• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Manajemen Peserta Didik Berbasis Single Sex di Madrasah Aliyah Bondowoso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Skripsi Manajemen Peserta Didik Berbasis Single Sex di Madrasah Aliyah Bondowoso"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Ayu Nur Fadilah NIM : 084 143 123

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JANUARI 2019

(2)
(3)
(4)

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

(Ali Imron:159)1

1Al-Mubin, Al-Quran dan Terjemahannya,(Pustaka Al-Mubin: Jakarta Timur), 71

(5)

maha pengasih lagi maha penyayang atas izin-nya saya dapat menyelasikan tugas akhir ini.

Saya persembahkan kepada ayahanda (Surijab) dan ibunda (Hafidah) tercinta, beliau yang senantiasa membimbing, memberi semangat, dan Do’a yang selalu beliau panjatkan untuk kelancaran dan kesuksesan saya.

Almamter ku (IAIN Jember) yang telah memberiku wadah dalam menambah wawasan ilmu, keluarga besar Ami Khusna dan teman-teman seperjuangan kelas C3 angkatan 2014, yang sudah senantiasa mendorong dan memotivasi.

(6)

rahmat, taufiq, hidayah besrta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemene Peserta Didik berbasis Single Sex Area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana strata 1 (S1) dapat terselesaikan dengan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah ke pangkuan beliau Nabi akhir zaman Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari lembah kenistaan menuju ke samudera penuh dengan cahaya keislaman.

Kesuksesan dalam penyelesaian skripsi ini dapat penulis peroleh karena dukungan dan bantuan banyak pihak. Dengan demikian, penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E, M.M. selaku Rektor IAIN Jember yang telah mendukung dan memfalitasi kami selama proses kegiatan belajar mengajar di lembaga ini.

2. Dr. H. Abdullah, S.Ag., M.H.I.selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang telah mendukung dan memfalitasi kami selama proses kegiatan belajar mrngajar di lembaga ini.

3. Dr. Hj. ST. Rodliyah, M. Pd selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang telah mendukung dan memfalitasi kami selama proses kegiatan belajar mrngajar di lembaga ini.

(7)

5. Dr. H. Abd. Muis Thabrani,MM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dosen dan Karyawan IAIN Jember yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung.

7. Ibrahim, S. Ag. M. Pd. I selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso yang telah memberikan ijin dan pengarahan terhadap penyusunan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah-lah penulis berdo’a memohon rahmat dan hidayah-Nya. Semoga karya ilmiah ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis saja, akan tetapi juga bermanfaat bagi khazanah keilmuan pembaca yang budiman.

Amin.

Jember, 04 Januari 2019 Penulis

Ayu Nur Fadilah NIM : 084 143 123

(8)

Konsep manajemen peserta didik berbasis single sex area yang menjadi program MAN Bondowoso diharapakan dapat mengatasi kenakalan remaja saat ini, dengan penanaman budi pekerti yang baik dan terus disuguhkan batasan laki- laki dan perempuan menjadi dasar pemikiran diterapkannya single sex area.

Landasan inilah yang menjadi tekad kuat MAN Bondowoso menerapkan sistem single sex area. Banyak kemungkinan jika hal itu tidak dilakukan mengingat pergaulan saat ini sangat menyimpang dari kaedah-kaedah norma dalam beragama dan berbudaya saling menghormati antara lawan jenis. Sehingga sedikit langkah kecil ini diharapkan mampu meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Berdasarkan latar belakang diatas, fokus penelitian dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana konsep perencanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso. 2) Bagaimana pola pelaksanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso. 3) Bagaimana model evaluasi manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan bagaimana konsep perencanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso. 2) Mendeskripsikan bagaimana pola pelaksanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso. 3) Mendeskripsikan bagaimana model evaluasi manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualititif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu menentukan subjek/objek sesuai tujuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model interaktif miles and Huberman. Sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:1) konsep perencanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso merupakan lanjutan dari single sex class yang merupakan pemisahan area siswa putra dan siswi putri. kebijakan tentang pemisahan area siswa dengan siswi yang dikomandoi langsung oleh kepala MAN Bondowoso priode 2001-2013 yakni Drs.

KH. Imam Barmawi Burhan, dan single sex area berawal dari visi MAN Bondowoso yang salah satunya “berjiwa islami”.2) pola pelaksanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso, dimulaidariroses pelaksanaan penerimaan peserta didik baru sampai proses pembelajaran dikelas yang bersifat single sex area,namunsingle sex area sementara ini masih berlaku untukruang lingkup siswa saja.3). model evaluasi manajemen peserta didik berbasis single sex area di MAN Bondowoso, evaluasi yang dilakukan setiap 1 minggu dan setiap tahun yang meliputi keberadaan siswa dan permasalahan terhadap siswanya.

(9)

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 14

A. Penelitian Terdahulu... 14

B. Kajian Teori ... 18

1. Manajemen ... 18

a. Konsep Perencanaan... 19

b. Pola Pelaksanaan ... 27

c. Model Evaluasi ... 29

2. Peserta Didik ... 33

3. Single Sex Area ... 35

a. Pengertian Single Sex Area ... 36

b. Sejarah Single Sex Area ... 38

(10)

D. Teknik pengumpulan data ... 43

E. Analisis Data ... 46

F. Keabsahan Data ... 47

G. Tahapan-Tahapan Penelitian ... 48

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 52

A. Gambaran Objek Penelitian ... 52

B. Penyajian Data dan Analisis ... 58

C. Pembahasan Temuan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DARTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

A. Latar Belakang

Menjadi madrasah yang baik dan unggul dalam kompetisi merupakan harapan setiap institusi pendidikan. Konsep pendidikan unggul adalah dengan perbaikan di setiap sektor pendidikan, baik dari kurikulum, fasilitas, humas dan sosial. Peran pengelola pendidikan diharapkan dapat merubah sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik, dari sesuatu yang kurang hingga bisa tercukupi, dari yang tertinggal hingga terdepan dan dari yang terbelakang hingga menjadi yang terbanggakan. Dalam hal ini, peran manajemen pendidikan sangatlah di butuhkan guna mencapai harapan tersebut.

