PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN DI KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
OLEH :
MUHAMAD ALAWI HADAD NPM. 21801012094
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
2022Halaman Judul
PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN DI KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam
Oleh :
Muhamad Alawi Hadad NPM. 21801012094
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
2022Abstrak
Hadad A, Muhamad. 2022. Peran Kantor Urusan Agama Dalam Meminimalisir Pernikahan Dibawah Tangan Di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.
Skripsi, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1 : Khoirul Asfiyak, S.Ag, M.Hi. Pembimbing 2 : Shofiatul Jannah, M.H.I
Kata Kunci: Pernikahan dibawah tangan, Kantor Urusan Agama, Kecamatan Salem, upaya.
Penelitian Ini dilatar belakangi dan berangkat dari sebuah Fenomena Pernikahan Dibawah Tangan yang terjadi di Indonesia, lebih khususnya yang terjadi di wilayah KUA Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Pernikahan Dibawah Tangan merupakan suatu pernikahan yang tidak tercatat atau didaftarkan di sebuah lembaga yang berwenang, Masyarakat Salem juga sering mengenalnya dengan istilah Nikah Sirri. Lembaga yang berwenang tersebut Seperti KUA Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Dalam Pasal 2 Ayat (1) UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwasanya pernikahan adalah sah menurut Agama Atau kepercayaan Masing-masing. Akan tetapi dalam pelaksanaanya Pernikahan juga harus dicatatkan atau terdaftar menurut undang-undang yang berlaku. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (2) UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Pasal 6 Kompilasi Hukum Islam.
Dari konteks penelitian diatas, penulis merumuskan masalah yakni (1).
Apa sajakah akibat hukum yang ditimbulkan dari pernikahan dibawah tangan di daerah KUA Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. (2). Upaya apasajakah yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Salem dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan. (3). Apa sajakah faktor penghambat KUA Kecamatan Salem dalam menjalankan upayanya untuk meminimalisir Pernkahan Dibawah Tangan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah supaya mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana peran KUA dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan di Kecamatan Salem kabupaten Brebes. Serta apa faktor yang menjadi penghambat KUA dalam upayanya untuk meminimalisir penikahan tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka penelitian yang digunakan oleh penulis ialah Metode Penelitian Kualitatif. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan juga dokumentasi. Metode wawancara dilakukan dengan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan atau sumber penelitian yaitu dengan kepala KUA Kecamatan Salem, mantan Staf KUA Kecamatan Salem, Pelaku Pernikahan dibawah tangan, dan juga Tokoh Agama Islam masyarakat. Kemudian metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, bagan struktur organisasi KUA Kecamatan Salem, dan sebagainya.
Berdasarkan usaha-usaha yang didapatkan, hasil Temuan Penelitian menunjukan bahwasanya (1). Akibat Pernikahan Dibawah Tangan yang terjadi pada masyarakat Wilayah KUA Kecamatan Salem ialah a). Status pernikahan tersebut dianggap tidak sah oleh undang-undang dan ketentuan hukum Negara. b).
Suami isteri tersebut tidak mempunyai akta nikah sebagai bukti sah bahwa mereka
telah menikah. c). Anak hasil pernikahan dibawah tangan hanya memiliki keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja. (2). Upaya telah dilakukan oleh KUA Kecamatan Salem dalam meminimalaisir pernikahan dibawah tangan ialah, a). Perwakilan dari KUA melakukan sosialisasi pernikahan kepada masyarakat melalui pengajian Atau ceramah kepada masyarakat. b). KUA mengadakan penyuluhan kepada Masyarakat di balai desa sesuai dengan kesepakatan. c). KUA bekerja sama dengan Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) mengadakan bimbingan pernikahan dan pentingnya pencatatan pernikahan kepada calon pengantin dan wali yang dilaksanakan di KUA. Dalam melaksanakan tugasnya, KUA menemui berbagai hambatan dalam upayanya untuk meminimalisir pernikahan dibawah tangan. (3). Faktor penghambat tersebut antara lain a). Jarak lokasi sosialisai yang tidak mudah dijangkau serta medan yang dilalui nya cukup sulit. b). minimnya kesadaran masyarakat mengenai hukum positif dan perundang-undangan. c). Adanya kebiasaan atau anggapan masyarakat tentang perawan tua, yang beranggapan apabila mereka ingin menikah lagi maka cukup menikah dibawah tangan saja tanpa harus ribet mengurus Administrasi dan biaya pernikahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran KUA dalam meminimalisir pernikahan dibawah tanagan di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes sudah dilakukan namun masih belum optimal dan perlu ditingkatkan kembali. Walaupun seperti itu, KUA Kecamatan Salem selalu berusaha melakukan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, serta berusaha untuk melakukan program sosialisai, penyuluhan, mengenai pentingnya pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama.
