• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PUTRI STUDI KASUS DI RUMAH TAHFIDZ DAARUL ILMI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Komunikasi Penyiaran Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PUTRI STUDI KASUS DI RUMAH TAHFIDZ DAARUL ILMI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Komunikasi Penyiaran Islam"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PUTRI STUDI KASUS DI RUMAH TAHFIDZ DAARUL ILMI SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh :

RINA HARIYANTI 117-13-018

FAKULTAS DAKWAH

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

i

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PUTRI STUDI KASUS DI RUMAH TAHFIDZ DAARUL ILMI SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh :

RINA HARIYANTI 117-13-018

FAKULTAS DAKWAH

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(4)
(5)
(6)
(7)

v MOTTO

ُدْيِرُي

ُﷲ

َرْسُعْلا ُمُكِب ُدْيِرُيَلاَو َرْسُيْلا ُمُكِب

﴿

: ةرقبلا

٥٨١

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:  Allah SWT tuhan semesta alam.

 Kedua orang tuaku, Bapak Asmuni dan Ibu Rumi yang telah membesarkan dan

mendidikku dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do‟a restu sehingga saya bisa seperti sekarang.

 Ibu Sri Suparwi MA. Selaku pembimbing skripsi sekaligus sebagai motivator

serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

 Seluruh bapak/ibu guru dosen yang telah bersedia memberikan ilmu kepadaku,

terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

 Saudara-saudariku tersayang: Mbak Yayuk Masru‟ah, mas Sutrisno, kak Abdul

Mukhid, mas Andi, dan adikku Masyrifah, dan keponakan kecilku Muhammad Arkhan Syahid yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam segala situasi.

 Nenek Marfu‟ah, (Tami dan Kapong almarhum) dan Kakek (Mizan Almarhum) yang telah mendo‟akan penulis, memberi motivasi dan semangat

dalam menyelesaikan studi Strata I.

 Teman terbaikku di rumah (Indah, jijah, Rikanah, Nely, Lia Rofi‟ah, dan dek

Rofi‟ yang di jogja), di kampus (Ainiyati, mbak Sri, Setiati, A‟yun, mbak

(9)

vii

nasehat kepada penulis dalam melewati batu sandungan yang menghalangi setiap langkah dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Keluarga kecilku, Feni Megawati dan Sumarsih yang telah memberikan

semangat dan telah membantuku dalam melaksanakan penelitian serta menemani begadangku untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Teman-teman Jurusan KPI angkatan 2013 yang telah memberikan

kegembiraan, motivasi dan semangat belajar.

 Seluruh staff IAIN Salatiga yang telah membantu dalam administrasi maupun

yang lainnya.

 Keluarga besar Rumah TahfidH Daarul Ilmi Jangkungan, Salatiga khususnya

Ibu Hj. Partini (Joko) selaku pengasuh dan mbak Nyarminingsih, selaku Ustadzah yang telah menerimaku dengan baik untuk melaksanakan penelitian,terimakasih pula untuk dukungan serta semangatnya.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا للها مسب

Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum, tidak ada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “METODE MENGHAFAL AL-QUR‟AN PADA SANTRI PUTRI STUDI KASUS DI RUMAH TAHFIDH DAARUL ILMI SALATIGA TAHUN 2017”.

Berkat ridho-Nya penulis mampu meneyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan ini juga atas bantuan dari orang-orang disekitarnya, tidak ada kata yang patut dihaturkan selain terimakasih. Terimakasih sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum, selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A, selaku pembimbing skripsi.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, dorongan dan motivasinya.

(11)

ix

7. Pengasuh, ustadzah dan santri Daarul Ilmi Jangkungan, Salatiga yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

Besar harapan penulis semoga amal baik tersebut diterima Allah SWT. Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memilii banyk kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis.

Salatiga, 26 Agustus 2017

Penulis

(12)

x ABSTRAK

Hariyanti, Rina, 2017. Metode Menghafal Al-Qur’an Pada Santri Putri Studi Kasus Di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Salatiga Tahun 2017. Skripsi.

Fakultas Dakwah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.

Kata Kunci: Metode, Menghafal Al-Qur‟an, Rumah tahfidh Daarul Ilmi

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: 1) Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Salatiga tahun 2017. 2) Untuk mengetahui apa faktor penghambat dalam metode menghafal Al-Qur‟an santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Salatiga tahun 2017. 3) Untuk mengetahui solusi mengatasi faktor penghambat dalam metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga tahun 2017.

(13)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ...………..viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL……….xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Telaah Pustaka ... 9

(14)

xii

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 11

2. Lokasi Penelitian ... 11

3. Sumber Data ... 12

4. Teknik Pengumpulan Data ... 13

H. Sistematika Penulisan... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menghafal Al-Qur‟an 1. Pengertian menghafal Al-Qur‟an ... 19

2. Dasar Hukum dan Kaidah Menghafal Al-Qur‟an ... 21

a. Dasar Hukum Menghafal Al-Qur‟an ... 21

b. Kaidah Penting Menghafal Al-Qur‟an ... 22

B. Metode Menghafal Al-Qur‟an 1. Pengertian Metode Menghafal Al-Qur‟an ... 24

2. Macam-macam Metode Menghafal Al-Qur‟an ... 25

3. Proses Menghafal Al-Qur‟an ... 28

C. Faktor Penunjang dan Penghambat Menghafal Al-Qur‟an 1. Faktor Penunjang Menghafal Al-Qur‟an ... 31

2. Faktor Penghambat Menghafal Al-Qur‟an... 37

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga 1. Sejarah Singkat Berdirinya ... 41

2. Letak Geografis ... 42

(15)

xiii

4. Tujuan, Visi, dan Misi ... 44

5. Sarana dan Prasarana... 45

6. Keadaan ustadzah dan Santri ... 46

7. Kegiatan Santri ... 47

B. Temuan Penelitian 1. Metode Menghafal Al-Qur‟an... 49

2. Faktor Penunjang dan Penghambat Menghafal Al-Qur‟an ... 51

a. Faktor Penghambat... 51

b. Faktor Penunjang ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Metode Wahdah ... 56

2. Metode Sima‟i ... 57

3. Metode Persial ... 58

4. Metode Tahfidh ... 58

B. Pembahasan 1. Penerapan Metode Menghafal Al-Qur‟an ... 60

2. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 identitas Rumah Tahfidh ... 42

Tabel 3.2 struktur organisasi ... 43

Tabel 3.3 sarana dan prasarana ... 46

Tabel 3.4 data guru ... 47

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Transliterasi Arab-Latiun 2. Daftar Nilai SKK

3. Riwayat Hidup Penulis 4. Nota Pembimbing

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembaran Konsultasi

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Seluruh umat muslim menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman dan petunjuk untuk meraih sebagai kitab yang paling sempurna dibandingkan dengan kitab –kitab lain yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya, sehingga akan memancarkan sinar kemuliaan keseluruh penjuru dunia.

