• Tidak ada hasil yang ditemukan

688211519 SNI 9184 2023 Pelayanan Kesehatan Hewan RSH KH PDHM

N/A
N/A
Rahma Illahi

Academic year: 2025

Membagikan "688211519 SNI 9184 2023 Pelayanan Kesehatan Hewan RSH KH PDHM"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 417/KEP/BSN/9/2023

TENTANG

PENETAPAN SNI 9184:2023 PELAYANAN KESEHATAN HEWAN – RUMAH SAKIT HEWAN, KLINIK HEWAN, DAN PRAKTIK DOKTER HEWAN

MANDIRI

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, masyarakat lainnya, mengembangkan tumbuhnya persaingan yang sehat, keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia yang disusun oleh Komite Teknis perlu ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia;

b. bahwa Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah dikonsensuskan dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Keputusan Kepala Badan

Standardisasi Nasional tentang Penetapan SNI

9184:2023 Pelayanan kesehatan hewan – Rumah

sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter

hewan mandiri;

(2)

D:\2023\Etc 2023\SK_AKH_08_2023_new_SNI_9184_2023_OKPH DirOK (1)_Theista_paraf_ok.docx

- 2 -

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6225);

3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 10);

4. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 12 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Cara Penomoran Standar Nasional Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1762);

Memperhatikan : Surat Kepala Pusat Standardisasi Instrumen

Peternakan dan Kesehatan Hewan, Badan

Standardisasi Instrumen Pertanian, Kementerian

Pertanian, Nomor: S-651.1/TU.020/H.5/08/2023

tanggal 31 Agustus 2023 Hal Penyerahan RSNI 3

Pelayanan Kesehatan Hewan – Rumah Sakit Hewan,

Klinik Hewan, dan Praktik Dokter Hewan Mandiri;

(3)

D:\2023\Etc 2023\SK_AKH_08_2023_new_SNI_9184_2023_OKPH DirOK (1)_Theista_paraf_ok.docx

- 3 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG PENETAPAN SNI 9184:2023 PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

– RUMAH SAKIT

HEWAN, KLINIK HEWAN, DAN PRAKTIK DOKTER HEWAN MANDIRI.

KESATU : Menetapkan Penetapan SNI 9184:2023 Pelayanan kesehatan hewan – Rumah sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri.

KEDUA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 18 September 2023

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

KUKUH S. ACHMAD

(4)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” Standar Nasional Indonesia

ICS 11.220

Pelayanan kesehatan hewan – Rumah sakit hewan,

klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri

(5)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis BSN

BSN

Email: [email protected] www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta

(6)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 i

Daftar isi

Daftar isi ... i

Prakata ... ii

1 Ruang lingkup ... 1

2 Istilah dan definisi ... 1

3 Jenis dan kategori ... 3

3.1 Jenis ... 3

3.2 Kategori unit pelayanan kesehatan hewan ... 3

4 Persyaratan umum ... 3

4.1 Dokumen legalitas ... 5

4.2 Keselamatan dan kesehatan umum ... 5

4.3 Organisasi ... 5

4.4 Pengendalian dokumen ... 6

4.5 Keluhan, investigasi dan tindak lanjut ... 6

4.6 Pengendalian dan hasil pelayanan kesehatan hewan yang tidak sesuai ... 7

4.7 Tindakan korektif dan pencegahan ... 7

4.8 Audit internal ... 7

4.9 Tinjauan manajemen... 8

5 Persyaratan khusus ... 8

5.1 Lokasi dan bangunan ... 8

5.2 Kebersihan dan kesehatan ... 9

5.3 Fasilitas, peralatan, perlengkapan dan instalasi farmasi unit pelayanan kesehatan hewan ... 9

5.4 Personel... 15

5.5 Pelayanan pasien ... 15

5.6 Rujukan ... 16

5.7 Pemeriksaan klinis dan penunjang ... 16

5.8 Laporan dan evaluasi kinerja pelayanan kesehatan hewan ... 17

Bibliografi ... 18

Tabel 1 – Persyaratan umum unit pelayanan kesehatan hewan ... 3

Tabel 2 – Fasilitas layanan ... 10

Tabel 3 – Peralatan ... 12

Tabel 4 – Sarana perlengkapan ... 13

Tabel 5 – Instalasi farmasi dan/atau tempat obat-obatan ... 14

(7)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 ii

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor SNI 9184:2023, Pelayanan kesehatan hewan – Rumah sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri, yang dalam bahasa Inggris berjudul Animal health services – Veterinary hospitals, veterinary clinics, and private veterinary practices merupakan standar baru yang disusun dengan jalur pengembangan sendiri dan ditetapkan oleh BSN Tahun 2023. Standar ini digunakan sebagai acuan dalam menetapkan persyaratan pelayanan rumah sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri.

