• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide Formulasi, Implementasi & Evaluasi Kebijakan PublikKelompok 1

N/A
N/A
Kajian Online

Academic year: 2023

Membagikan "Slide Formulasi, Implementasi & Evaluasi Kebijakan PublikKelompok 1"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Formulasi, Implementasi

& Evaluasi Kebijakan Publik

KELOMPOK I

Reza Falufi, Robbi Parayudha, Indria Aldilah

(2)

OUTLIN

E A. Analisa Kebijakan

B. Formulasi Kebijakan

C. Implementasi Kebijakan

D. Evaluasi Kebijakan

(3)

A. ANALISA KEBIJAKAN

Proses/ Tahapan Kebijakan Publik menurut William Dunn, 2004

Tahapan Kebijakan Publik. (William Dunn, 2004)

Perumusan Masalah &

Agenda Setting

Formulasi

Kebijakan Adopsi

Kebijakan Implementa si Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Sumber : Yulianto pada Buku Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik Melakukan Kajian dan Analisis Kebijakan:

Analisis kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap formulasi kebijakan. Peran analisis kebijakan muncul di setiap tahap siklus kebijakan:

Penetapan agenda kebijakan (agenda setting), dengan menentukan masalah publik apa yang akan diselesaikan;

Formulasi kebijakan, dengan menentukan kemungkinan kebijakan yang akan digunakan dalam memecahkan masalah melalui proses forecasting (konsekuensi dari masing-masing kemungkinan kebijakan ditentukan);

Adopsi kebijakan, menentukan pilihan kebijakan melalui dukungan para eksekutif dan legislatif, yang sebelumnya dilakukan proses usulan atau rekomendasi kebijakan;

Implementasi kebijakan, tahapan dimana kebijakan yang telah diadopsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi atau unit administratif tertentu dengan memobilisasi dana dan sumberdaya untuk mendukung kelancaran implementasi. Pada tahap ini, proses pemantauan (monitoring) kebijakan dilakukan;

Evaluasi kebijakan, adalah tahap melakukan penilaian kebijakan atau kebijakan yang telah diimplementasikan

(4)

Aktor-aktor

dalam proses kebijakan

dikelompokk an kedalam :

Sumber : Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Prosesn dan Studi Kasus )

AKTOR FORMAL

Merupakan aktor resmi yang ada dalam struktur pemerintahan, seperti lembaga pemerintah baik eksekutif, legislatif dan juga yudikatif.

AKTOR NON FORMAL

Merupakan lembaga yang tidak tercantum dalam struktur tetapi terlibat dalam proses kebijakan.

Misal: partai politik, interest group, ormas, LSM akademisi, pers dsb.

(5)

Penentuan Prioritas Isu Kebijakan

• EFISIEN, Dana yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang dicapai

• EFEKTIF, Mengukur apakah suatu alternatif kebijakan dapat menghasilkan tujuan akhir yang diinginkan

• CUKUP, Mengukur apakah suatu kebijakan dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan sumberdaya yang ada

• ANDIL, Mengukur suatu kebijakan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas

Sumber : Said Zainal Abidin dalam buku Adminitrasi Publik Indonesia

(6)

B. FORMULASI KEBIJAKAN

Menurut Thomas R. Dye (1995), Formulasi kebijakan merupakan usaha pemerintah melakukan intervensi terhadap kehidupan public sebagai solusi terhadap setiap permasalahan di masyarakat.(Yulianto )

Menurut Anderson, Formulasi kebijakan menyangkut Upaya menjawab

pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang di kembangkan dan siapa yang berprarisipasi. (Budi Winarno )

Menurut Frank T. Paine dan William Naumes bahwa pembuatan

kebijakan publik (policy formulation) melibatkan keseluruhan sistem dengan berbagai kondisi dan alternatif serta melibatkan proses-proses sosial dan proses- proses intelektual” (Budi Winarno )

Riant Nugroho (2003:101) menjelaskan perumusan kebijakan publik adalah inti dari kebijakan publik karena disini dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri. ( Riant Nugroho )

Sumber :

1. Yulianto pada Buku Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik

2. Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Prosesn dan Studi Kasus ) 3, Riant Nuegroho dalm buku Publik Policy

(7)

Tahapan Tahapan Formulasi Kebijakan

Perumusan Masalah

Mengenali dan merumuskan masalah merupakan Langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah masalah public harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula.