(19)

terkandung di dalam Al-Qur‟an. Bahkan kemurnian Al-Qur‟an akan selalu terjaga sampai hari akhir nanti karena Allah SWT sendiri akan menjaganya secara langsung, sebagaimana firman-firmannya dalam surat al-Hijr ayat 9 :

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al -Hijr/15:9).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah akan selalu dan senantiasa menjaga kemurnian Al-Qur‟an baik dalam setiap kalimatnya, ayatnya maupun hurufnya serta segala isi yang terkandung didalamnya. Karenanya, umat Islam memiliki tanggung jawab serta diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap al-Qur‟an dalam menjaga kemurnian dan keasliannya.

(20)

banyaknya problematika yang harus dihadapi para penghafal Al-Qur‟an untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah.

Adapun problematika yang dihadapi oleh para penghafal Al-Qur‟an secara garis besar meliputi: ayat-ayat yang dihafal lupa lagi,

ayat-ayat yang serupa tapi tidak sama, gangguan asmara, sukar menjaga hafalan (kurang dideres), melemahnya semangat menghafal Al-Qur‟an, tidak istiqomah dalam menghafal Al-Qur‟an (Sugianto, 2004: 100-104). Begitu banyak problem yang dihadapi oleh penghafal Al-Qur‟an namun karena kecintaan umat Islam terhadap Al-Qur‟an masih sangat banyak umat muslim yang memelihara keasliannya dengan cara menghafal Al-Qur‟an.

Menghafal Al-Qur‟an sebanyak 30 juz bukanlah perkara yang mudah. Semua pekerjaan atau program akan berjalan dengan lancar dan berhasil dalam mencapai target yang telah ditetapkan, jika menggunakan suatu metode yang tepat. Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan juga tergantung pada pemilihan dan penerapan suatu metode, sistem atau cara yang tepat, dan semua akan berjalan dengan efisien dan efektif.

Metode merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan dalam menghafal Al-Qur‟an. Ada beberapa metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur‟an, diantaranya yaitu Metode Wahdah, Metode Kitabah, Metode Sima‟I, Metode Gabungan, Metode

(21)

yang berbeda-beda dalam menghafal al-Qur‟an. Namun metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-berulang sampai dapat mengucapkan ayat yang telah dibacakan tanpa melihat mushaf sedikitpun.

Santri putri di rumah tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Salatiga juga menggunakan metode menghafal al-Qur‟an yang berbeda-beda. Namun, kebanyakan metode yang digunakan oleh santri tahfidh ialah dengan menggunakan metode Sima‟i. Dalam skripsi Miftakhur Rohman (IAIN Salatiga 2016) yang berjudul “Penerapan Metode

Sima’i dalam menghafal Al-Qur’an pada Santri Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Ta’mirul Islam Lawean Surakarta”, skripsi tersebut

menjelaskan metode yang diterapkan dalam menghafal Qur‟an yaitu metode sima‟i. Metode Sima’i yaitu mendengar, maksud dari sima’i ini

ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Dengan metode sima’i ini seorang penghafal al-Qur‟an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan sima’i seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.

Ada beberapa santri juga menggunakan metode menghafal al-Qur‟an dengan menggunakan metode menghafal PPA Darul Qur‟an

(22)

mengulang sendiri banyak terjadi kesalahan yang tidak disadari. Tetapi akan berbeda jika melibatkan patner/guru. Kesalahan-kesalahan yang terjadi akan mudah diketahui dan dapat diperbaiki bersama. Dan ada beberapa santri lain juga yang menggunakan metode menghafal Al-Qur‟an lainnya.

Selain itu, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan santri putri tahfidz di Darul Ilmi dalam proses menghafal Al-Qur‟an yaitu saat santri selesai menghafalkan hafalan baru, ia harus menyetorkannya kepada guru yang juga seorang tahfidz. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan saat menghafal Al-Qur‟an dan memperkuat hafalan yang sudah pernah dihafalkan.

Dalam menghafal Al-Qur‟an seseorang harus bisa menentukan metode mana yang cocok digunakan dalam menghafalkan al-Qur‟an sesuai kemampuan yang dimiliki. Menghafal Al-Qur‟an bukanlah perkara mudah yang dapat dilakukan, butuh proses yang panjang dan kesabaran dalam menghafalkan al-Qur‟an. Selain itu banyak pula cobaan yang akan dihadapi seorang penghafal Al-Qur‟an dalam proses menghafal maupun menjaga hafalan yang telah dimilikinya. Dan seorang penghafal memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga hafalannya.

(23)

meneliti tentang Metode Menghafal Al-Qur‟an pada Santri Putri Studi Kasus di Rumah Tahfidz Darul Ilmi Jangkungan Salatiga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Salatiga?

2. Apa saja faktor penunjang dan penghambat dalam metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Salatiga?

3. Bagaimana solusi mengatasi faktor penghambat dalam metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mendasarkan pada permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Salatiga. 2. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dalam metode tahfidzul

Qur‟an santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi

(24)

3. Untuk mengetahui solusi mengatasi faktor penghambat dalam metode menghafal Al-Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai pihak, yaitu :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bidang agama Islam, lebih khusus pada menghafalkan Al-Qur‟an di Rumah Tahfidz Darul Ilmi Salatiga, dan juga bisa sebagai bahan referensi dan tambahan pustaka pada perpustakaan IAIN Salatiga.

2. Secara praktis a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang metode menghafal Al-Qur‟an yang tepat dan menambah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran al-Qur‟an serta memtotivasi diri untuk menghafal al-Qur‟an.

b. Bagi Lembaga

(25)

Jangkungan Salatiga yang telah diterapkan sehingga menjadi lebih baik dimasa mendatang.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat menjadi wacana yang akan memotivasi dalam menghafal al-Qur‟an dan sebagai referensi untuk memilih metode menghafal Al-Qur‟an yang tepat.

E. Penegasan Istilah 1. Metode

Metode adalah cara tersusun atau teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2007: 740).

2. Menghafal

Menghafal dari kata hafal, yaitu menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan (Munjahid, 2007: 73).

3. al-Qur‟an

(26)

lengkap bagi umat manusia sejak turunnya Al-Qur‟an pada 15 abad yang lalu dan akan tetap sesuai dengan perkembangan zaman saat ini maupun untuk masa yang akan datang sampai dengan datangnya hari kiamat nanti. (Wardhana, 2004: 46).

4. Yayasan (Rumah Tahfizh)

Yayasan Adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kyai ciri-ciri khas yang bersifat arismatik serta independen dalam segala hal. Sedangkan yang dimaksud yayasan disini adalah Rumah Tahfidz (Https://id.m.wikipedia.org, penelusuran tanggal 06 september 2017).

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Rumah tahfidz merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal santri-santri yang sedang menuntut ilmu dan ingin mempelajari isi kandungan al-Qur‟an dengan cara menghafalkannya.

