• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS V SD INPRES BURANCIE KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU. SKRIPSI. Oleh :. RAFIDAH NIM : 10540 6651 11. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015.

(2) PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS V SD INPRES BURANCIE KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh :. RAFIDAH NIM : 10540 6651 11. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015.

(3) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : RAFIDAH. NIM. : 10540 6651 11. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikin pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.. Makassar,. Agustus 2015. Yang Membuat Pernyataan. RAFIDAH.

(4) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : RAFIDAH. NIM. : 10540 6651 11. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas. : Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut: 1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas. 3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.. Makassar, September 2015 Yang Membuat Perjanjian. RAFIDAH.

(5) MOTTO DAN PERSEMBAHAN. Kita terkadang melewati kegagalan dalam perjalanan Menuju kesuksesan, namun jangan pernah putus asa. Sukses bukan tujuan akhir tetapi sukses adalah bagian dari perjalanan.. Kesabaran, ketekunan dan keikhlasan yang dibarengi dengan doa dan usaha serta doa orang tua dan saudara-saudara kita adalah kunci keberhasilan yang paling hakiki.. Karya ini kupesembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang yang tulus, yang selalu berdoa untuk keselamatan, yang mencintai dan menyayangiku dengan sepenuh hati. sehingga menjadi tumpuan bagiku untuk meraih kesuksesan. Serta adikku, pacarku dan sahabatku yang telah dengan ikhlas mendoakan dan mendukung penulis mewujudkan harapan dan mimpi menjadi kenyataan..

(6) ABSTRAK Rafidah. 2015. Pengaruh Penggunaan Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H. Nursalam dan pembimbing II Hj. Maryati Z. Penelitian ini menelaah pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Masalah utama dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru sebelum dan sesudah diterapkan metode resitasi, dan (2) Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru sebelum dan sesudah diterapkan metode resitasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian One-group pretest-posttest design. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes hasil. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru sebanyak 15 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V sebelum digunakan metode resitasi adalah 61,74 dan hasil belajar setelah digunakan metode resitasi adalah 81,30. Angka tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie dan hasil uji hipotesis (t-tes) menunjukkan angka 4,359, dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan hasil penelitian ini guru diharapkan sesering mungkin menggunakan metode resitasi dalam proses pembelajaran agar lebih meningkatkan hasil belajar siswa terkhusus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kata Kunci: Hasil Belajar IPS dan Metode Resitasi.

(7) UNIYERSITAS MUIIAMMADIYAH MAKASSAR F'AKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSETUJUA}I Pf, MBIMBING. Pengaruh Penggunaan Metode Resitasi Terhadap Hasil. Judul Skripsi. Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD. Inpres Burancie Kecamatan Tanate Rilau Kabupaten Barru. Nama. RAFIDAH. Nim. 10540 6651. Jurusan. Pendidikan Guru Sekolatr Dasar (S1). Fakultas. Keguruan dan Iknu Fendidikan. Setelah diperlksa dan. 11. diteliti ulang, skripsi ini telah memenuhi persyaratan. untuk dipertanggungjawabkan dihadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Fendidikan Universitas Muhasmadi yah lr4akassar.. Makassar, November20i5 I. Disahkan Oleh:. Pembimbing II. Pembimbing I. Dr. H" Nursalam. M.Si. Diketahui:.

(8) UNIYERSITAS MUHAMMADIYAII MAKASSAR TAKULTAS KEGURUAN DAFI ILMU PENDIDIKAN LEMBAR PENGESAHAN dan Skripsi atas nama RAFIDAH, NIM: 10540 6651 11, telah diterima Ilmu Pendidikan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Keguruan dan. Rektor 294Tahun Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Surat Keputusan sebagai 1437 H12015 M, tanggal 22 Mnhatram 1437H/04 November 2015M,. (S'Pd') pada salah satu prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan 1437 Hl14 Universitas Muhammadiyah Makassar, pada hari sabtu 01 safar November 2015 M.. Makassar,ffi .".:=ffi"-.-.-. PA]NIT}A I-I"TIAN:. Limum : Dr. H. trrryv'ssl Akib, M'ild. 1. Pengawas. :. Dr. [{" Axdi Sukri Syarilsuri, M'*{urm. i 3. Sekretarii. :. Khaeruddin, S.Pd", M.Pd. 4. Penguji. : I" Dra. Hj. SYahribulan K., M.Pd. 2.. Ketua. %*. 2. Drs. Abd. Mumir K., M. Pd 3. Dra. Hj. Maryati 2., M.Si 4. Drs. H. Muh. SYukur Hak, Disahkan Oleh:. Ilmu Pendidikan. { !. \. ffi .... ?. :. :l). Bf. ..) ". ,1:.

(9) viii. KATA PENGANTAR. Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikianlah kata untuk mewakili sagala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Terima kasih atas kemudahan-Mu sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Burancie Kacamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu. Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauahan, tetapi menghilang ketika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempunaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Sagala upaya dan daya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermamfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Rasa terima kasih sedalam-dalamnya penulis hanturkan kepada ayahanda terkasih Abd. Kadir dan Ibunda tersayang Rahma yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula Penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada Dr. H. Nursalam, M.Si dan Dra. Hj. viii.

