• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penegakan Hukum Internasional

N/A
N/A
Imam Aswad

Academic year: 2024

Membagikan " Sistem Penegakan Hukum Internasional"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENEGAKAN HUKUM INTERNASIONAL Mata Kuliah : Hukum Internasional

Dosen Pengampu : Khairunnisak, Lc.

Imam Aswad 220106096

T. Hasbul Hadi 220106044

Saifani 220106088

M. Sultan Huzaifi 2201060137

PROGAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan dunia global dalam masyarakat internasional pada zaman sekarang sudah banyak yang melintasi batas-batas wilayah teritorial suatu negara. Dan hal ini sudah tentu memerlukan suatu aturan atau tata tertib hukum yang jelas dan tegas. Yang bertujuan untuk menciptakan suatu kerukunan dalam menjalin kerjasama antar negara yang saling menguntungkan. Dan sumber hukum internasional seperti perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan sebagainya memilki peran penting dalam mengatur masalah-masalah bersama yang dihadapi subyek-subyek hukum internasional.

Sistem hukum internasional adalah satu kesatuan hukum yang berlaku dan wajib dipatuhi oleh seluruh komunitas internasional. Artinya hukum internasional harus dipatuhi oleh setiap negara. Sistem hukum internasional juga merupakan aturan-aturan yang telah diciptakan bersama oleh negara-negara anggota yang melintasi batas-batas negara.

Hukum internasional secara umum merupakan bagian hukum yang mengatur aktifitas entitas dalan skala internasional. Awalnya hukum internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini mulai meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PENEGAKAN HUKUM.

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.1

Hukum Internasional digunakan untuk mengatur seluruh aktivitas, perilaku, maupun hubungan berskala internasional. Hukum internasional terdiri dari berbagai prinsip, aturan, dan prinsip yang mengatur hubungan dan masalah antarnegara. Jika konsep hukum internasional diakui sebagai norma yang mengatur hubungan antara negara, maka hukum tersebut akan berlaku. Ruang lingkup hukum internasional saat ini sudah mencakup banyak hal, seperti peraturan tentang ekspedisi ruang angkasa dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).2

Perluasan ruang lingkup ini dilakukan untuk menjaga perdamaian global dan mempertimbangkan kepentingan setiap negara, hukum internasional mencakup prinsip dan peraturan yang berkaitan dengan negara, seperti kualifikasi negara, hak dan kewajibannya, prinsip tentang garis batas wilayah, fungsi organisasi, dan hubungan antar organisasi internasional.

Hukum internasional, juga disebut hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa, atau hukum antarnegara, yang merupakan terjemahan dari bahasa asing, seperti law of nations (Inggris) droit de gens (Perancis) atau Voelkerrecht (Belanda). Hukum bangsa-bangsa (law of nations, droit de gens, Voelkerrecht) yang berasal dari istilah dalam hukum Romawi, “ius gentium”. Utrecht (1961) menyatakan, bahwa dalam hukum Romawi, istilah “ius gentium”

digunakan untuk menyatakan dua pengertian yang berlainan, yaitu: (a) ius gentium itu hukum yang mengatur hubungan antara orang warga kota Roma dengan orang asing, yaitu orang bukan

1 Dellyana,Shant.1988, Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32

2 Ibid, hlm. 33

(4)

warga kota Roma; (b) ius gentium adalah hukum yang diturunkan dari tata tertib alam yang mengatur masyarakat segala bangsa, yaitu hukum alam.3

J.G. Starke, menyatakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan oleh karena itu ditaati dalam hubungan negara yang satu dengan yang lain. Kemudian, Charles Cheney Hyde, menyatakan bahwa hukum internasional meliputi: (a) Peraturanperaturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembagalembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan lembaga- lembaga, dan organisasi-organisasi itu masing-masing, serta hubungan dengan negara-negara dan individuindividu; (b) Peraturan-peraturan hukum tersebut mengenai individuindividu dan kesatuankesatuan bukan negara, sejauh hak-hak atau kewajiban-kewajiban individu dan kesatuan itu merupakan masalah persekutuan internasional. Hukum Internasional adalah suatu kaidah atau norma yang mengatur hak-hak dan kewajibankewajiban subyek hukum internasional, yaitu negara, lembaga dan organisasi serta individu dalam hal tertentu.4