Abstract
Hadad A, Muhammad. 2022. The Role of the Office of Religious Affairs in Minimizing Underhanded Marriages in Salem District, Brebes Regency.
Thesis, Islamic Family Law Study Program, Faculty of Islamic Religion, Islamic University of Malang. Advisor 1: Khoirul Asfiyak, S.Ag, M.Hi.
Advisor 2: Shofiatul Jannah, M.H.I
Keywords: Underhanded marriage, Office of Religious Affairs, Salem District, Effort.
This research is based on and departs from an Underhand Marriage Phenomenon that occurred in Indonesia, more specifically what happened in the KUA area of Salem District, Brebes Regency. Marriage Under the Hand is a marriage that is not registered or registered with an authorized institution, the Salem people also often know it as a sirri marriage. The authorized institutions such as KUA Salem District, Brebes Regency. In Article 2 Paragraph (1) of the Marriage Law no. 1 of 1974 states that marriage is legal according to each religion or belief. However, in its implementation, marriage must also be registered or registered according to applicable law. This is in accordance with Article 2 Paragraph (2) of the Marriage Law no. 1 of 1974 and Article 6 of the Compilation of Islamic Law.
From the context of the research above, the authors formulate the problem, namely (1). What are the legal consequences of underhanded marriages in the KUA area of Salem District, Brebes Regency. (2). What are the efforts made by the Salem District Religious Affairs Office in minimizing underhanded marriages.
(3). What are the inhibiting factors of the Salem District KUA in carrying out its efforts to minimize the Underhand Marriage.
The purpose of this study is to find out and describe how the role of KUA in minimizing underhand marriages in Salem District, Brebes Regency. And what are the factors that hinder KUA in its efforts to minimize the marriage.
To achieve this goal, the research used by the author is a Qualitative Research Method. The data collection procedure was carried out using the interview method and also documentation. The interview method was carried out by a question and answer process between researchers and participants or research sources, namely the head of the Salem District KUA, former Salem District KUA staff, underhanded marriage actors, and also community Islamic leaders. Then the documentation method is to find data about things or variables in the form of notes, transcripts, books, organizational structure charts of the Salem District KUA, and so on.
Based on the efforts obtained, the results of the research findings show that (1). The consequences of underhanded marriages that occurred in the people of the Salem District KUA Area are a). Such marital status is considered invalid by the laws and regulations of the State law. b). The husband and wife do not have a marriage certificate as legal proof that they are married. c). Children resulting from underhanded marriages only have civil rights with their mother and their mother's family. (2). Efforts have been made by the Salem District KUA in minimizing underhand marriages, namely, a). Representatives from KUA conduct
marriage socialization to the community through recitations or lectures to the community. b). KUA held outreach to the community at the village hall in accordance with the agreement. c). KUA in collaboration with the Marriage Preservation Advisory Board (BP4) held marriage guidance and the importance of registering marriages to prospective brides and guardians held at KUA. In carrying out its duties, KUA encounters various obstacles in its efforts to minimize underhanded marriages. (3). The inhibiting factors include a). The distance to the location of the socialization is not easy to reach and the terrain is quite difficult. b). lack of public awareness of positive law and legislation. c).
There are habits or people's assumptions about spinsters, who think that if they want to remarry, it is enough to get married under their hands without having to bother with administration and wedding expenses.
Thus it can be concluded that the role of KUA in minimizing underhanded marriages in Salem District, Brebes Regency has been carried out but is still not optimal and needs to be improved again. Even so, the Salem District KUA always tries to provide the best service for the community, as well as trying to carry out socialization programs, counseling, regarding the importance of registering marriages at the Office of Religious Affairs.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan segala kelebihannya.
Manusia adalah mahluk ciptaan-NYA yang paling indah dan sempurna.
