• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM HUKUM WARIS ADAT BATAK TOBA DI KECAMATAN BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

N/A
N/A
iwan soleh

Academic year: 2023

Membagikan "KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM HUKUM WARIS ADAT BATAK TOBA DI KECAMATAN BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan pewarisan perempuan dalam adat Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan pewarisan perempuan dalam adat Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang hukum adat khususnya mengenai pelaksanaan pewarisan anak perempuan dalam adat Batak Toba. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai kedudukan anak perempuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga terdapat keadilan dalam pembagian harta warisan.

Kerangka Konseptual

Dari fikih tersebut terlihat bahwa anak perempuan secara sah adalah ahli waris, hak waris anak laki-laki dan anak perempuan tidak dibeda-bedakan, namun kenyataannya dalam masyarakat Batak Toba, anak perempuan bukanlah ahli waris, apalagi berhak mewaris harta ayahnya (orang tua). ) warisan. Batak Toba merupakan kelompok etnis Batak yang mempertahankan nilai-nilai sosial budaya yang hampir sama dengan sub etnis lainnya seperti Batak Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola yang pada dasarnya mempunyai kebudayaan yang sama.

Landasan Teori

Menurut Ehrlich, konsep hukum yang hidup dalam masyarakat (living law) berbeda dengan hukum perundang-undangan. Sementara itu, ada keadilan komutatif atau keadilan vergeldende yang memberikan bagian yang sama kepada setiap orang tanpa harus mengingat kelebihan individu.

Orisinalitas Penelitian

Adapun mengenai batas-batas keadilan sangat sulit, Aristoteles membedakan keadilan menjadi dua jenis, yaitu keadilan distributif atau keadilan distributif, yaitu keadilan yang menuntut setiap orang mendapatkan apa yang menjadi hak atau jatahnya. “Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Adat Batak Pak-Pak di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembagian harta warisan menurut adat Batak Pak-Pak di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang hanya anak laki-laki saja yang menjadi ahli waris, dan anak perempuan saja yang dapat menjadi ahli waris apabila ahli waris tersebut merupakan hadiah atau wasiat. gagal. ahli waris sebelumnya meninggal.

Dalam pelaksanaannya, pada saat akan dilakukan proses suksesi, akan didahului dengan rapat kepadatan adat yang nantinya akan dihadiri oleh raja adat atau tokoh adat di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang beserta seluruh keluarga besarnya. ahli waris atau keluarga besar yang ingin melaksanakan proses suksesi. Penelitian pertama membahas tentang pelaksanaan pembagian warisan adat Batak, sedangkan penelitian penulis membahas tentang kedudukan anak perempuan dalam pembagian warisan adat Batak Toba. Penelitian Erma Novita Veranita & Indriya Fathni (2022), Universitas Jambi berjudul “Pembagian Warisan Masyarakat Bugis Wajo di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam”.

Mengenai pembagian harta warisan, masyarakat Bugis Wajo di desa Tangkit Baru mengacu pada seloko adat Bugis “oroane mallempa makunraie majjujung”, artinya laki-laki memikul 2:1 dan perempuan menjunjung. Penelitian Andro (2019), Universitas Jambi berjudul “Pelaksanaan Pembagian Warisan Masyarakat Adat Batak Toba di Desa Sungai Kerjan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”.

Metode Penelitian

  • Sistematika Penulisan

Dari penjelasan di atas penulis menetapkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah penduduk sebanyak 25 kepala keluarga. Teknik Snowball Sampling merupakan suatu teknik untuk memperoleh sumber data yang awalnya berjumlah kecil kemudian menjadi lebih besar, hal ini dikarenakan sumber data yang kecil belum mampu memberikan data yang memuaskan sehingga mencari informan lain untuk dijadikan sumber data. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi yang disertai dengan catatan mengenai keadaan atau perilaku objek sasaran.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan satu arah, artinya pertanyaan datang dari orang yang mewawancarai dan jawabannya diberikan oleh orang yang diwawancarai. Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan menggunakan data berupa buku, catatan (dokumen), seperti yang dijelaskan oleh Sanapiah Faesal sebagai berikut: metode dokumenter, sumber informasinya berupa bahan tertulis atau rekaman. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, artinya data-data yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder, kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif, kemudian diuraikan dan diuraikan secara rinci, kemudian diuraikan dan dijelaskan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan. tentang kedudukan anak perempuan dalam hukum adat masyarakat Batak Toba di Kecamatan Bahar Kabupaten Muaro Jambi.

Bab ini memberikan panduan dasar untuk pembahasan pada bab-bab berikutnya, yang lebih spesifik pada inti pembahasan dalam penelitian. Bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan pewarisan keperempuanan dalam adat Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pewarisan keperempuanan dalam tradisi Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi.

TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS ADAT

Asas-Asas Hukum Waris Batak Toba

Tidak selalu harta warisan seseorang langsung dibagikan kepada ahli waris setelah meninggalnya orang yang meninggal. Asas ketuhanan dan pengendalian diri, yaitu terwujudnya para ahli waris bahwa rezeki berupa kekayaan manusia yang dapat dikuasai dan dimiliki merupakan anugerah Tuhan atas adanya kekayaan. Dalam hal ini yang terpenting adalah menjaga keharmonisan antara ahli waris dan seluruh keturunannya;

Asas ini merupakan asas yang menentukan bahwa setiap ahli waris mempunyai kedudukan yang sama dengan orang yang mempunyai hak untuk mewarisi harta warisan dari ahli warisnya, serta menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masing-masing ahli waris untuk memperoleh warisan tersebut. Oleh karena itu, dengan memperhatikan hak dan tanggung jawab masing-masing ahli waris tidak berarti pembagian harta warisan itu wajib. Asas ini mengatur agar para ahli waris memelihara hubungan kekerabatan yang tenteram dan tenteram, baik dalam menikmati dan memanfaatkan harta warisan yang tidak terbagi, maupun dalam melaksanakan pembagian harta warisan yang terbagi.