2. KEJAHATAN INTERNASIONAL DALAM HUKUM INTERNASIONAL Kejahatan internasional dalam hukum internasional adalah suatu tindak pidana yang dilakukan terhadap kemanusiaan, seperti genosida, penganiayaan, eksploitasi manusia, agresi, penyeludupan, terorisme, dan lain-lain. Kejahatan internasional ini melanggar norma-norma hukum internasional dan memiliki dampak internasional yang signifikan. Hukum pidana internasional dibentuk untuk menegakkan hukum dan mengadili pelaku kejahatan internasional, serta untuk menjaga keamanan masyarakat internasional secara merata tanpa membenarkan satu pihak atau mengadili segalanya dengan adil dan sebaik mungkin.

a) Unsur kejahatan Internasional

Menurut Cassese, kejahatan internasional lahir dari terpenuhinya empat unsur yaitu:5

• Terdapat pelanggaran terhadap aturan dari hukum kebiasaan internasional yang lahir dari atau diakui oleh perjanjian internasional;

• Aturan bertujuan untuk melindungi nilai yang penting bagi masyarakat internasional secara keseluruhan sehingga semua negara dan individu dalamnya terikat dengan aturan tersebut

3 Soerjono Soekanto. 2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima.Jakarta : Raja Grafindo Persada hal 42

4 Kt. Diara Astawa, “SISTEM HUKUM INTERNASIONAL DAN PERADILAN INTERNASIONAL”, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, (Februari 2014), 26

5 Tolib Effendi. Hukum Pidana Internasional. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2014, hal. 58

(5)

• Adanya kepentingan universal dalam upaya pemberantasan kejahatan tersebut, dan terjadinya kejahatan tersebut cukup untuk menjadi dasar semua negara untuk menuntut dan mengadili pelaku (prinsip yurisdiksi universal);

• Tidak ada imunitas fungsional yang dinikmati pelaku yang merupakan agen negara, baik de jure maupun de facto dari yurisdiksi pidana negara asing.

Datricourt dalam bukunya “The Concept of International Criminal Jurisdiction and Limitation of The Subject” 1973 menyatakan bahwa International Criminal terdiri dari:

1. Terrorism (Terorisme);

2. Slavery (Perbudakan);

3. The Slave Trade (Perdagangan Budak);

4. Traffic in women and children (Perdagangan wanita dan anak);

5. Traffic in narcotic drugs (Perdangangan ilegal narkotika);

6. Traffic in pornograpic publication (Peredaran Publik Pornografi) 7. Piracy (Pembajakan di laut);Territorial Highjacking (Pembajakan

Udara);

8. Counterfeiting (Pemalsuan mata uang);

9. The destruction of safmarine cables (Pengrusakan kabel-kabel di bawah laut).6

Kesepuluh jenis International crime tersebut merupakan kejahatan yang memiliki aspek internasional dan dapat disebut sebagai kejahatan terhadap masyarakat internasional (Delicta Juris Gentium).7

Bryan A. Garner menyatakan bahwa suatu International Crimes memiliki beberapa karakteristik antara lain; 1)suatu tindakan sebagai kejahatan berdasarkan perjanjian (treaty- crime) di bawah hukum internasional atau hukum kebiasaan internasional dan mengikat individu secara langsung tanpa di atur dalam hukum nasional; 2)ketentuan dalam hukum internasional yang mengharuskan penuntutan terhadap tindakan-tindakan yang dapat dipidana berdasarkan prinsip jurisdiksi universal.8

Cherif Bassiouni memberikan elemen-elemen dari suatu International Crimes yang meliputi;9

6 H.R. Abdussalam, HAM Dalam Proses Peradilan, (PTIK, 2010), halaman 70

7 Ibid.

8 Sefriani,Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), halaman 247

9 H.R. Abdussalam, Hukum Pidana Internasional, (Jakarta: Restu Agung, 2006), halaman 89

(6)

