IDENTITAS NASIONAL
SUB BAHASAN IDENTITAS NASIONAL
I. Pengertian Identitas Nasional
II. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa
III. Proses Berbangsa dan Bernegara IV. Dinamika dan Tantangan Eksistensi
Identitas Nasional
I. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL
Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang
lain.
Sedangkan “Nasional” menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa; maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Jadi, “Identitas nasional” adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.
Konsep identitas Nasional: syarat dengan nilai-nilai politis untuk membedakan antara jati diri bangsa satu dengan yang lain
Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011:
66).
Identitas nasional adalah identitas yang melekat pada individu, suatu kelompok yang lebih besar dan diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya, adat istiadat, agama dan bahasa daerah atau berupa kesamaan secara non fisik seperti keinginan, harapan, cita- cita dan tujuan. (Hilmi and Pati 2015).
Menurut K.Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya”.
PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL
IDENTITAS NASIONAL
Memahami identitas suatu bangsa adalah dengan cara membandingkan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain dengan cara mencari sisi-sisi umum yang ada pada bangsa itu.
Pendekatan demikian dapat menghindarkan dari sikap kabalisme, yaitu penekanan yang terlampau berlebihan pada keunikan serta ekslusivitas yang esoterik (Tidak mudah dipahami khalayak sehingga pemahamannya terbatas pada kelompok kecil/tertentu), karena tidak ada suku bangsa pun di dunia ini yang mutlak berbeda dengan suku bangsa lain. (Darmaputra, 1988: 1).
Identitas nasional harus dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama agar memiliki pandangan yang sama dalam memaknai dan menentukan identitas nasional itu sendiri (Ridhuan 2019).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN IDENTITAS BANGSA
1. keadaan geografi, 2. ekologi,
3. demografi, 4. sejarah,
5. Kebudayaan
6. watak masyarakat. Keadaan alam/geografis sangat mempengaruhi watak masyarakat
IDENTITAS NASIONAL & NASIONALISME
Filsuf Prancis, Ernest Renan menyatakan nasionalisme merupakan kesadaran untuk bersatu tanpa paksaan yang dituntut oleh obsesi mewujudkan sebuah kepentingan kolektif yang dianggap luhur, yang pada akhirnya menciptakan sebuah identitas nasional atau identitas sebuah bangsa (Jati, 2017, h.9).
Identitas nasional berdasarkan budaya bersama, agama, sejarah,
bahasa, atau etnisitas. "Nation creates national identity", bangsa
menciptakan identitas nasional, hal tersebut yang membuat masyarakat
memiliki perasaan memiliki terhadap sebuah bangsa (n.n, 2016).
Firman Noor mendefinisikan nasionalisme sebagai rasa kebangsaan, atau
“kemauan untuk rela bersatu atas dasar dialektika sejarah dan kesamaan visi serta kepentingan masa depan di mana semangat kemanusiaan menjadi landasannya. Secara lebih spesifik dalam makna keindonesiaan hal itu dikaitkan dengan nilai-nilai persamaan, keadilan, dan demokrasi yang didampingkan dengan nilai-nilai ketuhanan dan persatuan” (Noor, 2007).
Beberapa pendekatan dalam mendefinisikan Nasionalisme:
❖Nasionalisme warga negara/sosial merupakan nasionalisme sebuah bangsa yang mendefinisikan diri mereka berdasarkan ikatan sosial dan kultur daripada persamaan asal-usul (Geertz, 1996, h.43).
❖Nasionalisme resmi/negara adalah nasionalisme terhadap negara, mencakup semua yang secara legal merupakan warga negara, terlepas dari etnisitas, identitas nasional dan kultur (Kellas, 1998, h.67). Nasionalisme ini dalam pengertian kepentingan
nasional, yaitu bagian dari identitas nasional, yang mampu memicu mobilisasi massa secara nasional untuk mempertahankan atau meningkatkannya (Bloom, 1990, h.83).
IDENTITAS NASIONAL & NASIONALISME
FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL
faktor penting dalam pembentukan identitas yaitu faktor primordial dan faktor kondisional.
1. Faktor primordial adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah
yang melekat pada bangsa tersebut, seperti geografi, ekologi dan demografi,
2. faktor kondisional adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas. Identitas nasional Indonesia diikat atas dasar kesamaan nasib karena sama-sama mengalami
penderitaan yang sama ketika dijajah. Kemajemukan diikat
oleh kehendak yang sama untuk meraih tujuan yang sama yaitu
kemerdekaan.
