• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - IAIN Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - IAIN Repository"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

Tesis yang ditulis oleh Suci Hadiyanti berjudul: Penerapan Hak Khiyar Dalam Jual Beli Istishna. Dalam penelitian ini mengkaji masalah khiyar pada istihsna berdasarkan kesepakatan antara pelaku usaha atau penjual dengan konsumen. Perbedaannya terletak pada penelitiannya, yaitu skripsi ini fokus pada pembahasan khiyar dalam istishna sedangkan peneliti fokus pada pelaksanaan istishsna pada jaul beli.

Tesis yang ditulis oleh Shilfi Choirunnisa yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Istishna 7 Penelitian ini berfokus pada masalah literatur muamalah, khususnya hukum harta benda dan praktek pesanan jual beli yang referensinya menurut hukum Islam. Sedangkan kesepakatan antara tesis dan penelitian ini adalah tentang strategi jual beli Istishna dalam pengembangan bisnis. Implementasi Istishna dalam bisnis mebel ditinjau dari prinsip etika bisnis Islam (Studi kasus pemotongan jati Ganjar Agung.

6Suci Hadiyanti, “Implementasi Hak Khiyar Dalam Jual Beli Isthisna”, afhandling (Metro: Institut Islam Metro Negri), 2018. 7Shilfi Choirunisa, “Kajian Hukum Islam Tentang Istishna Perak dan Penggunaan Desain Produk Kerajinan Perak”, afhandling, (Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga), 2015.

LANDASAN TEORI

Pengertian Jual Beli

Dan yang bukan merupakan keuntungan adalah bahwa benda yang dipertukarkan adalah substansi (bentuk), berfungsi sebagai objek jual beli, jadi bukan merupakan keuntungan dan juga bukan hasil. Berdasarkan pengertian di atas, jual beli pada hakekatnya adalah transaksi antara pihak yang membutuhkan suatu barang dan salah satu pihak adalah penjualan barang yang mempunyai manfaat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jual beli juga dapat diartikan sebagai media jual beli barang (barter) yang memanfaatkan barang yang akan diperdagangkan sehingga barang tersebut mempunyai kegunaan.

Hal itu dilakukan oleh masyarakat primitif ketika uang belum digunakan sebagai alat tukar barang, yaitu sistem barter yang disebut ba'i al-muqayyadah dalam terminologi fikih. Walaupun jual beli dengan sistem barter sudah ditinggalkan, diganti dengan sistem mata uang, terkadang esensi jual beli tersebut tetap berlaku, bahkan untuk menentukan jumlah barang yang dipertukarkan, namun dihitung dengan nilai mata uang tertentu.

Pengertian Istishna

Sekalipun jual beli dengan sistem barter sudah dihapuskan, diganti dengan sistem mata uang, terkadang esensi jual beli tersebut tetap berlaku, bahkan untuk menentukan jumlah barang yang akan ditukarkan tetapi dihitung dengan nilai mata uang tertentu. pembeli, musthni) dan penjual (produsen, shani) 3 Istishna dalam fatwa ini adalah pembuatan barang oleh penjual yang ditentukan oleh nasabah dengan menjelaskan kriteria detail yang harus dibuat dalam jangka waktu tertentu. Istishna adalah bentuk jual beli dengan perintah yang mirip dengan salam, bentuk jual beli kedua yang diperbolehkan oleh syariah. Adapun Istishna secara terminologis adalah jual beli barang dengan tanggungan yang harus mengerjakannya.

Menurut kumpulan Hukum Dagang Syariah, Istishna adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk pesanan dengan kriteria dan. Istishna dapat diartikan sebagai akad yang menekankan pada proses pembuatan barang yang ditentukan oleh pembeli barang dengan syarat-syarat tertentu untuk dilakukan oleh penjual barang. Berdasarkan pengertian yang dihimpun oleh peneliti, Istishna adalah akad jual beli yang mengutamakan proses pembuatan suatu komoditi tertentu secara mendetail antara pembuat komoditi dan pembeli komoditi tersebut.