Agenda Setting

Tidak semua masalah public masuk ke dalam agenda Setting, Hanya masalah-

masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk kedalam agenda setting harus memenuhi syarat syarat

tertentu, seperti misalnya apakah masalah tersebut mempunyai dampak yang besar bagi Masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera dilaksanakan.

Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk memecahkan masalah

Alternatif Alternatif kebijakan dipilih berdasarkan kompromi dan negosiasi yang terjadi antaraaktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan.

Penetapan Kebijakan

Penetapan kebijakan dapat berbentuk berupa UU, Yurisprudensi, keputusan presiden, keputusan Menteri dan sebagainya.

Sumber : Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Proses dan Studi Kasus)

(8)

KONSEP FORMULASI KEBIJAKAN

Dalam proses formulasi kebijakan penting untuk memahami :

Bagaimana alternatif kebijakan disepakati?

Bagaimana dampak atau implikasi ketika

sebuah kebijakan diimplementasi

kan?

Siapa aktor yang berpartisipasi atau terdampak

dalam proses formulasi kebijakan?

Bagaimana peran para aktor

yang

berpartisipasi?

Bagaimana nilai urgensi

kebijakan dibanding

kebijakan

lainnya?

(9)

MODEL FORMULASI KEBIJAKAN

Menurut Thomas R. Dye

Sumber : Riant Nugroho dalam buku Publik Policy

Model kelembagaan berarti bahwa :

• Tugas membuat kebijakan publik adalah tugas pemerintah.

• Tugas formulasi kebijakan adalah tugas Lembaga, Lembaga pemerintah yang dilakukan secara otonom tanpa berinteraksi dengan lingkungannya

Model Proses Model Kelembagaan

(10)

Model Elit Model Kelompok

Kata kunci dari Model ini adalah “Akses”

Artinya hanya orang-orang tertentu yang mempunyai akses terhadap kelompok yang terlibat di dalam perumusan kebijakan. Kebijakan Publik menjadi ajang dan cerminan perebutan kepentingan dari kelompok-kelompok yang dominan

(Anderson, 2011:21) Di dalam setiap masyarakat pasti

terdapat dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan atau elite dan yang tidak memiliki kekuasaan atau massa. Teori ini mengembangkan diri kepada kenyataan bahwa se- demokratis apapun, selalu ada bias didalam formulasi kebijakan, karena pada akhirnya kebijakan kebijakan yang dilahirkan merupakan preferensi politik dari para elit.

Sumber : Riant Nuegroho dalam buku Publik Policy

(11)

Model Incremental

Kebijakan Inkremental adalah berusaha mempertahankan komitmen kebijakan di masa lalu untuk mempertahankan kinerja yang telah dicapai.

Sumber : Riant Nuegroho dalam buku Publik Policy

Ilustrasi Formulasi Kebijakan

(12)

Dari Ketiga hasil

kebijakan tersebut,

pendekatan model

apa yang digunakan

dalam melakukan

formulasi kebijakan ?

(13)

TOOLS/ METODE FORMULASI KEBIJAKAN

Sumber : Howlett et. Al, 2015 chapter 8, p.117

1. Brainstorming

2. Cosultation Exercises 3. Risk Analysis

4. Checklist

5. Cost Benefit Analysis 6. Secenario Analysis

7. Expert Judgements and Elicitation 8. Financial Impact Analysis

9. Cost Effectiveness

10.Focus Groups

(14)

C. IMPLEMENTA SI KEBIJAKAN

4 TEPAT dalam Implementasi : Tepat Kebijakan Tepat Pelaksanaan Tepat Target

Tepat Lingkungan

Menurut Ryan Nugroho, Implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya.

