PENDAHULUAN
Fokus Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Definisi Istilah
Sistematika Pembahasan
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Sebagai lembaga induk, Pengadilan Agama bertugas menyelidiki, mengadili, dan memediasi perkara antar umat Islam dalam bidang: perkawinan, warisan, wasiat, hibah, infak, sedekah, dan ekonomi syariah. Pengadilan Agama (Personil, Keuangan dan Umum). 5) Fungsi penasehatan, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat yang berkaitan dengan hukum Islam kepada pejabat publik di wilayah hukumnya, jika diminta, sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Kewenangan (yurisdiksi) peradilan agama diatur dalam Pasal 49 sampai dengan 53 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006) tentang Peradilan Agama.
23 Penjelasan Umum Pasal 49 Huruf C Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. . waktu sesuai kepentingannya untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Prinsip syariah yang dimaksud dengan asas hukum Islam dalam kegiatan ekonomi syariah berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa di bidang syariah. Prinsip-prinsip dalam ekonomi syariah bersumber dari nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam ekonomi syariah tidak hanya terfokus pada keuntungan saja, namun juga pada aspek ibadah. 30 Suadi, Penemuan Sengketa Ekonomi Syariah dan Aturan Hukumnya, 23. . kepercayaan atau penguatan hukum, pihak pemberi pinjaman mempunyai hak untuk menjual barang yang dijadikan jaminan apabila haknya tidak terpenuhi. Selain itu, penyebab terjadinya perselisihan ekonomi syariah pada umumnya adalah sulitnya pelaksanaan perjanjian karena para pihak tidak berhati-hati/ceroboh pada awal perundingan.
Dalam akad yang dilakukan oleh para pihak, terdapat beberapa akad yang berpotensi menimbulkan sengketa ekonomi syariah, yaitu: adanya risiko yang tidak terduga pada harta pihak yang mengadakan perjanjian (force mejeur): salah satu pihak menemukan fakta bahwa persyaratan subyektif dan obyektif belum terpenuhi sehingga mengharuskan pemutusan kontrak; perjanjian diakhiri oleh salah satu pihak tanpa persetujuan pihak yang lain dan terdapat perbedaan penafsiran terhadap isi perjanjian oleh para pihak sehingga menimbulkan tuntutan hukum; salah satu pihak wanprestasi; dan terjadinya perbuatan melawan hukum.32. Dilihat dari jenis sengketa ekonomi syariah, digolongkan menjadi empat kategori, yaitu: sengketa ekonomi syariah antara lembaga keuangan dengan lembaga ekonomi syariah dan nasabahnya; perselisihan antara lembaga keuangan dan lembaga ekonomi syariah di bidang ekonomi syariah; 32 Suadi, Penemuan Aturan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, 25. . dimana perjanjian akad tersebut secara tegas menyatakan bahwa kegiatan tersebut akan dilakukan sesuai dengan prinsip syariah. e.
Pada dasarnya penyelesaian sengketa ekonomi menurut hukum syariah terbagi menjadi dua, yaitu litigasi dan non penyelesaian sengketa. Berdasarkan Pasal 1 Keputusan Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Keuangan Syariah, gugatan terkait sengketa keuangan syariah dapat diajukan secara lisan atau tertulis apabila nilai nominal gugatan tidak melebihi Rp. 33 Suadi, Temuan Hukum dan Aturan Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, 35. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah melalui proses hukum diatur dalam hukum acara perdata yang berlaku, kecuali jika secara tegas ditentukan lain oleh Mahkamah Agung.
35 Riris Fardaniyah, “Upaya Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Non Litigasi Melalui Mediasi”, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, 1 (April. Batasan dan ruang lingkup perizinan penyelesaian perkara ekonomi syariah tidak dijelaskan secara tegas dalam undang-undang.