Tuhan telah menciptakan makhlulnya secara berpasang-pasangan. Setiap orang pasti mempunyai jodohnya masing-masing yang telah Allah SWT.
gariskan dalam Qodo dan Qodarulloh. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran Surat Az-Zariyat (51):49 :
َن ْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِنْيَج ْوَز اَنْقَلَخ ٍء ْيَش ِِّلُك ْنِم َو
Artinya: "Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)." (Taqiy, 2017).Pernikahan merupakah suatu Sunah yang nabi Ajarkan kepada umatnya, pernikahan merupakan suatu ikatan terhadapa dua orang insan yang ingin menjalin rumah tangga dan memiliki keturunan yang baik.. Dengan Adanya suatu proses pernikahan maka akan membuat hati seseorang menjadi tenang terhadap syahwat sexual yang timbul dalam dirinya.
Pernikahan tidak dijadikan hanya sebatas ajang pelampiasan semata, atau ajang perlombaan memilih pasangan secara. Tetapi dalam melangsungkan sebuah Pernikahan memerlukan adanya suatu persiapan dan keputusan yang benar-benar matang. Karena tujuan dari pernikahan tidaklah hanya sebatas menjalin kehidupan bersama dalam jangka waktu yang sementara, setelah menikah lalu dengan mudahnya menyatakan suatu perceraian seperti artis pada zaman sekarang, yang ketika telah menikah
kemudian banyak yang tidak lama mengajukan permohonan dan gugatan cerai kepada pasangannya. Hal tersebut bukanlah dari tujuan atau hakikat dari pernikahan itu sendiri. Perkawinan yang dilakukan antara seorang pria dengan seorang wanita,
Pada hakekatnya pernikahan merupakan naluri atau fitrah manusia sebagai makhluk sosial guna melanjutkan keturunannya. Dua insan yang mengikrarkan diri untuk melakukan proses perkawinan harus dilandaskan pada satu tujuan bersama untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia atau sakinah, mawaddah dan rahmah. Oleh karenanya, dilihat dari aspek fitrah manusia tersebut, pengaturan perkawinan tidak hanya didasarkan pada norma hukum yang dibuat oleh manusia saja, melainkan juga bersumber dari hukum Tuhan yang tertuang dalam hukum agama.
Di Indonesia sendiri terdapat hukum yang mengatur tentang pernikahan, baik itu menurut hukum Islam ataupun hukum positif.
Perkawinan telah diatur oleh pemerintah melalui undang-undang dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang telah ada. Di Indonesia apabila ingin melaksanakan suatu pernikahan maka harus dilakukan secara syah dalam artian pernikahan tersebut dicatat oleh Negara dan memenuhi Peraturan menurut hukum yang berlaku. Lahirnya undang-undang yang mengatur tentang prosedur pernikahan tidak serta merta menghilangkan seluruh praktek pernikahan dibawah tangan. Tetapi dengan adanya ketetapan hukum yang mengatur tersebut dapat menjadikan tertata dan untuk kemaslahatan bersama. Perkawinan dianggap sah apabila memenuhi aturan
hukum yang berlaku. Baik itu menurut hukum masing-masing agama yang mengaturnya, ataupun hukum positif.
Seperti yang terdapat didalam undang-undang no. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi : “Perkawinan adalah syah apabila dilakukan menurut agama masing-masing agamanya dan kepercayaan itu” (UU Perkawinan, 1974). Pernyataan tersebut dapat melahirkan beberapa persepsi mengenai sahnya perkawinan. menurut hukum agama Islam, perkawinan ialah sah ketika syarat-syarat beserta rukun-rukunya terpenuhi. Syarat dan rukun perkawinan menurut hukum agama Islam tidak mencantumkan pencatatan nikah sebagai syarat sah perkawinan, kemudian menurut Pasal 2 ayat (2) undang-undang Perkawinan yang berbunyi bahwa : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (UU Perkawinan, 1974). Dari dua ayat dalam Pasal 2 undang-undang Perkawinan tersebut muncul perdebatan hukum mengenai sah tidaknya perkawinan yang telah dilaksanakan sesuai ajaran agama namun tidak dicatatkan dalam dokumen yg sah dalam negara. Akibat dari permasalahan ini adalah adanya perkawinan yang sah menurut agama, namun tidak mendapat legalitas yang sah menurut hukum negara. Sehingga, hak-hak dan kewajiban- kewajiban antara suami dan isteri tidak mendapat jaminan secara penuh dari Negara.
