• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengakuan Internasional dalam Hukum Internasional

N/A
N/A
Almira Salsabila

Academic year: 2025

Membagikan "Pengakuan Internasional dalam Hukum Internasional"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAKUAN

INTERNASIONAL

Kelompok 2 :

- Faizal Guntur W (22.02.51.3002) - Maritza Sadiralia H (22.02.51.3003) - Agil Indriyanti Y (22.02.51.3006) - Almira Salsabila A (22.02.51.6007)

(2)

●Pengakuan merupakan penerimaan dari negara-negara lain sebagai subjek hukum terhadap negara lainnya untuk bertindak dalam kapasitas sebagai subjek hukum.

●Pengaruh dari pengakuan adalah memberikan kemudahan bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan transaksi-transaksi internasional di kemudian hari.

●Adanya pengakuan oleh suatu negara, secara otomatis hal tersebut menunjukkan apabila negara tersebut telah menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum yang dibebankan oleh hukum internasional.

Pengakuan dalam Hukum

Internasional

(3)

Unsur-unsur dari pemberian pengakuan

Pemerintah dalam negara baru tersebut harus mendapatkan kekuasaannya

melalui cara-cara konstitusional

1

Negara tersebut harus mampu bertanggung jawab

terhadap negara lain

2

(4)

● Menjamin suatu negara baru dapat menduduki tempat yang wajar sebagai suatu organisasi politik yang merdeka dan berdaulat di tengah-tengah keluarga bangsa-bangsa, sehingga secara aman dan sempurna dapat mengadakan hubungan dengan negara-negara lainnya, tanpa mengkhawatirkan bahwa kedudukannya sebagai kesatuan politik itu akan diganggu oleh negara-negara yang telah ada.

Fungsi adanya pengakuan

(5)

Jenis-jenis pengakuan

Diberikan kepada negara yang berdasarkan fakta atau kenyataan bahwa pemerintahan dari negara yang diakui itu lahir atau eksis. Dalam pengakuan de facto terdapat keragu-raguan dari pihak pemberi pengakuan akan keberlangsungannya. Tanpa mempersoalkan keabsahan yuridis pihak yang diakui itu, sekali pengakuan diberikan sejak saat itu pada konsekuensi hukum dari hubungan timbal balik antar kedua negara dapat berlangsung, meskipun dilakukan secara diam-diam.

01 De Facto

(6)

Dapat diberikan apabila negara yang hendak memberi pengakuan percaya bahwa negara yang akan diakui secara de jure tersebut telah memenuhi kualifikasi menurut hukum internasional, yaitu:

1. Efektivitas, negara baru telah menguasai secara efektif (tidak secara formal/substansial) wilayah dan rakyat yang berada dibawah kekuasaannya.

2. Regularitas, rakyatnya itu sendiri sebagian besar telah memberikan dukungan terhadap negara yang baru lahir.

3. Eksklusivitas, adanya kesediaan pihak yang akan diakui secara de jure tersebut untuk menghormati kaidah hukum internasional.

02 De Jure

(7)

Teori-teori pengakuan

Teori Deklaratoir

Teori Konstitutif

Teori Pemisah atau Jalan

Tengah

(8)

Teori

deklaratoir

01

Pengakuan hanyalah sebuah pernyataan formal saja bahwa suatu

negara telah lahir atau ada. Artinya, ada atau tidaknya pengakuan

tidak mempunyai akibat apapun terhadap keberadaan suatu

negara sebagai subjek hukum internasional. Serta, ada atau

tidaknya pengakuan tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan hak

dan kewajiban suatu negara dalam hubungan internasional.

(9)

Teori Konstitutif

02

Pengakuan sangat penting, karena pengakuan menciptakan penerimaan terhadap suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Artinya, pengakuan merupakan prasyarat bagi ada atau tidaknya kepribadian hukum internasional suatu negara.

Tanpa pengakuan, suatu negara bukan merupakan subjek hukum

internasional.

