• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi - Jurusan Sastra Jerman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Skripsi - Jurusan Sastra Jerman"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN BERBASIS 3P

(PEMASARAN, PELAYANAN, PELESTARIAN)

SEBAGAI UPAYA MENGAKTIFKAN KEMBALI DESA WISATA

Dwi Ratnasari1), Dian Eka Rachmawati2), Grace Rani Nurmillah3), Endah Tri Rachmawati4), Ridhotulfilla Apriliani Carera5)

1Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

2Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

3Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

4Manajemen, Fakultas Ekonomi , Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

5Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

ABSTRAK: Potensi pariwisata daerah di kota Batu masih banyak yang belum diolah, salah satu contoh adalah di Desa Gunungsari yang memiliki Produk unggulan bunga mawar. Pada tahun 2012 kelompok petani meresmikan Desa Gunungsari menjadi desa wisata dengan membangun wisata petik bunga mawar yang dibangun secara swadaya oleh anggota gabungan kelompok tani. Namun, desa wisata ini tidak aktif sejak tahun 2015 karena beberapa faktor seperti tidak ada dukungan dari aparat desa, pemahaman masyarakat tentang cara pengelolaan wisata dan pentingnya 3P (Pemasaran, Pelayanan, Pelestarian) masih kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, tim PKM-M melalui program 3P melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan kepariwisataan. Program ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap 3P. Hasil dari program ini yaitu peningkatan wawasan masyarakat dalam bidang kepariwisataan utamanya tentang pengelolaan desa wisata dengan berbasis 3P, keterbukaan masyarakat untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sarana promosi suatu produk atau jasa, peningkatan kualitas pelayanan juga, dan kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan serta ciri khas daerah.

Kata Kunci: desa wisata Desa Gunungsari, mengaktifkan kembali, pengelolaan 3P (pemasaran, pelayanan, pelestarian).

ABSTRACT: There are still many tourism potential in Batu city that have not been processed yet. One of them is in Gunungsari village that has superior product in the form of roses. In 2012, a group of farmer inaugurated Gunungsari village to become a tourist village by building a picking roses that are built independently by members of the farmers. Meanwhile, the tourist village was not active since 2015 because of several factors, like there is no support from village officials, people’s understanding toward how the management of the environment and the importance of 3P (pemasaran, pelayanan and pelestarian) which are still lacking. To solve the problem, PKM-M team by means of 3P program did extension activities and training of tourism. This program was doing through 2 steps, those are preparing step and 3P step. The result of this

(2)

program is the increase of society’s insight in the field of tourism, especially on the management of village-based tourism of 3P, the openness of the society to use technology as the way to promote a product or service, improving the quality of the service and the awareness of the importance of preserving the environment as well as the uniqueness of the area.

Key words: tourist village of Gunungsari, re-enable, 3P management (pemasaran, pelayanan and pelestarian).

1. PENDAHULUAN

Ada berbagai macam teori mengenai pariwisata, salah satu diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh Soebagyo (dalam Raharjana, 2005).

Soebagyo mengatakan bahwa sebuah lingkungan pedesaan dapat dipandang sebagai obyek sekaligus sebagai subyek wisata. Sebagai obyek artinya desa tersebut merupakan tujuan kegiatan pariwisata sedangkan sebagai subyek adalah sebagai penyelenggara, apa yang dihasilkan oleh desa akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung dan peran aktif masyarakat sangat menentukan kelangsungannya. Teori tersebut merujuk kepada masyarakat yang memegang peran penting dalam mengelola desa wisata. Dalam mengembangkannya, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang baik dari masyarakat desa wisata. Pengelolaan yang dimaksud di sini di antaranya meliputi pelayanan, pemasaran dan pelestarian.

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam mengenalkan desa wisata kepada khalayak umum. Pemasaran dikatakan berhasil apabila dikelola berdasarkan konsep-konsep yang sesuai. Memperkenalkan budaya daerah, ciri khas daerah, dan produk lokal dapat dijadikan konsep dasar dalam mempromosikan daerah wisata.