Standar ini disusun oleh Komite Teknis 11-16, Kesehatan Hewan. Standar ini telah dibahas

melalui rapat teknis dan disepakati dalam rapat konsensus secara hybrid pada tanggal 30 Agustus 2023 di Bekasi. Konsensus ini dihadiri pula oleh para pemangku kepentingan

(stakeholders) terkait, yaitu perwakilan dari pelaku usaha, konsumen, pakar dan pemerintah.

Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada 2 September 2023 sampai dengan 16 September 2023, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan dari beberapa unsur dari dokumen Standar ini dapat berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau keseluruhan hak paten yang ada.

(8)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 1 dari 18

Pelayanan kesehatan hewan – Rumah sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan pelayanan rumah sakit hewan, klinik hewan, dan praktik dokter hewan mandiri.

Standar ini juga dapat digunakan oleh unit pelayanan kesehatan hewan dalam mengembangkan sistem manajemen rumah sakit hewan, klinik hewan dan praktik dokter hewan mandiri.

2 Istilah dan definisi

Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini berlaku.

2.1 dokter hewan

orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan

2.2 tenaga medik veteriner

dokter hewan dan dokter hewan spesialis yang menyelenggarakan kegiatan di bidang kesehatan hewan

2.3 tenaga kesehatan hewan

orang yang menjalankan aktivitas di bidang kesehatan hewan berdasarkan kompetensi dan kewenangan medik veteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan hewan bersertifikat

2.4 unit pelayanan kesehatan hewan

tempat pelayanan kesehatan hewan berupa rumah sakit hewan, klinik hewan, atau praktik dokter hewan mandiri

2.5 rumah sakit hewan

unit pelayanan kesehatan hewan yang dikelola oleh suatu manajemen yang salah satunya memiliki dokter hewan sebagai penanggung jawab layanan medik, dan memiliki fasilitas tertentu untuk pengamatan hewan yang mendapat gangguan kesehatan, pelayanan gawat darurat, laboratorium, rawat inap, unit penanganan intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima jasa layanan medik veteriner yang bersifat rujukan

2.6 klinik hewan

unit pelayanan kesehatan hewan yang memiliki dokter hewan sebagai penanggung jawab layanan medik, dan fasilitas untuk penanganan hewan

(9)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 2 dari 18

2.7 praktik dokter hewan mandiri

unit pelayanan kesehatan hewan yang dikelola oleh satu dokter hewan yang mempertanggungjawabkan semua tindakannya secara individual

2.8 kesehatan hewan

segala urusan yang berkaitan dengan penyakit hewan, kesejahteraan hewan, perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat dan lingkungan, serta penjaminan keamanan produk asal hewan, untuk mendukung peningkatan status kesehatan hewan dan mendukung kedaulatan, kemandirian, serta ketahanan pangan asal hewan

2.9 pasien

hewan yang memerlukan pelayanan kesehatan dan didaftarkan di unit pelayanan kesehatan hewan

2.10 klien

pemilik pasien pengguna jasa pelayanan kesehatan hewan atau seseorang yang diberi kuasa oleh pemilik pasien

2.11 spesimen

bagian dari tubuh pasien yang diambil untuk pengujian antara lain jaringan, darah lengkap, serum, urin, feses, leleran, dan/atau usap

2.12

tindakan medik

tindakan yang dilakukan oleh dokter hewan terhadap pasien meliputi preventif, diagnostik, terapeutik, dan/atau rehabilitatif

2.12

transaksi terapeutik

perjanjian antara dokter hewan dengan klien yang memberikan kewenangan kepada dokter hewan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien berdasarkan keahlian dan keterampilannya.

2.13

tindakan transaksi terapeutik

tindakan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan pelayanan medik reproduksi 2.14

gawat darurat

keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medik segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan

2.15

kode etik dokter hewan

perjanjian yang mengikat setiap dokter hewan untuk mematuhi norma-norma dan nilai-nilai yang baik dan buruk, salah dan benar yang disepakati secara nasional dan berlaku bagi korps profesi dokter hewan di Indonesia, harus dihayati dan diimplementasikan secara bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan profesinya

(10)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 3 dari 18

2.16

kesejahteraan hewan

segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia

2.17

ambulatori

pelayanan kesehatan hewan yang bersifat bergerak yang melayani di luar lokasi unit pelayanan kesehatan hewan

2.18 zoonosis

penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya

3 Jenis dan kategori 3.1 Jenis

Jenis pelayanan kesehatan hewan di dalam standar ini terbagi menjadi 3 (tiga):

1) pemberian diagnosis dan prognosis penyakit hewan;

2) tindakan transaksi terapeutik;

3) konsultasi kesehatan hewan dan pendidikan klien dan/atau masyarakat mengenai kesehatan hewan dan lingkungan.