(10)

Teori pemisah

atau jalan tengah

03

Teori ini memandang bahwa harus dipisahkan antara kepribadian

hukum suatu negara dan pelaksanaan hak dan kewajiban dari

pribadi hukum itu. Untuk menjadi sebuah pribadi hukum, suatu

negara tidak memerlukan pengakuan. Namun, agar pribadi hukum

itu dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam hukum

internasional, maka diperlukan pengakuan oleh negara-negara lain.

(11)

Cara pemberian pengakuan

01

Pengakuan secara

kolektif Pengakuan secara 02

terang-terangan

dan individual Pengakuan secara 03

diam-diam

04

Pengakuan terpisah Pengakuan mutlak 05 Pengakuan 06 bersyarat

(12)

Pengakuan suatu negara dalam kategori ini dapat berupa dua bentuk, yaitu:

● Deklarasi bersama oleh sekelompok negara. Contoh: pengakuan negara- negara Eropa secara koletif/bersama–sama pada tahun 1992 terhadap ketiga negara yang berasal dari pecahan Yugoslavia yakni Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, dan Slovenia.

● Pengakuan yang diberikan melalui penerimaan suatu negara baru untuk menjadi bagian/peserta ke dalam suatu perjanjian multilateral. Contoh:

perjanjian damai.

Pengakuan kolektif berkaitan dengan masuknya suatu negara ke dalam suatu organisasi internasional terkadang menimbulkan masalah yang cukup penting bagi negara yang bersangkutan. Penyebab hal ini adalah karena masuknya negara tersebut ke dalam pengakuan terhadapnya bukan diberikan oleh organisasi internasional melainkan oleh para anggotanya

Pengakuan

secara kolektif

01

(13)

Pengakuan ini berasal dari pemerintah atau badan yang berwenang di bidang hubungan luar negeri, ada beberapa cara seperti:

● Nota diplomatik, suatu pernyataan atau telegram: Pada umumnya suatu negara mengakui negara lain secara individual yang hanya melibatkan negara itu saja. Pengakuan individual ini mempunyai arti diplomatik tersendiri bila diberikan oleh suatu negara kepada negara bekas jajahannya atau kepada negara yang sebelumnya bagian dari negara yang memberikan pengakuan.

Contoh: Pernyataan negara Republik Indonesia terhadap kemerdekaan Timor Leste dimana sebelumnya Timor Leste adalah salah satu bagian dari NKRI.

● Perjanjian nasional, contoh: Pengakuan Prancis terhadap Laos tanggal 19 Juli 1949 dan Kamboja 18 November 1949, serta Pengakuan Jepang terhadap Korea tanggal 8 September 1951 melalui pasal 12 Peace Treaty.

Pengakuan

secara terang-terangan

02

(14)

Pengakuan ini terjadi jika suatu negara mengadakan hubungan dengan pemerintah atau negara baru dengan mengirimkan seorang wakil diplomatik, mengadakan pembicaraan dengan pejabat resmi atau kepala negara setempat.

Namun dalam keadaan ini harus ada indikasi atau tindakan nyata untuk mengakui pemerintah atau negara yang baru. Seperti yang terjadi pada hubungan Amerika Serikat dan Cina. Walaupun Amerika Serikat secara resmi tidak mengakui RRC, tetapi semenjak tahun 1955 negara tersebut telah mengadakan perundingan–

perundingan tingkat duta besar di Jenewa, Warsawa, Prancis, dan yang diikuti dengan pembukaan kantor–kantor penghubung di kedua negar akhir Mei 1973.

Dalam hubungan internasional, hubungan antar dua negara atau perundingan–

perundingan tingkat duta besar tidak mungkin dapat terjadi jika antara negara satu dengan yang lain tidak saling mengakui keberadaan masing–masing walaupun secara diam – diam.