F. Telaah Pustaka

(27)

dengan ruang lingkup penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Miftakhur Rohman (IAIN Salatiga, 2016) yang berjudul “Penerapan Metode Sima’I dalam Menghafal Al-Qur’an pada

Santri Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an Ta’mirul Islam

Lawean Surakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah

kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan metode yang diterapkan dalam tahfidzul Qur‟an adalah metode sima‟. Di dalam penelitian

ini tidak ada kekurangan yang jelas. Hal itu dibuktikan dari hasil pembelajaran yang selalu maksimal.

2. Penelitian Linawati Retno Wulan (STAIN Salatiga 2016). Yang berjudul “Implementasi Metode Ummi dalam Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an pada siswa SMP IT Izzatul Islam Getasan

Kab. Semarang”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan metode tahfidzul Qur‟an yang

digunakan di SMP IT adalah metode ummi. Tujuan metode ini untuk mepermudah siswa yang menghafal dan membangun generasi Qur‟ani. Hasil penggunaan metode ini cukup baik, ini

dibuktikan dengan prestasi lomba yang diikuti oleh siswa.

(28)

serta faktor penunjang dan hambatan menghafal Al-Qur‟an di Rumah Tahfidz Darul Ilmi Jangkungan Salatiga tahun 2017.

G. Metode Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data objek yang dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan dengan penelitian yaitu:

1. Pendekatan dan jenis pendekatan

Di lihat dari jenisnya, Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, pendekatan ini disebut juga penelitian naturalistik (alamiah). Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kulitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur disebut naturalistic, karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural”, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur

dengan eksperimen atau test (Nasution, 2003: 18).

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan tanpa menggunakan prosedur analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian langsung di Rumah Tahfidz Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga, agar memperoleh data-data yang lengkap dan akurat mengenai metode menghafal Al-Qur‟an.

2. Lokasi penelitian

(29)

3. Sumber data

Sumber data dalm penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumnetasi dan lain-lain. Beraitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film (Moleong, 2009: 157). Sumber data ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung sebagai sumber utama yaitu pengasuh, pengurus dan santri Darul Ilmi, Jangkungan Kota Salatiga.

b. Sumber data tertulis

Walaupun dikatakan bahwa diluar kata dan tindakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dibagi atas sumber buku, dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2009: 159).

(30)

pengurus, data santri, rekaman. Dokumen ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui kata-kata dan tindakan yang diperoleh secara langsung di Rumah Tahfidz Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yang dianggap relevan yaitu meliputi:

a. Observasi

Menurut M.Q Patton, observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan situasi social, serta konteks kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya peneliti dilapangan dengan mengadakan pengamatan secara langsung (Nasution, 2003: 59).

Dengan observasi ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh data yang konkret tentang penggunaan metode menghafal al-Qur‟an dan juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.

b. Wawancara

(31)

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (moleong, 2008: 186).

Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi apa saja yang ada dalam pikiran responden. Dengan metode wawancara peneliti dapat memperoleh informasi lebih mendalam dengan subjek penelitian dan kearah fokus penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Dokumen resmi ada dua: dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, misal: majalah, bulletin pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa (Moleong, 2009: 219).

Dokumentasi yaitu terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi (Nasution, 2003: 85). d. Analisis Data

(32)

(http://bersukacitalah.wordpress.com/2011/01/20/TahapanAnal isisData-Penelitian -Kualitatif. Diakses tanggal 06 September 2017)

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan adalah sebagai berikut:

1) Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperoleh dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. 2) Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak

perlu untuk dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal yang penting.

3) Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.

e. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009: 331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:

(33)

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011: 241).

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011:331).

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi metode, yakni menggali data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subjektivitas.

f. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Moleong (2009: 127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:

(34)

Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan kepada pihak Rumah Tahfidz Darul Ilmi. Menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dianalisiskan konsep analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, penulis memaparkan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :

(35)

Bab II : Kajian pustaka, berisikan pengertian menghafal Al-Qur‟an, dasar hokum dan kaidah menghafal Al-Qur‟an, pengertian metode menghafal Al-Qur‟an, macam-macam metode menghafal Al-Qur‟an, proses menghafal Al-Qur‟an, faktor penunjang dan faktor penghamabat menghafal Al-Qur‟an

Bab III : Paparan data dan hasil penelitian berisi: gambaran umum tentang Rumah Tahfidh Darul Ilmi meliputi, sejarah singkat berdirinya, letak geografis , struktur organisasi, tujuan, visi dan misi, sarana dan prasarana, keadaan ustadzah dan santri kegiatan santri. Temuan penelitian meliputi, metode menghafal Al-Qur‟an dan faktor penunjang dan penghambat menghafal Al-Qur‟an.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Tahfidz Al-Qur’an merupakan gabungan dari dua kata, yaitu menghafal dan Al-Qur‟an. secara bahasa, tahfidz berarti menghafalkan. Tahfidz merupakan bentuk isim mashdar ghoiru mim dari kata, hafizho yahfazhu hifzhon, yang artinya memelihara, menjaga, dan menghafal (Yunus, 2009: 105). Definisi menghafal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat (Depdikbud, 1999: 33).

Menghafal adalah suatu aktifitas yang menanamkan suatu materi ke dalam ingatan, sehingga nantinya akan dapat diingat kembali secara harfiyah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar.

(http://www.referensimakalah.com//2012/12/menghapal-alquran-pengertian-dasar-hukum-tujuan-dan-hikmah. Diakses pada tanggal 07 September 2017)

(37)

“membaca”, yang bersinonim dengan kata qira-ah. Kata qara-a sendiri

berarti menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan sebagian lainnya. Kenyataannya, memang huruf-huruf dan lafal-lafal serta kalimat-kaliamat Al-Qur‟an berkumpul dalam satu mushaf. Secara terminologi kata Al-Qur‟an didefinisikan dalam berbagi redaksi. Menurut Manna‟ Kahlil Al

-Qaththan dalam tulisan Sugianto, Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bernilai ibadah membacanya.

Sedangkan menurut Muhammad Ali Ash-shobuny, Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu‟jizat) yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul yaitu Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibri, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, yang tertulis dalam beberapa mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membacanya merupakan suatu ibadah (2004: 18-19).

(38)

2. Dasar Hukum dan Kaidah Menghafal Al-Qur’an a. Dasar Hukum Menghafal Al-Qur’an

Secara tegas banyak para ulama‟ mengatakan, alasan yang menjadi

dasar untuk menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

1. Jaminan kemurnian Al-Qur‟an dari usaha pemalsuan. Para penghafal al-Qur‟an merupakan orang-orang yang dipilih Allah unruk menjaga kemurnian Al-Qur‟an dari usaha-usaha pemalsuannya. Sebagaimana firman Allah SWT:

َن ْوُظِف ٰحَل ُهَل اَّنإ َو َرْكِّذْلﺍ َانْلَّزَن ُن ْحَن اَّنِإ

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menururnkan Al-Qur‟an,

dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al -Hijr: 9)

Dengan demikian sebagai konsekuensi logis, maka Allah SWT memberikan kemudahan kepada orang-orang yang berminat untuk menghafal Al-Qur‟an dan bersungguh-sungguh dalam menghafalnya. Hingga akhir zaman, Al-Qur‟an akan tetap eksis serta tidak akan kekurangan para penghafalnya, dan semua itu tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Begitu pula para penghafal Al-Qur‟an pada hakikatnya merupakan pilihan Allah SWT yang memegang peranan sebagai penjaga dan pemelihara terhadap kemurnian Al-Qur‟an.