3.2 Kategori unit pelayanan kesehatan hewan

Kategori unit pelayanan kesehatan hewan dalam standar ini terdiri dari:

1) rumah sakit hewan;

2) klinik hewan;

3) praktik dokter hewan mandiri.

4 Persyaratan umum

Persyaratan umum unit pelayanan kesehatan hewan dapat dilihat pada Tabel 1, yang merinci persyaratan sarana dan prasarana umum; sarana dan prasarana layanan teknis; kualifikasi dan kompetensi personel; dokter hewan praktik sebagai penanggung jawab dan empat persyaratan umum lainnya.

Tabel 1 – Persyaratan umum unit pelayanan kesehatan hewan

No. Kriteria RSH KH PDHM

1. Sarana dan prasarana umum;

a. sumber air bersih, √ opsional opsional

b. sistem drainase, √ √ opsional

c. sistem penanganan limbah, √ opsional opsional d. sistem keamanan untuk

menjamin kesehatan manusia, hewan dan lingkungan,

√ opsional opsional

e. sumber energi utama dan

cadangan (genset), √ opsional opsional f. alat pemadam kebakaran. √ √ opsional

(11)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 4 dari 18

Tabel 1 – Lanjutan (2 dari 3)

No. Kriteria RSH KH PDHM

2.

Sarana dan prasarana layanan teknis

a. peralatan untuk mengendalikan

hewan √ √ √

b. peralatan untuk pemeriksaan

secara klinik √ √ √

c. peralatan penunjang diagnosa

laboratorium √ √ opsional

d. peralatan pengobatan dan

penyimpanan obat √ √ √

e. peralatan untuk administrasi

kantor dan rekam medis, √ √ √

f. peralatan untuk keselamatan

petugas √ √ √

g. peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan

hewan √ √ √

3.

Kualifikasi dan kompetensi personel

a. jelas kompetensi dan kedudukannya pada unit

pelayanan kesehatan hewan √ √ √

b. mengetahui haknya dan melaksanakan kewajibannya dalam pelayanan kesehatan hewan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan hewan nasional

√ √ √

c. bersedia bekerjasama berdasarkan hubungan etika

keprofesionalan dengan sesama kolega lainnya dalam mengembangkan ciri profesi

belajar berkelanjutan, mewujudkan pelayanan prima

kesehatan hewan serta berpartisipasi aktif dalam pembinaan praktik kedokteran hewan.

√ √ √

4.

Memiliki dokter hewan praktik sebagai penanggung jawab.

a. memegang teguh kaidah-

kaidah keprofesionalan kedokteran hewan, serta sumpah dan kode etik dokter hewan

√ √ √

b. turut bela negara dalam bidang kesehatan hewan dengan

berpartisipasi dalam pelaksanaan sistem kesehatan

hewan nasional (siskeswanas);

√ √ √

5.

Menggunakan obat hewan yang terdaftar dalam pelayanan medik veteriner kecuali yang diberikan izin khusus dari instansi yang berwenang

√ √ √

6. Sistem layanan rujukan √ √ √

(12)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 5 dari 18

Tabel 1 – Lanjutan (3 dari 3)

No. Kriteria RSH KH PDHM

7. Penerbitan surat keterangan dokter hewan

sesuai kepentingan pasien dan klien √ √ √

8. Ruangan untuk menangani pasien harus mudah didisinfeksi dan memenuhi prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja (K3) √ √ √

9. Fasilitas dan perlakuan dalam menangani hewan harus menerapkan prinsip-prinsip

kesejahteraan hewan √ √ √

Keterangan:

RSH : Rumah Sakit Hewan KH : Klinik Hewan

PDHM : Praktik Dokter Hewan Mandiri

: persyaratan minimal yang harus dipenuhi opsional : apabila ada menjadi nilai tambah

4.1 Dokumen legalitas

Setiap unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki dokumen legalitas terkait bangunan, kelayakan, dan rancang bangunan serta izin operasional unit pelayanan kesehatan hewan dari instansi/lembaga yang berwenang dan/atau ketetapan unit induk organisasi.

4.2 Keselamatan dan kesehatan umum

4.2.1 Unit pelayanan kesehatan hewan mengidentifikasi dan mengelola risiko serta menerapkan prinsip-prinsip dan upaya untuk melindungi pekerja, klien dan pasien dari potensi bahaya langsung dan untuk mengatasi implikasi dari kejadian kecelakaan di tempat pelayanan dan sekitar unit pelayanan untuk menjamin keselamatan umum.

4.2.2 Unit pelayanan kesehatan hewan mengutamakan tindakan preventif dan proaktif dalam mengelola sumber risiko untuk melindungi pekerja, klien, pasien, dan masyarakat dari bahaya kecelakaan fisik, biologik, kimia, serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

4.2.3 Unit pelayanan kesehatan hewan melaksanakan tindakan preventif dan proaktif serta menyiapkan penanganan keadaan darurat terhadap kemungkinan kejadian baik di lokasi pelayanan dan sekitar unit pelayanan kesehatan hewan.