Pengakuan

secara diam-diam

03

(15)

Pengakuan terpisah ini juga dapat diberikan kepada suatu negara baru. Kata

“terpisah” ini digunakan apabila pengakuan itu diberikan kepada suatu negara baru, namun tidak kepada pemerintahnya, atau sebaliknya pengakuan diberikan kepada suatu pemerintah yang baru yang berkuasa, tetapi pengakuan tidak diberikan kepada negaranya

Pengakuan terpisah

04

(16)

Suatu pengakuan yang telah diberikan kepada suatu negara baru tidak dapat ditarik kembali. Institut Hukum Internasional dalam suatu resolusi yang disahkannya pada 1936 menyatakan bahwa pengakuan de jure suatu negara tidak dapat ditarik kembali. Moore menyatakan bahwa pengakuan sebagai suatu asas umum bersifat mutlak dan tidak dapat ditarik kembali (absolute and irrevocable). Hal ini dapat dikatakan sebagai konsekuensi dari pengakuan de jure.

Namun pengakuan secara de facto yang telah diberikan, dalam keadaan tertentu pengakuan ini dapat ditarik kembali. Penyebab hal ini karena biasanya pengakuan de facto diberikan kepada negara, sebagai hasil dari penilaiannya yang bersifat temporer atau sementara dan hati–hati terhadap lahirnya suatu negara baru. Hal seperti ini dilakukan untuk mengahadapi suatu situasi dimana pemerintah yang diakui secara de facto tersebut kehilangan kekuasaan.

Pengakuan mutlak

05

(17)

Suatu pengakuan yang diberikan kepada suatu negara baru yang disertai dengan syarat–syarat tertentu untuk dilaksanakan oleh negara baru tersebut sebagai imbangan pengakuan.

Pengakuan bersyarat dapat dikatakan sebagai pemaksaan secara sepihak terhadap pihak yang hendak diakui, sehingga dirasakan sangat memberatkan atau merupakan beban bagi pihak yang diberi pengakuan.

Menurut Hall, pengakuan bersyarat ini dibagi menjadi 2, yaitu:

• Pengakuan dengan syarat–syarat yang harus dipenuhi sebelum pengakuan diberikan.

• Pengakuan dengan syarat–syarat yang harus dilakukan kemudian sesudah pengakuan diberikan.

Contoh: Ditandatanganinya Perjanjian Litvinov Tahun 1933 (berisikan pengakuan Amerika Serikat terhadap pemerintah Soviet).

Pengakuan

bersyarat

06

(18)

Bentuk-bentuk pengakuan

01

Pengakuan negara

baru pemerintah baru Pengakuan 02 Pengakuan sebagai 03

pemberontak

04

Pengakuan

beligerensi Pengakuan sebagai 05

bangsa Pengakuan hak-hak 06

teritorial dan situasi

internasional baru

(19)

Pengakuan ini diberikan kepada suatu negara melalui pengakuan

de facto

maupun

de jure. Beberapa dampak pengakuan dan penolakan pemberian

pengakuan atas suatu negara baru:

Sikap badan peradilan nasional negara yang sudah memberikan pengakuan, yaitu pada umumnya, sikap badan-badan peradilan nasional akan mengikuti sikap badan eksekutif. Apabila badan eksekutif telah memberikan pengakuan kepada suatu negara baru, maka pihak badan peradilannya akan menghormatinya pula.

Sikap badan peradilan nasional negara yang menolak memberikan pengakuan, yaitu konsekuensi dari suatu sikap badan peradilan nasional yang mengikuti sikap badan eksekutifnya untuk menolak memberikan pengakuan terhadap suatu negara baru.

Sikap badan peradilan nasional negara yang tidak menolak mengakui dan juga tidak memberikan pengakuan.

Pengakuan

Negara Baru

01

(20)

 Suatu pernyataan dari suatu negara bahwa negara tersebut telah siap dan bersedia berhubungan dengan pemerintah yang baru yang diakui sebagai organ yang bertindak untuk dan atas nama negaranya.

 Dipisahkan terhadap pengakuan negara dan pengakuan pemrintah, biasanya terjadi jika corak pemerintahan yang lama dengan yang baru sangat berbeda.