(39)

mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur‟an (Ahsin, 2000: 23-24).

Sa‟dulloh (2008: 19) menyatakan bahwa hukum menghafal

Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah atau kewajiban bersama. Sebab jika tidak ada yang menghafal dikhawatirkan akan terjadi perubahan terhadap teksteks Al-Qur‟an.

Kemudian menurut Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, mengatakan: “Ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al -Qur‟an itu adalah fardhu kifayah bagi umat.” (343: 1)

Dari ungkapan diatas sudah jelas bahwa menghafal Al-Qur‟an hukumnya adalah fardhu kifayah. Apabila sebagian dari

anggota masyarakat melaksanakannya maka gugurlah kewajiban yang lain. Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan menanggung dosanya.

b. Kaidah Penting Menghafal Qur’an

Para penghafal Al-Qur‟an terikat oleh beberapa kaidah penting di dalam menghafal yaitu :

1. Niat yang ikhlas, bermakna bahwa seseorang akan meluruskan niat dan tujuan untuk menghafal Al-Qur‟an semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(40)

Al-Qur‟an adalah dengan mendengarkan bacaan orang yang sudah

baik bacaan Al-Qur‟annya, atau dari orang yang sudah hafal dan sangat cermat sekali, arena hanya dengan begitulah Al-Qur‟an dapat dipelajari secara baik.

3. Konsisten dengan satu mushaf. Alasan kuat menggunakan satu mushaf ini adalah bahwa manusia mengingat dengan cara melihat dan mendengar sehingga gambaran ayat dan posisinya dalam mushaf dapat melekat kuat di dalam pikiran (Sa‟dulloh,

2008: 35-36).

4. Pemahaman merupakan cara menghafal. Dengan memahami makna ayat, maka akan lebih mudah untuk mengetahui keterkaitan ayat yang satu dengan ayat yang lain, sehingga mempermudah ingatannya. Oleh karena itu, penghafal Al-Qur‟an selain harus melakukan pengulangan secara rutin, juga

diwajibkan untuk membaca tafsiran ayat yang dihafalkan. 5. Mengulangi secara rutin. Penghafalan Al-Qur‟an berbeda

(41)

B. Metode Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Metode Menghafal Al-Qur’an

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 740), metode adalah cara untuk mencapai sesuatu. Secara harfiah berarti “cara”‟. Dan secara umum metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah upaya sistematis yang dilakukan seorang pendidik untuk meningkatkan proses belajar pada diri peserta didik. Jadi, metode pembelajaran adalah cara untuk menyajikan suatu materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka untuk perubahan akan sikap dan pola pikir peserta didik.

Metode berbeda dengan strategi. Strategi merupakan sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara teratur yang dapat digunakan untuk mencapai melaksanakan strategi (Kastolani,2014: 96-97).

(42)

2. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Qur’an

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Miftakhur Rohman (IAIN Salatiga) yang berjudul “Penerapan Metode Sima‟i dalam

Menghafal Al-Qur‟an pada Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta” (2016: 31-33), Ahsin W.

berpendapat bahwa ada lima metode dalam menghafal Al-Qur‟an, antara lain:

a. Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak 10 kali, atau 20 kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang telah dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, begitu seterusnya hingga mencapai satu kaca atau satu muka. Setelah ayat-ayat pada satu kaca, maka dilanjutkan menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.

(43)

atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan begitu ia dapat sambil memperhatikannya dan sambil menghafalkannya dalam hati. Model ini cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.

c. Metode Sima‟i: memiliki arti mendengar. Maka yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak kecil yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an.

(44)

hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini hasilnya akan baik sekali, karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.

e. Metode Jama‟, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara bersama-sama,dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan ayat-ayat atau beberapa ayat dan murid menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan murid mengikutinya. Setelah ayat-ayat tersebut dibaca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur sedikit demi sedikit dengan mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya. Sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya, itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam bayangannya. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.

(45)

3. Proses Menghafal Al-Qur’an

Menurut pendapat Sa‟dulloh (2008: 52-54) menjelaskan bahwa ada

lima metode dalam menghafal Al-Qur‟an, antara lain:

a. Bin-Nadzhar, yaitu memebaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur‟an secara berulang-ulang. Utuk proses bin-nadzhar ini hendaknya dilakukan empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Agar lebih mudah dalam proses menghafalnya, maka selama proses bin-nadzhar ini diharapkan calon hafizh juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.

b. Tahfidz, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nadzhar.

(46)

kembali dari awal sampai tidak ada kesalahan, baik lafazh maupun urutan ayat-ayatnya. Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik dan lancar, lalu dilanjutkan dengan awal halaman berikutnya, sehingga halaman itu akan terus sambung-menyambung. Oleh karena itu, setiap satu halaman perlu juga diulang dengan dirangkaikan dengan halaman-halaman sebelumnya.

c. Talaqqi, yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada guru atau instruktur. Guru yang menerima haruslah seorang hafizh al-Qur‟an yang telah mantap agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. Proses talaqqi

ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafizh dan mendapatkan bimbingan seperlunya. Seorang guru hafizh hendaknya juga mengetahui silsilah guru sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

(47)

d. Takrir yaitu, mengulang hafalan atau men-sima‟kan hafalan yang pernah dihafal atau sudah pernah disetorkan kepada guru tahfizh. Takrir dilakukan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa.

e. Tasmi‟ yaitu, memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jama‟ah .dengan tasmi‟ ini

seorang penghafal al-Qur‟an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengan dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam

hafalan.

Metode yang dikenal untuk menghafal al-Qur‟an ada tiga macam, yaitu:

1) Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal. 2) Metode bagian, yaitu menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi

kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman.

(48)

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an 1. Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur’an

Ada beberapa hal yang dianggap penting sebagai pendukung tercapainya tujuan menghafal Al-Qur‟an. faktor-faktor pendukung tersebut ialah:

a. Usia yang Ideal: menghafal Al-Qur‟an sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa usia seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-Qur‟an. Seorang penghafal yang masih berusia relatif muda jelas

akan lebih potensial daya ingat dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca, dihafal dan didengarnya dibanding mereka yang berusia lanjut, walaupun tidak bersifat mutlak. Hal ini tidak karena usia dini (anak-anak) lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar dan dihafal.

(49)

menyelesaikan program menghafal Al-Qur‟an lebih cepat, karena tidak menghadapi kendala-kendala dari kegiatan lainnya.