Fenomena perkawinan dibawah tangan ini sering terjadi pada masyarakat Indonesia, baik yang berada di kota maupun yang bertempat tinggal di pelosok pedesaan. Perkawinan dibawah tangan ialah suatu
pernikahan yang dilakukan tanpa adanya pencatatan perkawinan oleh suatu pasangan di Instansi terkait. Pernikahan yang seharusnya dicatat oleh instansi terkait, nikah dibawah tangan ini malah dilaksanakan tanpa adanya pencatatan pernikahan. Pernikahannya sah menurut agamanya apabila syarat dan rukun-rukunnya terpenuhi. Namun dengan tidak tercatat oleh instansi Negara terkait. Jadi pernikahan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum positif yang ada di Indonesia. memang tidak semua perkawina dibawah tangan mendatangkan mudharat. Akan tetapi pada zaman sekarang akan terasa sulit ketika pernikahan tidak mempunyai dokumen-dokumen resmi dari Negara.
Penulis melakukan sebuah penelitian skripsi mengenai perkawinan dibawah tangan karena masih ada masyarakat Indonesia yang melakukan praktek nikah sirri atau pernikahan dibawah tangan. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah KUA merupakan pelaksana penting dari struktur Kementerian Agama yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam satu wilayah kecamatan. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, KUA berperan penting dalam memberikan bimbingan dan layanan kepada masyarakat teantang pencatatan perkawinan. Karena perkawinan yang sah menurut hukum positif ialah pernikahan yang dicatatkan kepada lembaga yang berwenang dalam hal tersebut seperti KUA. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) Undang Undang Perkawinan yang berbunyi bahwa : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (UU Perkawinan, 1974)
pencatatan atau pendaftaran nikah penting dilakukan agar mendapatkan kepastian hukum, serta terjaminnya hak-hak keluarga, sesuai dengan ketentuan hukum positif yang berlaku. Oleh karena itu peneliti merasa KUA Kecamatan Salem merupakan lembaga yang tepat untuk melakukan sebuah penelitian. Atas dasar pemikiran yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis merasa perlu meneliti tentang permasalahan tersebut yaitu tentang : “Peran Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Meminimalisir Pernikahan Dibawah Tangan”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis menentukan beberapa rumusan-rumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang penulis ambil dalam penelitian ini antara lain adalah :
1. Bagaimanakah akibat hukum yang ditimbulkan dari Pernikahan dibawah tangan Pada masyarakat Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes?
2. Bagaimana Upaya Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan di kecamatan salem, Kabupaten Brebes?
3. Apakah kendala Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan pada masyarakat kecamatan salem, Kabupaten Brebes?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Permasalahan yang telah penulis uraikan, maka penelitian skripsi ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui Akibat dari Pernikahan dibawah tangan Pada masyarakat Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.
2. Untuk mendeskripsikan Upaya Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan di kecamatan salem, Kabupaten Brebes.
3. Untuk Mengidentifikasi kendala Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan pada masyarakat kecamatan salem, Kabupaten Brebes.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Adapun kegunaan dalam penelitian skripsi ini yaitu :
a. Kegunaan Teoritis
Secara Teoritis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang asih pengetahuan keilmuan bagi perkembangan hukum islam mengenai perkawinan di Indonesia. sehingga seluruh kalangan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pernikahan dibawah tangan.
b. Kegunaan Praktis
1. Sebagai Rangkaian Pengetahuan dalam penyelesaian penyusunan Penulisan Skripsi ini, guna memenuhi persyaratan dalam membuat
Penelitian Skripsi. Dalam rangka penyelesaian studi untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan hukum keluarga Islam.
2. Dapat menambahkan pengetahuan bagi penulis tentang Fenomena sosial perkawinan dibawah tangan yang terdapat di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.
3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pemecahan masalah bagi KUA Kecamatan Salem dalam upayanya untuk meminimalisir pernikahan dibawah tangan di Kecamatan Salem.