Manajemen pendidikan merupakan langkah dalam mengelola pendidikan guna menerapkan strategi kedepan. Bagaimana hal kecil saat ini dapat menjadi besar dikemudian hari, bulan, tahun bahkan abad. Disinilah fungsi dan posisi manajemen pendidikan terhadap langkah perkembangan sekolah. Dengan Manajemen sekolah yang baik diharapkan tercipta sebuah pengelolaan pendidikan dan program yang unik dalam perkembangan sekolah, merupakan aset terpenting bagi dunia pendidikan Indonesia agar semakin mempertajam pendidikan kedepannya. Terutama yang siafatnya penanaman budi luhur terhadap iklim sekolah. Seperti yang di terapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Bondowoso pada saat ini yang berupa Singgle Sex Area.

(12)

diri menjadi kultur madrasah umum yang bersifat semi pesantren, dan meneruskan budi luhur daerah yang masih fanantik terhadap pesantren. Dalam hal ini, MAN Bondowoso lebih menerapkan manejemen kelasnya, yaitu pemisahan antara area siswa dan siswi, atau yang biasa di sebut sebagai singgle sex area.

Penerapan single sex area didasarkan pada syari’at islam tentang batas pergaulan laki-laki dan perempuan, seperti yang termaktub dalam ayat Al- Qur’an surah An-Nur ayat 30 dan 31































































































































































































Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(30)“Katakanlah

(13)

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita- wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan- pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”(31)1 Sedangkan ditinjau dari aspek psikologisnya, penerapan single sex area diharapkan mampu meminimalisir pergaulan secara terbuka lebar untuk mencegah pergaualan bebas. Pada fase ini merupakan tahap dimana siswa tersebut tergolong sebagai anak remaja.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa, remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia pula tidak termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya.2

Landasan inilah yang menjadi tekad kuat MAN Bondowoso menerapkan sistem single sex area. Banyak kemungkinan jika hal itu tidak di lakukan mengingat pergaulan saat ini sangat menyimpang dari kaedah-kaedah norma dalam beragama dan berbudaya saling menghormati antara lawan jenis.

1Al-Qur’an,353:30-31.

2Siti Rahayu H dan F.J Monks. Psikologi perkembangan , pengantar dalam berbagai bagiannya.

(Yogyakarta, gadjah mada universty press:2006) , 259-260.

(14)

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Dalam kegiatan pendidikan di sekolah komponen peserta didik sangat dibutuhkan, karena peserta didik merupakan subjek sekaligus objek dalam proses tranformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang di perlukan. Keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan, sekaligus sebagai bagian dari mutu manajemen peserta didik. Sehingga mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan.3

Pengertian peserta didik sendiri adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidian tertentu ( Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Atau dengan simpulan makna dari beberapa definisi para tokoh bahwa ” peserta didik merupakan orang/ individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang secara baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang di berikan oleh pendidiknya.4

Prinsip manajemen peserta didik adalah sebagai wahana untuk mengembangkan diri seoptimal mungin, baik yang berkenaan dengan segi-

3Tim dosen administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia , Manjemen pendidikan.

(Bandung, Alfabeta.2012), 203.

4Undang-Undang Pendidikan Nasional RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Nomer 4

(15)

lainnya. Agar tujuan dan fungsi manjemen peserta didik dapat tercapai.5

Kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemrioritasan, oleh karena itu diperlukan layanan bagi peserta didik yang dikelola dengan baik. Manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan akan layanan yang baik tersebut, mulai dari peserta didik tersebut mendaftarkan diri kesekolah sampai peserta didik tersebut menyelesaikan studi di sekolah tersebut. 6

Manajemen kelas dan manajemen peserta didik haruslah relevan.

Relevan yang dimaksud adalah, peserta didik akan merasa nyaman dalam belajarnya apabila didukung oleh iklim kelas yang sesuai dengan harapan, Sehingga akan terjadi stimulus pada hasil yang akan diraih. Hal yang semacam ini tentunya merupakan tugas terpenting seorang manajer.7

Selaras dengan kebutuhan peserta didik secara keseluruhan, yang mana meraka selalu ingin unggul dalam setiap prestasi, kemudian pada era globalisasi saat ini, yang mengharuskan setiap insan manusia berkompetisi antara yang satu dengan yang lainnya, maka jiwa kompetisi itu harus di tanam sejak dini agar mereka mempunyai mental yang kuat untuk berkompetisi.

Selain itu tabu rasanya bila seseorang itu hanya unggul dalam prestasinya, dan kemudian siap berkompetisi tanpa dibentengi dengan jiwa yang islmi.

Dengan jiwa yang islami maka hidup akan lebih terkontrol dan terarah.

Harapan ini yang selalu dijaga oleh pengelola MAN Bondowoso dengan programnya single sex area.

5Jamal ma’ruf asmani . tips aplikasi manajemen sekolah(Jogjakarta, diva press,2012), 209.

6Tim dosen administrasi,Manjemen pendidikan.204.

7 Ibrahim, Wawancara, 31 Juli 2018.

(16)

sekolah masing-masing. Seperti ada sekolah yang berbasis gender dan semacamnya. Sekolah-sekolah ini adalah harapan masa depan bangsa dan negara.

Berbicara kesetaran gender. Sedikit Penulis akan mengulasnya. Secara etimologis, gender berasal dari kata gender yang berarti jenis kelamin. Tetapi gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang.8

Perbedaan perilaku antara pria dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbenetuk melalui proses sosial dan cultural. Oleh karena itu gender dapat berubah dari tempat ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, Kesetaran tidak harus sama atau campur pada satu ruangan kelas. Kesetaraan adalah pembagian waktu dan pembagian mengajar yang pas sama adil antara pelajar laki-laki dan pelajar perempuan.

Seperti yang telah di terapkan oleh Madarasa Aliyah Negeri (MAN) Bondowoso sejak beberapa tahun ini.

Manajemen yang terus berjalan dan berkembang dengan baik di MAN Bondowoso, mampu mengantarkan sekolah hingga menjadi sekolah yang bertaraf semi pesantren dan sangat menghargai tentang gender. Dimulai dari sekolah islam yang pada awalnya biasa seperti sekolah pada umumnya, yaitu

8 Jhon M. Echol, dan Hasan Shadily. Kamus Besar Inggris-Indonesia. (Jakarta : Gramedia

PustakaUtama.1996), 95.