Membahas tentang pelayanan, Endar Sugiarto (2002) mengatakan, “mutu pelayanan adalah suatu tindakan seseorang terhadap orang lain melalui penyajian produk/jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku pada produk/jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan orang yang dilayani”. Menurut Radiosunu (2001) "kualitas pelayanan merupakan bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected service)”. Desa wisata yang ideal harus memiliki hal-hal yang mendukung kegiatan pariwasata. Seperti halnya informasi- informasi dari berbagai objek dan daya tarik wisata tersebut, transportasi lokal, pemandu wisata (guide) yang ramah, tempat berteduh yang nyaman, tempat makan yang bersih di objek wisata, kenyamanan lokasi serta oleh-oleh yang bisa dibawa pulang setelah berwisata (Zebua, 2016).

Peran warga setempat dalam memanfaatkan dan melestarikan kekayaan daerah juga termasuk unsur yang diperlukan dalam membangun desa wisata.

(3)

Pelestarian juga sebagai penumbuh kepedulian masyarakat untuk melestarikan dan melindungi dari kerusakan, serta mengelola dengan baik. Pelestarian dengan menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilainya.

Pelestarian desa dapat dimulai dari hal yang sederhana, yaitu dengan tidak membuang sampah di sungai, dan menyediakan tempat pembuangan sampah.

Kota Batu adalah salah satu kota yang terkenal dengan objek-objek wisatanya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, Abdillah Alkaf mengatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 3,580,000 wisatawan, namun jumlah ini belum termasuk wisatawan yang mengunjungi wisata petik apel, petik strawberry, sayur, juga ke villa dan homestay. Jumlah ini meningkat 15% dari tahun 2014. Meningkatnya kunjungan wisata ke kota Batu mengakibatkan meningkatnya pendapatan kota Batu dari sektor pariwisata.

Umumnya objek wisata yang sering dikunjungi di Batu adalah Selecta dengan jumlah kunjungan 702.740 wisatawan, Jatim Park 1 dan 2 sejumlah 329.230 wisatawan dan BNS sejumlah 271.901 wisatawan. Namun, selain objek-objek wisata tersebut masih banyak potensi pariwisata di kota Batu yang belum terkenal, satu di antaranya adalah Desa wisata Kampoeng Goenoeng yang terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Banyak wilayah perkebunan buah, bunga, dan sayuran serta area persawahan di desa ini. Terdapat pula peternakan sapi perah yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang ingin berwisata dengan nuansa alam dan edukasi. Sebagian besar warga berprofesi sebagai petani bunga hias. Sebagian ada yang memiliki tanah sendiri, dan sebagian lainnya bekerja sebagai buruh petik bunga. Produk unggulan di desa ini adalah bunga mawar. Total lahan yang digunakan untuk budidaya mawar adalah 60 Ha. Mawar Gunungsari telah menembus pasar nasional, terbukti pengiriman terbanyak dengan tujuan Jakarta, Bali dan kota besar lainnya. Produk unggulan lainnya yang dimiliki masyarakat sekitar yaitu tanaman bunga lainnya seperti bunga Pikok, Panca Warna serta tanaman lainnya. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, hampir semua rumah di Kampoeng Goenoeng memanen tanaman mawar kemudian dijual kepada pengepul. Di desa ini terdapat 20 pengepul besar, bunga mawar yang dipanen mencapai 1000 hingga 1500 potong perhari, tergantung dari luas lahan dan kondisi cuaca. Setidaknya terdapat 18 kelompok tani di desa ini yang bernaung di bawah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Tingginya potensi bunga mawar di Desa Gunungsari telah memotivasi para petani untuk menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata. Oleh sebab itu, pada tahun 2012 para kelompok petani meresmikan Desa Gunungsari menjadi desa wisata dengan komoditas yang diunggulkan yaitu kebun bunga mawar. Salah satu langkah konkretnya yaitu ketua kelompok tani yang bernama Bapak Sayadi Wibowo bersama-sama dengan kelompok tani bunga mawar membangun wisata petik bunga mawar yang dibangun secara swadaya oleh anggota gabungan kelompok tani. Proses awal pembuatan wisata petik bunga yaitu dengan membangun gazebo selamat datang, green house dan patung mawar di lahan Bapak Sayadi, dengan total biaya sebesar Rp 200.000.000. Pengunjung yang datang disambut dengan kesenian tradisional daerah setempat dan dilatih memetik serta merangkai bunga mawar. Setelah tempat ini diresmikan oleh walikota Batu saat itu,

(4)

Wisata petik mawar menjadi semakin ramai dikunjungi ibu-ibu PKK maupun pelajar yang melakukan kegiatan luar sekolah.

