• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Laston WC bahan Tambah Epoxy Resin

N/A
N/A
Future Enginering

Academic year: 2023

Membagikan "Skripsi Laston WC bahan Tambah Epoxy Resin"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Aspal keras yang telah ditambahkan bahan tambahan lain disebut aspal termodifikasi dengan penambahan bahan polimer berupa resin epoksi. Untuk mengatasi kestabilan dan kelelahan yang sering terjadi pada perkerasan, kami menggunakan epoxy sebagai bahan tambahan aspal untuk mengatasi kerusakan perkerasan khususnya pada lapisan permukaan AC-WC dengan menambahkan sifat resin pada aspal dengan bahan tambahan yang mengandung resin. Sebagai bahan pengikat permukaan jalan yang mengandung resin, penggunaan epoxy sebagai bahan pelengkap yang juga mengandung resin akan meningkatkan kekuatan rekat aspal terhadap agregat yang digunakan.

Apa pengaruh penggunaan aspal yang ditambah resin epoksi terhadap modulus elastisitas campuran AC-WC? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti resin epoxy sebagai bahan tambahan lapisan AC-WC. Untuk menganalisis nilai stabilitas aspal yang ditambahkan resin epoksi pada campuran AC-WC.

Untuk menganalisis nilai modulus elastisitas penggunaan aspal dengan penambahan resin epoxy pada campuran AC-WC. Penggunaan resin epoxy dapat digunakan sebagai bahan tambahan aspal pertamina berdasarkan spesifikasi standar Bina Marga Revisi II 2018 dengan variasi penambahan massa aspal 4.

Aspal Beton AC-WC (Asphalt Concreate – Wearing Course)

Sumber : Spesifikasi Umum Pengaspalan Jalan Bina Marga Divisi 6 (2018). kemudian diangkut ke lokasi, disebar dan dipadatkan. Laston merupakan beton aspal bergradasi kontinyu yang biasa digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat. Perkerasan jalan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu perkerasan kaku dan perkerasan lentur.

Perkerasan lentur merupakan konstruksi perkerasan jalan yang dibuat dengan menggunakan pondasi agregat dan lapisan permukaan dengan bahan pengikat aspal (Offentlige Arbejder, 2005).

Agregat

Agregat Kasar

Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering, tahan lama, bersudut, bebas dari kontaminan tanah liat dan bahan asing lainnya serta mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat sehingga memberikan sifat saling mengunci yang baik dengan bahan lain. Agregat kasar harus terdiri dari butiran keras tidak berpori dengan agregat kasar yang mengandung butiran pipih tidak melebihi 20% dari total berat agregat. Agregat kasar juga terdiri dari pecahan batu atau karang (pecahan kerikil) yang berasal dari alam yaitu batuan sedimen.

Tabel 2.3 Gradasi Agregat Kasar yang diisyaratkan
Tabel 2.3 Gradasi Agregat Kasar yang diisyaratkan

Agregat Halus

Meningkatkan stabilitas campuran dengan memperkuat sifat interlocking agregat kasar dan mengurangi rongga udara pada agregat kasar. 2. Semakin besar tekstur permukaan agregat halus maka akan meningkatkan kestabilan campuran dan meningkatkan kekasaran permukaan perkerasan jalan. 30 dikurangi untuk memperoleh ruang udara yang cukup untuk jumlah aspal tertentu sehingga permukaan celah bergradasi cenderung halus.

6. Menyeimbangkan proporsi agregat kasar dan halus yang digunakan penting dilakukan untuk mendapatkan permukaan anti selip dengan jumlah kadar aspal yang diinginkan. Fungsi utama agregat halus adalah untuk memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen campuran melalui saling mengunci dan gesekan antar partikel. Agregat halus berperan penting dalam mengendalikan ketahanan terhadap deformasi, namun peningkatan ketahanan ini juga diiringi dengan penurunan ketahanan campuran.

Tabel 2.5 Gradasi Agregat Halus yang diisyaratkan:
Tabel 2.5 Gradasi Agregat Halus yang diisyaratkan:

Bahan Pengisi (Filler)

Filler adalah bahan pengisi yang terdiri dari abu batu, debu batu kapur, fly ash, debu dolomit atau semen (PC) atau bahan non plastik lainnya yang harus kering dan bebas dari partikel tanah liat serta bahan pengganggu lainnya. Harus kering dan bebas gumpalan serta bila diuji dengan saringan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan No. Penggunaan kapur sebagai bahan pengisi dapat meningkatkan kestabilan campuran, membantu melapisi benda agregat.

Jika kapur yang tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian digunakan sebagai bahan pengisi tambahan, proporsi maksimum yang diperbolehkan adalah 1,0% dari total berat campuran aspal. Kapur terhidrasi penuh yang diproduksi di pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan dapat digunakan maksimal 2% dari total berat agregat. Semua campuran aspal harus mengandung bahan pengisi tambahan tidak kurang dari 1% dan tidak lebih dari 2% dari berat total agregat.