4.3 Organisasi

4.3.1 Setiap unit pelayanan kesehatan hewan harus mendokumentasikan struktur organisasi yang menggambarkan pola hubungan, peranan dan tanggung jawab serta kewenangan.

4.3.2 Unit pelayanan kesehatan hewan dapat merupakan bagian dari suatu induk organisasi resmi.

4.3.3 Dalam melaksanakan operasional pelayanan baik di lokasi induk maupun di luar lokasi induk pelayanan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kategori pelayanan kesehatan hewan.

(13)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 6 dari 18

4.4 Pengendalian dokumen

Setiap unit pelayanan kesehatan hewan harus mendokumentasikan dengan baik data dan informasi penting terkait pasien, klien dan proses pelayanan sehingga mudah diakses dan ditelusuri.

4.4.1 Umum

4.4.1.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus menetapkan dokumen petunjuk teknis dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pengumpulan, pengindeksan, akses, penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan dokumen petunjuk teknis. Dokumen harus mencakup laporan dari audit internal dan tinjauan manajemen, serta dokumen tindakan korektif dan pencegahan.

4.4.1.2 Dokumen harus dapat dibaca dan harus disimpan di tempat yang aman untuk mencegah kehilangan dan mudah diperoleh kembali dalam ruangan yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau penurunan kualitas. Jangka waktu penyimpanan dokumen harus ditetapkan.

CATATAN Dokumen dapat berupa berbagai jenis media, seperti hard copy atau media elektronik.

4.4.1.3 Dokumen harus disimpan dengan aman dan untuk dokumen yang berstatus rahasia disimpan oleh personel yang ditunjuk/ditetapkan.

4.4.1.4 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki prosedur untuk melindungi data dan informasi yang disimpan secara elektronik untuk mencegah akses yang tidak sah.

4.4.2 Teknis

4.4.2.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus menyimpan data dan informasi teknis untuk jangka waktu tertentu meliputi pengamatan asli, data turunan, catatan kalibrasi, catatan staf, salinan setiap laporan pelayanan kesehatan hewan yang diterbitkan dan informasi lain yang diperlukan untuk melakukan pengulangan kegiatan. Dokumen untuk setiap pelayanan kesehatan hewan harus berisi informasi yang cukup untuk memfasilitasi identifikasi faktor- faktor yang memengaruhi kualitas hasil pelayanan kesehatan hewan agar dapat melakukan pengulangan pelayanan kesehatan hewan (apabila diperlukan) dengan kondisi yang mendekati aslinya. Dokumen harus disertai identitas personel pelaksana.

4.4.2.2 Pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data harus dicatat dengan jelas dan aman sehingga dapat diidentifikasi untuk pelayanan kesehatan hewan.

4.4.2.3 Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan, setiap kesalahan harus dicoret namun tetap terbaca dan catatan yang benar dicantumkan di sampingnya. Semua perubahan catatan tersebut harus diberi tanggal, ditandatangani atau diparaf oleh orang yang melakukan koreksi.

Dalam hal data yang dikumpulkan dan disimpan secara elektronik, tindakan serupa harus diambil untuk menghindari kehilangan atau perubahan data asli.

4.5 Keluhan, investigasi dan tindak lanjut

Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk penyelesaian keluhan klien atau pihak lain. Keluhan dan investigasi serta tindak lanjut yang diambil oleh unit pelayanan kesehatan hewan harus dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.

(14)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 7 dari 18

4.6 Pengendalian dan hasil pelayanan kesehatan hewan yang tidak sesuai

4.6.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memastikan pelayanan kesehatan hewan yang tidak sesuai ketentuan terdeteksi secara cepat dan segera diperbaiki.

4.6.2 Unit pelayanan kesehatan hewan harus menginformasikan kepada klien jika teridentifikasi hasil pelayanan kesehatan hewan meragukan atau salah. Unit pelayanan kesehatan hewan harus menetapkan siapa yang berwenang untuk menarik, menahan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan, menerapkan tindakan korektif dan mengizinkan dimulainya kembali pelayanan.

4.6.3 Unit pelayanan kesehatan hewan harus menetapkan rencana dan tindakan korektif yang sesuai, dan segera dilaksanakan ketika teridentifikasi adanya masalah serius atau risiko tinggi terhadap kualitas hasil pelayanan kesehatan hewan.

4.7 Tindakan korektif dan pencegahan

4.7.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk menerapkan tindakan korektif ketika pekerjaan yang tidak sesuai atau penyimpangan dari kebijakan dan prosedur dalam sistem manajemen telah diidentifikasi. Kebijakan dan prosedur harus memastikan:

a. penunjukan otoritas yang tepat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tindakan korektif;

b. prosedur investigasi diterapkan untuk menentukan akar penyebab masalah;

c. dilakukan identifikasi dan mengimplementasi tindakan korektif yang sesuai;

d. dokumentasi dari setiap perubahan yang diperlukan untuk prosedur operasional;

e. setelah diterapkan, tindakan korektif dipantau untuk memastikan efektivitas dalam mengatasi masalah.