E. Definisi Operasional 1. Pernikahan
Pernikahan merupakan pada hakekatnya pernikahan merupakan naluri atau fitrah manusia sebagai makhluk sosial guna melanjutkan keturunannya. Dua insan yang mengikrarkan diri untuk melakukan proses perkawinan harus dilandaskan pada satu tujuan bersama untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia atau sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam pasal 1 UU no. 1 Tahun 1974 menjelaskan tentang pernikahan bahwa : “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa”. ( UU Perkawinan, 1974). Berdasrkan pengertian tersebut pernikahan bukan hanya sekedar akad yang dilakukan oleh pasangan suami isteri semata, akan tetapi pernukahan juga merupakan suatu hal yang dianjurkan oleh agama islam yang tujuannya
untuk membentuk keluarga bahagia yang kekal, serta mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
2. Pernikahan Dibawah Tangan
Sistem hukum di Indonesia belum mengenal “nikah dibawah tangan” atau sejenisnya, dan belum diatur dalam peraturan perundang- undangan. Akan tetapi menurut sosiologis “Nikah dibawah tangan” ialah suatu pernikahan yang tidak dicatat dan belum sesuai dengan undang- undang perkawinan no.1 tahun 1974. Khususnya Pada Pasal 2 ayat (2) yang berbunyai : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. (UU Perkawinan, 1974).
3. Kantor Urusan Agama
Kantor Urusan Agama merupakan sebuah lembaga resmi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dann bertugas umemberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat. KUA juga merupakan Lembaga Instansi Departemen Agama yang bertugas untuk menjalankan sebagian tugas dari Departemen Agama tersebut di bidang Urusan Agama Islam yang bertempat dan mencakup wilayah Kecamatan.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
1. Dampak atau akibat hukum dari pernikahan dibawah tangan di wilayah KUA Kecamatan Salem ialah :
Pertama Status pernikahan tersebut dianggap tidak sah oleh undang- undang dan ketentuan hukum Negara. Kedua Suami Isteri tersebut tidak mempunyai akta nikah sebagai bukti sah bahwa mereka telah menikah.
Ketiga Anak Hasil pernikahan dibawah tangan hanya memiliki keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja.
2. Adapun Upaya yang dilakukan Oleh KUA Kecamatan Salem dalam meminimalisir pernikahan dibawah tangan ialah :
Pertama, Perwakilan dari KUA melakukan sosialisasi pernikahan kepada masyarakat melalui pengajian Atau ceramah kepada masyarakat. Kedua KUA Kecamatan Salem dibantu dengan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (PPPN) mengadakan penyuluhan kepada masyarakat di balai desa sesuai dengan kesepakatan. Ketiga, melakukan penjadwaalan penyuluhan pernikahan tentang pentingnya pencatatan pernikahan, legalitas beserta dampak nya terhadap keluarga yang dilakukan oleh Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Di Kantor Urusan Agama Kepada calon mempelai pengantin beserta Walinya.
3. Kemudian Kendala atau faktor penghambat KUA Kecamatan Salem dalam melakukan uapanya untuk meminimalisir pernikahan dibawah tanagan ialah:
Pertama, jarak lokasi sosialisai yang tidak mudah dijangkau dan cukup jauh serta medan yang dilalui nya cukup sulit, sehingga memerlukan waktu yang tidak sedikit serta memerlukan kehati-hatian dalam menjalankannya. Kedua, minimnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai hukum dan perundang-undangan, dan juga mengenai pentingnya pencatatan pernikahan. Ketiga, masih adanya suatu kebiasaan yang ada pada masyarakat mengenai perawan tua dan juga pernikahan sirri.
Pemahaman tesebut artinya ketika sesorang yang sudah memasuki usia tua belum melakukan pernikahan maka ketika mereka ingin menikah dia mengambil jalan pintas dengan melakukan pernikahan dibawah tangan tanpa ribet dicatatkan di KUA.
B. Saran
Dalam kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran yang bersifat membangun dan semoga bisa bermanfaat. Antara lain :
1. Kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Salem lebih mengoptimalkan kembali dalam bidang penyuluhan dan sosialisai tentang pernikahan dan pentingnya pencatatan pernikahan kepada masyarakat.
2. Kepada Pembaca dan masyarakat supaya lebih peduli terhadap status dan keabsahan pernikahannya masing-masing, karena akan berdampak kepada keluarga dan kehidupan rumah tangganya, serta anak dan
cucunya, dan harus mengetahui akan pentingnya pernikahan secara Agama dan juga secara hukum Negara, karena kita hidup di Negara hukum yang mana kita harus mematuhi ketentuan yang berlaku.