(10) ix. Maryati Z., M.Si., Dosen Pembimbing yang tiada pernah bosan memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan proposal ini. Tidak lupa juga Penulis mengucapkan terima kasih kepada; Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, MA., Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermamfaat bagi penulis. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru dan staf SDI Burancie, dan Johari, A.Ma., selaku wali kelas V di sekolah tersebut yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Begitu pula ucapan terima kasih teristimewa penulis haturkan kepada Kak Vhandy, yang selalu memberi dukungan, semangat, materi, waktu dan kebahagian, untuk sahabat-sahabatku : Karmila Elvasari, Arpina, Yuni Kartika, Sabaruddin dan Hasida, kalian adalah sahabat terbaik yang selalu mendamping dalam segala keadaan. Kepada Abang Juned dan Nurul, terima kasih yang sebesar-besarnya karna telah dengan sabar menjawab tiap pertanyaan. Seluruh teman-teman dari PGSD 2011 yang bersama penulis PPL di SD Inpres Sungguminasa 1 dan P2K di SD Inpres Paccinongang yang membantu penulis mendapatkan pengalaman mengajar. Serta terima kasih kepada seluruh temanteman di PGSD Kelas G 2011 yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu.

(11) x. yang selalu membanjiri dukungan, motivasi, saran dan bantuannya kepada Penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku. Akhirnya,. dengan. segala. kerendahan. hati,. penulis. senantiasa. mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun karena Penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.. Mudah-mudahan dapat. memberikan mamfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi Penulis. Makassar,. Agustus 2015. RAFIDAH.

(12) xi. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................. iii SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................. xi DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... B. Masalah Penelitian................................................................... 1. Identifikasi Masalah .......................................................... 2. Rumusan Masalah ............................................................. C. Tujuan Penelitian..................................................................... D. Mamfaat Penelitian................................................................... 1 3 3 4 4 4. BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6 A. Landasan Teori ....................................................................... 1. Belajar............................................................................... a. Pengertian Belajar ...................................................... b. Prinsip-Prinsip Belajar................................................ 2. Hasil Belajar ..................................................................... a. Pengertian Hasil Belajar ............................................. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ......................................... a. Pengertian IPS ............................................................ b. Hakikat Pembelajaran IPS.......................................... c. Ruang Lingkup IPS .................................................... xi. 6 6 6 8 9 9 10 10 13 14.

(13) xii. d. Fungsi Pelajaran IPS................................................... e. Tujuan Mata Pelajaran IPS di Sekolah....................... 4. Metode Resitasi ................................................................ a. Pengertian ................................................................... b. Fase-Fase Metode Resitasi ......................................... c. Kelebihan dan Kekurangan metode Resitasi .............. B. Kerangka Pikir........................................................................ C. Hipotesis .................................................................................. 16 17 20 20 25 26 28 29. BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30 A. Rancangan Penelitian ......................................................................... B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 1. Populasi ........................................................................................ 2. Sampel.......................................................................................... C. Definisi Operasional Variabel............................................................ D. Instrumen Penelitian........................................................................... E. Tehnik Pengumpulan Data................................................................. F. Tehnik Analisis Data.......................................................................... 1. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 2. t-tes................................................................................................ 30 31 31 31 32 33 34 35 35 36. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 38 A. Hasil Penelitian .................................................................................. 1. Hasil Analisis Validasi Instrumen Penelitian ................................ 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ................................................. 3. Hasil t-tes....................................................................................... B. Pembahasan........................................................................................ 1. Pembahasan Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................ 2. Pembahasan Hasil t-tes................................................................... 38 38 39 41 41 45 57. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 49 A. Simpulan ............................................................................................ 49 B. Saran................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP.

(14) DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Populasi Siswa SD Inpres Burancie............................................... 32 Tabel 3.2 Sampel Penelitian: Siswa Kelas V SDI Burancie. ......................... 33 Tabel 3.3 Kategori Penilaian.......................................................................... 37 Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS..................................................... 42 Tabel 4.2 Hasil Penelitian Pre-test dan Post-test........................................... 43. xiii.

(15) 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), bisa disebut aneh bin ajaib, sebab mata pelajaran yang dianggap mudah, justru nilainya rendah. Seharusnya hal yang mudah membuat nilai membuncah, semua mendapat nilai di atas delapan. Para guru sebagai ujung tombak pendidikan sering dihadapkan pada permasalahan rendahnya kwalitas hasil belajar siswa. Hal ini dapat dicermati dari tiap-tiap hasil tes formatif maupun tes sumatif, nilai IPS selalu ada di bawah nilai pelajaran lainnya. Sudah barang tentu, banyak hal yang menyebabkan rendahnya nilai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Di antara yang menjadi penyebab rendahnya nilai itu bisa datang dari siswa, guru atau sarana dan prasarana belajar. Dari berbagai variabel dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah, variabel guru merupakan variabel yang paling dominan. Sayangnya, para guru tidak menyadari akan hal tersebut. Jika nilai siswa rendah, mungkin guru akan menyalahkan siswanya, karena malas belajar atau dianggap memiliki intelektualitas yang rendah. Guru tidak melakukan instropeksi diri, kegagalan seakan ‘dunia sudah kiamat’, dan dibiarkan siswa tenggelam dalam nilai yang tidak signifikan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) guru kurang memperhatikan kecenderungan-kecendurangan yang dimiliki dan dialami siswa. Guru lebih memandang bahwa siswa belum atau tidak tahu apa-apa. Apalagi dalam pembelajaran kajian sejarah, guru lebih banyak berceramah atau bercerita. 1.