“Pancasila merupakan identitas nasional dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
Pancasila adalah leidstar (bintang pimpinan) yang dinamis, menggerakkan rakyat untuk berjuang, menuntun bangsa saat bergerak, memusatkan energi bangsa mewujudkan tujuan berbangsa (Karman, 2017).
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
Pancasila merangkum dua unsur identitas nasional yakni: Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat) dan konteks negara.
❖ Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia) cenderung mengacu pada kebudayaan atau karakter khas pola perilaku, pemikiran, kondisi fisik, legal, sosial, emosial, kesamaan tujuan bangsa yang ingin digapai (Billig, 1995, h.8)
❖ Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam sombol-simbol, yakni bahasa nasional, bendera, lagu kebangsaan, lambang negara gambar Garuda Pancasila dan lain-lain.
II. IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI KARAKTER BANGSA
Dengan memahami identitas bangsa diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa.
Memahami Identitas Nasional tidak dapat mengabaikan
pembahasan tentang keadaan masa lalu/sejarah dan masa
sekarang, antara idealitas dan realitas dan antara das Sollen
(kondisi yang diharapkan) dan das Seinnya (keadaan yang
nyata).
KARAKTER BANGSA
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassein atau kharax”, dalam bahasa Prancis “caractere” dalam bahasa Inggris “character.
Dalam arti luas karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan orang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 67).
Karakter bangsa dapat diartikan tabiat atau watak khas bangsa
Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
...KARAKTER BANGSA
Max Weber (dikutip Darmaputra, 1988: 3) cara yang terbaik untuk memahami suatu masyarakat adalah dengan memahami
tingkah laku anggotanya. memahami tingkah laku anggota adalah dengan memahami kebudayaan mereka yaitu sistem makna
mereka.
Manusia adalah makhluk yang selalu mencari makna terus menerus atas semua tindakannya. Makna selalu menjadi orientasi tindakan manusia baik disadari atau tidak. Manusia juga mencari dan
berusaha menjelaskan ‘logika’ dari tingkah laku sosial masyarakat
tertentu melalui kebudayaan mereka sendiri.
KARAKTER KHAS BANGSA INDONESIA
1. keramahan dan sopan santun.
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris.
3. Sistem kemasyarakatan secara umum di sebagian besar suku-suku di Indonesia adalah sistem Gemmeinschaaft (paguyuban/masyarakat sosial/bersama). Sistem kekerabatan dimana masyarakat mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan kelompoknya etnisnya.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, humanis, menyukai persatuan/kekeluargaan, suka bermusyawarah dan lebih mementingkan
kepentingan bersama.”
III. PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA
Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun
lewat proses panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan.
Kepribadian, jati diri serta identitas nasional Indonesia dapat dilacak dari sejarah terbentuknya bangsa Indonesia dari zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya serta kerajaan-kerajaan lain sebelum kolonialisme dan imperialisme masuk ke Indonesia.
Indonesia adalah negara yang terdiri atas banyak pulau, suku, agama, budaya maupun bahasa, sehingga diperlukan satu
pengikat untuk menyatukan keragaman tersebut. Nasionalisme
menjadi syarat mutlak bagi pembentukan identitas bangsa
1. PERISTIWA PROSES BERBANGSA
Proses berbangsa tidak lepas dari peristiwa sejarah masa lalu.
Sejarah membuat seseorang hati-hati dan bijaksana, lebih berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang dilakukan pada masa lalu. Menjadi lebih bijaksana karena mampu membuat perencanaan ke depan dengan seksama.
Memahami adanya perjalanan panjang sebelum keberadaan kita sekarang dan mengerti sebenarnya siapa kita sebenarnya, siapa nenek moyang kita, bagaimana karakter mereka, apa yang mereka cita-citakan selama ini
Peristiwa penjajahan yang terjadi berabad-abad hendaknya menjadi pemicu untuk mengejar ketertinggalan dan berusaha lebih maju dari negara yang dulu pernah menjajah bangsa kita.