Sehingga barang yang dibuat sesuai dengan permintaan pelanggan dan tidak ada penyesalan yang berarti dari pelanggan karena barang sudah sesuai dengan keinginan pelanggan.

Rukun dan Syarat Istishna

Jual beli memiliki beberapa hal yang harus ada terlebih dahulu agar akad dianggap sah dan mengikat. Ijab adalah segala yang diucapkan oleh penjual untuk menunjukkan kerelaan hatinya terhadap suatu barang yang diperjualbelikan, sedangkan qabul adalah segala yang diucapkan oleh pembeli untuk bersedia melakukan transaksi. Dalam praktek jual beli, yang terpenting adalah saling senang yang diwujudkan dengan kerelaan untuk saling memberi barang.

Ketika orang memesan suatu barang, harus menjelaskan kualitasnya dan kondisi yang terkait dengan barang tersebut. Barang pesanan adalah barang biasa yang digunakan untuk keperluan dan sudah umum digunakan, seperti pakaian, furnitur, furnitur, dan sebagainya. Persyaratan ini untuk mencegah ketidaksesuaian antara kedua belah pihak pada saat penyerahan barang pesanan.

Para produsen harus jujur ​​dalam setiap transaksi agar keridhaan Allah dapat tercapai dengan kepuasan kedua belah pihak. Barang yang diproduksi oleh produsen harus sesuai dengan perjanjian awal. Apabila terdapat cacat atau tidak sesuai, maka pembeli berhak membatalkan atau melanjutkan akad.

Etika Bisnis Islam

  • Pengertian Etika Bisnis Islam
  • Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islma

Seorang Muslim harus berkomitmen untuk berinteraksi dengan hal-hal yang diizinkan oleh Allah SWT. Seorang Muslim tidak diperbolehkan melakukan bisnis dalam hal-hal yang dilarang oleh syariah. Operasi bisnis mencakup semua aspek kegiatan untuk mendistribusikan barang dan jasa melalui saluran produktif, mulai dari pembelian bahan baku (raw material) hingga penjualan barang jadi.

Berdasarkan pandangan di atas, dari prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan bisnis tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai tauhid, karena manusia tidak akan melakukan apa yang diinginkannya melalui mengingat Allah, bahkan dalam kegiatan bisnis. Prinsip kedua etika bisnis Islam adalah keseimbangan dan keadilan, yang didefinisikan sebagai bertindak jujur ​​dan berbudi luhur, mau mengakui kesalahan dan menunjukkan komitmen terhadap keadilan, persamaan perlakuan individu dan toleransi terhadap perbedaan, tidak melangkah terlalu jauh atau mengambil keuntungan dari perbedaan. kesalahan atau kemalangan orang lain. Ekuilibrium adalah “konsep adil, berdimensi horizontal, adil dalam transaksi, tidak merugikan dan dirugikan”. 22 Kegiatan di dunia kerja dan bisnis memerlukan fair dealing, termasuk yang tidak suka. 23 Jujurlah, Allah.

Mudjiarto dan Alias ​​​​​​Wahid, Membangun Karakter dan Kepribadian Wirausaha, (Yogyakarta: Graha Ilmu menekankan manusia untuk berbuat sesuatu karena ketakwaan mendekatkan manusia kepada takwa kepada Allah SWT. 24. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa prinsip belajar bahwa dalam melakukan suatu tindakan bisnis harus selalu memikirkan keadilan bagi orang lain dan lingkungan, tidak boleh memikirkan keuntungan diri sendiri sedangkan ada pihak yang dirugikan oleh kegiatan tersebut. pada tingkat tertentu orang diberi kehendak bebas untuk mengatur hidupnya sendiri, tetapi tidak boleh mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT.26.

Allah SWT telah membatasi apa yang dapat dilakukan manusia sehingga ia bertanggung jawab atas segala yang dilakukannya. Berdasarkan semua tanggung jawab tersebut di atas, dapat dipahami bahwa tanggung jawab yang paling mendasar adalah kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini. Kejujuran merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seseorang dalam segala bidang kehidupan, termasuk dalam kegiatan bisnis.