(16) 2. dengan mengabaikan potensi siswa. Maksudnya, siswa dianggap nol, dan kalau diajak berdiskusi siswa ‘tidak nyambung’. Pendapat ini tentu saja tidak seutuhnya benar. Siswa pada usia itu sesungguhnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka sudah memiliki sedikit dasar pengetahuan. Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, terlebih dalam pembelajaran sejarah dan geografi, tentu banyak hal yang menarik yang ingin diketahui siswa. Pandangan guru yang demikian, seperti diuraikan di atas menyebabkan guru hanya mengeluarkan satu ‘jurus’ saja, yaitu ceramah. Para guru memandang bahwa metode ceramah sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPS, karena sifat materinya yang dianggap hanya bersifat informatif. Pandangan guru tersebut menyebabkan pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah. Metode ini dianggap oleh guru sangat efektif, karena materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sifatnya informatif. Guru di kelas hanya bercerita, tentang sejarah, bebatuan, geologi, gunung atau apa saja yang berkaitan dengan kehidupan sosial tanpa melibatkan siswa berbicara, seakan siswa betul-betul masih kosong dan belum tahu apa-apa. Berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan pada hari Selasa, 10 Maret 2015 di kelas V SD Inpres Burancie, hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berada di level nilai lebih rendah daripada mata pelajaran lainnya bahkan ada yang nilainya dibawah standar KKM. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa karena pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah, guru tidak berani berinovasi dengan metode-metode pembelajaran lainnya. Sedangkan penerapan metode resitasi, guru.

(17) 3. sudah menerapkan metode resitasi tapi hanya dalam bentuk Pekerjaan Rumah (PR) sedangkan Pekerjan Rumah (PR) itu hanya salah satu bagian dari resitasi. Hanya sesekali saja guru menerapkan resitasi secara keseluruhan yakni, pemberian tugas di dalam kelas, pemberian tugas di luar sekolah (perpustakaan, laboratorium, dll) serta Pekerjaan Rumah (PR). Sedangkan ada atau tidaknya pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), guru kelas V tidak mengetahui apakah metode tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V karna metode tersebut tidak pernah diterapkannya secara keseluruhan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk meneliti ‘‘pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengethuan Sosial (IPS) di kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru“. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelas V SD Inpres Burancie, peneliti mengidentifiksi beberapa masalah, sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar siswa. 2. Siswa tidak terlalu dilibatkan dalam proses pembelajaran dalam artian siswa dalam keadaan pasif sedangkan hanya guru yang aktif. Guru lebih banyak berceramah atau bercerita dan mengabaikan potensi siswa. 3. Guru beranggapan bahwa metode ceramah adalah metode yang paling tepat untuk menyajikan pembelajaran IPS yang sifatnya informatif..

(18) 4. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan yaitu; “Adakah pengaruh penggunaan Metode Resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru?“. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Metode Resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD Inpres Burancie Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.. D. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak baik terhadap berbagai unsur serta mamfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH Makassr), sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), khususnya di bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar. b. Bagi peneliti, menjadi masukan dan acuan dalam mengembangkan penelitian dimasa mendatang serta menjadi referensi yang berharga sebagai calon pembimbing..

(19) 5. 2. Manfaat Praktis a. Bagi tenaga Pembimbing, agar metode resitasi ini senantiasa dapat diterapkan di SD Inpres Burancie Kabupaten Barru, khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS. b. Bagi sekolah, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan proses pembelajaran siswa sehingga dapat meningkatkan potensi siswa dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran..

(20) 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Belajar Belajar, secara historis merupakan wilayah para ahli psikologi. Secara faktual dari tahun 1875 telah dilakukan penelitian, pengembangan serta percobaan demi percobaan oleh Wihelm Wundt ynag dikenal dengan Psikologi Eksperimennya (Uiversitas Leipzig Jerman), kemudian H. Ebbinghaus (1885), W.L. Bryan dan N. Harter (1897-1899), E.L. Thordkline (1898), dan seterusnya. Sekali lagi secara historis para ahli psikologi telah melakukan penelitian, kajian, percobaan dan telah memperoleh temuan tentang tingkah laku orang belajar; sehingga dikatakan oleh E.C. Tolman (Supriadi, 2012:27) bahwa “learning is an identifying character of man which he wishes to include as behaviour”; kemudian E.R. Gutherie (Supriadi, 2012:27) mengemukakan bahwa “learning as mark of mind”, yakni tingkah laku belajar itu adalah sifat jiwa. a.. Pengertian Belajar Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal. secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masingmasing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan dikemukan beberapa definisi belajar menurut para ahli.. 6.

(21) 7. Menurut R.Gagne (Susanto, 2013:1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamannya. Adapun Burton dalam Usman dan Setiawti (Susanto, 2013:3), mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinterksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R. Hilgard (Susanto, 2013:3), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hamalik (Susanto, 2013:3), menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi tau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing) Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut W.S. Winkel (Susanto, 2013:4), belajar adalah sesuatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam.

(22) 8. keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak. b. Prinsip-Prinsip Belajar Belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik atau perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan kemampuan mereaksi (menerima atau menolak) serta berkembangnya. kemampuan dan kecakapan lainnya. Hakikat proses belajar. Menurut Ivor K Davies (Rusyanti, 2012) secara pasti masih banyak perbedaan pandangan dari para ahli psikologi, namun terdapat prinsip-prinsip belajar yang telah disepakati; seperti yang dikemukakan oleh Alvin C. Eurich (Rusyanti, 2012) dari Ford Foundation; yang menyimpulkan hal-hal sebagai berikut sebagai prinsip-prinsip belajar: . Hal apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri; tidak ada seseorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.. . Setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.. . Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah diberikan penguatan (interforcement).. . Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti..

(23) 9 . Apabil siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar; ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka. Menurut (Sudjana, 1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : 1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pembelajaran. Gagne (Sudjana, 1990:22) mengungkapkan ada 5 (lima) kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sementara Bloom (Sudjana, 1990:22) mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor..

(24) 10. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai yaitu: (1). Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan hasil yang rendah dan ia akan. berjuang. lebih. keras. untuk. memperbaikinya. dan. setidaknya. mempertahankan apa yang telah dicapai; (2). Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya; (3). Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya; (4). Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensip), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku; dan (5). Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya (Sudjana, 1990:57). 3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan.

