• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik Bagang di Polewali Mandar Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik Bagang di Polewali Mandar Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di kabupaten Polewali Mandar dilihat dari perspektif hukum ekonomi Islam.

Tujuan Penelitian

Bentuk kontrak yang digunakan dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar adalah berupa perjanjian lisan sebagaimana tradisi mereka secara turun temurun. Sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar melibatkan dua pihak yaitu nelayan dan pemilik bagang. Modal yang digunakan dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar adalah uang tunai.

Jadi bisa dikatakan asas keadilan diwujudkan dalam bentuk permodalan dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik punggung. Sistem bagi hasil yang disepakati oleh pemilik bagang dan nelayan di Kabupaten Polewali Mandar adalah hasil penjualan ikan akan dibagi menjadi dua bagian, satu bagian. Seperti yang terjadi pada sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar, tentunya untuk kesejahteraan nelayan dan pemilik bagang.

Manfaat sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar jika dikaitkan dengan prinsip ekonomi syariah adalah sebagai berikut; Setelah dilakukan analisa data, akhirnya pembahasan mengenai “Sistem Bagi Hasil Bagi Nelayan dan Pemilik Bagang di Kabupaten Polewali Mandar Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam” dapat disimpulkan sebagai berikut.

Kegunaan Penellitian

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis

  • Teori Al Mudharabah
  • Teori Kemanfaatan

Tinjauan Konseptual

Apabila kedua belah pihak akan mengadakan suatu akad yang apabila usahanya memperoleh keuntungan maka akan dibagi kepada kedua belah pihak sesuai dengan nisbah yang telah disepakati pada awal perjanjian dan juga apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka akan ditanggung secara bersama-sama. pada porsinya masing-masing 64. 65 Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat penangkapan ikan dengan perahu atau perahu motor, mengangkut ikan dengan perahu atau perahu motor, tidak termasuk dalam kategori nelayan. Nelayan menurut undang-undang no. 45 Tahun 2009 tentang Penangkapan Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

Sedangkan menurut standar statistik perikanan, nelayan adalah orang yang aktif bekerja pada kegiatan penangkapan ikan/hewan air lainnya/tumbuhan air. Jika pemiliknya juga bekerja di laut untuk menangkap ikan, maka ia dapat disebut sebagai nelayan yang juga pemilik kapal. Berdasarkan penjelasan beberapa kata kunci yang diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem bagi hasil dalam bentuk akad mudharabah yang merupakan kerjasama antara dua pihak yaitu pihak pemberi modal dan pihak kedua. pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan usaha (nelayan) dimana keuntungannya dibagi berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati bersama, yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada kedua belah pihak dan masyarakat tentang bagaimana seharusnya sistem bagi hasil tersebut dilaksanakan sesuai dengan ekonomi Islam.

Bagan Kerangka Pikir

Bentuk akadnya adalah dengan pengucapan atau kata-kata yang digunakan oleh pemilik Bagang dan nelayan di wilayah Polewali Mandar ketika membuat perjanjian. Dalam sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik bagang, pemilik bagang memberikan modal yaitu kapasitas bagang dan biaya operasional lainnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem bagi hasil dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di provinsi Polewali Mandar dibagikan setelah mengeluarkan biaya operasional sehari-hari yaitu.

Berdasarkan keterangan di atas, pembagian keuntungan dan kerugian dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar belum sesuai dengan prinsip pemerataan dan keseimbangan antar bagang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar bermanfaat bagi pemilik bagang dan nelayan meskipun terkadang menimbulkan kerugian. Sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di wilayah Polewali Mandar dari segi keuntungan tidak sejalan dengan prinsip pemerataan karena sebagian nelayan merasa dirugikan dengan menanggung kerugian yang dirasakan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Penelitian

Jenis dan Sumber Data yang digunakan

Fiqih Muamalah, Ekonomi Islam, Perbankan Syariah dan artikel terkait sistem bagi hasil, penelitian lainnya terkait masalah sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik daerah terpencil.

Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting terkait dengan masalah yang diteliti guna memperoleh data yang lengkap, valid, dan tidak menghakimi. Islam.

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Syarat-Syarat Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik

Namun ada juga pemilik bagang yang terkadang melaut bersama nelayan jika masih bisa melaut. Modal yang digunakan pemilik bagang digunakan untuk kerjasama sistem bagi hasil penangkapan ikan. Sedangkan jika terjadi kerugian pada sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang pada musim paceklik atau barat, maka modal tidak dapat ditutupi.