(17)

siswa putra dan siswa putri (antar siswa putra dan siswi putri tidak campur dalam satu ruangan kelas lagi) hingga sekarang di pisah antar lingkungan/ area siswa putra dengan lingkungan siswi putri. Hanya saja guru yang sama (tetap campur/ tidak ada pemisahan gen).

Penerapaan single sex area di MAN Bondowoso adalah sebagai madrasah pembeda dan sebagai nomor duanya pesantren, sehinnga dalam konsep perencanaan Drs. KH. Imam Barmawi Burhan yang merupakan Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso pada periode 2001-2013 diambillah kesimpulan bahwa menjadi Madrasah yang unggul adalah dengan pemisahan ruang kelas, antara kelas siswa dan kelas siswi atau yang di kenal dengan single sex class. Setelah terlaksana dengan baik, maka pola pelaksanaan dilanjutkan dengan pemisahan area putra dan area putri, atau yang dikenal dengan single sex area.9

Singgle sex area lebih menekankan kepada peserta didik agar lebih bisa memahami batasan-batasan antar laki-laki muslim dan perempuan muslimah. Maka dalam gaya manajemen yang seperti ini menekankan pada sikap saling menghormati dan menghargai antar lawan jenis. Sehingga tercipta tradisi akademik yang memuaskan dan tradisi pesantren, yaitu pergaulan yang harmonis dan islami antara muslim dan muslimah dalam kehidupan madrasah dan sosial sehari hari.10

Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk di teliti dan dikaji lebih spesifik tentang sistem single sex area yang ada di MAN Bondowoso.

9 Ibrahim, Wawancara, 31 Juli 2018.

10 Ibrahim, Wawancara, 31 Juli 2018.

(18)

“Manajemen Peserta Didik berbasis Single Sex Area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso”

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua permaslahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat Tanya.11

Adapun masalah-masalah dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep perencanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?

2. Bagaimana pola pelaksanaan manajemen peserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?

3. Bagaimana model evaluasi manajemen peserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang bakan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada

11Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember (Jember: IAIN Jember Press,2015), 44

(19)

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana konsep perencanaan manajemenpeserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso.

2. Mendeskripsikan bagaimana pola pelaksanaan manajemenpeserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso.

3. Mendeskripsikan bagaimana model evaluasi manajemen peserta didik berbasis single sex area di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoristis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan.Kegunaan penelitian harus realistis.13 1. Manfaat teoristis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau kontribusi akademis berupa peningkatan pengetahuan perilaku toleran dan prestasi yang berbasis single sex area bagi peserta didik di MAN Bondowoso.

12Ibid.,45.

13Ibid.,45.

(20)

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti

Sebagai bahan studi empiris bagi penyelesaian Skripsi di IAIN Jember dan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal untuk mengadakan penelitian yang lain di masa yang akan datang.

b. Perpustakaan IAIN Jember

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian untuk melengkapi keputustkaan dan tambahan referensi kepustakaan bagi seluruh civitas akademika IAIN Jember.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu keguruan khususnya pada program studi Manajemen Pendidikan Islam.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penilitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.14

Adapun tujuan nya tidak lain adalah memudahkan para pembaca dalam memahami secara komprehensif terhadap maksud kandungan serta alur

14Ibid.,45.

(21)

mengenai beberapa istilah pokok yang terdapat dalam judul ini, yaitu sebagai berikut:

1. Manajemen Peserta Didik

Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan/mengikutsertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efesien. Sedangkan peserta didik adalah seorang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikisnya.

Jadi manajemen peserta didik adalah suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga.

2. Single Sex Area

Single sex area merupakan pemisahan lokasi antara siswa dan siswi. MAN Bondowoso sejak dulu telah berupaya menjaga hubungan antar siswa putra dan siswa putri, mengadopsi kultur yang ada dipesantren tentang area putra dan putri dibedakan. Bahkan seluruh kegiatan keorganisasian, layanan, dan kegiatan ekstra antara siswa putra dan siswa putri sudah berbeda. Mushalla, Ruang Guru, UKS, Pintu Gerbang, Tempat Parkir, perpustakaan, sudah dibedakan antara putra dan putri. Berbeda

(22)

dibedakan OSIS putra dan OSIS putri, pramuka putra dan pramuka putri, remus (remaja musholla) putra dan remus putri, ubudiyah putra dan ubudiyah putri, redaksi putra dan redaksi putri, PMR putra dan PMR putri, teatre putra dan teatre putri dsb. Hal ini bertujuan untuk menjaga pergaulan antara siswa putra dan siswa putri.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi.15

Bab satu, Pendahuluan

Memuat komponen dasar penelitian yaitu latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan metode penelitian serta sistematika pembaahasan.

Bab dua, Kajian Pustaka

Pada bagian ini berisi tentang kajian ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini serta memuat kajian teori.

Bab tiga, Metode Penelitian

Dalam bab ini membahas tentang metode yang digunakan peneliti meliputi pendekatan kualitatif dan jenis penelitian bersifat deskriptif kualitatif,

15Ibid., 48.

(23)

menggunakan purposive sampling dan subjek dalam penelitian ini adalah (Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Guru dan Peserta didik), metode pengumpulan data mengunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode dan yang terakhir adalah tahap-tahap penelitian.

Bab empat, Penyajian data dan Analisi data

Dalam bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis, diakhiri pembahasan temuan.

Bab lima, penutup

Dalam bab ini yang didalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran- saran. Bab ini untuk memperoleh gambaran dan hasil penelitian berupa kesimpulan. Dengan kesimpulan ini akan dapat membantu memaknai penenlitian yang telah diakukan.