METODE PENELITIAN
Hal ini membuat para ulama ingin mengkaji lebih jauh persoalan kewenangan mutlak Pengadilan Agama Banyuwangi dalam memutus perkara keuangan syariah. Penerapan kompetensi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam penyelesaian permasalahan ekonomi syariah sejak disahkannya undang-undang no. 3 Tahun 2006. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data berupa catatan tertulis atau peristiwa tertentu yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data yang berkaitan dengan “Permasalahan Penerapan Kompetensi Absolut Peradilan Agama Banyuwangi dalam Penyelesaian Permasalahan di bidang ekonomi syariah”.
Peneliti mengangkat permasalahan peningkatan penjualan setelah terjadi perubahan konsep dengan mengangkat judul “Masalah Penerapan Kompetensi Absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam Menyelesaikan Perkara di Bidang Ekonomi Syariah”. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti akan masuk ke objek penelitian dan segera melakukan pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi terkait permasalahan penerapan kompetensi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan di bidang ekonomi syariah. Implementasi iKompetensi Absolut iPengadilan Agama iBanyuwangi iIn iPemecahan iSharia iEconomy iCase iSejak saya lulus iLaw i3 i2006.
“Dengan demikian, pengadilan agama juga berhak mengadili perkara-perkara yang berkaitan dengan ekonomi syariah sesuai dengan peraturan yang telah diambil.” Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kewenangan absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi syariah sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah melalui penggunaan proses hukum yang sederhana, dengan ketentuan penggugat dan terdakwa berada di wilayah tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan penerapan yurisdiksi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan perkara ekonomi syariah sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ekonomi syariah. dapat diselesaikan. diselesaikan di pengadilan agama dan belum adanya hakim khusus yang menangani perkara ekonomi syariah.
Implementasi iKompetensi Absolut iBanyuwangi iPengadilan Agama dalam menyelesaikan permasalahan iEkonomi Syariah iSejak diundangkannya undang-undang iNomor i3 i2006. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan kewenangan absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi syariah sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah melalui penggunaan proses hukum yang sederhana, dengan ketentuan penggugat dan tergugat berada pada situasi yang sama. . luasnya dan nilai nominalnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hukum dan yang dapat memutus perkara ini adalah hakim khusus yang dipilih dan diangkat langsung oleh Mahkamah Agung. Temuan di atas sejalan dengan teori kewenangan peradilan agama. Kewenangan (yurisdiksi) peradilan agama diatur dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006) tentang Masalah Keagamaan. Pengadilan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006, Peradilan Agama berwenang memutus perkara dalam beberapa bidang, yaitu: perkawinan, warisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, sedekah, dan ekonomi syariah. Dalam penelitian ini diketahui permasalahan penerapan kompetensi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi syariah sejak disahkannya UU No. 3 Tahun 2006 adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang permasalahan ekonomi syariah yang dapat diselesaikan melalui pengadilan agama, kurangnya hakim khusus yang menangani permasalahan ekonomi syariah. Penerapan kompetensi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam penyelesaian perkara ekonomi syariah sejak diundangkannya undang-undang nomor 3 tahun 2006 yaitu menggunakan penyelesaian perkara dengan menggunakan prosedur sederhana, dimana penggugat dan tergugat berada dalam satu pihak. luas dan nilai nominal. adalah sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-undang dan apa yang diperbolehkan, dalam hal ini diputuskan oleh hakim khusus yang dipilih dan diangkat langsung oleh Mahkamah Agung.
Permasalahan dalam penerapan yurisdiksi absolut Pengadilan Agama Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi syariah sejak berlakunya UU No. 3 Tahun 2006 adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang permasalahan ekonomi syariah yang dapat diselesaikan di pengadilan agama, kurangnya hakim khusus yang menangani permasalahan ekonomi syariah. Pengadilan Agama Banyuwangi sebaiknya mendelegasikan hakim untuk mengikuti Pelatihan Sertifikasi Hakim Komersial Syariah.