➢ Unsur Internasional, meliputi;

a) Ancaman secara langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia (direct threat to the world peace and security)

b) Ancaman secara tidak langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia (Indirect threat to the world peace and security)

c) Menggoyahkan perasaan kemanusiaan (Shocking to the conscience of humanity) Antonio Cassese secara tidak eksplisit telah menetapkan empat (4) karakteristik suatu kejahatan Internasional sebagai berikut:

a. Pelanggaran terhadap hukum kebiasaan Internasional yang sering berasal dari atau telah diperkuat oleh suatu perjanjian Internasional

b. Peraturan yang ditujukan untuk melindungi nilai-nilai yang dipandang penting oleh seluruh masyarakat internasional dan mengikat semua negara dan individu antara lain Piagam PBB (1945), Deklarasi Universal HAM PBB (1948); Konvensi HAM Uni Eropa (1950); ICCPR dan IECPR;

c. Kepentingan universal untuk menghukum kejahatan-kejahatan tersebut. Dalam hal-hal tertentu pelaku kejahatan tersebut secara prinsip dapat dituntut dan dihukum oleh setiap negara tanpa mempertimbangkan negara asal atau kewarganegaraan pelakunya atau korbannya.

d. Jika pelakunya bertindak dalam kapasitas jabatan , seperti baik secara dihukum dan secara faktual sebagai pejabat negara, Negara yang diwakilinya untuk melakukan pelanggaran tidak boleh (dilarang) mengklaim memiliki imunitas baik dari tuntutan perdatan atau pidana negara asing.10

Cherif Bassiouni lebih lanjut menyatakan bahwa pertimbangan untuk menetapkan suatu kejahatan sebagai tindak pidana internasional adalah merujuk kepada Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional yang berbunyi sebagai berikut;11

1. Adanya konvensi-konvensi internasional yang menetapkan perbuatan tersebut menurut hukum internasional

2. Adanya pengakuan berdasarkan hukum kebiasaan internasional bahwa tindakan- tindakan tersebut telah menciptakan suatu tindak pidana internasional;

3. Adanya pengakuan berdasarkan prinsip- prinsip umum hukum internasional bahwa tindakan-tindakan tersebut harus dipandang sebagai pelanggaran terhadap

10 Romli Atmasasmita, Hukum Pidana Internasional Dalam Kerangka Perdamaian Internasional, (Bandung:

Fikahati Aneska, 2009)

11 Gede, Op.cit., halaman 148

(7)

hukum internasional dan terhadapnya telah ada suatu draf perjanjian yang disampaikan kepada PBB

4. Adanya larangan terhadap tindakan- tindakan tersebut oleh perjanjian- perjanjian internasional sekalipun tidak disebutkan secara tegas demikian dan juga diakui dalam tulisan pakar.

Serupa dengan pendapat tersebut, Romli Atmasasmita menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan bagi pemberian status tindak pidana internasional.12 Pertama, tindakan tersebut sudah merupaan tindak pidana yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat internasional (serious crimes of international concern) sehingga setiap negara memiliki yurisdiksi atau kewenangan untuk mengadili tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan di mana tindak pidana tersebut dilakukan. Kedua, tindak pidana tersebut merupakan wewenang penuh pengadilan pidana internasional. Dengan demikian , faktor penentu utama dari penetapan suatu kejahatan sebagai tindak pidana internasional adalah adanya pengaturan tindak pidana tersebut dalam sebuah konvensi atau perjanjian internasional yang penegakan hukumnnya dapat dilakukan oleh suatu Pengadilan Pidana Internasional. Dengan pembedaan karakteristik tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa permasalahan yurisdiksi merupakan kunci penting dalam menilai apakah suatu kejahatan merupakan tindak pidana transnasional ataukah tindak pidana internasional.

Pembedaan tersebut juga akan mengarah pada pembedaan mengenai mekanisme penegakan hukumnya.

3. LINGKUNGAN HIDUP DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Hak atas lingkungan (HAL) adalah akses terhadap sumber daya alam yang utuh, yang memungkinkan manusia hidup dan bertahan termasuk hak ekologi yang baik, mulai dari hak spesies tertentu sampai pada hak individu untuk menikmati dan hidup di alam yang masih baik. (M. Ridha Saleh. 2005)

Aspek hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak yang mesti dilindungi dan dihormati. Hak atas lingkungan dirumuskan sebagai salah satu hak asasi manusia yang terlihat dalam Pasal 25 ayat (1) DUHAM, yang menegaskan bahwa:

“Setiap orang berhak akan taraf hidup yang memadai baik kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri maupun keluarganya termasuk sandang pangan dan perawatan kesehatan serta pelayananpelayanan sosial dan jaminan sosial pada waktu mengalami

12 Op.,cit,halaman 149

(8)

pengangguran, sakit, cacat, menjadi janda, usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencaharian di luar kemampuannya”.