 Jika dibutuhkan pengakuan diberikan hanya sebatas tindakan formalitas saja dan biasanya dilakukan secara diam-diam. Keadaan seperti ini terjadi khususnya manakala penggantian pemerintah tersebut dilakukan menurut cara–cara konstitusional, yaitu cara–cara yang sah dan terjadi secara normal sesuai dengan kehidupan politik negara yang bersangkutan. Baik itu dilakukan dengan pemilihan umum, penggantian sementara kepala negara karena yang bersangkutan meninggal.

 Contohnya adalah ketika Soekarno digantikan kedudukannya oleh Soeharto, masalah pengakuan ini tidak lahir karenanya .

Pengakuan

Pemerintah Baru

02

(21)

Perbedaan pengakuan negara dan pengakuan pemerintah

 Pengakuan negara ini mengakibatkan pula pengakuan terhadap pemerintah negara yang diakui dan berisikan kesediaan negara yang mengakui untuk mengadakan hubungan dengan pemerintah yang baru

 itu.Pengakuan terhadap suatu negara sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali, sedangkan pengakuan terhadap suatu pemerintah dapat dicabut sewaktu-waktu. Bila suatu pengakuan ditolak atau dicabut setelah terbentuknya suatu pemerintah baru, negara yang menolak atau mencabut pengakuan tersebt tidak lagi mempunyai hubungan resmi dengan negara tersebut. Bila suatu pengakuan ditolak atau dicabut maka personalitas internasional negara tersebut tidak berubah karena perubahan suatu pemerintah tidak mempengaruhi personalitas internasional suatu negara.

(22)

Pengakuan atas pemberontak berarti bahwa memberikan kepada pihak yang memberontak hak-hak dan kewajiban suatu negara merdeka selama berlangsungnya peperangan.

Pengakuan ini diberikan kepada sekelompok pemberontak yang sedang melakukan pemberontakan terhadap pemerintahnya sendiri di suatu negara.

Pengakuan terhadap pemberontak ini hanya bersifat sementara dan terbatas serta hanya berlangsung selama perang tanpa memperhatikan apakah kelompok yang memberontak itu akan menag atau kalah dalam peperangan.

Dengan adanya pengakuan terhadap pemberontak , maka negara-negara ke-3 akan mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai negara netral dan pengakuan terhadap pemberontak ini terutama diberikan karena alasan humaniter.

Pengakuan

sebagai Pemberontak

03

(23)

Pengakuan ini mirip dengan pengakuan pemberontak hanya saja lebih kuat, pengakuan ini diberikan bila pemberontak sudah sangat kuatnya sehingga seolah-olah ada dua pemerintahan yang sedang bertarung.

Konsekuensi dari pemberian pengakuan ini yaitu beligeren dapat memasuki pelabuhan negara yang mengakui, dapat mengadakan pinjaman, dsb.

Pengakuan

Beligerensi

04

(24)

Pengakuan ini diberikan pada suatu negara yang sedang dalam tahap membentuk negara. Mereka dapat diakui sebagai subjek hukum internasional.

 Konsekuensi hukumnya sama dengan konsekuensi hukum pengakuan beligerensi.

Pengakuan

sebagai Bangsa

05

(25)

Berkenaan dengan adanya pengakuan terhadap suatu peristiwa atau fakta dimana suatu negara memperoleh tambahan wilayah yang berarti hak negara yang bersangkutan atas wilayah baru tersebut sebagai bagian dari wilayahnya.

Bentuk pengakuan ini bermula dari peristiwa penyerbuan Jepang ke Cina. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1931 di mana Jepang menyerbu Manchuria, salah satu provinsi Cina, dan mendidikan negara boneka di sana (Manchukuo). Padahal Jepang adalah salah satu negara penandatangan Perjanjian Perdamaian Paris 1928 (juga dikenal sebagai Kellogg-Briand Pact atau Paris Pact), sebuah perjanjian pengakhiran perang. Dengan demikian maka penyerbuan Jepang itu jelas bertentangan dengan perjanjian yang ikut ditandatanganinya.