(25) 11. kajian pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini. Menurut Moelyono Cokrodikardjo (Rahmawati, 2013) IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbgai cababg ilmu sosial yakni, Sosiologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geogrfi, Ekonomi,. Ilmu Politik dan Ekologi. Manusia. yang. diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. Menurut A. Kosasih Djahiri (Rahmawati, 2013) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabangcabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran di sekolah. S. Nasution (Rahmawati, 2013) mengatakan bahwa IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Selain istilah ilmu sosial, terdapat istilah studi sosial ialah seperti yang diungkapkan oleh Ischak (Rusyanti, 2012) adalah sebagai berikut “Bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut." Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terbatas di Perguruan Tinggi, melainkan juga diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada.

(26) 12. pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Setelah kita mengetahui Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial, maka menjadi jelas kepada kita apa yang menjadi hakikat masing-masing bidang tersebut. Di antara kedua bidang tersebut terdapat perkaitan yang erat, meskipun penekanan dan pendekatan kerangka kerjanya berbeda. Hakikatnya sama-sama mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa sebenarnya IPS berinduk kepada Ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori-konsep-prinsip yang diterapkan pada IPS, adalah teori-konsep-prinsip yang ada dan berlaku untuk semua pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengkajian IPS. Berdasarkan tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-beda di tingkat Sekolah Dasar, bidangnya terutama terdiri atas geografi dan sejarah. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. b. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan-.

(27) 13. bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Mengajar sejarah pada tingkat sekolah dasar memerlukan stimulant yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin. Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias dalam menambah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas yang pasif dan membosankan. Menurut Hartono Kasmadi (2001 : 152) ada tiga kegiatan yang dapat diterapkan oleh guru sejarah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu: (1) partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, (2) partisipasi peserta didik melalui penelitian, dan (3) partisipasi peserta didik melalui Diskusi. Dalam partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, yang bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas, seperti ringkasan, diagram, chart dan gambar. Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah. Sedangkan dalam partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi.

(28) 14. merupakan salah satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan. kerangka. jiwanya. untuk. menghadapi. setiap. masalah,. membentuk pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang diperagakan oleh temannya. c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS di jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemmpuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajarn IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi..

(29) 15. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas, begitu juga dengan jenjang pendidikan tinggi yakni bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pedekatan. Pendekatan interdisipliner atau pendekatan multidisipliner dan pendekatan sistem memjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar peserta didik secara berkesinambungan. Sebagaimana telah dikemukakan di awal, bahwa yang dipelajari di IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS adalah: (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat; dan (b) gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber dari masyarakat. Dengan kata lain, pengajran IPS yang melupakan masyarakat atau tidak berpijak pada kenyataan di dalam msyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Ruang lingkup pengajaran IPS di SD meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat,.

(30) 16. wilayah sekitar, wilayah propinsi, pemerintahan daerah, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pengenalasan kawasan dunia dan kegiatan ekonomi. Pengajaran sejarah meliputi: kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa masa kemerdekaan, bangunan bersejarah serta Indonesia dan zaman penjajahan. d. Fungsi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi mengembangkan kemampuan setiap peserta didik untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk proses pembelajaran yang berbasis kompetensi. Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Fungsi pembelajaran IPS menurut diantaranya adalah: (a) memberikan bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (b) memngembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS; (c) menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah dan mmengagungkan penciptanya; (d) memupuk daya kreatif dan inovatif siswa; (e) membantu siswa.

(31) 17. memahami informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK); dan (f) memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS. Sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan keterampilan proses diarahkan pada: (1) Melatih cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan, pengkajian dan percobaan; (2) Pengembangan aktivita kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil dan rasa ingin tahu; dan (3) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi melalui pembicaraan lisam, cetakan, grafik, peta dan diagram dalam penjelasan gagasan/ide. e. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Mata pelajaran perkembangan sosial di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga kini sehingga siswa memiliki kebangsaan sebagai bangsa Indonesia. Adapun tujuan pembelajaran IPS adalah: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global. Secara umum tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut :.

(32) 18. 1. Aspek Pengetahuan/Pengertian, yang meliputi: (1) Menguasai pengetahuan tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal; (2) Menuasai pengetahuan tentang fakta– fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut; (3) Menguasai pengetahuan tentang unsur–unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau; (4) Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa–peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini; (5) Menumbuhkan pengertian tentang hubungan natara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secara intrinsik); (6) Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada fakta–fakta yang berdiri sendiri; (7) Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh – pengaruh sosial cultural terhadap peristiwa sejarah; (8) Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural masyarakat; dan (9) Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang. 2. Aspek Pengembangan Sikap, yang meliputi: (1) Penumbuhan kesadaran sejarah pada siswa terutama dalam artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup); (2) Penumbuhan sikap.

(33) 19. menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa; (3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau; dan (4) Penumbuhan kesadaran akan perubahan–perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang. 3. Aspek Keterampilan yang meliputi: (1) Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan pengembangan kemampuan dasar di kalangan siswa berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta merangkaikan fakta–fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis; (2) Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah– masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain–lain; (3) Ketrampilan menelaah secara elementer buku – buku terutama yang menyangkut keanekaragaman IPS dan sejarah; (4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan– pertanyaan produktif di sekitar masalah keanekaragaman IPS dan sejarah; (5) Ketrampilan mengembangkan cara–cara berpikir analitis tentang masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakatnya; dan (6) Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup..

(34) 20. 4. Metode Resitasi a. Pengertian Metode Resitasi Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah metode resitasi. Metode resitasi adalah metode pemberian tugas setelah pembelajaran berlangsung dan tugas tersebut dikerjakan di dalam maupun di luar kelas. Save M. Dagun dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Supriadi, 2012: 46) mengatakan bahwa resitasi (sebagai istilah psikologi) disebut sebagai metode belajar yang mengombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri. Djamarah, dkk (Supriadi, 2012:46) mengemukakan bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas tersebut dikerjakan. Sumantri (Hamdayama: 2014:59) mengemukkan “metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok” Sedangkan menurut Supriadie (Hamdayama: 20124:62) bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri.