Namun, desa wisata ini tidak aktif sejak tahun 2015. Faktor yang menyebabkan desa wisata ini tidak aktif, yaitu (1) tidak ada dukungan dari aparat desa, kepala desa secara perseorangan tidak mau mendukung adanya desa wisata karena dianggap menguntungkan pribadi, (2) pemahaman masyarakat tentang cara mengelola wisata masih kurang sehingga menyebabkan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat juga tidak terstruktur, (3) kurangnya pengetahuan masyarakat setempat mengenai pentingnya 3P (Pemasaran, Pelayanan, Pelestarian). Kondisi masyarakat tersebut yang sebagian masih gagap teknologi, tidak dapat menggunakan akses internet dengan baik dan bahkan tidak memiliki smartphone canggih, dan mengenai pentingnya pelayanan di bidang kepariwisataan, warga desa Gunungsari masih belum paham bagaimana cara menjamu pengunjung dengan baik.

Hal ini menyebabkan pengelola desa wisata tidak bersemangat lagi untuk mengelola desa wisata ini. Karena tidak aktifnya desa wisata ini, akibatnya promosi tidak dilakukan lagi. Meskipun sudah tidak aktif, namun masih ada beberapa pengunjung yang datang untuk melihat pemandangan di desa tersebut dan membeli hasil petani yang berupa bunga mawar. Hingga sekarang, wisata petik mawar ini tidak mengalami kemajuan, di lokasi wisata hanya ada ibu Atik yang menjaga tempat tersebut, meskipun pada kenyataannya jumlah pengunjung sangat minim.

Dari observasi yang beberapa kali dilakukan oleh tim PKM-M selain kurangnya pemasaran, pelayanan di desa wisata ini juga masih kurang. Hal ini dapat dilihat dilihat dari segi fasilitas yang masih kurang memadai, karena tidak tersedianya tempat duduk, tempat sampah, tempat pembelian tiket, pusat oleh-oleh, penjual makanan dan minuman serta papan informasi terkait adanya desa wisata tersebut. Selain itu, diketahui bahwa terdapat kurangnya keramah tamahan yang diberikan kepada pengunjung, salah satu contohnya yaitu pengunjung yang datang hanya diberi gunting untuk memetik bunga tanpa memberi penjelasan bagaimana cara memetik mawar dengan benar, selanjutnya pengunjung berkeliling sendiri tanpa adanya pendampingan. Jika dahulu wisata ini menonjolkan ciri khas daerah yaitu dengan menyambut pengunjung yang datang dengan kesenian tradisional daerah setempat dan melatih memetik serta merangkai bunga mawar sebagai bentuk melestarikan kekayaaan daerah, sekarang kegiatan ini sudah tidak ada lagi.

Seperti yang diuraikan diatas, unsur-unsur pengelolaan yang baik terhadap desa wisata tidak dijumpai pada desa wisata Kampoeng Goenoeng. Berdasarkan permasalahan tersebut, tim PKM-M melalui program 3P (pemasaran, pelayanan dan pelestarian) dengan melakukan pelaksanaan program tersebut melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan kepariwisataan, sehingga dapat membantu mengaktifkan kembali desa wisata Kampoeng Goenoeng. Dengan adanya penyuluhan dan pelatihan ini masyarakat Gunungsari khususnya anggota yang mengikuti penyuluhan dan pelatihan ini dapat mendapatkan wawasan pengelolaan wisata, seperti pemasaran, tata cara pelayanan dan pentingnya pelestarian kekayaan daerah dalam mengembangkan desa wisata.

Berdasarkan uraian di atas melatar belakangi kegiatan tim PKM-M untuk melakukan peyuluhan dan pelatihan bertemakan kepariwisataan. Adapun target luaran yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu : (1) masyarakat dapat memahami potensi wisata setempat, (2) masyarakat memiliki wawasan tentang pemanfaatan media sosial sebagai