Menurut Subarsono, Implementasi kebijakan melibatkan usaha dari policy makers untuk

mempengaruhi apa yang disebut Street Level Bureaucrats untuk memberikan pelayanan ataumengatur perilaku kelompok sasaran.

Menurut Mustopadidjadja, Impementasi kebijakan merupakan suatu tahapan dalam policy cycle dari keseluruhan proses kebijakan ang berlangsung dalam suatu policy cyctem yang kompleks dan dinamik, serta akan

menetukan berhasil atau tidaknya suatu kebijakan

Menurut Ripley dan Franklin, Implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi setelah

undang- undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan

(benefit), atau jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Sumber : Riant Nugroho dalam buku Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi dan Evaluasi

(15)

Tahapan Implementasi Kebijakan

Sumber : Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia)

TAHAPAN INTERPRETASI

Merupakan tahap penjabaran sebuah kebijakan yang bersifat abstrak dan sangat umum ke dalam kebijakan atau Tindakan yang bersifat menajerial operasional

Tertuang dalam bentuk peraturan perundangan yang dibuat oleh Lembaga eksekutif dan legislatif

TAHAPAN PENGORGANISASIAN

Pada tahapan ini, dilakukan penentuan pelaksana kebijakan (policy implementor) sebagai berikut:

Instansi Pemerintah, pusat maupun daerah, sektor swasta, LSM dan komponen masyarakat.

Pedoman yang digunakan berupa prosedur (SOP)

TAHAPAN IMPLIKASI

Adalah Tindakan yang merupakan perwujudan dalam setiap tahaoan yang dilakukan sebelumnya.

(16)

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN`

Sumber : Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia)

1. Implementasi Sistem Rasional (Top-Down) Menurut Parsons (2006), model implementasi inilah yang paling pertama muncul. Pendekatan top down memiliki pandangan tentang hubungan kebijakan

implementasi seperti yang tercakup dalam Emile karya Rousseau: "Segala sesuatu adalah baik jika

diserahkan ke tangan Sang Pencipta. Segala sesuatu adalah buruk di tangan manusia”. Model rasional ini berisi gagasan bahwa implementasi adalah menjadikan oran melakukan apa-apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan tahapan dalam sebuah sistem.

2. Implementasi Kebijakan Bottom Up , adalah model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi

dan pembentukan consensus. Model pendekatan bottom up menekankan pada fakta bahwa implementasi

di lapangan memberikan keleluasaan dalam penerapan kebilakan. Menurut Smith (1973) dalam Islamy

(2001), implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur, memandang proses implementasi

kebijakan dari proses kebijakan dari perspektif perubahan sosial dan politik, di mana kebijakan yang dibuat

oleh pemerintah bertuiuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai

kelompok sasaran

(17)

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN`

Sumber :

Riant Nugroho (Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi dan Evaluasi)

Mustopadidjadja (Manajemen Proses Kebijakan Publik)

Public Choice Theory, menekankan pengembangan implementasi menurut tingkat efisiensi pelayanan dan kepuasan

Contingency Theory menekankan perlunya kesesuaian antara tugas dan fungsi yang harus diemban suatu organisasi dengan tantangan yang dihadapi

Managenent Science, menekankan analisis rasional dalam penetapan tujuan dan pengembangan pedoman pelaksanaan yang jelas

Incrementalism menekankan anggapan bahwa individu dan organisasi cenderung untuk berlanjut dengan aturan yang ada atau dengan penyesuaian yang tidak terlalu besar secara terencana

Social Learning Theory menekankan bahwa pembangunan harus menumbuhkan kemampuan seluruh warga masyarakat untuk melakukan pilihan mengenai masa depannya, mengubah nasibnya dan memperbaiki tingkat hidup dan kehidupannya