Pengakuan hak-hak teritorial dan situasi internasional baru

06

(26)

Penarikan kembali pengakuan atau penolakan pengakuan adalah sepenuhnya tergantung pada pertimbangan negara itu sendiri. Jadi, tidak ada kaidah-kaidah hukum internasional yang mewajibkan suatu negara untuk memberikan atau menolak suatu pengakuan.

Terdapat ketentuan umum dalam hal pengakuan bahwa pengakuan “De Jure” sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali. Artinya, pihak yang memberi pengakuan terlebih dahulu harus yakin bahwa pihak yang akan diberi pengakuan itu telah benar-benar memenuhi kualifikasi sebagai pribadi internasional atau memiliki kepribadian hukum internasional.

Sehingga, apabila pengakuan itu diberikan maka pengakuan itu akan berlaku untuk selamanya, selama pihak yang diakui itu tidak kehilangan kualifikasinya sebagai pribadi hukum menurut hukum internasional.

Penarikan Kembali Pengakuan

(27)

Akibat hukum dari pengakuan

Pengakuan dari suatu negara tentunya akan menyebabkan akibat-akibat hukum maupun konsekuensi hukum dimana berkaitan dengan hak-hak, kekuasaan dan privilege-privilege lainnya dari suatu pemerintah maupun negara yang telah diakui baik dari segi hukum nasional maupun dari segi hukum internasional negara yang telah memberikan suatu pengakuan tersebut.

Pengakuan memberikan status kepada kesatuan yang diakui baik dalam HI maupun dalam HN yaitu:

• Hukum Internasional: hak istimewa, memiliki kapasitas mengadakan hubungan diplomatik dan terikat hak dan kewajiban dalam HI.

• Hukum Nasional : berperkara di pengadilan negeri, memperoleh imunitas bagi perwakilan diplomatiknya, dan dapat menjual hak miliknya di negara yang mengakui.

(28)

Kesimpulan

Pengakuan dalam hukum internasional adalah tindakan politis suatu negara untuk mengakui negara baru sebagai subyek hukum internasional yang mengakibatkan hukum tertentu serta berfungsi untuk menjamin suatu negara baru dapat menduduki tempat yang wajar sebagai suatu organisme politik yang merdeka.

Sebagai pribadi internasional yang membutuhkan hubungan dengan

negara lain atau subyek hukum internasional yang lain, negara baru

tersebut membutuhkan pengakuan dari negara lainnya agar dapat

melakukan hubungan yang akan melahirkan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban internasional yang harus dilaksanakan dalam tatanan

pergaulan internasional.

(29)

Saran

Dalam pemberian pengakuan atas suatu negara kepada negara

lain harus memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu yang sesuai,

sehingga pada akhirnya tidak menimbulkan masalah.

(30)

Thank you!

Referensi

Dokumen terkait

 Masih terdapat hukum kebiasaan internasional (hukum tidak tertulis) yg ruang lingkupnya hanya utk perjanjian antar negara..  Perjanjian-perjanjian antar negara dengan subjek hukum

Disamping itu mahasiswa juga akan mampu menjelaskan sejarah hukum ekonomi internasional, subjek-subjek hukum ekonomi internasional, sumber- sumber hukum ekonomi internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmadja subjek hukum internasional adalah negara, Takhta Suci, Palang Merah Internasional, organisasi internasional, orang perorangan (individu),

hubungan antar Organisasi Internasional satu dengan lainnya, hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan

Negara merupakan subjek utama utama dari hukum internasional, baik ditinjau secara historis maupun secara faktual. Lebih lanjut, negara dalam sejarah perkembangan hukum

Suatu perselisihan antara negara dengan negara lain, negara dengan individu, ataupun negara dengan lembaga yang menjadi subjek hukum internasional disebut ..... sengketa multinasional

Pengakuan atas hak-hak teritorial baru Yaitu berkenaan dengan adanya pengakuan terhadap suatu peristiwa atau fakta dimana suatu negara memperoleh tambahan wilayah yang berarti hak

Pengakuan De Facto Sementara pengakuan de jure bersifat formal dan permanen, pengakuan de facto adalah bentuk pengakuan sementara atau tentatif yang diberikan kepada suatu negara atau