayat dari Anas bin Malik r.a, Nabi Saw bersabda: “Ditampakkan kepadaku pahala-pahala pekerjaan umatku sampai-sampai pahala seseorang yang mengeluarkan sampah (kotoran) dari masjid. Dan ditetapkan kepadaku dosa-dosa ummatku, lalu aku tidak melihat dosa yang lebih besar kecuali dosa orang yang hafal Al-Qur‟an kemudian mereka tidak memeliharanya.” (HR. At-Tirmidzi) Telah diceritakan oleh Yahya bin Yahya, berkata: “Saya belajar kepada Malik dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang yang menghafal AlQur‟an bagaikan unta yang diikat lehernya. Apabila diikat kuat dan tepat,. 33.

(55) maka terpeliharalah dan manakala diikat tidak kuat, maka ia akan lepas dan lari.” (Muttafaq „alaih) Allah menjelaskan mengenai menjaga hafalan Al-Qur‟an dalam surat Al-Baqarah ayat 238..          Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. Ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu cara dalam menjaga hafalan Al-Qur‟an adalah dengan cara mengulang hafalannya dalam sholat, dengan cara tersebut sholat kita akan terjaga dengan baik karena dipastikan seseorang yang sudah hafal Al-Qur‟an yang sudah disetorkan kepada seorang guru maka dijamin kebenarannya baik dari segi tajwid maupun makhrajnya. a. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 Juz Pada dasarnya seorang yang menghafal Al-Qur‟an harus berprinsip apa yang sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian, selain harus benar-benar baik sewaktu menghafalnya, juga harus menjaga hafalannya yaitu dengan cara mengulang-ulang (takrir) hafalan sambil menambah hafalan baru. 1) Takrir Sendiri Seseorang yang menghafal harus bisa memanfaatkan waktu untuk takrir atau menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu ditakrir minimal setiap hari dua kali dalam. 34.

(56) jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus ditakrir setiap hari atau dua hari sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takrir. 2) Takrir dalam Shalat Seseorang yang menghafal Al-Qur‟an hendaknya bisa memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai imam atau untuk shalat sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian juga menambah kemantapan hafalan. 3) Takrir Bersama Seseorang yang menghafal perlu melakukan takrir bersama dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang membaca materi takrir yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika seseorang membaca, maka yang lain mendengarkan. 4) Takrir di Hadapan Guru Seseorang yang menghafal Al-Qur‟an harus selalu menghadap guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. Materi takrir yang dibaca harus lebih banyak dari materi hafalan baru, yaitu satu banding sepuluh; artinya apabila seorang penghafal sanggup mengajukan hafalan baru setiap. 35.

(57) hari dua halamn, maka harus diimbangi dengan takrir dua puluh halaman (satu juz) setiap hari. b. Cara memelihara hafalan yang sudah khatam 30 Juz 1) Istiqamah takrir Al-Qur‟an di dalam Shalat Yang dimaksud dengan istiqamah takrir Al-Qur‟an di dalam shalat yaitu yang dilakukannya baik shalat wajib atau sunnah selalu memakai ayat-ayat Al-Qur‟an dari surah ABaqarah sampai surah An-Naas secara berurutan sesuai mushaf Al-Qur‟an. Seseorang yang sudah hafal Al-Qur‟an tiga puluh juz hendaknya selalu mengupayakan setiap shalat lima waktu dan shalat sunnah, yaitu setelah membaca surah Al-Fatihah 2) Istiqamah takrir Al-Qur‟an di Luar Shalat a) Khatam Seminggu Sekali b) Khatam Dua Minggu sekali c) Khatam Sebulan Sekali d) Sering Mengikuti Sima‟-an / Tasmi‟ e) Mengikuti Perlombaan / Musabaqah Hifdzil Qur‟an.27. 27. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Depok: GEMA INSANI, 2008), hlm.. 67. 36.

(58) B. Konsep Tentang Siswa 1. Pengertian peserta didik (siswa) Peserta. didik. adalah. anggota. masyarakat. yang. berusaha. mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.28 Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang. Memiliki. potensi. tertentu,. dan. dengan. bantuan. pendidik. dia. mengembangkan potensinya tersebut secara optimal.29 Adapun khas peserta didik adalah: a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik. b. Individu yang sedang berkembang. c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. d. Individu yang memiliki kemampuan usaha mandiri.30 Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpeloosheid).31 Dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat 78:32. 28. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidkan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 65. Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Menididik), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 135. 30 Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005). hlm. 52. 31 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidkan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 112. 32 Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per Kata (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hlm. 275. 29. 37.

(59)                 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. 2. Kode etik peserta didik (siswa) Al-Ghazali,. yang. dikutip. oleh. Fathiyah. Hasan. Sulaiman,. merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu: a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah Swt, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan mengisi dengan akhlak yang terpuji. b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QA. Ad-Dhuha: 4). Artinya, belajar tidak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tapi juga belajar ingin berijtihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di hadapan manusia dan Allah Swt. c. Bersikap tawadlu‟ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepantingan pribadi untuk kepantingan pendidikannya. Sekalipun ia cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu pada pendidikannya, termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.. 38.

Gambar

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Santri  1. Ahad Ke 1: kunjungan
Foto Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Putra Kepanjen Malang tampak dari depan
Foto Bank Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh

Saat ini hijab selain menjadikan jati diri seorang muslimah dan memenuhi perintah Ilahi, hijab juga mempunyai nilai tren positif dalam perubahan penampilan pada perempuan

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

Hasil analisis data lainnya pada penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Martinez-marti, Avia, dan Hernands-Loreda (2010) yang menunjukan bahwa

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

ix Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur tetrahedral dan oktahedral 3 Gambar 1.2 Contoh struktur trioktahedral dan dioktahedral 4 Gambar 1.3 Struktur clay 2:1 4

Sekretaris Rayon 104/

Untuk mengidentifikasi indikator mutu rotan maka dipilih secara selektif dari beberapa sifat fisik mekanik seperti tersebut di atas. Sifat-sifat yang terpilih akan