(18)

Variabel-variabel

yang mempengaruhi proses IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Idealized Policy,

yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merasang kelompok sasaran untuk melaksanakannya

Target Groups,

yaitu bagian dari policy

stakeholders yang diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan

Implementing organization,

yaitu badan pelaksana yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan

Environmental Factors,

yaitu unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi

implementasi kebijakan

Sumber : Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia)

(19)

D. EVALUASI KEBIJAKAN

Sumber :

Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Prosesn dan Studi Kasus )

Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia)

Menurut Jones

Evaluasi adalah kegiatan yang

bertujuan untuk menilai Manfaat suatu kebijakan.

Menurut Anderson

Evaluasi Kebijakan merupakan suatu kegiatan yang menyangkutestimasi atau penilaian kebijakan yang

mencangkup subtansi, implementasi dan dampak

DEFINISI

Menurut Dye

Evaluasi kebijakan adalah penilaian efektifitas keseluruhan program dalam memenuhi tujuan bersama.

Adalah suatu aktivitas untuk melakukan penilaian terhadap akibat atau dampak

kebijakan dari berbagai program pemerintah

(20)

EVALUASI KEBIJAKAN

Penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian

(assessment) (Dunn, 1999)

Evaluasi ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan public guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, sejauh mana tujuan dicapai dan melihat kesenjanga antara harapan dan kenyataan

Evaluasi memiliki 4 fungsi yaitu :

Pertama Eksplanasi, memetakan realitas pelaksanaan program.

Kedua

Kedua

Kepatuhan, untuk mengetahui Tindakan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan standar prosedur

Ketiga Audit, untuk mengetahui apakah output tepat sasaran atau terjadi penyimpangan

Akunting, untuk mengetahui akibat sosial ekonomi dari suatu kebijakan public Keempat

Sumber : Riant Nugroho dalam buku Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi dan Evaluasi

(21)

Langkah-Langkah dalam Evaluasi Kebijakan

Mengidentifikasi tujuan program yang akan di evaluasi Analisis Terhadap Masalah

Deskripsi dan Stndarisasi kegiatan

Pengukuran terhadap tingkat perubahan yang terjadi

Menentukan apak perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain

Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak

Sumber : Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Prosesn dan Studi Kasus )

(22)

Tipe – Tipe Evaluasi Kebijakan

James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam 3 tipe, yaitu ;

Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan

Bila evaluasi kebijakan dipahami kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Para pembentuk kebijakan dan administrator selalu membuat pertimbangan- pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari kebijakan-kebijakan, program-program dan proyek-proyek, pertimbangan-pertimbangan ini banyak memberi kesan bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut didasarkan pada bukti yang terpisah-pisah dan dipengaruhi oleh ideologi kepentingan para pendukungnya dan kriteria-kriteria lainnya.

Merupakan tipe evaluasi kebijakan yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program- program tertentu.

Tipe evaluasi kebijakan seperti ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut: apakah program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran atau pelayanan), dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-program lain? Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan evaluasi dan memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program, maka evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicaran sesuatu akan kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program.

Tipe evaluasi kebijakan sistematis

Evaluasi kebijakan sistematis melihat secara objektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.

Sumber : Budi Winarso dalam Buku Kebijakan Publik ( Teori, Prosesn dan Studi Kasus )

(23)

Model Evaluasi Kebijakan Publik

Menurut William Dunn

1. The Advisory Model, mengelompokkan para evaluator dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

• Tim bertugas menyajikan hasil evaluasi program yang positif, hasil dan dampak kebijakan yang efektif dan baik.