Masalah lingkungan hidup mulai mendapat perhatian pada saat Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa megadakan peninjauan terhadap hasil- hasil gerakan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970)” guna merumuskan strategi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2 (1970-1980)”. Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini secara khusus diajukan oleh wakil Swedia pada tanggal 28 Mei 1968, disertai saran untuk menjajaki kemungkinan guna menyelenggarakan suatu konferensi internasional mengenai masalah lingkungan hidup, yang akhirnya dilaksanakan di Stokhlom, Swedia pada tanggal 5-16 juni 1972 dan merupakan pertemuan besar dan sangat penting bagi masa depan lingkungan hidup manusia. Apabila dikaji, maka hasil dari Konferensi Stockhlom ini, telah memberikan gambaran yang jelas terhadap penanganan masalah lingkungan hidup. Yang mana akan memberikan implikasi terhadap kehidupan masyarakat untuk mendapatkan haknya yaitu lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Word Commission on Environment and Development (WCED) adalah sebuah lembaga yang dihasilkan dari hasil keputusan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1983, sebagai tindak lanjut dari hasil Konferensi Stokhlom Tahun1972, yang beranggotakan beberapa Negara termasuk Indonesia dan berkedudukan di Genewa Swiss.

Adapun tugas yang diemban oleh lembaga ini adalah antara lain :

a) Mengajukan strategi jangka panjang pengembangan lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan di tahun 2000 dan sesudahnya;

b) Mengajukan cara-cara supaya keprihatinan lingkungan dapat dituangkan dalam kerja sama antaranegara untuk mencapai keserasian antara kependudukan, sumber daya alam, lingkungan dan pembangunan;

c) Mengajukan cara-cara supaya masyarakat internasional dapat menanggapi secara lebih efektif pola pengembangan berwawasan lingkungan; dan

d) Mengajukan cara-cara masalah lingkungan jangka panjang yang dapat ditanggapi dalam agenda aksi untuk dasawarsa pembangunan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap masalah lingkungan hidup terus berkesinambungan, yaitu dengan menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang dilaksanakan di Rio de Jeneiro, yaitu pada tanggal 3 sampai dengan 14 Juni 1992. Konferensi ini dilaksanakan dalam rangka Pelaksanaan Resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta merupakan peringatan ke-20 tahun konferensi Stokhlom 1972. Konferensi yang dinamakan United Nations Conference on

(9)

Environment and Development (UNCED) dihadiri oleh 177 kepala Negara dan Wakil- Wakil Pemerintah. Hasil dari kerja UNCED yang terpenting adalah dikeluarkannya

“The Rio de Janeiro Declaration on Environment and Development” (Deklarasi Rio) yang menggariskan 27 prinsip fundamental tentang lingkungan dan pembangunan yang pada intinya memberikan perlindungan bagi lingkungan hidup.13

Ekspliotasi lingkungan hidup dan kesenjangan kebutuhan akan sumber daya alam antar Negara, inter, dan antar-generasi, kaya dan miskin, penguasa dan buruh tanah, akan menjadi masalah bagi keamanan manusia di masa yang akan datang.

Korporasi-korporasi global yang didukung oleh Negara-negara maju dan kaya, WTO (organisasi perdagangan dunia). Kartel utang, terutama IMF dan Bank Dunia. Atau perusahan-perusahan global raksasa, adalah mesin utama akumulassi kekayaan yang diserap dari tempat-tempat termiskin di dunia ini. Kini, kekuasaan Koorporasi Global telah menyaingi kekuasaan ekonomi Negara-negara. Dari 100 pelaku ekonomi terbesar dunia, 52 di antaranya adalah Korporasi Global.

Proses akumulasi kekayaan di satu sisi dan pengrusakan lingkungan lingkungan di sisi lainnya, bukan terjadi secara alamiah tetapi berdasarkan suatu rancangan kebijakan politik-ekonomi yang kini kita kenal sebagai Neo-liberalisme dan Globalisasi Kapitalis, yang berkembang secara massif dan mengakar berdasarkan rekayasa modal.