(5)

media promosi wisata dan produk, (3) masyarakat dapat memasarkan wisata dan produk yang dihasilkan dengan menggunakan media sosial, (4) masyarakat memiliki wawasan tentang desa wisata dan wisata desa, serta bagaimana pelayanannya, (5) masyarakat dapat mengkreasikan fasilitas yang ada di desa wisata, sehingga dapat meningkatkan pelayanan melalui fasilitas yang disediakan, (6) masyarakat dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung, seperti mengucapkan salam, dan memperkenalkan komoditas apa saja yang ada di desanya, (7) masyarakat dapat melestarikan lingkungan dan ciri khas budaya yang dimiliki dengan memiliki wawasan tentang wisata edukasi. Diharapkan kegiatan ini dapat mendorong dan menggerakkan warga dalam mengaktifkan kembali desa wisata Kampoeng Goenoeng dengan cara mengoptimalkan pengelolaan desa wisata melalui 3P (pemasaran, pelayanan dan pelestarian), sehingga desa wisata Kampoeng Goenoeng dapat beroperasi kembali.

2. METODE

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, progam pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap 3P, berikut penjelasannya.

a. Tahap Persiapan

Adapun tahap-tahap persiapan yang dilakukan tim PKM untuk mencari data adalah sebagai berikut.

1) Rapat anggota PKM, bertujuan untuk membahas tentang hal-hal keberlanjutan program, langkah strategis yang akan diambil, pembuatan jadwal kegiatan, serta pembagian tugas pada setiap anggota.

2) Rapat koordinasi, bertujuan untuk membicarakan langkah-angkah yang akan diambil oleh tim PKM. Rapat koordinasi ini perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan dari pembimbing dalam mengambil langkah-langkah strategis.

3) Survei lokasi, bertujuan untuk mengetahui latar belakang wilayah serta masyarakat Desa Gunungsari lebih detail. Survei wilayah berpengaruh untuk mengetahui komoditas unggulan apa saja yang terdapat di desa tersebut sehingga dapat digunakan sebagai objek wisata.

4) Perijinan kerja sama, bertujuan untuk menjalin kerja sama dengan objek sasaran program. Perijinan dilakukan dengan kepala Desa Gunungsari dan ketua gabungan kelompok tani. Perijinan yang dilakukan yaitu perijinan pelaksanaan kegiatan, dan peminjaman tempat.

5) Perekrutan anggota penyuluhan dan pelatihan. Anggota yang direkrut berjumlah 20 orang. Sepuluh orang dari ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) dan sepuluh orang dari kelompok ternak sapi perah Mardirahayu di Desa Gunungsari.

b. Tahap Pelaksanaan 3P

(6)

Pengelolaan wisata berbasis 3P secara keseluruhan meliputi penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan ini diikuti 20 anggota yang telah direkrut. Adapun program 3P yang akan dilaksanakan sebagai berikut.

1) Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam mengenalkan desa wisata kepada khalayak umum. Memperkenalkan budaya daerah, ciri khas daerah, dan produk lokal dapat dijadikan konsep dasar dalam mempromosikan daerah wisata. Pada program ini, penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan oleh tim PKM- M, yang berisi kegiatan sebagai berikut.

a. Penyampaian potensi yang dimiliki desa wisata dan pemberian brand baru untuk desa wisata Kampoeng Goenoeng yaitu Kampung Kembang Gunung, Gunungsari. Kegiatan ini dilaksanakan pada 29 April 2017 dengan dihadiri sebanyak 11 anggota.

b. Pelatihan pemanfaatan media sosial untuk pemasaran. Dilakukan pada 6 Mei 2017 dengan jumlah anggota yang hadir sebanyak 20 orang. Pada penyuluhan berisi pemberian informasi tentang pemanfaatan media sosial sebagai alat pemasaran, seperti Facebook, Instagram, dan Whatsapp. Pada pelatihan, anggota yang dilatih hanya ibu-ibu yang menggunakan smartphone dengan tahap-tahap sebagai berikut.

a) Memotret produk dan potensi wisata yang utama, yaitu bunga mawar.

b) Menggunakan media sosial yang sudah dimiliki anggota sebagai media pemasaran.

c) Pengunggahan foto produk dengan pencantuman caption yang bersifat persuasif.