(35) 21. dalam menyampaikan sesuatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba; sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian menurut Sagala (Hamdayama: 20014:62) bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya. Dari kelima pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan ajar dimana guru menberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan dilakukan dimana saja. secara. perorangan maupun perkelompok. kemudian. harus. dipertanggungjawabkan. Metode ini diberikan karena dirasakan banyak bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. Tugas dan resitasi tidak sama dengan Pekerjaan Rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi biasanya dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara berkelompok. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik akan berbagai jenis, bergantung pada tujuan yang akan dicapai;.

(36) 22. seperti meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan) tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas diloboratorium, dan lain-lain. Tehnik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Di samping itu, untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas yang akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan siswa di luar sekolah. Dalam metode resitasi ini, siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain. Dengan demikian, akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa. Selain itu, metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri-sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka ingat. Dalam percakapan sehari-hari, metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya metode ini terdiri atas tiga fase, antara lain (a) pendidik memberi tugas, (b) anak didik melaksanakan tugas (belajar), (c) siswa mempertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari (resitasi). Dalam istilah lain, metode ini sering juga disebut dengan metode pemberian tugas. Metode ini mengandung tiga unsur, yakni:.

(37) 23 . Pemberian tugas. . Belajar. . Resitasi. Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut, siswa belajar mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasa disingkat metode rasitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan “home work” (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan Rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekadar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi, resitasi lebih luas daripada home work. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu:  Mempunyai unsur tugas;.

(38) 24  Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya; dan  Mempunyai unsur didaktis pedagogis. Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bemaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan pandangan modern, tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dlaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan untuk: 1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima; 2. Melatih siswa ke arah belajar mandiri; 3. Siswa dapat membagi waktu secara teratur; 4. Agar siswa dapat memamfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas; 5. Melatih siswa untuk meenemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas; dan 6. Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatankegiatan di luar kelas..

(39) 25. b. Fase-Fase Metode Resitasi Kegiatan resitasi (penugasan) merupakan kegiatan untuk memperoleh penugasan materi diajarkan lebih mantap. Oleh karena itu, menetapkan rancangan langkah-langkah resitasi (penugasan) merupakan tahap yang sangat penting dilihat dari segi kemantapan penugasan materi dan peningkatan kwalitas belajar. Dalam membahas rancangan kegiatan resitasi (penugasan), berturut-turut akan dibahas rancangan perencanaan guru, rancangan pelaksanaan metode resitasi, dan rancangan penilaian resitasi. Menurut Djamarah, dkk (2010:86), langkah-langkah yang harus di ikuti dalam menggunakan metode resitasi (penugasan) adalah sebagai berikut: 1. Fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal berikut: . Tujuan yang akan dicapai.. . Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.. . Sesuai dengan kemampuan siswa.. . Ada petunjuk/sumber yang dapat membaantu pekerjaan siswa.. . Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.. 2. Fase pelaksanaan tugas, meliputi langkah-langkah berikut: . Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.. . Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.. . Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain..

(40) 26 . Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang Ia peroleh dengan baik dan sistematis.. 3. Fase mempertanggungjawabkan tugas. Hal yang harus dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut: . Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.. . Ada tanggung jawab/diskusi kelas.. . Penilaian hasil pekerjan siswa baik dengan tes maupun dengan nontes atau cara lainnya. Rancangan penilaian ditetapkan harus menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan resitasi (penugasan).. c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi Kelebihan metode Resitasi adalah sebagai berikut: 1. Dapat dilaksanakan pada berbagai materi pembelajaran; 2. Melatih daya ingat dan hasil belajar peserta didik; 3. Jika tugas individu dapat melatih belajar mandiri peserta didik dan jika tugas kelompok melatih belajar bersama menguasai materi; 4. Mengembangkan kreativitas peserta didik; 5. Meningkatkan keaktifan belajar perserta didik; dan 6. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik baik dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan, banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk hidup mereka. Sedangkan kekurangan metode Resitasi adalah sebagai berikut 1. Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;.

(41) 27. 2. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; 3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual; 4. Sulit mengukur keberhasilan belajar peserta didik; 5. Tugas yang sulit dapat mempengaruhi mental peserta didik; 6. Tugas-tugas yang banyak dan sering diberikan akan membuat peserta didik merasa terbebani dalam pembelajaran; dan 7. Tugas rumah sering dikerjakan orang lain, sehingga peserta didik tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Djamarah, dkk (Hamdayama,2014:188) mengemukakan kelebihan metode resitasi (penugasan) diantaranya: (1). lebih merangsang siswa melakukan aktivitas individual atau berkelompok; (2). dapat memgembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dan (3). dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. Djamarah, dkk (Hamdayama,2014:188) juga mengemukakan kekurangan resitasi diantaranya: 1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain. 2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. 3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa..

(42) 28. B. Kerangka Pikir Hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) biasanya lebih rendah dari mata pelajaran lain. Salah satu penyebababnya adalah guru karna guru hanya mengeluarkan satu ‘jurus’ saja, yaitu ceramah. Guru tidak berani mencoba menerapkan metode yang lain karna para guru beranggapan bahwa metode ceramah inilah yang paling efektif tanpa mempedulikan apakah siswa mengerti tentang materi yang disampaikan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk bertanya atau mencari sendiri sehingga menyebabkan hasil belajar siswa biasabiasa saja atau rendah. Salah satu metode yang cocok diterapkan dalam pembelajaran adalah metode resitasi yang mana siswa diberikan tugas sehingga siswa memperoleh kesempatan untuk mencari sendiri ilmu yang ingin diketahui entah itu dilakukan di dalam kelas, di luar kelas namun tetap dalam lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (rumah). Dalam penelitian ini dikaji tentang pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Untuk mengetahui hal tersebut penelitian ini dirancang melalui penelitian pre-experimental Designs (Nondesigns) dengan desain penelitian yang digunakan adalah “One-Group Pretest-Posttest Design” Hubungan antara hasil belajar siswa dengan pengaruh penerapan Metode Resitasi dapat dilihat dari skema kerangka pikir berikut:.