Komitmen dari lembaga-lembaga dunia termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, terutama yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup telah memberikan kontribusi yang baik terhadap penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas lingkungan hidup. Namun yang menjadi kendala adalah pelaksanaannya, sebagaimana kita ketahui bahwa, terhadap semua hal tersebut dikembalikan kepada kebijakan masing-masing Negara.

Di Negara-negara sedang berkembang, umumnya pemerintah disibukan dengan program pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, pemukuman kumuh, dan program-program lain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, dengan adanya kesepakatan internasional dan era globalisasi, Negaranegara sedang berkembang, seperti Indonesia juga dituntut melakukan pengendalian dampak lingkungan sehingga masalah lingkungan hidup dapat diatasi dengan baik.

13 Richard V. Waas, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS LINGKUNGAN HIDUP DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA”, Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 (Januari - Juni 2014), hlm. 85

(10)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

1. Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.

2. Kejahatan internasional dalam hukum internasional adalah suatu tindak pidana yang dilakukan terhadap kemanusiaan, seperti genosida, penganiayaan, eksploitasi manusia, agresi, penyeludupan, terorisme, dan lain-lain. Kejahatan internasional ini melanggar norma-norma hukum internasional dan memiliki dampak internasional yang signifikan. Hukum pidana internasional dibentuk untuk menegakkan hukum dan mengadili pelaku kejahatan internasional, serta untuk menjaga keamanan masyarakat internasional secara merata tanpa membenarkan satu pihak atau mengadili segalanya dengan adil dan sebaik mungkin.

3. Hukum Internasional menyatakan bahwa International Criminal terdiri dari:

1. Terrorism (Terorisme);

2. Slavery (Perbudakan);

3. The Slave Trade (Perdagangan Budak);

4. Traffic in women and children (Perdagangan wanita dan anak);

5. Traffic in narcotic drugs (Perdangangan ilegal narkotika);

6. Traffic in pornograpic publication (Peredaran Publik Pornografi) 7. Piracy (Pembajakan di laut);Territorial Highjacking (Pembajakan

Udara);

8. Counterfeiting (Pemalsuan mata uang);

9. The destruction of safmarine cables (Pengrusakan kabel-kabel di bawah laut).

(11)

DAFTAR PUSTAKA

M. Ridha Saleh, 2005, Lingkungan Hidup Untuk Kehidupan Tidak Untuk Pembangunaan, dalam Hak Atas Lingkungan Hidup (Sebuah Kajian Prinsip-Prinsip HAM Dalam Intrumen Naional),KOMNAS HAM, Jakarta

M. RidhaSaleh, 2005, Jurnal Ham Komisi Nasional HAM, Komnas HAM, Jakarta.

Aulia Rosa Nasution, TERORISME DI ABAD KE -21 UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK KEJAHATAN TERORISME DALAM PERPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HAK ASASI MANUSIA, Jurnal Mercatoria Vol 8 No 1/Juni 2015 ISSN No:1979-8652, Hal. 54-70

Wahid, A, et.al, 2004, Kejahatan Terorisme; Perspektif Agama, HAM dan Hukum, Refika Aditama, Bandung

Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2011.

Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan ke-3, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, 2002

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui Dalam pelaksanaan mekanisme penegakan hukum humaniter internasional melalui mekanisme International Criminal

Mata kuliah Hukum Perdata Internasional (HPI) adalah mata kuliah yang mempelajari istilah, pengertian, karakteristik, ruang lingkup, sumber hukum mengenai status

Dalam keadaan di mana sistem pengadilan nasional tidak dapat diandalkan untuk melakukan penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan internasional, salah satu

Kuliah ini membahas tentang Titik Pertalian Primer, yaitu petunjuk yang membedakan peristiwa hukum yang termasuk dalam Hukum Perdata Internasional atau

Dokumen tersebut membahas model penegakan hukum non litigasi dalam kasus sengketa pers antara Kementerian Pertanian dan

Dokumen tersebut membahas tentang kelembagaan, regulasi, dan penegakan hukum dalam bidang transportasi di

Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah Hukum Laut Internasional di Universitas Negeri

Makalah ini membahas tentang penegakan hukum HAM di