Ada pula pemilik bagang yang menerapkan aturan jika terjadi kerugian sebagian ditanggung nelayan dan sebagian lagi ditanggung pemilik bagang. “Jika terjadi kerusakan pada bagang dan ringan maka pemilik bagang bertanggung jawab, namun apabila kerusakan besar ditanggung oleh nelayan dan pemilik bagang”130. Ada pula pemilik bagasi yang menerapkan aturan jika terjadi kerusakan pada alat tangkap maka pemilik bagasi bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem distribusi dalam hal pengambilan keuntungan pada sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang sudah sesuai dengan prinsip dasar ekonomi Islam yaitu tauhid. Dari kasus-kasus tersebut di atas terlihat tidak adanya asas keadilan dan keseimbangan dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar di berbagai bagang karena merugikan salah satu pihak. Dalam sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar, terdapat beberapa nelayan yang sebelum waktunya membagi hasil, mereka yang membutuhkan uang biasanya meminta uang jaminan kepada pemilik bagang.

Hal ini tentu merugikan pemilik barang bawaan karena ada di antara mereka yang tidak membayar utangnya. Hal ini sesuai dengan prinsip kehendak bebas, demi kepentingan nelayan tanpa merugikan pemilik baganga.

Kemanfaatan Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik

Pemilik bagang memberikan kebebasan kepada nelayan untuk menangkap ikan di bagang, namun nelayan bertanggung jawab untuk tidak mengabaikan kewajiban sebenarnya yang harus dilakukannya di bagang. Atasan yang diberi kebebasan membelanjakan dan membagi gaji sehari-hari juga bertanggung jawab memberikan hasil sesuai batasan yaitu 10%. Sistem bagi hasil bagi nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar tentunya tidak hanya sekedar mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak namun juga memberikan manfaat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya yaitu ikan.

Namun ada juga sebagian pemilik bagang yang menerapkan aturan sesuai dengan prinsip keadilan, sehingga sebagian nelayan merasa cukup diuntungkan dan tidak merasa dirugikan dengan sistem bagi hasil ini. Prinsip kehendak bebas, pemilik bagang bebas melakukan sesuatu yang dapat membawa manfaat baik bagi pemilik bagang maupun nelayan, seperti memancing ikannya di bagang, tentunya sangat membantu para nelayan untuk mendapat tambahan. penghasilan. Nelayan dan pemilik bagang bertanggung jawab membeli es batu dan gabus untuk menyimpan ikan dan menjaga kesegaran ikan.

Kemudian nelayan dan pemilik bagang berkumpul pada saat perjanjian dibuat, dimana pemilik bagang menjelaskan kepada nelayan isi perjanjian tersebut, seperti modal, waktu melaut dan lain sebagainya. Ketentuan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara nelayan dan pemilik bagang, sedangkan kerugian pada beberapa aturan yang ditetapkan oleh pemilik bagang tidak sesuai dengan hukum ekonomi Islam karena merugikan salah satu pihak. Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian : 5.2.1 Bagi pemilik bagang sebaiknya tidak melakukan akad sendirian.

Sistem Bagi Hasil Bagi Nelayan dan Pemilik Rumpon di Desa Lero Kabupaten Pinrang (Revisi Hukum Ekonomi Islam)”. 2018. “Sistem Bagi Hasil Bagi Nelayan Punggawa-Sawi Pada Unit Purse Seine di PPI Lonrae Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Takril, Kajian Perkembangan Perikanan Perahu Bagan di Polewali Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat, (Skripsi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: 2008), https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream tak.pdf.

Wikipedia.2019.“Kabupaten.PolewaliMandar”https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupat en_Polewali_Mandar.(29 Januari 2019) Wawancara dengan nelayan.

PENUTUP

Saran

Sigit Jatmiko, dkk dengan judul Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosial Politik Sejak Zaman Dulu Hingga Saat Ini. Sistem Kerja Sama Pemilik Perahu dan Nelayan Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nelayan di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak" Skripsi di UIN Walisongo Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak dari beberapa pandangan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bagi hasil adalah pembagian keuntungan dari hasil usaha

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian untuk menghindari pembahasan masalah yang meluas dan agar tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah serta agar yang

Sebab, dalam mudhârabah berlaku hukum wakalah (perwakilan), sementara seorang wakil tidak menanggung kerusakan harta atau kerugian dana yang diwakilkan

Dalam kerjasama bagi hasil partelon dengan akad Muzara’ah yang telah terjadi di Desa Potoan Daja, Kecamatan palengaan, Kabupaten pamekasan setelah peneliti

Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai sarana informasi serta masukan untuk menambah pengetahuan atau pemahaman tentang Sistem Bagi hasil Nelayan yang sesuai dengan

2021 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Masyarakat Nelayan Stud Kasus di Desa Pala’lakkang Kecamatan Galesong Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi

Menurut ulama’ fiqih Hanabilah menyebutkan bahwa yang dimaksud Mudharabah yaitu pemberian uang modal dari pemilik uang dengan jumlah uang yang telah ditentukan untuk diserahkan kepada

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari KN pemilik modal sebagai berikut: “saya pernah mengalami kerugian atas meninggalnya hewan ternak sapi saya mbak, hewan yang dikelola uleh