Untuk memodifikasi gradasi agregat halus sehingga berat jenis agregat meningkat dan jumlah aspal yang dibutuhkan untuk mengisi rongga berkurang. Bila dicampur dengan aspal, bahan pengisi akan membentuk bahan pengikat dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan butiran agregat. Dengan menggunakan rongga udara, penambahan bahan pengisi pada campuran lapisan keras mengakibatkan lapisan keras memiliki kandungan pori yang berkurang.

Kekuatan utama beton aspal terletak pada keadaan saling mengunci butiran agregat dan sedikit pada pasir/bahan pengisi/aspal sebagai campurannya. Sebaliknya jika campuran tidak mempunyai bahan pengisi maka campuran akan menjadi sangat lentur dan mudah berubah bentuk. Selain itu, jenis bahan pengisi akan mempengaruhi sifat elastis campuran dan kepekaannya terhadap air.

Pengaruh penggunaan bahan pengisi terhadap kekentalan campuran adalah semakin besar luas permukaan bahan pengisi akan meningkatkan kekentalan campuran.

Tabel 2.8 Ukuran Gradasi Filler
Tabel 2.8 Ukuran Gradasi Filler

Gradasi agregat

Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi yang baik terkadang sangat sulit dicapai secara langsung dari satu tempat (tambang), dalam prakteknya agregat kasar dan agregat halus biasanya dicampur untuk mencapai gradasi yang baik. Dalam menganalisis gradasi agregat dapat digunakan metode seperti analisis ayakan, dimana dalam pengujian ini dapat diperoleh distribusi ukuran partikel, gradasi padat akan memberikan kekakuan campuran yang lebih besar dibandingkan gradasi terbuka. Dari segi rendemen, kekakuan merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tegangan dan regangan aspal campuran panas akibat beban lalu lintas dinamis.

Bahan tambah

Ada dua jenis resin epoxy yang umum digunakan berdasarkan harga dan kualitas: Diglycidyl Ether Bisphenol A (DGEBA) dan Novolaks. Diglicidyl Ether Bisphenol A atau biasa disebut Bisphenol A Epoxy Resin merupakan resin epoxy yang paling populer. Menggabungkan resin novolax dengan bahan pengawet yang sesuai akan membentuk polimer yang memiliki ketahanan kimia dan suhu tinggi tetapi fleksibilitas mekanik yang rendah. a) Resin Novolac (b) Struktur komposisi resin Novolac 2.6 Pengujian campuran.

Pb : Aspal, persentase berat total Gmb : Berat jenis curah campuran padat Gsb : Berat jenis agregat curah. Rongga udara dalam campuran (Va) atau VIM digunakan untuk mengetahui besarnya rongga dalam campuran dalam satuan persen. Ruang udara pada campuran perkerasan aspal terdiri dari ruang udara antar partikel agregat yang dilapisi aspal.

Kuat tarik tidak langsung merupakan kemampuan suatu lapisan perkerasan jalan dalam menahan beban-beban berupa tarikan yang terjadi pada arah mendatar. Ketika beban tertentu tercapai dan benda uji mulai runtuh atau retak, berarti tegangan telah mencapai maksimum. Setelah itu, beban yang terjadi akan semakin besar, hal ini disebabkan berkurangnya ikatan pada benda uji akibat retak yang mengakibatkan benda uji putus.

Uji kuat tarik tidak langsung dilakukan dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder yang dikenai pembebanan tekan dengan dua pelat penekan yang menimbulkan tegangan tarik tegak lurus diameter benda uji sehingga menyebabkan benda uji patah, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Uji kekuatan tarik pada masing-masing serat dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik masing-masing serat. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel dan beri tanda pengenal pada setiap benda uji yang menunjukkan jenis campuran dan kadar aspal.

Pasang benda uji pada mesin uji, kemudian atur posisi jarum penunjuk ke angka nol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium pada fasilitas pengujian agregat kasar dan halus yang dilakukan dengan menggunakan aspal pertamina dengan penambahan resin epoxy pada campuran aspal beton (AC-WC). Kemudian dilakukan uji Marshall dan uji kuat tarik tidak langsung untuk mengetahui kinerja campuran.

Gambar 2.1 Epoxy Resin 2.5.2 Kandungan Zat pada Epoxy
Gambar 2.1 Epoxy Resin 2.5.2 Kandungan Zat pada Epoxy

Tahapan Penelitian .1 Persiapan Bahan

Resin epoksi sebagai bahan tambahan campuran aspal beton (AC – WC) dibeli dari toko konstruksi di Makassar, Sulawesi Selatan. Material yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah diuji di laboratorium untuk mendapatkan material yang memenuhi persyaratan material permukaan jalan.

Pemeriksaan Aspal yaitu;

Pemeriksaan Agregat yaitu;

Berat jenis dan serapan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering – kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (apparent) dan serapan agregat halus (AASHTO T-85-74 dan ASTM G-127-68).