Penelitian yang telah dilakukan Miftakhur Rohman (IAIN Salatiga) yang berjudul “Penerapan Metode Sima‟i dalam

menghafal Al-Qur‟an pada Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Ta‟mirul Islam Lawean Surakata” (2016, 44-45), Ahsin W.

berpendapat bahwa alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target harian satu halaman adalah 4 jam, dengan rincian 2 jam untuk menghafal ayat-ayat baru, dan 2 jam lagi untuk muroja’ah (mengulang kembali) ayat-ayat yang telah dihafalnya

terdahulu. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan manajemen yang diperlukan oleh masing-masing para penghafal. Misalnya: 1 jam dari 2 jam yang disediakan untuk menghafal setengah halaman di waktu pagi, sedangkan 1 jam lagi untuk menghafal di waktu sore, atau malam dan seterusnya.

Ada pula yang mengaturnya dalam empat bagian, yaitu ½ jam untuk menghafal di waktu pagi hari ½ jam pada waktu malam. Selanjutnya, dua jam yang disediakan untuk waktu muroja’ah dapat diatur sebagai berikut, 1 jam di antaranya digunakan untuk muroja’ah ayat-ayat yang telah dihafalnya pada siang hari dan satu jam yang lain untuk muroja‟ah pada malam hari. Ada pula yang 2

(50)

saja. Sedangan waktu-waktu senggang lainnya hanya untuk menghafal saja.

Sedangkan menurut Sa‟dulloh (2008: 42-44), diantara

waktu-waktu yang baik untuk menghafal adalah pada sepertiga malam terakhir setelah melaksanakan shalat tahajud. Pada saat itu suasana tenang, sehingga hafalan cepat masuk. Begitu pula waktu setelah shalat subuh merupakan waktu yang baik untuk menghafal. Tetapi waktu yang paling baik untuk menghafal tentunya berbeda-beda bagi tiap orang. Karena itu, yang lebih tahu waktu menghafal yang baik adalah orang-orang yang akan menghafal itu sendiri. Maka sebelum menghafal cobalah pilih terlebih dahulu waktu yang tepat untuk menghafal.

Agar memperoleh ketenangan jiwa dan pikiran, sebelum memulai menghafal dianjurkan untuk membaca do‟a atau shalawat, seperti:

(51)

Sedangan apabila telah selesai menghafal/membaca Al-Qur‟an dianjurkan untuk membaca do‟a seperti berikut,

ﺍَ﴿

َّمُهلَّل

ًِْتَجاَح َدْنِع ًََّلإ ُهْدُد ْرَف ُهُت ْأَرَق اَم َكُتْعَد ْوَتْسَﺍ ًِّْنِإ

﴾ِهٌَْلِإ

Artinya: “Ya Allah kami, sesungguhnya aku mohon pertolongan

-Mu, agar Engkau mengembalikan hafalan Al-Qur‟an-ku ketika aku memerlukannya.” (Sa‟dulloh, 2008: 44)

c. Tempat yang tenang, Situasi dan kondisi suatu tempat merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya program menghafal Al-Qur‟an. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak sedap

dipandang mata, penerangan yang tidak sempurna, serta polusi udara yang tidak nyaman akan menjadi kendala terhadap terciptanya konsentrasi. Oleh karena itu, untuk menghafal diperlukan suasana dan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi. Dan diantara penghafal ada yang cenderung memilih tempat yang terbuka, atau tempat yang luas, seperti di masjid, atau ditempat-tempat lain yang lapang, sunyi dan sepi (Asy-Syahri, 2016: 9).

Dari penelitian yang telah dilakukan Miftakhur Rahman (IAIN Salatiga) yang berjudul “Penerapan Metode Sima‟i dalam

(52)

dalam buku Kiat Praktis Menghafal Al-Qur‟an, menjelaskan bahwa ada enam faktor yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an, adalah:

1) Faktor Latihan dan Pengulangan : Pada saat menghafal Al-Qur‟an yang disertai dengan pengulangan konsisten, maka

hafalan akan semakin melekat pada memori pikiran dan semakin lancar. Sebaliknya, tanpa adanya latihan meupun pengulangan, hafalan yang sudah dihafal akan menjadi berkurang bahkan hilang sama sekali.

2) Faktor Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untukmelakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari Al-Qur‟an bahkan menghafal Al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya,

jika ia tidak mengetahui betapa penting dan manfaat dari hasil yang akan ia lakukan. Dengan adanya motivasi yang tepat, maka akan menumbuhkan refleksi jiwa, sehingga akan muncul hasil-hasil yang semula tidak terduga.

(53)

Sifat-sifat kepribadian yang ada pada diri seseorang itu sedikit banyak turut pula mempengaruhi hasil menghafal yang dapat dicapai. Salah satu sifat-sifat kepribadian ini ialah fakrot kesehatan fisik dan kondisi badan.

4) Kondisi keluarga: Kondisi keluarga ada yang miskin da nada pula yang kaya.ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan kondisi keluarga yang variatif itu, mau tidak mau juga turut menentukan bagaimana dan sampai dimana si anak dapat serius dalam menghafal Al-Qur‟an. oleh karena itu, dalam menghafal Al-Qur‟an diperlukan dukungan dari pihak keluarga dalam segala aspek.

5) Faktor guru: Bimbingan guru juga ikut menentukan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an karena guru pembimbing akan mendengarkan, mengarahakan, dan menyimak hafalan Al-Qur‟annya, termasuk juga kesempatan dan kesediaan guru

(54)

yang sering terjadi adalah tradisi menunggu, artinya sang penghafal tidak berani meneruskan hafalannya sebelum hafalan yang dimilikinya disetorkan.

6) Faktor motivasi social: Karena menghafal Al-Qur‟an itu suatu proses diri dalam, maka faktor motivasi sosial juga ikut memegang peranan. Jika guru pembimbing atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak, maka timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk menghafal Al-Qur‟an lebih baik. Motivasi sosial dapat pula timbul dari tuntutan masyarakat.

2. Faktor Penghambat Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur‟an dikatakan berat dan melelahkan. Karena untuk mendapatkan nilai baik di mata Allah dan di mata manusia, butuh perjuangan keras, tak kenal lelah, sabar dan tabah dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang.

Menurut Sugianto (2004: 100-104), beberapa faktor yang menghambat proses menghafal Al-Qur‟an dan cara pemecahannya ialah:

a. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

(55)

lancar bagaikan air sungai yang mengalir dengan deras, tetapi sewaktu ditinggal mengerjakan persoalan lain, sore harinya sudah tidak berbekas lagi. Bahkan bila dicoba langsung ditasmikkan atau diperdengarkan kepada seorang guru pembimbing, satu ayat pun tidak akan terbayang.

Lupa dalam menghafal dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Lupa yang bersifat manusiawi dan alami Yaitu lupa yang

biasa dialami oleh penghafal ketika dalam proses menghafal Al-Qur‟an. karena hal ini tidak mungkin dapat dihindari oleh seorang penghafal Al-Qur‟an. Bahkan selama hidupnya ia akan mengalami lupa satu atau dua ayat walaupun sudah banyak mengulangnya.