Asas musyawarah dan mufakat yaitu para ahli waris membagi harta warisannya melalui musyawarah yang dipimpin oleh para ahli waris dan apabila terjadi kesepakatan mengenai pembagian harta warisan, maka persetujuan itu dilakukan dengan ikhlas dan diungkapkan dengan perkataan yang baik yang berasal dari hati nurani masing-masing ahli waris. ;. Dalam prosesnya, pewarisan hendaknya berjalan rukun, damai dan tidak menimbulkan perselisihan antar ahli waris.

Syarat Sahnya Pembagian Waris Adat Batak Toba

Asas keadilan adalah asas yang berdasarkan kedudukan, kedudukan, dan jasa-jasanya, sehingga setiap keluarga ahli waris mendapat warisan, baik bagian sebagai ahli waris maupun bagian sebagai bukan ahli waris, tetapi merupakan bagian yang terjamin atas harta warisan sebagai anggota keluarga ahli waris. 38. Berdasarkan asas-asas hukum adat di atas, maka pelaksanaan pembagian harta warisan adalah bahwa hukum waris berkaitan erat dengan peralihan harta warisan dari seseorang (ahli waris) kepada ahli warisnya. Hukum waris adat erat kaitannya dengan sifat kekeluargaan dari masyarakat hukum yang bersangkutan dan pengaruhnya terhadap harta benda yang ditinggalkan dan berada dalam masyarakat tersebut.

Bagi anak laki-laki dari satu orang ayah dan dua orang ibu, maka anak laki-laki tersebut termasuk dalam kelompok ahli waris (jika istri kedua menikah setelah kematian istri pertama) kecuali dalam hal harta masing-masing yang diterima ibu sebagai ahli waris. Berbeda dengan anak hasil perkawinan informal, anak laki-laki hasil perkawinan informal tidak akan mewarisi harta benda. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hukum waris adat Batak Toba, ahli waris yang sah haruslah seorang ahli yang keberadaannya diketahui oleh pewaris.40.

Ahli waris yang sudah menikah diperlukan untuk panjae (orang tua harus mengurus kebutuhan rumah tangga) dan menjadi dasar pewarisan. Warisan menurut adat Batak akan lengkap jika ahli warisnya mempunyai keturunan (terutama keturunan laki-laki).

Sistem Pembagian Waris Adat Batak Toba

Mayoritas laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki sulung/sulung (keturunan laki-laki) merupakan ahli waris tunggal dari orang yang meninggal. Tata cara pewarisan dari ahli waris ke ahli waris biasanya diatur oleh hukum adat setempat, khususnya mengenai suksesi jabatan adat, hak dan kewajiban harta benda yang tidak terbagi, misalnya kepada anak sulung atau anak bungsu. Apabila pewaris masih hidup, maka pewaris menunjukkan hak dan kewajiban suatu barang warisan tertentu kepada ahli warisnya.

Dalam hal ini peralihan penguasaan dan kepemilikan baru berlaku sepenuhnya kepada ahli waris apabila ahli waris tersebut meninggal dunia. Ketika seorang ahli waris meninggal dunia, timbul permasalahan apakah warisan tersebut akan berpindah kepada ahli warisnya atau tidak. Namun pembagian warisan biasanya mengikuti upacara ucapan selamat kepada ahli waris yang telah meninggal, dimana semua ahli waris berkumpul.

Pembahagian harta pusaka dalam adat Batak Toba, setiap ahli waris mempunyai status yang sama dan mendapat layanan yang sama. Namun, anak lelaki menjadi waris tidak bermakna anak perempuan tidak mendapat harta pusaka.

KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM HUKUM

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pewarisan Anak

Dalam masyarakat hukum adat Batak Toba di Unit 3 mukim Sungai Bahar, pembahagian harta pusaka telah mula berkembang di mana anak perempuan menuntut haknya terhadap harta pusaka yang ditinggalkan oleh waris. Melihat kepada sistem common law Batak Toba di Daerah Sungai Bahar Unit 3, anak perempuan bukanlah waris, tetapi anak perempuan boleh menikmati harta pusaka sebagai waris sekiranya ada wasiat atau derma yang diberikan oleh waris. Kedudukan anak perempuan dalam tradisi Batak Toba di Daerah Sungai Bahar Unit 3 jelas lebih rendah berbanding anak lelaki, kerana anak lelaki dianggap sebagai orang yang mendapatnya melalui keturunan atau kesinambungan klan keluarga.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar tentunya menjadi kebutuhan masyarakat. Menurunnya kondisi perekonomian ini berdampak besar terhadap perkembangan hukum waris adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar. 50 Wawancara dengan Bpk. Benhard Panjaitan, Tokoh Adat Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Unit 3, 25 Juli 2023.

Dalam prakteknya terdapat 2 (dua) kasus anak perempuan Batak Toba yang mewarisi pelaksanaan pewarisan anak perempuan menurut adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Para Tokoh Adat Batak Toba beserta jajarannya dapat kembali memberikan sosialisasi mengenai sistem hukum adat Batak Toba kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang kompleks agar dapat dipahami oleh masyarakat hukum adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar.

PENUTUP

Saran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum adat waris di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar, meskipun kehidupan masyarakat terus berkembang, tidak melupakan unsur adat dalam prosesi pembagian harta warisan seperti mengadakan musyawarah dengan keluarga dan tokoh adat.

Referensi

Dokumen terkait

Pelestarian Nilai-Nilai Civic Culture dalam Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat: Makna Simbolik Ulos dalam Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Sitorang.. Hukum Waris Adat