Sehingga dapat dipahami bahwa setiap kegiatan muamalah termasuk bisnis harus dilandasi dengan kejujuran semua pihak yang terlibat dan harus memberikan manfaat bagi semua pihak, baik yang melaksanakan kegiatan tersebut maupun masyarakat luas dan sekitarnya. Kebajikan (ihsan) atau kebaikan kepada orang lain diartikan sebagai suatu perbuatan yang menguntungkan orang lain dibandingkan dengan orang yang melakukan perbuatan tersebut, dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.29 Kebajikan dengan demikian lahir dalam diri sendiri tanpa ada tuntutan atau paksaan dari orang lain, kesadaran akan kebaikan kepada orang lain yang lahir sebelum orang lain memintanya. Berdasarkan lima prinsip etika bisnis Islam di atas, dapat dipahami bahwa prinsip persatuan/tauhid, keseimbangan/keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, kejujuran dan kebajikan adalah prinsip dasar dari semua aktivitas manusia.

Jenis dan Sifat Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sifat Penelitian

Sumber Data Penelitian

  • Sumber Data Primer
  • Sumber Data Sekunder

Hal ini untuk mengetahui berbagai informasi terkait penerapan konsep Istishna di bengkel ukir jati di Ganjar Agung milik Bapak Abdul Latif. Namun dalam perjalanannya, permintaan yang masuk lebih banyak dari yang diharapkan oleh Pak Abdul Latif sendiri. Pada akhir tahun 2010, Bpk. Abdul Latif mengalami kerugian besar hingga puluhan juta rupiah.

Pak abdul latif bingung karena teman dari jepara yang menyuplai barang sudah menanyakan uang untuk barang tersebut. Lambat laun semua berjalan dengan baik dan mampu menutupi semua kerugian yang dialami Pak Abdul Latif. Jelaskan di sini bahwa Tn. Abdul Latif hanya melakukan finishing namun proses pembuatannya dilakukan di Jepara.

Oleh karena itu, Bpk. Abdul Latif melakukan perbaikan dan menyuplai bahan baku untuk perbaikan seperti kayu dan lain-lain. Peneliti melanjutkan pertanyaan, pada wawancara sebelumnya Bapak Abdul Latif menyatakan bahwa kayu jati sulit ditemukan di metro. Solusinya adalah kayu akasia yang dipasok oleh Bpk. Abdul Latif sebagai ganti rugi atas kerusakan tersebut.

Pelanggan bahkan tidak pernah melihat kami bekerja, mereka hanya datang dan menemui Mr. Abdul Latif. Selain itu, peneliti juga mendapatkan hasil wawancara dari beberapa konsumen yaitu Bapak. Abdul Latif, secara langsung atau melalui telepon terkait pembelian barang mebel di usaha mebel ukir jati Ganjar Agung. Dan saya suka kontrak yang diajukan oleh Tn. Abdul Latif, masalah pembayaran bisa diselesaikan di akhir akad.

Dari hasil lapangan dengan menggunakan metode wawancara di atas terlihat jelas bahwa pemilik usaha Ukiran Jati Ganjar Agung Bpk. Abdul Latif, menjelaskan cara memperbaiki barang dari Jepara yang tiba dalam keadaan rusak. Setelah peneliti melakukan penelitian dan mendapatkan hasil penelitian, maka analisis dilakukan oleh pemilik usaha mebel ukir jati Ganjar Agung milik Bpk. Abdul Latif siapa. Dari semua analisis yang telah dijelaskan di atas, akad jual beli istishna dilakukan di usaha Ukir Jati Ganjar Agung milik Bpk. Abdul Latif.

Teknik Pengumpulan Data

  • Wawancara
  • Dokumentasi

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Istishna di Usaha Furniture Jati Ukir Ganjar

Analisis Penerapan Prinsip Etika Bisnis Islam dalam

PENUTUP

Saran

Gambar

Foto Wawancara dengan bapak Abdul Latif   ( Pemilik Usaha Furniture Jati Ukir Ganjar Agung)
Foto bersama pekerja tempat usaha Jati Ukir Ganjar Agung
Foto bersama konsumen  Bapak Budi

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini adalah, aampel ikan medaka