CATATAN Audit internal khusus hanya perlu dimulai ketika masalah serius atau risiko terhadap kualitas hasil pelayanan kesehatan hewan atau yang menjadi subjek tindakan korektif.

4.7.2 Unit pelayanan kesehatan hewan harus mengidentifikasi potensi sumber ketidaksesuaian dan potensi kebutuhan untuk perbaikan, baik secara teknis maupun dengan sistem manajemen. Prosedur tindakan pencegahan harus mencakup:

a. identifikasi dan evaluasi potensi ketidaksesuaian atau penyimpangan;

b. pengembangan dan implementasi rencana aksi, termasuk pengendalian yang sesuai; dan c. pemantauan efektivitas mengurangi ketidaksesuaian atau dalam menangani kebutuhan

khusus untuk perbaikan.

CATATAN Tindakan pencegahan adalah proses proaktif. Identifikasi bidang teknis tertentu yang memerlukan tindakan pencegahan sering kali melibatkan pemantauan dan tinjauan berkelanjutan terhadap validitas metode pemeriksaan untuk kepentingan kesehatan hewan dan kompetensi unit pelayanan kesehatan hewan.

4.8 Audit internal

4.8.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus melakukan audit internal terhadap kegiatannya secara berkala dan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang telah ditentukan, untuk memverifikasi implementasi operasionalnya agar selalu memenuhi persyaratan sistem manajemen. Program audit internal harus menangani semua elemen sistem manajemen termasuk kegiatan pelayanan kesehatan hewan. Manajer mutu bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengatur jadwal audit sesuai ketetapan manajemen. Audit dilakukan oleh personel yang terlatih dan berkualifikasi, independen dari kegiatan yang akan diaudit. Personel tidak boleh mengaudit aktivitas mereka sendiri, kecuali dapat dibuktikan bahwa audit yang

(15)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 8 dari 18

efektif dapat dilakukan pada kondisi tertentu yang tidak memungkinkan dilakukan oleh auditor internal lain.

4.8.2 Ketika pada hasil audit terdapat temuan tentang keraguan keefektifan operasional atau kualitas hasil pelayanan kesehatan hewan, unit pelayanan kesehatan hewan harus mengambil tindakan korektif yang tepat waktu dan efektif dengan tindakan pencegahan yang sesuai, serta harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada klien bahwa dari hasil penyelidikan menunjukkan ada dampak terhadap hasil pelayanan kesehatan hewan.

4.8.3 Area kegiatan yang diaudit, temuan audit dan tindakan korektif yang timbul harus dicatat. Manajemen unit pelayanan kesehatan hewan harus memastikan bahwa tindakan korektif ini dilakukan dalam jangka waktu yang wajar dan disepakati.

4.9 Tinjauan manajemen

Kegiatan pelayanan kesehatan hewan harus ditinjau setidaknya 1 (satu) kali dalam setahun.

4.9.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki prosedur untuk melakukan tinjauan manajemen. Tinjauan harus mempertimbangkan:

a. kesesuaian kebijakan dan prosedur;

b. laporan dari personel manajerial dan pengawas;

c. laporan audit internal terbaru;

d. seluruh tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah dilakukan;

e. penilaian oleh pihak eksternal;

f. perubahan volume dan jenis pekerjaan;

g. umpan balik klien;

h. pengaduan; dan

i. faktor lain yang relevan, seperti kegiatan pengendalian mutu, sumber daya dan pelatihan staf.

4.9.2 Temuan dari tinjauan manajemen dan tindakan yang muncul dari tinjauan tersebut harus tercatat. Manajemen harus memastikan tindakan tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang tepat dan disepakati.

4.9.3 Tinjauan dan kegiatan selanjutnya harus memastikan kesesuaian dan efektivitas berkelanjutan dari sistem manajemen dan harus memastikan pengenalan perubahan dan peningkatan yang diperlukan untuk aktivitas pengendalian kualitas, sumber daya dan pelatihan staf.

5 Persyaratan khusus 5.1 Lokasi dan bangunan 5.1.1 Lokasi

5.1.1.1 Lokasi harus berada pada lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/kota setempat, dan sesuai untuk fungsi pelayanan kesehatan hewan.

5.1.1.2 Lahan harus memiliki batas yang jelas dan dilengkapi akses/pintu yang terpisah dengan bangunan yang memiliki fungsi berbeda sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(16)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 9 dari 18

5.1.2 Bangunan

Bangunan permanen yang memiliki ruangan yang dipisahkan dengan area atau ruangan lain sebagai fungsi pelayanan kesehatan hewan dan dapat menjamin keamanan, tindakan pengendalian yang tepat, serta memiliki batas yang jelas antara fasilitas peralatan dan staf.

