• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pewarisan Anak

BAB III KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM HUKUM

B. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pewarisan Anak

Jambi

Adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar memberikan penempatan kedudukan para anak perempuan pada dasarnya tetap terikat pada nilai-nilai yang menempatkan anak perempuan ini sebagai bukanlah menjadi ahli waris dari kedua orang tuanya, hal ini bisa dilihat dengan adanya beberapa orang tua yang masih berfikiran sederhana dan tidak melihat perkembangan zaman, hal tersebut dikarenkan menurut mereka walaupun anak perempuan mempunyai sekolah yang tinggi dan memiliki pekerjaan yang bagus di lingkungan masyarakatnya, perempuan tetap tidak bisa lepas dari kewajibannya sebagai seorang isteri apabila sudah menikah dan kewajibannya didalam adat, seperti kewajiban seorang perempuan sebagai seorang isteri dan seorang ibu untuk mengurus suami dan anak-anaknya,

“harus” melahirkan anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Belum lagi pemikiran dialektika dan diskriminasi yang didapatkan oleh perempuan dalam kehidupan sehari-hari misalnya perempuan tidak dapat menjadi seorang pemimpin, walaupun pada akhirnya di masa kini perempuan telah menunjukkan dirinya dan dapat memimpin sama halnya dengan laki-laki.

Prinsip dasar yang dipegang teguh oleh masyarakat adat batak Toba yang menyatakan bahwasanya anak perempuan tidak berhak atas harta peninggalan dari orang tuanya yakni merupakan hasil pemikiran yang tradisional yang secara turun-temurun sehingga dimasukkan dalam suatu

kategori kebiasaan, pada masyarakat tradisional anak laki-laki lebih dipandang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dari anak perempuan, hal itu disebabkan karena anak laki-laki dianggap selain bertugas mencari nafkah, ia juga dipandang nantinya akan menjadi tulang punggung keluarga, oleh karena hal itulah anak laki-laki berhak menjadi ahli waris dan penerus dari bapaknya, dan berdasarkan kebiasaan yang terjadi pun anak perempuan dianggap akan menikmati bagian dari harta suaminya kelak.

Pada masyarakat hukum adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar sudah mulai mengalami perkembangan dalam hal pembagian warisan, yang mana seorang anak perempuan menuntut haknya atas harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris. Latar belakang dari kejadian tersebut tidak terlepas dari banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi dari anak perempuan tersebut melakukannya. Jika kita tinjau secara sistem hukum adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar seorang anak perempuan tidaklah menjadi ahli waris, melainkan anak perempuan dapat menikmati warisan menjadi waris apabila memang ada wasiat atau hibah yang diberikan oleh pewaris kepadanya. Selain dari wasiat atau hibah, anak perempuan juga dapat menikmati haknya melalui harta parpaikat yakni harta yang diberikan oleh orang tua kepada seorang anak perempuannya ketika anak perempuannya hendak menikah, harta Parpaikat ini dapat berupa kalung emas, lemari, tempat tidur dan lain-lain, akan tetapi yang kerap dijumpai harta parpaikat itu berupa kalung emas atau cincin emas.

Kedudukan anak perempuan dalam adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar memang jelas lebih rendah apabila dibandingkan dengan kedudukn dari anak laki-laki, karena dianggap anak laki-lakilah yang dapat menerusi keturunan atau penerusan marga keluarganya.

Ketika berbicara perkembangan dalam hal pewarisan, pasti adanya faktor yang menstimulus dari perkembangan tersebut. Hukum adat merupakan hukum yang lahir, hidup dan berkembang di dalam masyarakat yang mana penerapannya berdasarkan kebiasaan sehingga tidak terdapat dalam hukum tertulis, akan tetapi seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, dalam hal kewarisan memang kerap dijumpai perkembanngan-perkembangan dalam pelaksanaanya.

1. Faktor Ekonomi

Faktor kehidupan ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan berjalannya perkembangan zaman, tentu saja kebutuhan manusia pun semakin bertambah, dan disebabkan oleh hal tersebutlah ekonomi secara signifikan bertambah dan terus berkembang. Perubahan yang umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu Negara seperti inflasi, pengangguran, kesempatan kerja, hasil produksi, dan sebagainya. Apabila hal tersebut dapat ditangani dengan baik maka suatu Negara akan mengalami perekonomian yang stabil pula, dan sudah barang tentu mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada di Negara tersebut.

Semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar, sudah barang tentu kebutuhan masyarakat

semakin bertamba pula, oleh karena itu tuntutan perekonomian pun semakin meningkat, mengingat banyaknya harga kebutuhan pokok yang melonjak tinggi dan semakin mahal, seperti harga cabe, bawang yang semakin mahal. Sedangkan mayoritas dari mata pencaharian masyarakat hukum adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar ini merupakan seorang petani, oleh keadaan perekonomian yang meningkat ini tentu membawa dampak juga kepada perkembangan proses pembagian harta warisan, karena masyarakat semakin berkembang dan tentu kebutuhan pun meningkat pula.50

Dengan penurunan keadaan perekonomian inilah sangat memberikan pengaruh terhadap perkembangan hukum waris adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar. Hal tersebut jelas tampak ketika keadaan perekonomian yang sulit sehingga beberapa masyarakat sangat mengharapkan warisan dari orang tuanya.

2. Faktor Perantauan/Migrasi

Sudah banyak masyarakat/orang-orang Batak yang merantau keluar dari kampung halamannya, misalnya ke Kabupaten Muaro Jambi. Di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi mereka melihat bahwa sistem pewarisannya berdasarkan sistem Parental, yaitu sistem keturunan yang menarik garis keturunan dari ayah dan ibu, hal ini menyebabkan pelaksanaan pembagian warisannya dilakukan sama rata antara bagian anak laki-laki dan anak perempuan.

Beberapa keluarga Batak di perantauan melihat bahwa sistem pembagian warisan yang sama rata terhadap laki-laki dan perempuan itu banyak memiliki kelebihan

50Wawancara dengan Bapak Benhard Panjaitan, Tokoh Adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar, tanggal 25 Juli 2023.

dibandingkan sistem pembagian warisan adat Batak yang asli yaitu hanya anak laki-laki saja yang mendapat bagian warisan. Kelebihannya antara lain adanya rasa keadilan karena adanya pembagian yang sama rata atas bagian anak laki-laki dan anak perempuan, sehingga perselisihan yang mungkin akan terjadi di dalam keluarga dapat dihindari maka oleh beberapa keluarga Batak Toba yang ada di perantauan menerapkan sistem pembagian warisan yang sama rata antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, kedudukan perempuan dalam hukum waris adat Batak adalah mempunyai hak atas bagian dari harta warisan dari orang tuanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dalam kedudukan hak waris anak perempuan Batak Toba adalahan faktor ekonomi dan faktor perantauan/migrasi, satu sama lainnya saling berkaitan dan membentuk jalinan yang kuat dalam mempengaruhi perkembangan pewarisan yang terjadi dalam masyarakat adat Batak Toba. Sehingga pada masa sekarang ini, sudah banyak kita jumpai dan dapat kita lihat proses pembagian warisan yang dilaksanakan secara adil, dengan pembagian yang sama rata pada laki-laki dan perempuan khususnya di daerah perantauan di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pewarisan anak perempuan dalam adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi dalam praktiknya terdapat 2 (dua) kasus anak perempuan Batak Toba yang mendapatkan warisan. Dalam kasus tersebut yakni pewarisan bagi Maria yang mendapatkan warisan 2 (dua) unit kontrakan. Kasus lain adalah pewarisan bagi Depi Pardede dimana anak perempuan mendapatkan warisan berupa 1 Ha tanah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pewarisan anak perempuan dalam adat Batak Toba di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi yaitu: Faktor ekonomi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar yang pada saat ini keadaan perekonomian masyarakat sedang menurun, Faktor perantauan/migrasi, beberapa keluarga Batak Toba di perantauan melihat bahwa sistem pembagian warisan yang sama rata terhadap laki-laki dan perempuan itu banyak memiliki kelebihan dibandingkan sistem pembagian warisan adat Batak yang asli.

B. Saran

1. Para Tokoh Adat Batak Toba beserta jajaran agar dapat kembali memberikan sosialisasi terkait sistem hukum adat Batak Toba kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang kompleks agar dapat dimengerti bagi masyarakat hukum adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pewarisan hukum waris adat di Unit 3 Kecamatan Sungai Bahar, walaupun kehidupan di dalam masyarakat terus mengalami perkembangan akan tetapi jangan sampai pula melupakan unsur adat dalam prosesi pembagiaan warisan seperti melakukan musyawarah bersama keluarga dan para tokoh adat.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008.

Bungaran Amtonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Penerbit Jendela, Yogyakarta, 2002.

Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2002.

D.J. Gultom, Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, CV Amanda, Medan, 2015.

Datuk Usman, Hukum Adat, Bina Sarana Penmas SU, Medan, 2017.

H. Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Cet. Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

H.P. Panggabean, Hukum Adat Dalihan Na Tolu Tentang Hak Waris, Dian Utama, Jakarta, 2007.

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

J.C. Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba, LKiS, Yogyakarta, 2004.

O.H.S. Purba dan Elvis Purba, Migrasi Spontan Batak Toba (Marserak), Penerbit Monora, Medan, 1997.

Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2012.

Prodjojo Hamidjojo, Hukum Waris Indonesia, Stensil, Jakarta, 2000.

Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1995.

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Wirjono Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Sumur, Bandung, 1976.

Dokumen terkait