2) Pelayanan

Pengelolaan kedua yang dilaksanakan adalah pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan bermutu jika tindakan pengurus desa wisata dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pengunjung melalui produk atau jasa. Pelatihan peningkatan pelayanan dilaksanakan oleh tim PKM-M sebanyak dua kali, yaitu pelatihan lukis capil pada 6 Mei 2017 dan tour guiding pada 28 Mei 2017. Kegiatan pelatihan lukis capil dihadiri seluruh anggota berjumlah 20 orang, pelatihan tour guiding dihadiri oleh 11 orang. Tahap-tahap kegiatan pada pelatihan lukis capil sebagai berikut.

a. Menyiapkan capil, kuas, cat akrilik, palet, dan air b. Membersihkan capil

c. Melukis capil sesuai kreasi masing-masing anggota d. Menjemur capil yang telah dilukis

Sebelum pelatihan tour guiding dilaksanakan, penyuluhan program pelayanan dilakukan satu kali oleh pemateri dari DOLANG (Dolanan Malang), Ilham Adilia. Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 14 Mei 2017. Program penyuluhan di bidang pelayanan ini berisi penyampaian materi tentang “Desa

(7)

Wisata dan Wisata Desa”, utamanya cara melayani wisatawan. Selanjutnya, tim PKM melakukan pelatihan tour guiding dengan tahap kegiatan berikut ini.

a. Mengucapkan selamat datang kepada pengunjung dengan sapa, senyum, dan santun.

b. Memperkenalkan komoditas apa saja yang dimiliki desa.

c. Mengajarkan bagaimana cara memetik bunga mawar dan memberikan informasi mengenai perawatan bunga mawar.

3) Pelestarian

Pada tahap ini, pelestarian digunakan sebagai penumbuh kepedulian masyarakat untuk melestarikan dan melindungi dari kerusakan, serta mengelola dengan baik. Kegiatan Penyuluhan ini dihadiri oleh 20 orang, sedangkan kegiatan pelatihannya dihadiri oleh 12 orang. Penyuluhan dilaksanakan pada 14 Mei 2017 oleh Ilham Adilia DOLANG. Penyuluhan ini berisi penyampaian materi “Wisata Edukasi”. Sedangkan pelatihan dilaksanakan pada 28 Mei 2017 oleh salah satu petani mawar di Desa Gunungsari, Bapak Kusyanto. Pelatihan yang dilakukan adalah mengokulasi bunga mawar, dengan tahapan sebagai berikut.

a. Menyiapkan bahan dan alat, berupa bibit bunga mawar, tanah, sekam, dan polybag, dan lain-lain.

b. Penyampaian cara mengokulasi mawar oleh pemateri.

c. Praktik bersama mengokulasi bunga mawar oleh anggota pelatihan.

Program 3P dilaksanaan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Hampir seluruh kegiatan dilaksanaan di gazebo wisata bunga mawar Desa Gunungsari, terkecuali kegiatan penyuluhan “Desa Wisata dan Wisata Desa” dan penyuluhan “Wisata Edukasi”. Dua kegiatan tersebut berlangsung di Rumah Ibu Reni (anggota) RT 07 RW 06 Dusun Brumbung, Desa Gunungsari.

Tabel 1. Pelaksanaan Pelatihan dan Penyuluhan N

o

Kegiatan Penyuluha n

&

Pelatihan

Tanggal Tempat Pemateri Anggota yang hadir 1. Penyuluhan

tahap I

Pemasaran 29 April 2017

Di gazebo petik mawar Gunungsari

Tim PKM 11 orang

2. Pelatihan tahap I

Pelayanan &

Pemasaran

6 Mei 2017

Di gazebo petik mawar Gunungsari

Tim PKM 20 orang

3. Penyuluhan tahap II

Pelayanan &

Pelestarian

14 Mei 2017

Di rumah ibu Reni Rt 07 Rw 06 Dsn.

Brumbung Gunungsari

Ilham Adilia (Uya) dari DOLANG (Dolanan Malang)

20 orang

(8)

4. Pelatihan tahap II

Pelayanan &

Pelestarian

28 Mei 2017

Di gazebo petik mawar Gunungsrai

Bapak Kusyanto

12 orang

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan PKM-M dengan judul

“PENGELOLAAN BERBASIS 3P (PEMASARAN, PELAYANAN DAN PELESTARIAN) SEBAGAI UPAYA MENGAKTIFKAN KEMBALI DESA WISATA KAMPOENG GOENOENG BATU” dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 2. Hasil yang Dicapai

No Kegiatan Hasil

1 Pemasaran Penyuluhan 1:

Penyampaian potensi wisata setempat,

pemberian brand

Masyarakat dapat memahami bahwa tidak hanya bunga Mawar saja yang berpotensi sebagai wisata, akan tetapi potensi lain, seperti peternakan sapi perah, tanaman hias, dan coban kembar dapat dijadikan sebagai wisata. Selanjutnya, wisata memiliki brand yang baru yaitu Kampung Kembang Gunung.