2) Lupa karena keteledoran Yaitu lupa yang bersumber dari penghafal sendiri seperti malas mengulang hafalan.

Cara mengatasinya ialah hendaknya sebelum mentasmikkan atau memperdengarkan hafalan kepada guru pembimbing, terlebih dahulu hafalan yang semula sudah dihafal dengan lancara harus diulang seperti hafalan yang baru.

b. Banyak ayat-ayat serupa tapi tak sama

(56)

atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya sama.

Cara mengatasinya ialah pertama kali dihitung dulu ayat-ayat yang serupa tersebut, harus diketahui pada surat apa, juz berapa, dan pada ayat keberapa, kemudian ditulis pada buku untuk dibandingkan dan ayat-ayat yang serupa tersebut diberi garis bawahnya. Bila perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada. c. Gangguan asmara, Mayoritas para penghafal Al-Qur‟an berada

pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Dan persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga , membaca buku ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Namun juga terkadang gangguan asmara ini bukan merupakan suatu ganggguan yang berarti bahkan bisa dijadikan sebagai pemicu semangat dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an jika yang bersangkutan bisa menyikapinya dengan kedewasaan. “Al-Qur’an saya harus cepat khatam, setelah itu akan saya lamar si dia”

(57)

sebagainya.persolan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri oleh penghfal karena dialah yang lebihg tahu tentang dirinya sendiri. e. Melemahnya semangat menghafal Al-Qur‟an

Hal ini biasa terjadi pada saat menghafal berada pada juz –juz pertengahan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang harus diselesaikan masih banyak. Untuk mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus menerus dan memiliki keyakinan (optimis) bahwa hafalan 30 juz ini akan berangsur-angsur bisa terlewati dan sampai khatam. Selain itu seorang penghafal juga dpat membuat variasi-variasi dalam menghafal, misalnya dengan menghafal selang-seling antara juz-juz awal dan juz-juz akhir sehingga bertemu di pertengahan Al-Qur‟an (juz 1, 30, 2, 29, 3, 28..) sebagai antisipasi untuk menghindari kejenuhan.

f. Tidak istiqamah

(58)

21 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga

1. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Tahfidh Darul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga

Berdirinya Rumah Tahfidh ini dilatar belakangi oleh niat pengasuh dan keluarga untuk mendirikan adanya lembaga pendidikan yang mampu menampung generasi-generasi Qur‟ani atau mencetak seorang/hafidzoh Qur‟an, karena pengasuh mengkahawatirkan akan punahnya orang yang hafal Qur‟an di negara Indonesia ini.

Adanya keinginan dari pengasuh dan keluarga maka didirikanlah Rumah Tahfidh ini yang dipelopori oleh “Ibu Partini” atau biasa dipanggil “Ibu Joko” pada tahun 2010. Rumah Tahfidh Daarul Ilmi

beridiri diatas tanah seluas 115 m2 dengan status gedung milik sendiri dan sataus tanah sebagai tanah wakaf.

(59)

Semula Rumah Tahfidh ini menerima santri putra dan putri. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi santri putra yang tinggal di Rumah Tahfidh tersebut karena tidak adanya ustadz (laki-laki) yang mendampinginya dalam pembelajaran menghafal Al-Qur‟an.

Kemudian pada tahun 2017, pondok ini hanya menerima santri putri saja. Berkat kegigihan dan semangat perjuangan pengasuh banyak santri yang datang dari berbagai daerah baik dalam maupun luar kota. Sampai saat ini jumlah seluruh santri kurang lebih 30 santri dan seluruhnya merupakan santri putri.

Tabel 3.1 identitas Rumah Tahfidz Daarul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga Tahun 2017

NO. SARANA dan PRASARANA KETERANGAN

1. Nama Rumah Tahfidh Daarul Ilmi

2. Alamat Jl. Jangkungan, RT 4 RW IV, Mangunsari, Salatiga 3. Telepon (0898) – 321608

4. Tahun Berdiri 2010

5. Terakreditasi Belum

Sumber: Dokumen Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Salatiga 2017 2. Letak Geografis Rumah Tahfidh DaaruI ilmi

(60)

Jangkungan RT 4 RW IV. Lokasi Rumah tahfidh Daarul Ilmi ini dekat dengan Lapangan Pancasila (PANSI) dan kampus IAIN Salatiga. Jarak dari jalan raya menuju Rumah Tahfidh hanya berkisar 80 meter, sehingga lokasi ini mudah dijangkau baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

3. Struktur Organisasi Rumah Tahfidh Darul Ilmi

Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan kerjasama dalam organisasi. Rumh tahfidh Daarul Ilmi sebagai lembaga non – formal yang dipimpin oleh seorang pengasuh yaitu Hj. Partini, serta dibantu para pengurus lainnya yang juga menjadi santri di Rumah tahfidh Dararul Ilmi. Adapun struktur organisasi Rumah tahfidh Daarul Ilmi Salatiga sebagai berikut:

Tabel 3.2 Struktur Organisasi Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Kota Salatiga Tahun 2017

Jabatan Nama

Pengasuh Hj. Partini

Ustadzah Nyarminingsih

Ketua Irtifaiyah

Wakil ketua Siti Niadatul H

Sekretaris I Nur Azizah

(61)

Bendahara I Alinatul M Bendahara II Khoridatul B

Keamanan dan Ketertiban Rina Budiyati dan Nailul Hana Humas dan Ubudiyah Sindi F dan Zainatul M

Sumber: Dokumen Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Salatiga 2017 4. Tujuan, Visi dan Misi Rumah Tahfidh Daarul Ilmi

a. Tujuan

Rumah Tahfidh Daarul Ilmi merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan dan berperan aktif dalam usaha-usaha memajukan bangsa. Hal ini dilakukan dengan memberikan pendidikan ilmu-ilmu Al-Qur‟an, terutama bagaimana cara membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar., yaitu mengetahui hukum-hukum bacaan Al-Qur‟an (tajwid) dan fasih dalam pengucapannya, hingga menghafalkan Al-Qur‟an suatu tingkat tertinggi dalam bidang qira‟ah Al-Qur‟an serta mengamalkannya.

Sedangkan tujuan lain dari Rumah Tahfidh ini adalah dakwah. Dakwah tersebut adalah berupa kegiatan sima‟an, yaitu

pembacaan Al-Qur‟an 30 juz secara kolektif untuk keperluan -keperluan tertentu dari masyarakat. Misalnya seseorang ingin menikahkan putra/putrinya, atau ingin memperingati hari kematian anggota keluarganya, biasanya mereka meminta do‟a restu

(62)

membacakan Al-Qur‟an ditempat yang telah ditentukan. Ini merupakan syi‟ar dakwah yang senantiasa dilakukan oleh Rumah

Tahfidh Daarul Ilmi.

b. Visi

Melahirkan generasi Qur‟ani yang beramal, bertaqwa, dan

berakhlakul karimah. c. Misi

1) Menyelenggarakan bimbingan kepada calon penghafal Al-Qur‟an.