5.2 Kebersihan dan kesehatan

Unit pelayanan kesehatan hewan harus menerapkan prinsip-prinsip kebersihan dan kesehatan yaitu bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, bau, serta mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi silang. Pengawasan terhadap penanganan yang bersifat zoonotik dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga profesional terkait (dokter, dokter hewan, dan/atau perawat).

5.3 Fasilitas, peralatan, perlengkapan dan instalasi farmasi unit pelayanan kesehatan hewan

Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki ruangan sesuai fungsi pelayanan dengan memperhatikan antara lain ukuran, luas, kapasitas, suhu, dan ventilasi, untuk pemeriksaan, diagnosa, penanganan penyakit, dan/atau rawat inap.

5.3.1 Fasilitas

Fasilitas disesuaikan dengan kategori unit pelayanan kesehatan hewan sesuai uraian yang tercantum pada Tabel 2.

1. Papan nama

Papan nama sekurang kurangnya mencantumkan jenis unit pelayanan kesehatan hewan, alamat, nomor surat ijin operasional untuk rumah sakit hewan dan klinik hewan/nomor surat ijin praktik untuk praktik dokter hewan mandiri disertai masa berlaku dengan ukuran sesuai ketentuan.

2. Ruang administrasi 3. Ruang tunggu

Area tunggu dengan ukuran dan desain serta kapasitas tempat duduk yang sesuai serta dilengkapi pencahayaan minimal 100 lux.

4. Ruang praktik

Merupakan ruangan terpisah dengan penerangan yang memadai dan sesuai persyaratan untuk melaksanakan pemeriksaan pasien yang dilengkapi dengan:

a. meja pemeriksaan yang mudah dibersihkan dan didisinfeksi;

b. wastafel yang dilengkapi dengan air mengalir; dan

c. instrumen dan/ atau perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan klinis.

5. Ruang gawat darurat

Area atau ruangan untuk penanganan awal bagi pasien yang memerlukan pelayanan tindakan gawat darurat.

6. Ruang observasi/rawat inap

Ruangan yang digunakan untuk rawat inap pasien yang dilengkapi dengan kandang dan peralatan penunjang lainnya.

7. Ruang isolasi

a. area yang terpisah dari seluruh area lain yang berfungsi untuk mengisolasi hewan yang diduga menderita penyakit menular tertentu untuk mencegah penyebaran penyakit ke area lain;

b. memiliki rencana pengendalian infeksi berdasarkan biosekuriti personal dan lingkungan; dan

c. memiliki prosedur tindakan medik yang dilakukan secara ketat di area khusus.

(17)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 10 dari 18

8. Ruang preparasi operasi/bedah

Area terpisah yang dilengkapi peralatan penunjang persiapan pasien sebelum operasi.

9. Ruang operasi/bedah

a. ruangan terpisah antara ruang bedah hewan kecil dan hewan besar yang bebas dari debu dan tertutup seluruhnya;

b. ruangan harus memperhatikan keselamatan bagi pasien dan personel serta memfasilitasi sterilisasi yang mudah dan tepat;

c. memiliki meja bedah dan peralatan yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan didisinfeksi; dan

d. memiliki penerangan dan atau lampu operasi yang cukup dan sesuai dengan persyaratan.

10. Ruang pemulihan

Ruangan tempat pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil.

11. Ruang laboratorium

Area terpisah dan dilengkapi dengan peralatan atau fasilitas yang memadai antara lain meja, rak, lemari es, fasilitas pemeriksaan spesimen dan uji diagnostik lainnya.

12. Ruang radiasi ionisasi (X-Ray, computerized tomography scan) berlapis Pb

Ruangan yang memiliki peralatan dan fasilitas radiografi untuk pengambilan, pengolahan dan pemeriksaan radiografi serta mampu menghasilkan radiografi dengan kualitas diagnostik yang baik memiliki perizinan dari instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

13. Ruang obat

14. Ruang sterilisasi alat 15. Ruang rapat dokter 16. Ruang perpustakaan

17. Gudang bahan dan peralatan 18. Ruang istirahat dokter/paramedis

CATATAN ruangan tertentu dapat digabung dengan syarat tidak mengganggu fungsi ruangan satu dengan lainnya.