(24)

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Fitrotul Isiyah dengan judul Skripsi “Manajemen Peserta Didik dalam Meningkatkan Spiritual Quatientdengan boarding School di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ibnu Sina Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun bahasan temuan dalam penelitian tersebut adalah mendeskripsikan tentang perencanaan, pembinaan dan pengawasan peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quatientdengan Boarding School di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ibnu Sina Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Dalam penelitian ini Fitrotul berkesimpulan bahwa 1) Perencanaan peserta didik di SMPIT Ibnu Sina, dilakukan dengan merumuskan program terlebih dahulu selanjutnya dicari prioritas yang utama dengan berbagai pertimbangan dengan mengevaluasi dari tahun sebelumnya; 2) pembinaan peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quatient di SMPIT Ibnu SinaWuluhan melalui layanan Boarding School yang didalamnya dibina dengan berbagai kegiatan keagamaan, potensi mereka mereka juga dibinan melalui kegiatan ekstra dan intra; 3) pengawasan peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quatient di SMPIT Ibnu SinaWuluhan dengan pengawasan setiap hari atau yang lebih sering disebut pengawasan melekat yang dilakukan langsung oleh kepala

(25)

sekolah dilakukan melalui beberapa program. Yaitu dengan Boarding School, dengan buku penilain diri, dan pengawasan dengan sms orang tua.

2. Penelitian yang dilakukan Nimas Nuvusil Aulyana dengan judul “ Manajemen Peserta Didik dalam Meningkatkan Kualitas Output Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jenggawah Tahun Pelajaran 2015/2015” adapun pembahasan temuan dalam penelitian tersebut mendeskripsikan tentang perekrutan peserta didik dalam meningkatkan output di sekolah SMPN 1 Jenggawah. Pada penelitian Nimas berkesimpulan bahwa dalam perekrutan peserta didik yaitu kriteria perekrutan dan prosedur. Dimana kriteria dan prosedur prekrutan peserta didik baru telah ditentukan oleh Diknas dan sekolah hanya sebagai fasilitator.

3. Penelitian yang dilakukan Irma Rofiqoh dengan judul “Manajemen Peserta Didik dalam Meningkatkan Spiritual QuotientSiswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2017/2018. Temuan dalam penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa: 1). Rekrutmen peserta didik di SMP Islma Ambulu Jember dengan cara mempromosikan ke SD/MI disekitar wilayah Ambulu dan Wuluhan. Dan seleksi peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quotientterdapat dua jenis seleksi, yaitu dengan mengumpulka data-data yang ada, seperti legalisir Ijazah, SKHUN dan sebagainya. Dan jenis seleksi yang kedua yaitu dengan syarat bisa baca Tulis Al-Quran. 2) penerimaan peserta didik regular. 3).

Orientasi peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quotient. 4).

(26)

Peneempatan sekolah. 5). Pembinaan peserta didik dalam meningkatkan Spiritual Quotient.

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitrotul Isiyah, Nimas Nuvusil Aulyana, Irma Rofiqoh, dan peneliti sendiri ini sama-sama meneliti tentang konsep Manajemen Peserta didik. Dan ketiga penelitian diatas dalam penentuan subyek sama-sama menggunakan puposife sampling, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data menggunakan Model Miles and Huberman.

Berdasarkan tiga penelitian tersebut diatas ada beberapa hal yang berbeda dengan yang ingin penulis teliti, jika Fitrotul Isiyah lebih menekankan pada Manajemen peserta didik dalam Meningkatkan Spiritual Quatient dengan boarding School, penelitian yang dilakukan Nimas Nuvusil Aulyana yaitu lebih menekankan pada Manajemen Peserta Didik dalam Meningkatkan Kualitas Output sekolah, penelitian yang dilakukan Irma Rofiqoh lebih menekankan pada Manajemen Peserta Didik dalam meningkatkan Spiritual Quotient.

(27)

Tabel 2.1

Perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

No. Penelitian Judul Persamaan Perbedaan

1. FitrotulIsi yah

Manajemen Peserta Didik dalam

Meningkatkan Spiritual

Quatient dengan boarding School di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ibnu Sina Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2015/2016

1. Jenis penelitian sama

menggunakan penelitian kualitaif bersifat deskriptif 2. Subyek penelitian

menggunakan purposive sampling 3. Metode

pengumpulan data a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi 4. Analisis data

menggunakan miles and huberman 5. Sama-sama

meneliti tentang manajemen peserta didik.

1. Lokasi penelitian 2. Tahun penelitian 3. penelitiantersebutad

alahmendeskripsika ntentangperencanaa n,

pembinaandanpenga wasanpesertadidikd alammeningkatkanS piritual

QuatientdenganBoa rding School

2. NimasNu vusilAuly ana

Manajemen Peserta Didik dalam

Meningkatkan Kualitas Output Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jenggawah Tahun Pelajaran 2015/2015

1. Jenis penelitian sama

menggunakan penelitian kualitaif bersifat deskriptif 2. Subyek penelitian

menggunakan purposive sampling 3. Metode

pengumpulan data d. Observasi e. Wawancara f. Dokumentasi 4. Analisis data

menggunakan miles and huberman 5. Sama-sama

1. Lokasi penelitian 2. Tahun penelitian 3. Penelitian tersebut

mendeskripsikan tentang perekrutan peserta didik dalam meningkatkan output di SMPN 1 Jenggawah

(28)

meneliti tentang manajemen peserta didik.

3. Irma Rofiqoh

Manajemen Peserta Didik dalam

Meningkatkan Spiritual Quotient Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2017/2018

1. Jenis penelitian sama

menggunakan penelitian kualitaif bersifat deskriptif 2. Subyek penelitian

menggunakan purposive sampling 3. Metode

pengumpulan data g. Observasi h. Wawancara i. Dokumentasi 4. Analisis data

menggunakan miles and huberman 5. Sama-sama

meneliti tentang manajemen peserta didik.

1. Lokasi penelitian 2. Tahun penelitian 3. Penelitian tersebut

meningkat Spiritual Quotientsiswa disekolah tersebut.

B. Kajian Teori 1. Manajemen

Kata “Manajemen” berasal dari kata bahasa inggris manage yang artinya mengatur atau melakukan kegiatan akhirnya management diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti manajemen atau pengelolaan.16 Secara terminologi yang terdapat didalam buku manajemen pendidikan karakter di sekolah (konsep dan praktik implementasi) memberikan definisi diantaranya:

16 Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013), 29.