2) Menyelenggarakan pengkajian kandungan makna Al-Qur‟an. 3) Menciptakan situasi yang nyaman untuk umat Islam di dalam

kota kecil (Salatiga) yang mayoritas penduduknya non – Muslim.

5. Sarana dan Prasarana

(63)

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Kota Salatiga 2017

NO. SARANA dan PRASARANA JUMLAH

1. Luas bangunan (m2) 115 m2

2. Kamar asrama putri 5

3. Masjid/mushola 1

4. Ruang pimpinan 1

5. Ruang ustadzah 1

6. Ruang administrasi 1

7. Perpustakaan 1

8. Toilet 2

9. Sumber penerangan 1

6. Keadaan Ustadzah dan Santri Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga tahun 2017

Ustadzah adalah seorang guru yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dan paling bertanggung jawa untuk memonitor jalannya kegiatan belajar mengajar. Adapun ustadzah yang mengajar di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi yaitu para santri yang senior (pengurus) yang

mengabdikan untuk membimbing adik-adiknya. (hasil wawancara dengan pengasuh Daarul Ilmi, tanggal 07 September 2017 di Rumah

(64)

Tabel 3.4 Data Guru Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Salatiga 2017

NO. Nama Ustadzah Status Jabatan

1. Nyarminingsih Mahasiswa Ustadzah 2. Irtifaiyah Mahasiswa Guru tajwid

3. Hanifatul lathifah Mahasiswa Guru tajwid 4. Nur Azizah Mahasiswa Guru tajwid

Sumber: Dokumen Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Salatiga 2017 Sedangkan jumlah siswa menurut data yang diperoleh dari penelitian ini adalah 30 siswa dengan perincian dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Daftar Jumlah Santri Rumah Tahfidh Daarul Ilmi 2017

No. Status Total

1. 2.

Mahasiswa IAIN Salatiga SMA

25 santri 4 santri

Jumlah 29 santri

Sumber: Dokumen Rumah Tahfidh Daarul Ilmi 2017 7. Kegiatan Santri di Daarul Ilmi

(65)

Dengan diwajibkannya santri tinggal di Daarul Ilmi, maka akan lebih mudah bagi pelaksanaan Rumah Tahfidh untuk mencetak santri yang bertitel hafidh Qur‟an dengan ilmu tajwid yang baik dan memahami pokok-pokok dari Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

a. Jadwal Kegiatan 1) kegiatan mingguan

a) Ngaji menambah muroja‟ah b) Sima‟an

c) Tajwid d) Khitobah e) Berzanzi f) Yasinan g) Mujahadahan 2) kegiatan bulanan

a) kerja bakti massal 3) kegiatan tahunan

a) Acara mauled Nabi Muhammad SAW. b) Acara Isra’ Mi’raj sekaligus khatmil Qur‟an. c) Kegiatan Ramadhan.

d) Wisuda akbar. b. Bimbingan Penyuluhan

(66)

satu santri yang melanggar peraturan, maka santri tersebut akan mendapatkan bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan berupa hal-hal sebagi berikut:

1) Memberi teguran langsung.

2) Pengarahan dan peringatan setelah shalat berjama‟ah. 3) Peringatan tertulis di depan pintu aula.

4) Diberi takziran, misalnya : membayar denda uang Rp 1.000. B. Temuan Penelitian

1. Metode Menghafal Al-Qur’an Pada Santri Putri di Rumah Tahfidz Daarul Ilmi Jangkungan Kota Salatiga

Metode yang digunakan oleh santri putri tahfidh bermacam-macam metode, karena santri tidak diwajibkan menggunaan metode tertentu dalam menghafal Al-Qur‟an. santri tahfidz putri yang terdiri dari 29 santri, mayoritas menggunakan metode wahdah dan sima‟i.

Berdasarkan angket yang telah diisi oleh santri tahfidh, metode yang digunakan oleh santri tahfidh putri yaitu, 10 santri menggunakan metode wahdah, 10 santri menggunakan metode sima‟i, 4 santri

menggunakan metode persial dan 5 santri menggunakan metode tahfidz.

(67)

beranggapan bahwa menggunakan metode tersebut mereka dapat lebih cepat mengejar target menghafal yang telah ditetapkan di lembaga. Sedangkan santri yang menggunakan metode wahdah dan sima‟i,

hanya santri-santri yang mempunyai kemampuan daya ingat kuat. Jadi, tidak semua santri bisa menggunakan metode tersebut.dan hanya sedikit santri yang menggunakan metode tahfidz, santri lain beranggapan menggunakan metode tahfidz membutuhkan waktu lama saat menghafal karena cara menghafalnya per kalimat. Metode tersebut biasa dilakukan oleh santri yang merasa kesusahan saat menghafal. Sebagaimana hasil wawancara dengan ustadzah NY (07-8-2017) mengungkapkan bahwa:

“santri tahfidh disini lebih banyak yang menggunakan metode menghafal menghafal Al-Qur’an dengan terlebih dahulu menghafal satu ayat yang dibaca bin nadzar dan diulang beberapa kali sampai melekat dipikiran, baru kemudian melanjutkan pada ayat selanjutnya dengan cara yang sama. Setelah itu, ayat pertama dan selanjutnya dirangkai dengan cara bil ghaib, begitu seterusnya sampai satu halaman. Sementara santri yang menggunakan cara menghafal dengan melihat arti itu hanya beberapa santri yang memiliki kemampuan dalam bahasa arab. Ada juga beberapa santri yang menggunakan metode yang lain”.

Sebagai santri tahfidh Daarul Ilmi, EM (16-8-2017) mengungkapkan bahwa:

(68)

Dari data diatas santri lebih banyak menggunakan metode menghafal sima‟i dan wahdah, karena banyak santri yang menganggap

metode tersebut dapat memudahkan proses mengafal dan tidak membutuhkan waktu lama dalam mendapatkan hafalan baru.

2. Faktor Penunjang dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an di Rumah Tahfidz Daarul Ilmi

a. Faktor Penghambat

Faktor Penunjang dan Penghambat menghafal Al-Qur‟an di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi. Adapun faktor penghambat dalam menghafal

Al-Qur‟an di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:

1. Banyak ayat yang serupa tapi tidak sama

AlQur‟an memiliki ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama, sehingga penghafal Al-Qur‟an terkadang merasa kesulitan untuk menghafalkan ayat-ayat tersebut. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Partini selaku Pengasuh Daarul Ilmi menyatakan bahwa:

“Banyak ayat-ayat al-Qur’an pada awalnya sama dan mengenai peristiwa yang sama juga, namun pada pertengahan atau pada akhir ayatnya berbeda, atau sebaliknya. Pada awalnya sama, tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya sama”.