Penyuluhan 2:

pemanfaatan media sosial

Masyarakat mengetahui media sosial yang sekarang marak digunakan sebagai media promosi yaitu instagram, masyarakat mengetahui bagaimana cara memasarkan wisata maupun produk melalui media sosial.

Pelatihan penggunaan media sosial untuk pemasaran

Masyarakat dapat menggunakan media sosial untuk promosi, dengan memotret satu gambar,

menguploadnya ke media sosial yang mereka gunakan, dan memberikan kata-kata pesuasif salah satunya yaitu Kuy ke Kampung Kembang Gunung!.

Pada pelatihan ini tidak semua anggota dilatih, karena hanya 5 dari 20 anggota yang memiliki smartphone

2 Pelayanan Pelatihan 1: lukis capil

Masyarakat dapat mengkreasikan fasilitas yang ada di desa wisata, sehingga dapat meningkatkan pelayanan melalui fasilitas yang disediakan. Jumlah topi yang tersedia cukup banyak, namun hanya 20 topi saja yang di lukis, dikarenakan bahan lukis yang tidak mencukupi.

(9)

Penyuluhan

“Desa Wisata dan Wisata Desa”

Masyarakat memperoleh pengetahuan tentang desa wisata dan wisata desa, meliputi bagaimana

pelayanannya, dan cara melestarikan.

Pelatihan 2: tour guiding

Masyarakat dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung, seperti mengucapkan salam, memperkenalkan komoditas apa saja yang ada di desanya, mengajarkan bagaimana cara memetik bunga mawar dan memberikan informasi mengenai perawatan bunga mawar.

3 Pelestarian Penyuluhan

“Wisata Edukasi”

Masyarakat dapat mengetahui informasi tentang wisata edukasi, dan memperoleh informasi tentang potensi di daerahnya yang dapat dijadikan sebagai wisata edukasi.

Pelatihan Okulasi Mawar

Masyarakat dapat mengokulasi mawar dan dapat mengajarkannya kepada pengunjung.

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, program ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan masyarakat dalam bidang kepariwisataan utamanya tentang pengelolaan desa wisata dengan berbasis 3P. Bukan hanya pengetahuan atau wawasan yang mereka dapatkan, tetapi juga praktik nyata di lapangan. Selain itu, masyarakat juga mulai sadar akan pentingnya teknologi.

Mereka mulai membuka diri untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sarana promosi suatu produk atau jasa, sehingga mereka tidak ketinggalan zaman.

Kualitas pelayanan juga mulai ditingkatkan dengan mengedepankan aspek keramahan penyambutan pengunjung, pendampingan terhadap pengunjung, serta mengkreasikan bahan atau alat yang tersedia agar lebih menarik dan meningkatkan daya guna. Keramahan yang dimaksud disini seperti halnya mengucapkan salam, memperkenalkan komoditas apa saja yang ada di desanya, mengajarkan bagaimana cara memetik bunga mawar dan memberikan informasi mengenai perawatan bunga mawar kepada pengunjung. Bentuk kreativitas masyarakat akan fasilitas yang ada adalah dengan melukis capil. Capil ini awalnya capil yang sudah tidak digunakan, namun untuk menambah nilai guna serta membuat keunikan terhadap wisata maka capil ini dibersihkan kembali dan dilukis menurut kreasi masyarakat.

Selain itu masyarakat juga sadar akan pentingnya melestarikan lingkungan dan ciri khas daerah. Tujuaannya agar menjaga keeksistensian desa wisata, menjaga lingkungan agar lebih lestari, serta mengangkat budaya lokal agar dikenal masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dengan pemberian wisata edukasi oleh penjaga wisata kepada pengunjung agar pengunjung memahami bagaimana merawat tumbuhan mawar dengan baik dan benar agar bunga mawar tidak mati,

(10)

serta masyarakat dapat mengokulasi mawar secara individu maupun kelompok sehingga jumlah mawar yang ada meningkat.