PROSES BERBANGSA DALAM BINGKAI SEJARAH:
a. Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan berhuruf
Pallawa, bertuliskan “marvuat vanua Sriwijaya siddhayatra subhiksa (membentuk negara Sriwijaya yang jaya, adil, makmur, sejahtera dan sentosa). merupakan kerajaan maritim yang memiliki kekuatan laut yang handal dan disegani pada zamannya.
b. Kerajaan Majapahit (1293-1525). Kalau Sriwijaya sistem pemerintahnnya dikenal dengan sistem ke-datu-an, maka Majapahit dikenal dengan sistem keprabuan Majapahit mencapai keemasan pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gadjah Mada yang tekenal dengan sumpah Palapa c. Berdirinya organisasi massa bernama Budi Utomo oleh Sutomo pada tanggal 20
Mei 1908
d. Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda pelopor persatuan bangsa Indonesia dalam Kongres Pemuda di Jakarta pada 28 Oktober 1928
2. PERISTIWA PROSES BERNEGARA
Proses bernegara merupakan kehendak untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengandung upaya memiliki kemerdekaan untuk mengatur negaranya sendiri secara berdaulat tidak di bawah cengkeraman dan kendali bangsa lain. Dua
peristiwa penting dalam proses bernegara adalah sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan penetapan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Peristiwa ini merupakan momentum yang paling penting dan bersejarah karena merupakan titik balik dari negara yang terjajah menjadi negara yang merdeka.
Indonesia terdiri atas kerajaan-kerajaan yang sudah establish memiliki wilayah dan rajanya masing-masing dan bersedia dipersatukan dengan sistem pemerintahan baru yang modern yaitu demokrasi presidensial.
Dalam konteks ini Soekarno pernah mengatakan:
“Saja berkata dengan penuh hormat kepada kita punja radja-radja dahulu, saja berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung
Hanjokrosusumo, bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat.
Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Padjajaran, saja berkata, bahwa keradjaannja bukan nationale staat, Dengan perasaan
hormat kepada Prabu Sultan Agung Tirtajasa, saja berkata, bahwa
keradjaannja di Banten, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoeddin di Sulawesi, jang telah
membentuk keradjaan Bugis, saja berkata, bahwa tanah Bugis jang merdeka itu bukan nationale staat”. (Dewan Pertimbangan Agung di kutip Darmaputra,
1988: 5)
Dari sejarah tersebut mengindikasikan ada hal yang sangat kuat yang mampu menyatukan beragam otoritas. Weber sebagaimana tersebut di atas, menyebutkan bahwa kesatuan sistem makna juga menjadi salah satu faktor pemersatu. Sistem makna cenderung bersifat
langgeng dan tetap meskipun pola perilaku dapat berbeda atau berubah.
Sistem makna yang membangun identitas Indonesia adalah nilai-nilai dasar ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan adalah realitas yang hidup di Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pancasila.
Pancasila sebagai Sistem makna yang membangun identitas Indonesia
dan sebagai sistem nilai-nilai berlaku di Indonesia, sehingga dapat
pula dikatakan bahwa Pancasila adalah karakter bangsa (Kaelan,
2007: 52).
Tiga masalah pokok negara Indonesia dalam mempertahankan identitas nasional:
1. nation-building: masalah yang berhubungan dengan warsian masa lalu, bagaimana masyarakat yang
beragam berusaha membangun kesatuan bersama 2. stabilitas politik: masalah yang terkait dengan
realitas saat ini yaitu ancaman disintegrasi.
3. pembangunan ekonomi: masalah yang terkait dengan masa depan yaitu (dalam konteks Indonesia)
masyarakat adil dan makmur (Darmaputra, 1988: 5).
IV. DINAMIKA DAN TANTANGAN EKSISTENSI IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional tidak bersifat statis namun dinamis. Selalu ada kekuatan tarik menarik antara etnisitas dan globalitas
1. Etnisitas memiliki watak statis, mempertahankan apa yang sudah ada secara turun temurun, selalu ada upaya fundamentalisasi dan purifikasi---kekhawatiran identitas yang sudah dibangun oleh para pendahulu tercerabut dan hilang
2. Globalitas memiliki watak dinamis, selalu berubah dan membongkar hal-hal yang mapan.
Sikap kritis dan evaluatif diperlukan dalam menghadapi dua
kekuatan itu. Melalui proses dialog dan dialektika diharapkan akan
mengkonstruk ciri yang khas bagi identitas nasional.
TANTANGAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1. LUNTURNYA NILAI-NILAI LUHUR DALAM PRAKTIK KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA ((contoh: rendahnya semangat gotong royong, kepatuhan hukum, kepatuhan membayar pajak, kesantunan, kepedulian, dan lain-lain)
2. NILAI-NILAI PANCASILA BELUM MENJADI ACUAN SIKAP DAN PERILAKU SEHARI HARI (perilaku jalan pintas, tindakan serba instan, menyontek, plagiat, tidak disiplin, tidak jujur, malas, kebiasaan merokok di tempat umum, buang sampah sembarangan, dan lain lain) 3. RASA NASIONALISME DAN PATRIOTISME YANG LUNTUR DAN MEMUDAR (LEBIH
MENGHARGAI DAN MENCINTAI BANGSA ASING (lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga dengan prestasi bangsa sendiri, lebih bangga menggunakan produk asing daripada produk bangsa sendiri, dll)
4. MENYUKAI SIMBOL-SIMBOL ASING DARIPADA LAMBANG/SIMBOL BANGSA SENDIRI.
(Lebih bangga menggunakan bendera asing dari pada bendera merah putih, lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia).
IDENTITAS NASIONAL DALAM TANTANGAN GLOBALISASI
Identitas nasional merupakan konsep yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.
Dalam mengatasi tantangan yang di timbulkan oleh globalisasi terhadap identitas nasional masyarakat dapat melakukan sebuah upaya:
❖menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila pada kehidupan sehari-hari, pelestarian budaya, menanamkan sikap rasa cinta tanah air dan pengembangan nasionalisme, bela negara, mengutamakan sikap persatuan dan kesatuan, meningkatkan mutu Pendidikan dan memanfaatkan situs jejaring sosial dengan baik
TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS
NASIONAL
POLITIK IDENTITAS
Politik identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang ditandai dengan kebangkitan kelompok-kelompok identitas sebagai tanggapan untuk represi yang memarjinalisasikan mereka di masa lalu. Identitas berubah menjadi politik identitas ketika menjadi basis perjuangan aspirasi kelompok (Bagir, 2011: 18).
Politik identitas dimaknai sebagai strategi politik yang memfokuskan pada pembedaan dan pemanfaatan ikatan primordial sebagai kategori utama.
(lipi.go.id)
Politik identitas merupakan alat politik kelompok tertentu untuk mencapai suatu tujuan, misal sebagai alat untuk menujukkan jati diri suatu kelompok tersebut
...POLITIK IDENTITAS
Identitas bukan hanya persoalan sosio-psikologis namun juga politis, atau
politisasi atas identitas. Identitas yang dalam konteks kebangsaan seharusnya digunakan untuk merangkum kebinekaan bangsa ini, namun justru mulai
tampak penggunaan identitas-identitas sektarian baik dalam agama, suku, daerah dan lain-lain.
...POLITIK IDENTITAS
Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif.
Bersifat positif berarti menjadi dorongan untuk mengakui dan
mengakomodasi adanya perbedaan, bahkan sampai pada tingkat mengakui predikat keistimewaan suatu daerah terhadap daerah lain karena alasan yang dapat dipahami secara historis dan logis.
Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi antar kelompok satu dengan yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas. masing-masing ingin
menunjukkan identitasnya, sehingga tampak kesan ada ‘perang’ identitas.
▪Pancasila sebagai ideologi terbuka, memiliki risiko tafsiran yang dinamis, akibatnya akan menjadi multitafsir, dan riskan ditafsirkan menurut keinginan dan kepentingan kelompok tertentu. Perubahan tafsiran terhadap nilai-nilai Pancasila tentu akan mengubah identitas nasional dan nasionalisme.
Azyumardi Azra Tilaar 2007 menyatakan bahwa saat ini Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan masyarakat Indonesia karena:
❖Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik, adanya liberalisme politik, lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah (Undang Undang No 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah berdampak positif dan negatif Dampak negatifnya antara lain munculnya nilai nilai primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa kedaerahan yang sempit)
▪Nilai-nilai Pancasila harus menjadi prinsip pemersatu bangsa. Keragaman harus menjadi alat harmonisasi bangsa, menjadi dasar bagi identitas kolektif yang melahirkan nasionalisme kultural, dan bukan sekadar nasionalisme politis.
...POLITIK IDENTITAS
Perlu dibangun jembatan-jembatan relasi yang menghubungkan keragaman sebagai upaya membangun konsep kesatuan dalam keragaman. Kelahiran Pancasila diniatkan untuk itu yaitu sebagai alat pemersatu. Keragaman adalah
mozaik yang mempercantik gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan.
Idealnya dalam suatu negara-bangsa, semua identitas dari kelompok yang berbeda-beda itu dilampaui, idealitas terpenting adalah identitas nasional
(Bagir, 2011: 18).
...POLITIK IDENTITAS