(29)

a. Manajemen sebagai suatu proses yang khas; yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumberdaya lain.

b. Manajemen sebagai proses pendayagunaan bahan baku dan sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan yang ditetpkan.

c. Manajemen sebagai suatu rangkaian aktiviitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan pengorganisasian, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumberdaya-sumberdaya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. 17

Dalam pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugaskhusus yang harus dilakukan.Tugas-tugas khusus itulah yang biasa disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen. Menurut Terry fungsi manajemen dibagi menjadi empat bagian, yakni: Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), Controling (Pengawasan/

Evaluasi).18

a. Konsep Perencanaan

Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana

17 Ibid, 29

18Suharsini Arikunto dan LiaYuliana, ManajemenPendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2009), 9

(30)

yang berwujud rumusan tertulis.19 Menurut Waterson pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan.20

Sebagaimana dikemukakan diatas, perencanaan adalah fungsi awal manajemen. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan berkaitan dengan rangkaian tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan dating dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam proses pencapaian tujuan.

Perencanaan meliputi kegiatan menyiapkan agenda kegiatan, menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, beberapa lama waktu yang diperlukan, beberapa orang yang terlibat, dan berapa jumlah biayanya.21 Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decisioning making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan.

Dapat kita analisis dan tarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan pegengan dalam menyusus suatu rencana. Butir-butir tersebut, yaitu: (a) berhubungan dengan masa depan, (b) seperangkat

19EkaPrihatin, ManajemenPesertaDidik, 6.

20Sudjana, Mananjemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2004), 57

21 Ahmadi Sukron, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Laksbang PRESSindo, 2011), 42

(31)

kegiatan, (c) proses yang sistematis, dan (d) hasil serta tujuan tertentu.22

Sudjana mengklasifikasikan perencanaan yang ditetapkan dalam suatu organisasi pendidikan dalam tiga jenis, yaitu perencanaan alokatif (allocative planning), perencanaan inovatif (innovative planning), dan perencanaan strategis (strategic planning).Ketiga jenis perencnaan itu merupakan perencanaan lintas kegiatan.23

a. Perencanaan Alokatif

Perencanaan alokatif (allocative planning) ini ditandai dengan upaya penyebaran atau pembagian (alokasi) sumber-sumber yang jumlahnya terbatas kepada kegiatan-kegiatan dan pihak-pihak yang akan menggunakan sumber-sumber tersebut yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaan sumber-sumber yang akan disebarkan.

Perencanaan alokatif mengandung tiga ciri utama.Ciri pertama, perencanaan dilakukan secara komprehensip atau menyeluruh.Suatu tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan hasilnya dapat diamati dan diukur.Ciri kedua, adanya keseimbangan dan keserasian atara komponen-komponen kegiatan. Ciri ini memberikan gambaran bahwa masalah yang diidentifikasi, tujuan dan kegiatan yang dirumuskan akan didasarkan atas keseimbangan semua komponen-komponen program atas kegiatan. Ciri ketiga, adanya alas an fungsional untuk

22 Udin Syaefudin Sa’ud & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 5

23Ibid., 58.

(32)

melakukan perencanaan. Ciri ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan alokatif disyaratkan adanya proses pengambilan keputusan secara rasional sesuai dengan fungsi-fungsi lembaga, serta sesuai pula dengan tugas pokok yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

b. Perencanaan Inovatif

Perencanaan inovatif merupakan proses penyusunan rencana yang menitikberatkan perluasan fungsi dan wawasan kelembagaan untuk memecahkan permasalahan kehidupan masyarakat yang menjadi layanan berbagai lembaga. Perencanaan ini ditandai dengan adanya upaya mengembangkan gagasan dan kegiatan baru dalam memecahkan masalah.

Ada dua strategi kegiatan dalam perencanaan inovatif.Strategi pertama,, sebagai kegiatan dasar, adalah sebagai pengembangan upaya lembaga baru untuk membina hubungan yang erat dan berkelanjutan dengan lembaga-lembaga terkait yang membentuk lembaga baru tersebut. Upaya ini bertujuan untuk memperoleh dukungan.Menata sistem pengelolaan, menetapkan mekanisme lembaga dengan lembaga- lembaga yang lain, serta memperkuat dukungan politik baik ditingkat pusat maupun di daerah.

Strategi kedua, adalah mekanisme kegiatan yang terfokus pada pencapaian tujuan lembaga itu sendiri. Kedua strategi kegiatan tersebut, yaitu pengembangan lembaga baru dan mekanisme kegiatan

(33)

dapat dilakukan secara bersamaan. Dalam arti, kegiatan pengembangan kelembagaan tidak terpisah dari kegiatan pengembangan kelembagaan tidak terpisah dari kegiatan memfungsikan lembaga baru.Kegiatan yang didokumentasi secara resmi biasanya dilakukan melalui laporan tentang pencarian dan pendayagunaan sumber-sumber, pelaksanaan program, pengembangan program, dimensi temuan, dan penyusunan program baru.

c. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis (strategic management).Fungsi dari manajemen strategis adalah untuk memahami lingkungan, menentukan tujuan-tujuan organisasi, mengidentifikasi alternatif pilihan, membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan, dan mengevaluasi penampilan kegiatan. Perencanaan strategis berupaya untuk mendayagunakan berbagai peluang baru yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

1) Konsep Perencanaan Peserta didik

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik. Langkah tersebut meliputi:

(34)

Bagan 2.1

Langkah-Langkah Perencanaan Peserta Didik

a) Perkiraan (forecasting)

Merupakan menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi ke depan, dimana perkiraan ini dipengaruhi oleh tiga dimensi yaitu dimensi masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Dimensi masa lampau berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau yaitu sebagai data tentang kesuksesan dan kegagalan penanganan peserta didik. Dimensi masa kini berkaitan erat dengan faktor kondisional dan situasional, artinya segala data dan informasi dikumpulkan untuk dijadikan pijakan dalam melakukan kegiatan dan mengetahui konsekuensinya.