(69)

Begitu juga di Rumah Tahfidz Daarul Ilmi ini, kebanyakan pada saat akan menambah hafalan yang baru, santri tahfidh ini merasakan sifat yang malas, sehingga sifat ini sangat menghambat proses menghafal calon tahfidh yang akan menambah ataupun memuroja‟ah (mengulang) hafalannya. Hal seperti yang dirasakan salah satu santri Rumah Tahfidh Daarul Ilmi yaitu AL (21 tahun) : “yang menjadi penghambat adalah jika rasa malas. Jika mau menambah hafalan baru, apalagi kalau mau memuroja’ah (mengulangan) hafalanku yang sudah pernah aku hafalkan, rasa malas itu tiba-tiba mucul.”

Hal yang sama diungkapkan oleh EM (22 tahun) :

“Dalam semua pekerjaan pasti ada kendala. Begitu juga dengan hafalan saya mbak. Terkadang saya mau mengawali ngaji itu males banget, tapi kalau sudah beberapa menit mengaji maka rasa malas itu hilang. Menurut saya itu semua berkat barokah Al-Qur’an”.

(70)

“jika banyak tugas di kampus saya jarang menambah mbak tapi insyaAllah saya istiqomah hadir dan menyetorkan hafalan lama saja”.

b. Faktor Penunjang

Tentunya jika didalam sebuah pelaksanaan metode terdapat faktor yang menghambat, maka terdapat pada solusi/ faktor penunjang untuk mengatasi faktor menghambat tersebut ialah sebagai berikut:

1. Niat yang benar dan ikhlas

Niat yang benar dan ikhlas adalah solusi utama dalam mengatasi hambatan saat menghafal Al-Qur‟an. dan niat yang salah akan menghambat proses kita dalam menghafal Al-Qur‟an. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadzah

Nyarminingsih bahwa:

“Niat yang benar dan ikhlas. Niat awal seorang penghafal Al -Qur’an itu harus diawali dengan niat dari awal saja salah, hanya untuk pujian dari orang lain, insyaAllah hafalannya tidak akan benar-benar melekat, karena niat dari awal saja sudah salah. Jadi, seorang penghafal al-Qur’an hanya sema ta-mata mencari ridho Allah SWT” (07-09-1017).

2. Mengulang hafalan dengan teratur

(71)

adalah untuk menguatkan hafalan itu sendiri dalm hati, karena semakin sering mengulang maka semakin kuat hafalan tersebut seperti hasil wawancara kepada Ustadzah Nyarminingsih: “Untuk menjaga hafalan agar tetap diingat yaitu dengan cara mengulang hafalan yang sudah dimiliki, dengan begitu hafalan yang selalu diulang-ulang akan melekat dalam pikiran. Begitu sebaliknya, jika hafalan yang telah dimilii tidak sering diulang-ulang, maka seorang penghafal akan cepat lupa dengan hafalannya”

.

3. Motivasi diri

Motivasi diri juga sangat penting bagi penghafal al-Qur‟an yaitu dengan memotivasi diri, memberi semangat diri sendiri akan meningkatkan semangat diri untuk menghafal al-Qur‟an. sebagimana wawancara dengan Zainatul Maulidiyah:

“Menurut saya faktor penunjang tahfidh karena motivasi dari diri sendiri. Salah satu solusi dalam mengatasi hambatan seorang penghafal al-Qur’an yaitu memoitivasi diri Sendiri. Kalau bukan dari diri sendiri yang ingin melakukan suatu pekerjaan, maka suatu pekerjaan yang diinginkan tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Karena apapunyang orang lakukan itu harus ada kemauan dari diri sendiri. Apalagi bagi seorang penghafal Al-Qur’an, jika sudah tidak ada semangat dalam diri sendiri dan jika sudah tidak ada motivasi pada diri sendiri, maka proses menghafal akan terhambat. Oleh karena itu, motivasi diri sangatpenting bagi seorang penghafal untuk memperlancar proses menghafal al-Qur’an. selain itu, motivasi

yang saya dapatkan adalah dari teman dan ustadzah” (16

-09-2017).

4. Lingkungan yang aman dan nyaman

(72)

membutuhkan konsentrasi dan kenyamanan. Lingkungan yang bersih serta nyaman, lingkungan yang tidak ramai, dan keadaan lingkungan yang aman, dan tenang dapat membantu kelancaran dalam proses menghafal Al-Qur‟an.dikarenakan tidak adanya gangguan dari lingkungan sekelilingnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan IR:

(73)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi

Santri putri di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi menggunakan metode dalam menghafal Al-Qur‟an untuk memudahkan dalam proses menghafal para santri. Namun, santri Al-Qur‟an di Rumah Tahfidz Daarul Ilmi ini tidak diwajiban menggunakan metode khusus, dalam artian metode yang diterapkan dari pesantren. Dan santri dibebaskan dalam menggunakan metode menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan kemampuannya dalam menghafal Al-Qur‟an karena setiap seseorang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap suatu materi, maka dari itu, Rumah Tahfidh ini tidak mewajibkan santri menggunakan metode yang diterapkan dari Rumah Tahfidh.

Berdasarkan hasil penelitian, metode yang digunakan dalam proses menghafal Al-Qur‟an oleh santri putri di Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Jangkungan kota Salatiga ada 4 yaitu:

1. Metode wahdah

(74)

dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, begitu seterusnya hingga mencapai satu kaca atau satu muka. Metode ini diterapkan oleh santri Daarul Ilmi Salatiga.

Beberapa informan mengungkapkan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an juga menggunakan cara menghafal ayat per ayat. Hal ini

peneliti temukan dalam wawancara berikut:

“Saya menghafal ditempat yang nyaman, setelah tahajud, setelah subuh, menghafalkan secara tartil dan menghafal satu halaman dibagi 3 jika 1/3 yang pertama sudah lancar baru saya berlanjut ke 1/3 ke 2 dan seterusnya. Saya bisa hafal dengan mendengarkan orang menghafal tetapi dengan syarat fikirannya nyaman” (IR, 16-09-2017).

2. Metode Sima’i

Metode sima‟i ialah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak kecil yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca al-Qur‟an.

Menurut Sa‟dulloh (2008: 54) metode sima‟I ini efektif karena

membantu penghafal Al-Qur‟an untuk mengetahui letak kekurangan dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkian huruf atau harakat. Dengan metode sima‟i seseorang akan lebih berkonsentrasi

dalam hafalan.

Gambar

Tabel 3.1 identitas Rumah Tahfidz Daarul Ilmi Jangkungan Kota
Tabel 3.2  Struktur Organisasi Rumah Tahfidh Daarul Ilmi Kota
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Rumah Tahfidh Daarul Ilmi
Tabel 3.5 Daftar Jumlah Santri Rumah Tahfidh Daarul Ilmi 2017
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

[r]

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Arah rotasi venus searah jarum jam (dari timur ke barat). Hal ini berbeda dengan planet-planet lain yang rotasinya berlawanan jarum jam. Sekali mengelilingi matahari, venus

obligasi maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas dari obligasi tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Krisnilasari (2007)

“Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Program Pasca Sarjana.. Universitas