• Tim yang bertugas

mengevaluasi program negative, tidak efektif, gagal dan tidak tepat sasaran

2. The Transaction Model, memperlihatkan pengunaan metode studi kasus, bersifat naturalistic dan terdiri dari 2 jenis yaitu;

• Evaluasi responsive yang dilakukan melalui kegiatan- kegiatan infoemal,

berulang-ulang, agar program yang

direncanakan dapat digambarkan akurat

• Evaluasi Iluminatif untuk mengkaji program inovatif dalam rangka

mendeskripsikan dan menginterpretasikan

pelasanaan suatu program atau kebijakan

3. Good Free Model,

Model evaluasi ini bertujuan untuk mencari dampak

actual dari suatu kebijakan, bukan hanya sekedar

menentukan dampak.

Dalam upaya mencari dampak actual evaluator tidak perlu mengkaji secara luas, sehingga evaluator dalam posisi bebas memilih dan ada unsur obyektifitas.

Sumber :

Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Kon sep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia)

(24)

Model Evaluasi Kebijakan Publik

Model Lester dan Steward

Lester dan Steward mengkategorisasi evaluasi kebijakan menjadi empat tipe.

Adapun tipe atau model yang

dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi Proses. Evaluasi yang

berkaitan dengan proses implementasi kebijakan.

2. Evaluasi Dampak. Evaluasi yang berkaitan dengan hasil dan atau

pengaruh dari implementasi kebijakan.

3. Evaluasi Kebijakan. Evaluasi untuk menguji kesesuaian antara hasil kebijakan dengan tujuan yang ingin dicapai.

4. Meta Evaluasi. evaluasi terhadap

berbagai implementasi kebijakan yang ada, untuk menemukan kesamaan- kesamaan tertentu.

Sumber : Riant Nuegroho dalam buku Publik Policy

Model James Anderson

James Anderson (2011:276-278) membagi evaluasi (implementasi) kebijakan public menjadi tiga.

• Tipe pertama, evaluasi kebijakan public yang dipahami sebagai kegiatan fungsional yang selalu melekat pada setiap kebijakan public,

• kedua evaluasi yang memfokuskan pada bekerja kebijakan,

• ketiga evaluasi sistematis untuk mengukur kebijakan atau mengukur pencapaian disbanding target yang ditetapkan

(25)

2. Evaluasi jusdisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukuman dimana diimplementasikan termasuk di dalamnya kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi Negara, hingga hak asasi manusia.

3. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konsistuen politik terhadap kebijakan public yang

diimplementasikan.

Model Evaluasi Howlet dan Ramesh

Howlet dan Ramesh (1995)

mengkelompokan evaluasi menjadi tiga, yaitu:

1. Evaluasi administrative, yang berkenaan dengan evaluasi sisi administrasi-

anggaran, efisiensi, biaya- dari proses kebijakan di dalam pemerintah,

berkenaan dengan, yaitu berkenaan dengan:

a) Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang

dikembangkan oleh kebijakan

b) Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program yang dikembangkan oleh kebijakan

c) Eduquacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation, yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan d) Efficiency evaluation, yang menilai

biaya program, dan memberikan penilaian tentang kefektivan biaya tersebut

e) Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi untuk melaksanakan program

Sumber : Riant Nuegroho dalam buku Publik Policy

(26)

Daftar Pustaka

• William N. Dunn, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik

• Riant Nugroho D, 2003. Kebijakan Publik. Formulasi, Implementasi dan Evaluasi

• Mustopadidjadja, 2003

• Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus

• Said Zainal Abidin, 2016

• AG. Subarsono, 2021

• Eko Handoyo, 2012

• Budiman Rusli (2000)

• Yogi Suprayogi Sugandi (Administrasi Publik: Konsep dan

Perkembangan Ilmu di Indonesia)

Referensi

Dokumen terkait

Agenda setting yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan proses perubahan isu publik menjadi agenda kebijakan pemerintah melalui pertemuan tiga aliran

1. Penyusunan Agenda; Pada tahap awal pembuatan kebijakan, maka para pembuat kebijakan melakukan sejumlah perumusan masalah mengenai perlu atau tidaknya mengeluarkan