Dimensi masa depan dijadikan manajemen peserta didik Perkiraan

Perumusan Tujuan

Pembeiayaan Kebijakan

Pemrograman

Langkah-Langkah

Penjadwalan

(35)

yang ideal, sehinggga output sekolah akan sesuai dengan tuntutan di masa depan.

b) Perumusan Tujuan

Merupakan langkah atau jabaran dari tujuan yang ingin dicapai.Tujuan itu ada tujuan jangka panjang, menengah dan pendek, juga ada tujuan yang bersifat khusus maupun umum, ada juga tujuan akhir yang dijabarkan dalam tujuan sementara. Tujuan itu sendiri akan menjadi arah yang dituju bersama dari semua persoalan sekolah, baik dari civitas akademika maupun dari peserta didik serta masyarakat yaitu wali murid.

c) Kebijakan

Kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitas yang dapat digunakan untuk mencapai target atau tujuan diatas, kadang tujuan itu memerlukan banyak kegiatan namun kadang satu kegiatan untuk berbagai tujuan. Kegiatan tersebut diidentifikasi sebanyak mungkin kegiatan sehingga tujuan yang ingin dicapai tepat sesuai dengan yang diharapkan.

d) Penyusunan Program

Adalah suatu aktivitas yang bermaksud memilih kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam langkah kebijakan. Beberapa pertimbangan yang harus dipenuhi:

(36)

seberapa besar kontribusi kegiatan tersebut terhadap pencapaian target, memungkinkan kegiatan dilaksanakan dengan melihat sumber-sumber yang ada, apakah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang dimiliki, apakah yang menjadi penghambat kegiatan tersebut dan antisipasi atas hambatan tersebut.

e) Langkah-langkah

Yaitu merumuskan tahapan kegiatan dengan melakukan skala prioritas, yaitu mengurutkan setiap langkah atau tahapan agar terhindar dari inefeksi dan inefesien.

f) Penjadwalan

Merupakan kegiatan yang telah ditetapkan prioritasnya, urutan dan langkahnya perlu dijadwalkan kegiatannya sehingga maksud pelaksnaan kegiatan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

g) Pembiayaan

Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan. Pertama, alokasi biaya, merinci mengenai biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.Kedua, menentukan sumber biaya, yaitu biaya dari sumber primer atau sekunder.24

24EkaPrihatin, Manajemen Peserta Didik,16-19.

(37)

b. Pola Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam hal ini merupakan suatu usaha merangsang anggota organisasi untuk melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Menurut Mulyasa pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tidakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien.25 Rencana yang telah disusun akan memiliki nilai jika dilakukan dengan efektif dan efesien.

Menurut Davis menggerakkan adalah kemampuan pemimpin- pemimpin membujuk orang-orang mecapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.26

Oleh karena itu pemimpin mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan personal untuk melaksanakan program kerjanya. Pemimpin yang efektif menurut Hoy dan Miskel cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri, keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan, keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud kerja.27

Pemimpin mengemban hampir semua tenggung jawab untuk melembagakan arahan (Direction). Seorang pemimpin harus bisa

25Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), 21

26Zulkarnain Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan, (Malang: Universitas Muhammdiyah Malang Press, 2010), 13

27Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Media Pendidikan, (Bandung:

ALFABETA, 2007), 61.

(38)

menggerakkan bawahannya agar terbentuk mutu kreativitas yang tidak memunculkan krisis kepemimpinan.

Dalam suatu organisasi biasanya mulai mengembangkan struktur yang didesentralisasi yang mempertinggi motivasi pola level bawah. Namun muncul krisis bahwa pemimpin merasa kehilangan control atas bidang operasi yang sangat terspesialisasi. Krisis control seringkali mengakibatkan kembalinya organisasi ke sentralisasi, sebagai solusinya adalah koordinasi.

Dengan demikian perlu adanya kolaborasi (collaboration), suatu usaha yang menekankan tindakan manajemen melalui tim dan penyelesaian pembedaan-pembedaan antarpribadi secara tepat. Prinsip utama dalam penggerakan ini adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.

Kegunaan actuating adalah berhubungan erat dengan sumber daya manusia, seorang pengelola lembaga pendidikan dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahannya serta perlu memahami seperangkat fakto-faktor manusia tersebut, kerena itu actuating bukan hanya kata-kata manis dan basa- basi, tetapi merupakan pemahaman akan berbagai kemampuan, kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang lain, yang dengan itu dijadikansebagai anggota penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-sama sebagai team work.

(39)

c. Model Evaluasi

Evaluasi merupakan fungsi dalam manajemen pendidikan.Yang dimaksud dengan pengawasan adalah usaha untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan.

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari evaluation. Depdikbud (1994) mengemukakan “penlilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai.

Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi penyusunan peringkat peringkat alternative dan selanjutnya mengambil keputusan atasprogram/ kegiatan yang dianggap menjadi prioritas. Dilakukannya pemilihan dan prioritas program/ kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas.28

Penilaian adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek, informasi tersebut berguna bagi pengambilan keputusan seperti untuk menyempurnakan suatu kegiatan

28Ahmadi H. Syukron Nafis, MananjemenPendidikan Islam, (Yogyakarta: Laks Bang Preesido, 2011), 58.

(40)

lebih lanjut, penghentian suatu kegiatan, atau penyebarluasan gagasan yang mendasari suatu kegiatan.

Otong Sutisna berpendapat bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga langakah universal yaitu: (a) mengukur perbuatan (b) membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan-perbedaan jika ada, dan (c) memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan. Jadi prinsip-prinsip pengawasan adalah:29

1) Strategi menentukan keberhasilan dengan mengukur perbuatan 2) Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan

menetap perbedaan-perbedaan jika ada yang menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan.

3) Repoinsif terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan 4) Cocok dengan organisasi pendidikan dengan memperhatikan

hakikat manusia dalam mengontrol para personal pendidikan, dan 5) Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan

Karena itu, evaluasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personil dalam organisasi pendidikan. Dengan kata lain, kegiatan pengawasan atau evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggarakan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam institusi satuan pendidikan.

29Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA, CV, 2008), 60

(41)

Data dari informasi itu dipakai untuk mengidentifikasi apakah proses pencapaian tujuan melalui proses manajemen satuan pendidikan dan proses pembelajaran berjalan dengan baik, apakah ada penyimpangan pada kegiatan itu serta kelemahan apakah yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan sekolah tersebut. Setelah itu ditentukan solusi yang tepat, efesien, dan efektif untuk mengatasi berbagai problema pendidikan tersebut.

1) model-model evaluasi pendidikan a) Penilaian Acuan Kelompok

(1) Asumsi:

(a) Mengakui perbedaan individual.

(b) Normalitas distribusi populasi.