(43) 29. Pembelajaran IPS. Diberi Perlakuan berupa Penerapan Metode Resitasi. Analisis. Berpengaruh. Tidak Berpengaruh. Hasil Belajar Meningkat. Hasil Belajar Tetap atau Tidak Meningkat ~~Skema kerangka Pikir~~. C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih harus di uji secara empiris. Jadi suatu hipotesis masih merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang kebenarannya masih perlu adanya pembuktian lebih lanjut. Hipotesis yang penulis ajukan adalah ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru..

(44) 30. BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian pre-experimental Designs (Nondesigns) yang akan mengkaji tentang pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Burancie. Desain penelitian yang digunakan adalah “One-Group Pretest-Posttest Design” Dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test. Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut : Pre-test. Treatment. Post-test. T1. X. T2. Keterangan : Tı. : Pengukuran pertama sebelum subjek diberi perlakuan (Pr-etest). X. : Treatment atau perlakuan (Penggunan Metode Resitasi). T2. : Pengukuran kedua setelah subjek diberi perlakuan (post-test). Adapun prosedur pelaksanaan penelitian, mulai dari penentuan subjek penelitian, pre-test, perlakuan berupa penerapan metode resitasi dan post-test adalah sebagai berikut: 1. Penentuan subjek eksperimen dilakukan terhadap Siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru.. 30.

(45) 31. 2. Pelaksanaan Pre-test terhadap subjek penelitian berupa pemberian soal evaluasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 3. Pemberian perlakuan berupa penerapan pembelajaran metode Resitasi. 4. Pelaksanaan Post-test terhadap subjek penelitian berupa pemberian soal evaluasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).. B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut populasi adalah keseluruhan siswa di SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jumlah siswa SD Inpres Burancie dalah 94 orang, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Populasi Siswa SD Inpres Burancie tahun 2015 No.. Kelas. 1 2 3 4 5 6. I II III IV V VI Jumlah. Jenis Kelamin Laki-laki wanita 4 6 6 7 9 11 5 13 11 4 7 11 42 52. Jumlah 10 13 20 18 15 18 94. (Sumber: Data SD Inpres Burancie Kec. Tanete Rilau Kabupaten Barru tahun 2015). 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang (Nonprobability Sampling) dengan tehnik.

(46) 32. pengambilan sampel berdasarkan tujuan (purposive Sampling). Dalam tehnik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan kepada pertimbangan pengumpulan data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Jadi pengumpulan data yang telah diberi penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitiannya (Indranata, 2008:183). Jadi yang menjadi sampel pada penelitian ini yang menurut peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 15 orang dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3.2 Sampel Penelitian: Siswa Kelas V SD Inpres Burancie No.. Kelas. 1. V. Jenis Kelamin Laki-laki wanita 11 4. Jumlah 15. C. Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Sedangkan menurut Arikunto (2002:98), variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pergerakan nasional dan sikap nasionalisme, sehingga ada dua variabel penelitian yaitu: a. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitan ini adalah penggunaan metode resitasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru..

(47) 33. b. Variabel Terikat adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru.. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah (Arikunto, 2002:136). Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian “pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru” adalah tes hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 nomor. Validitas adalah alat yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaiknya intrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. (Arikunto, 2002:144) Instrumen yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila menggungkap data variabel yang diteliti secara lengkap. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud..

(48) 34. Untuk menguji validitas instrumen penelitian maka digunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2005: 79): ℎ. Keterangan: rhitung. =. −. = koefisien korelasi biserial = rata-rata skor dari subjek yang menjawab benar dari item = rata-rata skor total = standar deviasi = proporsi jumlah siswa yang menjawab benar = proporsi jumlah siswa yang menjawab salah. Kemudian hasil rhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel dikatakan valid dan jika rhitung < rtabel instrumen dikatakan tidak valid/drop.. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mencapai tujuan penelitian sangat diperlukan data-data yang berkelanjutan yang selanjutnya data tersebut di analisa secara ilmiah. Dalam penelitian ini terdapat tiga metode penggumpulan data yaitu, metode dokumentasi dan metode tes. 1. Metode Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dengan memperhatikan tiga macam sumber yaitu, tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). (Arikunto, Suharsimi 2002:.

(49) 35. 135). Metode dokumentasi ini digunakan Peneliti untuk mendapatkan data tentang: a. Keadaaan SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. b. Jumlah siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Data tersebut diperoleh dari masyarakat sekitar lokasi sekolah, Kepala Sekolah SD Inpres Burancie dan Guru Kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. 2. Metode Tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan. untuk. mengukur. ketrampilan,. pengetahuan,. intelegensi,. kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok lain. (Arikunto, Suharsimi 2002:127).. F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebelum dan sesudah perlakuan berupa penerapan metode resitasi. Untuk kepentingan tersebut, maka dilakukan perhitungan rata-rata tentang hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS berdasarkan hasil tes, dengan rumus:. Me =.  Xi n. (Tiro, 2008: 120).