3. Kepada Pemerintah agar lebih teliti dan bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pernikahan. Supaya terjadinya kesinambungan antara peraturan Undang-Undang dan Hukum Islam. Yang tentunya harus selaras dengan ketentuan hukum islam dan membawa banyak kemaslahatan atau kemudahan bagi semua kalangan.
DAFTAR RUJUKAN 1. Rujukan Buku
Abdul, H. H. (1976). Mabadi Awwaliyah. Cet. I.Juz. I. Jakarta: Bulan Bintang Hakim, R. (2000). Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Manan, A. (2006). Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Cet. I.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muri Yusuf, A. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Cet. 4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Abdul, R. G. (2019). Fiqih Munakahat. Cet. 8. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Soekanto,S. (1982). Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Edisi Pertama, Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cet. II.
Bandung: Alfabeta.
Sutopo. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS
Syarifudin, A. (2006). Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. Cet. I. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Taqiy, B. (2017). Terjemah tafsir Jalalain Jilid 2. Cet. I. Depok Jawa Barat: Senja Media Utama
Tihami, M.A & Sahrani, S. (2009). Fiqih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: Rajawali Press.
2. Tesis Skripsi dan Jurnal
Hasyim, S. (2021). “legalisasi Nikah sirri pada perkara Isbat Nikah di Pengadilan Agama Palopo”. Parepare: IAIN Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan.
Muhamad, F.S. (2019). Peran Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam Meminimalisir Pernikahan Dibawah Tangan. (Studi Kasus Di Kec.
Carenang, Kab. Serang) Banten. UIN Sultan Maulana Sultan Hasanuddin.
Skripsi Tidak Diterbitkan
Adillah, U. (2011). “Analisis Hukum Terhadap Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Nikah Sirri Dan Dampaknya terhadap Perempun Isteri dan Anak”. Jurnal Dinamika Hukum. Vol 11.
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/267 (Diakses pada tanggal 07 Februari, 2022)
Aisyah, N. (2018). “Pandangan Hukum Islam Terhadap Perkawinan Dibawah Tangan”. Jurnal Al-Qadau, Vol.5(2)
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-qadau/article/view/7107 (Diakses pada tanggal 09 Februai, 2022)
Matnuh, H. (2016).“Perkawinan Dibawah Tangan Dan Akibat Hukumnya menurut Hukum Perkawinan Nasional”.jurnal Pendiidkan Kewarganegaraan,Vol.6(11)
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/727 (Diakses pada tanggal 13 Maret, 2022)
Murtadho, A. (2021). “Kewenangan Pencatatan Nikah Melalui Penghulu Dan Kepala KUA Dalama Perspektif Peraturan Menteri Agama Dengan Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara”. Jurnal Multikultural &
Multi Religius. Vol. 20(1) 146-147.
https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/download/
468/304/2070 (Diakses pada tanggal 12 Maret, 2022)
Meita, D. OE. (2013). “Isbat Nikah Dalam Hukum Islam An Perundang- Undangan Indonesia”. Jurnal Pranata Hukum, Vol. 8(2). 139-141.
https://media.neliti.com/media/publications/26718-ID-isbat-nikah-dalam- hukum-islam-dan-perundang-undangan-di-indonesia.pdf
(Diakses pada tanggal 06 Juni, 2022)
Prasetyo, B. (2018). “Analisis Akibat Hukum Dari Pernikahan Dibawah Tangan”. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, Vol. 7(1).
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/sa/article/view/715 (Diakses pada tanggal 26 Maret, 2022)
Rosana, E. (2014). “Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat”. Jurnal TAPIs. Vol. 10(1)
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1600 (Diakses pada tanggal 07 April, 2022)
Saefudin, A. (2016). “Peran KUA Dalam Melaksanakan Hukum Islam Di Indonesia”. Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10(4).
https://bdksurabaya.e-journal.id/bdksurabaya/article/download/26/14 Amanah, S. (2007). “Makna Penyuluhan Dan Transformasi Perilaku Manusia”
Jurnal Penyuluhan, Vol. 4(1)
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2152 (Diakses pada tanggal 17 Februari, 2022)
Subroto, (2012) “Hubungan Keperdataan Anak Dengan Bapaknya: Kajian Kritis penafsiran Dalam Pasal KHI”. Jurnal Penelitian Islam, Vol. 6(1). 123 http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/kodifikasia/article/view/762 (Diakses pada tanggal 21 April, 2022)