(c) Isomorphism: adanya kesejajaran antara matematik dan alam semesta. Misalnya kalau barang ditambah mesti berubah, sebaliknya juga demikian. Jadi, hasil belajar dapat bertambah dan dapat juga berkurang.

(2) Implikasinya terhadap:

(a) Tujuan pembelajaran: kemampuan berkembang peserta didik lebih diutamakan dari pada penguasaan materi.

(b) Proses belajar mengajar: CBSA, mengembangkan kompetensi sehat antar siswa.

(c) Kriteria: berkembang sesuai dengan kelompoknya.

(42)

b) Penilaian Acuan Patokan

(1) Asumsinya dalam hal ini ada harapan:

(a) Beda sebelum dan sesudah belajar

(b) Homogenitas hasil belajar/ mereduksi keragaman (c) Mempunyai kemampuan sesuai dengan yang dipelajari.

(2) Implikasinya terhadap:

(a) Tujuan pembelajaran: kemampuan penguasaan materi dan kemampuan menjalankan tugas tertentu lebih diutamakan.

(b) Proses belajar mengajar: belajar tuntas, modulasi, paket belajar, belajar mandiri.

(c) Kriteria: sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c) Penilaian Acuan Etik (1) Asumsi:

(a) Manusia asalnya fitrah/baik.

(b) Pendidikan berusaha mengembangkan fitrah (aktualisasi) (c) Satunya iman, ilmu dan moral

(2) Implikasinya terhadap:

(a) Tujuan pembelajaran: menjadikan manusia “baik”, bermoral, beriman dan bertakwa.

(b) Proses belajar mengajar: sistem mengajar berwawasan nilai.

(43)

(c) Kriteria: kriteria benar/baik bersifat mutlak. 30 2. Peserta Didik

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengnan tilmidz bentuk jamaknya adalah talamiz, yang artinya adalah murid.

Maksudnya adalah orang-orang yang mengingikan ilmu. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah tahalib bentuk jamaknya adalah thullab yanga artinya adalah orang-orang yang mencari, maksunya dalah orang- orang yang mencari ilmu.31

Secara detail, para ahli mendefinisakan peserta didik adalah orang yang belajar di suatu tempat tertentu, atau peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusah mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.32

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan

30 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 54-55.

31 Husain Al-Habsyi. Kamus Al-kautsar lengkapArab – Indonesia ( Bangil: Yayasan Pesantren Islam. 1991), 36

32 Ibid, 9

(44)

pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.33

Ciri khas seorang peserta didik yang perlu dipahami oleh seorang pendidik ialah sebagai berikut:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas. Sehingga merupakan insan yang unik.

b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusia.

d. Individu yang memiliki kemampuan mandiri.34

Beberapa ciri peserta didik diatas harus diketahui dan di pahami secara mendalam oleh seorang pendidik sehingga dengan begitu ia dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dari beberapa pengertian peserta didik diatas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah seorang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan mealaui pendidikan, baik secara fisik maupun psikisnya.

Baik pendidikan itu dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun pendidikan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh hadiyanto bahwa, “ tugas pertama guru adalah mengobservasi minat dan mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan peserta didik”. Sebagi seorang pendidik, guru harus memahami dan memberikan pemahaman tentang

33 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2012), 39

34 Umar Tirtahardja dan Lasula. Pengantar Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 52-53

(45)

aspek-aspek yang terdapat dalam ciri peserta didik untuk dikembangkan.

Sehingga tujuan pendidikan berkualitas dapat tercapai.

3. Single Sex Area

Bentuk aplikatif dari Teori baru manajemen peserta didik seperti yang di sebutkan dalam undang-undang pendidikan dan beberapa ranah sumber kajian ilmu pendidikan adalah, pengembangan peserta didik. Tidak terlepas dari fungsinya agar bisa memanusiakan manusia, bisa menghargai dirinya sendiri sebelum orang lain menghargainya.

Berbagai upaya mengartikan itu semua oleh MAN Bondowoso.

Bagaimana pendapat tersebut terwujud nyata sebagai upaya pengembangan peserta didik menjadi lebih baik kedepannya. Banyak hal yang ditempuh agar bisa teraplikatif dengan wujud nyata tanpa terlepas dari identitasnya sebagai madrasah. Maka dimulai dari pembuatan visi dan misi yang terkonsep dengan baik disertai dengan rencana yang terkonsep berharap semua itu menjadi motivasi madrasah yang unggul.melaksankan visi dan misi yang telah tertanam dari sebelumya, yaitu unggul dalam prestasi, siap berkometisi dan berjiwa islami. Unggul dalam prestsi di harapkan anak-anak itu mempunyai kelebihan dari pada sekolah yang lain. Kemudian siap berkompetisi adalah bagaimana sekolah ini menyiapkan seluruh kompetisi dengan madrasah/ sekolah yang lain.

kemudain yang terpenting yaitu yang ketiga. Yang ketiga itu berjiwa islami. Jadi yang ketiga ini adalah bagaimana seluruh rangkain kegiatan yang ada dalam madrasah ini benar-benar menggambarkan kegiatn yang

(46)

islami. Mulai dari bagaimana bergaul masuk, bagaimana cara-cara lain harus berdasarkan islam gitu.35

Sebagai Madrasah pembeda dan sebagai nomer dua-nya pesantren, Akhirnya diambillah kesimpulan bahwa inovasi menjadi Madrasah yang unggul adalah dengan pemisahan ruang kelas, antara kelas siswa dan kelas siswi atau yang di kenal dengan single sex class. Setelah terlaksana dengan baik, maka dilanjutkan dengan inovasi pemisahan area putra dan area putri, atau yang dikenal dengan single sex area.

a. Pengertian Single Sex Area

Asal kata dari bahasa Inggris yaitu; single yang berarti sendiri,

;sex= jenis kelamin dan area yang berarti lokasi / area / wilayah.

Sehingga apabila diterjemahkan secara epistemology berarti lokasi yang dipisah berdasarkan jenis kelamin masing-masing. Hal ini dimaksudkan sebagai pengelompokan manusia ( siswa) berdasarkan pada jenis kelamin masing-masing.

Istilah single sex area pertama kali di gunakan oleh MAN Bondowoso pada tahun 2012 silam. Karena memang belum ada pembahasan atau arti dari istilah dari single sex area. Pada pembahasan sumber belajar sebelumnya hanya tentang “gender”, persamaan/

kesetaraan dan pengaplikasianya. Sehingga pada ranah penelitiaan ini merupakan wajah baru dari pengembangan penelitian/ pembahasan tentang gender.