(50) 36. Keterangan: Me. : Mean (rata-rata). . : Jumlah. Xi. : Nilai X ke i sampai ke n. N. : Banyaknya subjek. Hasil belajar sebelum dan sesudah dengan metode resitasi dapat dianalisis dengan teknik analisis presentase dengan rumus sebagai berikut: P =. f x 100% (Tiro, 2004: 242) N. Keterangan: P. = Persentase. F. = Frekuensi yang dicari persentasenya. N. = Jumlah subjek eksperimen. Untuk mendapatkan hasil gambaran yang jelas tentang hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa maka dibutuhkan 5 (lima) kategori penilaian sebagai berikut:. Tabel 3.3. Tabel Kategori Penilaian Kategori. Interval. Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah. 85-100 65- 84. Sangat Rendah. 0-34. 55- 64 35-54.

(51) 37. 2. t-tes Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian mengenai perbedaan hasil belajar siswa kelas V dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara sebelum dan sesudah penerapan metode resitasi, maka digunakan rumus t-test, yang dikemukakan oleh Arikunto (2013: 351) yaitu:. = Keterangan: Md. ∑ ( − 1). = perbedaan mean pre-test dan post-test = deviasi masing-masing subjek (d-Md). ∑ 2. N. = jumlah kuadrat deviasi = jumlah subjek pada sampe. Jika thitung > ttabel dengan db = n – 1 dapat disimpulkan ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie. Sedangkan jika thitung < t. tabel. dengan db = n – 1 dapat. disimpulkan tidak ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie.. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

(52) 38. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Inpres Burancie terletak di Jl. Poros Pekkae-Soppeng, Dusun Burancie, Desa Tellumpanua, Kecamatan Tenete Rilau, Kabupaten Barru. Berada pada lokasi yang cukup strategis. Berada tidak jauh dari pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dari arah manapun. SD Inpres Burancie terdiri dari 6 rombongan belajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30-12.00 WITA. Keadaan fisik sekolah cukup memadai, terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 WC siswa,1 WC Guru, 1 ruang dapur, pojok laktasi, gudang, parkiran dan lapangan. Personil tenaga eduksi dan pengamanan SD Inpres Burancie terdiri dari Kepala Sekolah, wali kelas, guru bidang studi, staf kepustakaan dan bujang sekolah dengan perincian sebagai berikut:  Kepala Sekolah. : 1 orang.  Wali Kelas. : 6 orang.  Guru Bidang Studi. : 4 orang.  Staf Kepustakaan. : 2 orang.  Staf Administrasi. : 1 orang.  Bujang Sekolah. : 1 orang. Nama-Nama personil tenaga pendidik, staf administrasi dan tenaga pengamanan SD Inpres Burancie adalah sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah. : Hj. Suaebah, S. Pd. SD. 2. Guru Kelas. :. 38.

(53) 39. a. Kelas I. : Husnah, A. Ma. b. Kelas II. : Patimah, S. Pd. c. Kelas III. : Hamdawati, S. Pd. d. Kelas IV. : Hj. Herlina, S.Pdi. e. Kelas V. : Johari, A.Ma. f. Kelas VI. : Nur Asriani S., S.Pd. 3. Guru Bidang Studi : a. Guru Agama. : Sumrah, S.Pdi. b. Guru Mulok. : Nur Aeni D., S.Pdi. c. Guru Olahraga. : H. Bahuddin. d. Guru Pengganti. : Sunarti, S.Pd.. 4. Staf Kepustakaan, Tenaga Administrasi dan Bujang Sekolah: a. Staf Kepustakaan. : Herlina, A.Ma. Pust Ardiana, A.Ma.Pust. G. Tenaga Administrasi : Nur Aeni D., S.Pdi H. Bujang Sekolah. : Fahrul Islam. B. Hasil Penelitian Penelitian dengan menggunakan pra-eksprimen yang dilakukan terhadap 15 siswa mengenai penerapan metode resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD Inpres Burancie, dimana datanya diperoleh melalui insterumen tes hasil dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan uji hipotesis penelitian. 1. Hasil Analisis Validasi Instrumen Penelitian.

(54) 40. Instrumen penelitian yang berupa tes hasil untuk memperoleh data terlebih dahulu diadakan uji coba pada siswa kelas V SD Inpres Aroppoe sejumlah 10 siswa, karena siswa kelas V SD tersebut mempunyai karateristik belajar yang hampir sama dengan kelas V SD Inpres Burancie yang merupakan sampel penelitian. Uji coba instrumen ini dilakukan di luar sampel agar tidak mengetahui bentuk instrumen yang akan digunakan sebelum diperoleh instrumen yang baik. Setelah dilaksanakan uji coba, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui apakah intrumen penelitian itu layak digunakan atau tidak. Hasil analisis validitas soal tes hasil belajar IPS dari 15 soal diketahui valid yaitu soal nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15, sedangkan soal nomor 3, 6 dan 9 dinyatakan drop atau tidak valid. Nilai rhitung terendah pada soal yang dinyatakan valid adalah 0,607 sedangkan rhitung tertinggi pada soal yang dinyatakan drop adalah 0,326. Nilai pada product momet dengan n=10 dan α=5% diperoleh rtabel = 0,5494. Jika sedangkan jika. ℎ. <. ℎ. ≥. maka butir soal dinyatakan valid,. maka butir soal dinyatakan drop (tidak valid).. Hasil uji coba soal tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 3.3. 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) digunakan metode resitasi terhadap siswa kelas V di SD Inpres Burancie. Kegiatan pre-test berlangsung pada hari Senin tanggal 14 Mei 2015, dan pos-ttest pada hari jumat tanggal 15 Mei 2015. Hasil pre-test dan post-test.