Tabel 2 – Fasilitas layanan

No. Kriteria RSH KH PDHM

1. Papan nama √ √ √

2. Ruang poliklinik √ √ √

3. Ruang administrasi √ √ opsional

4. Ruang tunggu √ √ opsional

5. Ruang observasi/rawat inap √ √ opsional

6. Ruang operasi √ √ opsional

7. Ruang pemulihan √ √ opsional

8. Ruang preparasi √ √ opsional

9. Ruang gawat darurat √ opsional opsional

10. Ruang isolasi √ opsional opsional

11. Ruang laboratorium √ √ opsional

12. Ruang radiasi ionisasi (X-Ray, CT

scan) berlapis Pb √ opsional opsional

13. Ruang diagnostik penunjang

(USG dan endoskopi) √ opsional opsional

14. Ruang obat √ √ opsional

(18)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 11 dari 18

Tabel 2 − Lanjutan

5.3.2 Peralatan

5.3.2.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki peralatan dan/atau memiliki akses ke semua peralatan yang diperlukan untuk kinerja yang benar dari semua layanan. Semua peralatan harus diidentifikasi, dipelihara dan dikalibrasi dengan baik sesuai prosedur operasional baku yang didokumentasikan.

5.3.2.2 Unit pelayanan kesehatan hewan harus dilengkapi dengan jenis pelayanan kesehatan hewan dan peralatan hewan yang diperlukan untuk kinerja pelayanan kesehatan hewan yang benar. Dalam hal unit pelayanan kesehatan hewan perlu menggunakan peralatan di luar kendali, unit pelayanan kesehatan hewan harus memastikan persyaratan standar terpenuhi.

5.3.2.3 Peralatan dan perangkat lunak yang digunakan untuk kegiatan diagnostik harus mampu mencapai akurasi yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang relevan sesuai prosedurnya. Program kalibrasi harus ditetapkan dan dibuat perencanaan yang berkelanjutan untuk peralatan utama yang memiliki sifat-sifat dapat memengaruhi hasil secara signifikan.

5.3.2.4 Peralatan harus dioperasikan oleh personel yang berwenang, berkualifikasi dan kompeten. Instruksi terkini disertai manual yang disediakan dari pabrikan cara penggunaan dan pemeliharaan peralatan harus tersedia bersama peralatan.

5.3.2.5 Setiap jenis peralatan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan hewan yang mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil pelayanan harus diberi tanda khusus.

5.3.2.6 Dokumen tentang peralatan dan untuk setiap item perlengkapannya harus dipelihara agar menjamin secara signifikan terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan.

Dokumen harus mencakup setidaknya hal-hal berikut:

a. identitas item peralatan;

b. nama pabrikan, identifikasi jenis dan nomor seri atau identifikasi spesifik lainnya;

c. verifikasi peralatan sesuai dengan spesifikasi;

d. lokasi saat ini yang sesuai;

e. instruksi pabrik, jika tersedia, atau referensi ke lokasinya;

No. Kriteria RSH KH PDHM

15. Ruang sterilisasi alat √ √ opsional

16. Petshop opsional opsional opsional

17. Ruang mandi sehat/medis √ √ opsional

18. Ruang rapat dokter √ opsional opsional

19. Gudang bahan dan peralatan √ opsional opsional

20. Ruang dokter/paramedik/pegawai √ √ opsional

21. Musholla opsional opsional opsional

22. Toilet √ √ √

Keterangan:

RSH : Rumah Sakit Hewan KH : Klinik Hewan

PDHM : Praktik Dokter Hewan Mandiri

: persyaratan minimal yang harus dipenuhi opsional : apabila ada menjadi nilai tambah

(19)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 12 dari 18

f. tanggal, hasil dan salinan laporan dan sertifikat dari semua kalibrasi, penyesuaian, kriteria penerimaan dan tanggal jatuh tempo kalibrasi berikutnya;

g. dilakukan pemeliharaan dan rencana pemeliharaan; dan h. kerusakan, malfungsi, modifikasi atau perbaikan peralatan.

5.3.2.7 Prosedur pemeliharaan harus ditetapkan oleh unit pelayanan kesehatan hewan.

5.3.2.8 Kalibrasi peralatan harus dilakukan personel yang berkualifikasi dan kompeten, menggunakan prosedur yang sesuai dengan tujuan penggunaan, akurasi dan presisi yang diperlukan, dan pada interval yang ditunjukkan data riwayat penggunaan alat.

5.3.2.9 Peralatan yang telah mengalami kelebihan beban atau penanganan yang salah, atau memberikan hasil yang meragukan, atau telah terbukti cacat atau di luar batas yang ditentukan, harus dihentikan layanannya, diberi label atau ditandai dengan jelas dan disimpan dengan tepat sampai diperbaiki dengan menunjukkan kinerjanya sudah benar. Unit pelayanan kesehatan hewan harus memeriksa pengaruh cacat atau penyimpangan dari batas yang ditentukan pada pelayanan kesehatan sebelumnya dan harus menerapkan prosedur pengendalian tersendiri.

5.3.2.10 Seluruh peralatan di bawah kendali unit pelayanan kesehatan hewan yang memerlukan kalibrasi, harus diberi label, kode atau ditandai untuk menunjukkan status kalibrasi atau verifikasi dan tanggal kalibrasi atau verifikasi berikutnya sampai jatuh tempo.