35 Ibrahim, Wawancara, 31 Juli 2018

(47)

Berbagai macam gaya yang dilakukan untuk lebih mengunggulkan sekolah masing-masing. Seperti ada sekolah yang berbasis gender dan semacamnya. Sekolah-sekolah ini adalah harapan masa depan bangsa dan negara.

Berbicara kesetaran gender. Sedikit Penulis akan mengulasnya.

Secara etimologis, Jhon M. Echoldan Hasan Shadily (1996) mendefinisikan gender berasal dari kata gender yang berarti jenis kelamin. Tetapi Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang.36

Perbedaan perilaku antara pria dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbenetuk melalui proses sosial dan cultural. Oleh karena itu gender dapat berubah dari tempat ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi masyarakat.

Mufidah, bahkan dikonstruksi melalui sosial atau kultural, dilanggengkan oleh interpretasi agama dan mitos-mitos seolah-olah telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan.37

Dalam dunia pendidikan, Kesetaran tidak harus sama atau campur pada satu ruangan kelas. Kesetaraan adalah pembagian waktu dan pembagian mengajar yang pas sama adil antara pelajar laki-laki

36 Jhon Mechol, dan Hasan Shadily. Kamus Besar Inggris-Indonesia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.1996) 95

37 Mufidah Ch, Paradigma Gender. (Malang: Bayumedia Publishing. 2003)

(48)

dan pelajar perempuan. Seperti yang telah di terapkan oleh Madarasa Aliyah Negeri (MAN) Bondowoso sejak beberapa tahun ini.

b. Sejarah Single Sex Area

Single sex area merupakan lanjutan dari single sex class. Yang mana pembahasan tentang single sex area ini belum pernah dibahas.Akan tetapi single sex area pertama kali di cetuskan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bondowoso.Single sex area adalah pemisahan area siswa putra dan siswi putri. Hal ini di pisah karena ingin menjalankan perintah agama tentang tata cara dan batasan pergaulan orang muslim dengan muslimat. Selain itu tujuan single sex area ini diharapkan mampu meminimalisir kenakalan remaja yang semakin tidak terarah. Hingga akhirnya Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso ( MAN ) Bondowoso membuat kebijakan tentang pemisahan area siswa dengan siswi yang dikomandoi langsung oleh kepala MAN Bondowoso priode 2001-2013 yakni Drs. KH. Imam Barmawi Burhan.

Kepala MAN Bondowoso membangun strategi permulaan single sex area.Kemudian menyusun struktur panitia single sex area.

Guna ketercapaian program tersebut banyak hal yang dilakukan oleh panitia tersebut. Terutama dalam hal penyiapan sarana dan pra- saranya. Karena sarana dan prasana menjadi hal yang vital dalam single sex area ini. Dalam hal sarana, MAN Bondowoso menyiapkan fasilitas-fasilitas yang bersifat prangkat lunak. Seperti isi ruang kelas,

(49)

lab baru yang khusus untuk putra dan lab khusus untuk putri.

Kemudian dari segi prasarananya MAN Bondowoso harus menambah area. Seperti tanah untuk penambahan ruang kelas, lab dan lapangan olahrga.38

Dari apa yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan diterapkan single sex area diharapkan agar selalu tercermin kaidah Islamiah dari setiap individu warga MAN Bondowoso sendiri.

Hal ini sangat bagus melihat perkembangan pergaulan remaja akhir- akhir ini sangatlah begitu memprihatinkan. Perkembangan zaman ditambah budaya yang dibawa oleh kaum penjajah negeri ini semakin tidak karuan. Kehidupan yang buka-bukaan dianggap sesuatu yang unik dan patut untuk dicontoh dan dikembangkan juga di Negeri ini.

Terlebih melalui jalan pendidikan agama hal diatas dapat di minimalisir, karena pendidikan agama nantinya yang akan menjadi filter terkuat dalam perkembangan pergaulan remaja saat ini.

Maka dari itu muncul-lah inisiatif pengelola pendidikan umum di Bondowoso untuk mempadu padankan antara pendidikan umum dengan anjuran dan tuntunan agama. Ialah MAN Bondowoso yang mencoba meminimalisir dan memberi pemahaman penuh kepada peserta didiknya tentang bahaya pergaulan ala barat dan aturan pergaulan yang digariskan oleh syari’at Islam.

38Sumber dokumen MAN Bondowoso tahun 2011

(50)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan motivasi. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi dengan kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang lamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.39

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.40

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif maksudnya “penelitian yang dilakukan bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya tindakan, perilaku, persepsi dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dengan kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.41

39 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2010), 6

40 Ibid., 4.

41 Ibid., 151.

(51)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.42 Sesuai dengan penelitian deskritif maka langkah awal penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menguraikan data

Gambar

Tabel : 3.4  Data wawancara
Tabel .3.4  Data Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

(2) Apakah hasil belajar Fisika peserta didik kelas XII1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung setelah diterapkan model penemuan terbimbing berbasis LKPD telah mencapai

Manajemen peserta didik merupakan komponen penting untuk terselenggaranya pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik pada madrasah inklusi

Berdasarkan observasi, wawancara, serta dokumentasi terkait data-data pelaksanaan manajemen peserta didik berbasis pesantren yang dilaksanakan Madrasah Aliyah Salafiyah

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X dan XI pada MA Darul Hikmah (madrasah berbasis pesantren) dan MA Al- Musthofa (madrasah berbasis nonpesantren),

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI DI PONDOK PESANTREN: (Studi Kasus Pada Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Ciamis, Madrasah Aliyah Negeri

Setelah melakukan observasi, wawancara oleh peneliti terkait dengan kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam meningkatkan sikap religius peserta didik di Madrasah Aliyah Syafi’iyah

KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS MANAJEMEN KELEMBAGAAN DI MADRASAH ALIYAH NEGERI MAN 1 KOTA CIREBON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Maghfiro h manajemen sarana dan prasarana pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri MAN Bondowoso Tahun 2020/2021 yang membahas manajemen sarana dan prasarana adalah lapangan field