Penentuan Komposisi Campuran

Ambil salah satu spesifikasi ideal untuk tipe yang ada, dari segi agregat kasar dan agregat halus. Kemudian campurkan ketiganya dengan total 100% dan nilai gabungannya mendekati nilai spesifikasi ideal yang kita ambil. Jika mendekati salah satu nilai spesifikasi ideal ketiga agregat, maka agregat lainnya dihitung dengan persentase yang sama.

Kadar Aspal Rencana

Kadar Aspal Optimum

Tujuan dari pemeriksaan marshal ini adalah untuk mengetahui kestabilan (ketahanan) terhadap lelehan plastis (aliran) campuran aspal. Untuk tahap pertama sebaiknya dilakukan pengujian Marshall pada suhu 60°C selama 30 menit dan juga diperlukan nilai VIM, VMA, VFB dan MQ untuk menentukan kadar aspal optimal berdasarkan karakteristik campuran. Pada pengujian Mershall ini kami juga melakukan proses pemadatan yang dilakukan dengan memberikan jumlah pukulan yang disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing jenis campuran, misalnya untuk campuran AC-WC sebanyak 75 pukulan pada setiap sisinya.

Kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan parameter Marshall seperti stabilitas, aliran dan nilai volumetrik Marshall. Pembuatan benda uji briket Marshall menggunakan grading agregat campuran untuk Lapisan Paving Laston (AC-WC) dengan menggunakan grading kontinyu (dense grading) dengan menggabungkan beberapa. Sampel briket Marshall kemudian dibuat dengan desain kadar aspal, dengan masing-masing variasi dibuat 3 sampel.

Campuran yang dimasukkan ke dalam cetakan dipadatkan dengan cara ditumbuk sebanyak 75 kali (sesuai dengan lalu lintas padat), setelah itu sampel dibalik dan ditumbuk kembali sebanyak 75 kali. Pengujian kuat tarik tidak langsung menggunakan benda uji berbentuk silinder yang diberi beban tekan dengan dua pelat penekan yang menimbulkan tegangan tarik tegak lurus diameter benda uji sehingga menyebabkan benda uji patah. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia, Cara Uji Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar, SNI.

Raya, S., Pratomo, P., Herianto, Dwi., “Perbedaan Temperatur Pencampuran Parameter Marshall Pada Campuran Aspal Beton” (2015) Vol 3. Revisi SNI M-01 Tentang Cara Pengujian Campuran Aspal Panas dengan Peralatan Marshall , Badan Penelitian dan Pengembangan, Bidang Pekerjaan Umum. Konsep Design Mix Formula (DMF) pada beton aspal lapis tipis (LTBA) mengacu pada Spesifikasi Umum Sifat (ITS) dan Deformasi Bina Marga tahun 2018.

Pengaruh Penggunaan Daun Abu Pisang Sebagai Filter Lapisan Aspal AC-WC Terhadap Nilai Marshall (Disertasi Doktor Universitas Medan Area).

Gambar 3.2 Alat Indirect Tensile Strenght 3.5  Diagram Alir
Gambar 3.2 Alat Indirect Tensile Strenght 3.5 Diagram Alir

Gambar

Tabel 2.3 Gradasi Agregat Kasar yang diisyaratkan
Tabel 2.4 Spesifikasi Agregat kasar
Tabel 2.6 Spesifikasi Agregat Halus:
Tabel 2.5 Gradasi Agregat Halus yang diisyaratkan:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dihasilkan beberapa hal yang baru, hasil pengujian benda uji dengan penambahan bahan tambah ban bekas sebagai pengganti agregat kasar berdasarkan spec

Dari data hasil penelitian di Laboratorium akan membandingkan nilai stabilitas dan karakteristik campuran (rongga dalam campuran, rongga antar agregat dan rongga

Dari perhitungan rancangan campuran beton yang didasarkan pada hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus, kuat tekan, faktor air semen, kadar air bebas ukuran

Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari AMP PT.ADHI KARYA, Patumbak.Pengujian agregat dilakukan untuk mengetahui

Dengan melakukan metode pengujian di laboratorium sesuai dengan ketentuan SNI terhadap agregat halus dan agregat kasar dilakukan perencanaan formula campuran ( mix

Untuk penggunaan lain, material untuk beton juga dapat disubsitusikan sesuai dengan perencanaan, baik jenis semen, agregat halus maupun agregat kasar, atau bahan

Setelah mendapatkan hasil dari pengujian batu bata merah sebagai bahan tambah filler selanjutnya melakukan peroses percampuran dengan agregat halus, agregat kasar, dan aspal dengan cara

Penelitian ini menggunakan metode penelitian experimental di laboratorium yang bertujuan untuk meneliti efek penggunaan bottom ash sebagai pengganti agregat halus terhadap stabilitas,