4. KESIMPULAN

Masyarakat Desa Gunungsari lebih memahami pengetahuan tentang kepariwisataan. Selain itu masyarakat juga dapat memahami potensi wisata setempat sehingga masyarakat memiliki dorongan untuk mengembangkannya serta mengelolanya dengan baik. Hal ini terlihat dari antusias masyarakat dalam mengikuti penyuluhan dan pelatihan.

Kini masyarakat Desa Gunungsari lebih paham akan kegunaan teknologi, hal ini dibuktikan dengan penggunaan media sosial berupa Facebook, Instagram, dan Whatsapp yang hanya dikelola oleh beberapa orang yang memiliki smartphone untuk memasarkan produk serta wisata yang ada. Selanjutnya dalam hal pelayanan masyarakat Desa Gunungsari sudah mulai meningkat. Masyarakat bisa mempraktikkan keramahtamahan kepada pengunjung, yaitu seperti halnya mengucapkan salam, memperkenalkan komoditas apa saja yang ada di desanya, mengajarkan bagaimana cara memetik bunga mawar dan memberikan informasi mengenai perawatan bunga mawar kepada pengunjung. Masyarakat juga mulai berpikir kreativ untuk mengkreasikan fasilitas agar memunculkan keunikan dari wisata yang ada. Adapun untuk melestarikan mawar agar tetap menjadi komoditas utama di Desa Gunungsari, masyarakat mulai melakukan okulasi mawar baik secara individual maupun kelompok.

Metode ini tepat digunakan apabila warga setempat dan pemerintah setempat saling bekerja sama. Pengelolaan desa wisata yang baik harus melibatkan banyak pihak, bukan hanya warga setempat tetapi juga pemerintah.

Karena seperti yang kita tahu untuk membangun desa wisata membutuhkan perijinan pemerintah setempat, begitu pula dalam segi pendanaan. Diharapkan Pemerintah setempat mendukung adanya wisata sehingga lebih mudah untuk mengaktifkan kembali serta mengembangkan desa wisata ini.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini. Terima kasih kepada:

a. DIRJEN DIKTI yang telah menyetujui program ini.

b. Dr. Primardiana Hermilia Wijayati, M.Pd. selaku Dosen Pendamping atas bimbingan, motivasi dan kepercayaannya

6. REFERENSI

Supraptini, Nunuk. 2013. Bauran Pemasaran: Strategi Pemasaran Parwisata

di Kabupaten Semarang. (Online),

(http://jurnal.undaris.ac.id/index.php/jurnal/article/view/22/20), diakses 29 September 2016

Zebua, Manahati. 2016. Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah.

Yogyakarta:Deepublish.

(11)

Badan Statistik Kota Batu.2015. Statistik Daerah Kecamatan Bumiaji 2015.

(Online), (https://batukota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik- Daerah-Kecamatan-Bumiaji-2015.pdf), diakses 29 September 2016 Sigit, Redi. 2016. Ingkungan Alam & Binaan desa Gunungsari. (Online),

(https://id.scribd.com/doc/312072488/Lingkungan-Alam-Binaan-desa- Gunungsari-Batu), diakses 29 September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Doriyani Lubis: Kebijaksanaan Promosi Dalam Memasarkan Produk Dan Jasa-Jasa Perbankan Pada Bank..., 2001... Doriyani Lubis: Kebijaksanaan Promosi Dalam Memasarkan Produk Dan

Asuransi Jiwasraya Medan melakukan kegiatan promosi penjualan dalam mengenalkan usaha dan memasarkan produk yang ditawarkan.. Bagaimana cara anda memanfaatkan media, dan media

1 Menguasai konsep teoretis keterampilan berbahasa Jerman dan unsur kebahasaannya untuk berkomunikasi secara efektif, spontan, dan sistematis dalam bahasa Jerman,

Media sosial saat ini sudah menjadi trend di masyarakat dan sudah seharusnya pelaku usaha menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk usaha. Promosi di

Bintang Timur terdiri dari iklan, promosi penjualan dan penjualan pribadi terbagi kedalam beberapa bentuk media yang digunakan untuk memasarkan produk batik labako

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program ini yaitu Penerapan Media Sosial sebagai media promosi dalam memasarkan produk donat di tengah Pandemi Covid-19 dalam tujuannya

Perancangan Website Desa Wisata Karangrejo Sebagai Media Informasi Dan

Membuat video promosi desa wisata untuk desa Batuan Program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di desa Batuan dengan membuatkan video promosi desa wisata Batuan dilaksanakan