(55) 41. mengenai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS No. Statistik. 1. Nilai Statistik Pre-Test. Post-Test. Ukuran sampel. 15. 15. 2. Nilai tertinggi (Maximum). 86,6. 100. 3. Nilai terendah (Minimum). 33,3. 46,6. 4. Rentang Nilai (Range). 53,3. 53,4. 5. Jumlah (Sum). 926,2. 1219,6. 6. Nilai rata-rata (Mean). 61,74. 81,30. 7. Simpangan baku (Standard deviation). 16,97. 16,77. 8. Tingkat penyebaran data (Variance). 288,29. 281,15. 9. Nilai yang sering muncul (Mode). 53,3. 100. 10. Titik tengah (Median). 60. 80. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada pre-test adalah 61,74 dari nilai total 926,2 dengan nilai standar deviasi 16,97, sedangkan rata-rata pada post-test adalah 81,30 dari total 1219,6 dengan standar deviasi 16,77 (Lampiran 4.5). Nilai hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori. Kategori yang dimaksud disusun berdasarkan persamaan kategori yang disajikan pada BAB III. Dengan demikian diperoleh distribusi frekuensi nilai dan persentase seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penggunaan metode resitasi.

(56) 42. Interval. Kategori. 85-100 65- 84 55- 64 35-54. Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah. 0-34. Sangat Rendah. Nilai Pre-test Frekuensi Persentase 2 13,3 5 33,3 1 6,7 6 40,0. Jumlah Sumber : Hasil Instrumen Penelitian. Nilai Post-test Frekuensi Persentase 7 46,6 6 40 1 6,7 1 6,7. 1. 6,7. 0. 0. 15. 100,00. 15. 100,00. Berdasarkan tabel 4.2 tampak bahwa dari 15 orang responden penelitian pada saat pre-test telah diketahui bahwa ada 1 orang atau 6,7% yang berada pada kategori hasil belajar sangat rendah dan sedang, 6 orang atau 40% yang berada pada kategori hasil belajar rendah, 5 orang atau 33,3% yang berada pada kategori hasil belajar tinggi dan 2 orang atau 13,3% yang berada pada kategori hasil belajar sangat tinggi (Lampiran 4.6). Sedang pada penelitian pada saat post-test diketahui bahwa ada 1 orang atau 6,7% yang berada pada kategori hasil belajar rendah dan sedang, 6 orang atau 40% yang berada pada kategori hasil belajar tinggi, 7 orang atau 46,6% yang berada pada kategori hasil belajar sngat tinggi dan tak seorang atau 0% yang berada pada kategori hasil belajar sangat rendah (Lampiran 4.6). 3. Hasil t-tes Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Berdasarkan hasil perhitungan t-test (lampiran 5.1) diperoleh nilai thitung sebesar 4,359 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5 persen dengan db=14.

(57) 43. sebesar 1,7613, hal itu berarti bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel. Karena nilai thtung lebih besar daripada ttabel, maka sebagai konsekuensinya adalah hipotesis ”ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Burancie, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru” dinyatakan diterima.. C. Pembahasan Proses pembelajaran IPS di kelas, siswa tidak jarang mendapatkan kesulitan yang menghambat kesuksesannya dalam belajar yang menyebabkan rendahnya hasil belajar seorang siswa. Misalnya terkadang seorang siswa mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pada mata pelajaran tersebut. Hal ini bisa jadi disebabkan antara lain: ketidak mampuan seorang guru dalam memberikan pemahaman yang benar kepada siswa terhadap suatu pelajaran, tingkat kerumitan mata pelajaran tersebut yang cukup tinggi serta faktor psikologis siswa itu sendiri. Sudah barang tentu, banyak hal yang menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Di antara yang menjadi penyebab rendahnya nilai itu bisa datang dari siswa, guru atau sarana dan prasarana belajar. Dari berbagai variabel dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah, variabel guru merupakan variabel yang paling dominan. Sayangnya, para guru tidak menyadari akan hal tersebut. Jika nilai siswa rendah, mungkin guru akan menyalahkan. siswanya,. karena. malas. belajar. atau. dianggap. memiliki. intelektualitas yang rendah. Guru tidak melakukan instropeksi diri, kegagalan.

(58) 44. seakan ‘dunia sudah kiamat’, dan dibiarkan siswa tenggelam dalam nilai yang tidak signifikan. Guru selalu berpandangan bahwa siswa belum atau tidak tahu apa-apa. Apalagi dalam pembelajaran kajian sejarah, guru lebih banyak berceramah atau bercerita.. Pandangan. guru. yang. demikian,. menyebabkan. guru. hanya. mengeluarkan satu ‘jurus’ saja, yaitu ceramah. Para guru memandang bahwa metode ceramah sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPS, karena sifat materinya yang dianggap hanya bersifat informatif. Sehingga pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah. Metode ini dianggap oleh guru sangat efektif, karena materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sifatnya informatif. Guru di kelas hanya bercerita, tentang sejarah, bebatuan, geologi, gunung atau apa saja yang berkaitan dengan kehidupan sosial tanpa melibatkan siswa berbicara, seakan siswa betul-betul masih kosong dan belum tahu apa-apa. Karena proses belajar mengajar di dalam kelas, sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi dan menanamkan kognitif, afektif dan psikomotorik secara meyakinkan, tidak cukup hanya dengan proses belajar mengajar di dalam kelas, Oleh karena itu pula, kita harus mengembangkan proses belajar mengajar di luar kelas, salah satunya dengan memberikan tugas belajar di luar kelas. Hasil penelitian terhadap 15 sampel menunjukkan bahwa terhadap subjek eksperimen pada saat pretest, secara umum menunjukkan bahwa nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih sangat rendah yakni hanya 46,6% siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Irawati (2021) di Mataram, dengan judul “ Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik “ penelitian ini menunjukkan bahwa gaya belajar peserta didik kelas IV SDN

WALDRON USDA-ARS, Forage and Range Research Laboratory, Logan, Utah, USA [email protected] Abstract Little research has evaluated possible endophyte benefits to adaptation and