5.3.2.11 Ketika alasan peralatan berada di luar kendali langsung, unit pelayanan kesehatan hewan harus memastikan fungsi dan status kalibrasi peralatan dengan memeriksa kesesuaian dengan labelnya dan dapat dibuktikan kebenarannya.

5.3.2.12 Peralatan, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak, harus diatur penggunaannya untuk melindungi hasil pemeriksaannya tidak batal.

5.3.2.13 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki peralatan disesuaikan dengan jenis dan kategori unit pelayanan kesehatan hewan sesuai dengan uraian pada Tabel 3.

Tabel 3 – Peralatan

No Kriteria RSH KH PDHM

A. Peralatan yang digunakan dalam pendiagnosaan

1. Termometer

2. Stetoskop

3. Percussion hammer opsional

4. Ophthalmoscope opsional

5. Otoscope opsional

6. Pengukur bobot badan √ √ √

7. USG opsional opsional

8. EKG opsional opsional

9. X-Ray opsional opsional

10. CT-scan opsional opsional opsional

B. Peralatan laboratorium

1. Mikroskop binocular opsional

2. Centrifuge opsional

3. Pengukur berat dan volume opsional

4. Alat hematologi opsional

5. Alat kimia darah opsional

6. Alat urinalisis opsional

(20)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 13 dari 18

Tabel 3 − Lanjutan

No Kriteria RSH KH PDHM

C. Peralatan yang digunakan dalam tindakan medik veteriner

1. Disposable syringe

2. Disposable needle

3. Infusion set

4. Feeding force catheter opsional

5. Urine Catheter opsional

6. IV Catheter opsional

7. Nebulizer opsional

8. Tiang infus √ √ opsional

D. Peralatan Bedah

1. Peralatan bedah minor hewan opsional

2. Peralatan bedah mayor hewan opsional

3. Peralatan bedah ortopedi opsional opsional

4. Benang operasi √ √ opsional

5. Suction pump opsional

6. Lampu operasi opsional

7. Tabung oksigen dan

perlengkapannya opsional

8. Mesin anestesi gas opsional opsional

Keterangan:

RSH : Rumah Sakit Hewan KH : Klinik Hewan

PDHM : Praktik Dokter Hewan Mandiri

: persyaratan minimal yang harus dipenuhi opsional : apabila ada menjadi nilai tambah

5.3.3 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki perlengkapan utama dan atau perlengkapan penunjang yang sesuai pada setiap kategori dengan merujuk uraian yang tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4 – Sarana perlengkapan

No Kriteria RSH KH PDHM

1. Kartu nama √ √ √

2. Buku resep √ √ √

3. Rekam medis √ √ √

4. Baju praktik √ √ √

5. Baju bedah √ √ √

7. Meja konsultasi/administrasi √ √ opsional

8. Meja periksa √ √ opsional

9. Meja bedah √ √ opsional

10. Tempat penyimpanan obat dan alat √ √ √

11. Lemari pendingin √ √ opsional

12. Container stainless √ √ opsional

13. Meja X-Ray √ opsional opsional

14. X - Ray viewer √ opsional opsional

15. Izin instalansi X-Ray √ √ opsional

16. Alat Pelindung (apron, sarung tangan, pelindung leher) √ opsional opsional

(21)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 14 dari 18

Tabel 4 − Lanjutan

No Kriteria RSH KH PDHM

17. Heating Terapi (infrared, heating pad,

mikroradar, lampu tdp) √ √ opsional

18. Kandang rawat inap √ √ opsional

Keterangan:

RSH : Rumah Sakit Hewan KH : Klinik Hewan

PDHM : Praktik Dokter Hewan Mandiri

: persyaratan minimal yang harus dipenuhi opsional : apabila ada menjadi nilai tambah

5.3.4 Instalasi farmasi dan/atau tempat obat-obatan

Instalasi farmasi dan/atau tempat obat-obatan merupakan area atau ruangan terpisah dari fasilitas lainnya yang berada dalam bangunan dengan akses terbatas dan dapat diawasi dengan mudah serta dilengkapi perlengkapan penyimpanan untuk kondisi khusus yang disesuaikan dengan setiap kategori unit pelayanan kesehatan hewan sesuai uraian pada Tabel 5.

Tabel 5 – Instalasi farmasi dan/atau tempat obat-obatan

No. Kriteria RSH KH PDHM

1. Alkohol 70% √ √ √

2. Antiseptik √ √ √

3. Desinfektan √ √ √

4. Antibiotika √ √ √

5. Kemoterapeutika opsional opsional opsional

6. Antipiretik √ √ √

7. Analgesik √ √ √

8. Antihistamin √ √ √

9. Antiparasit (endoparasit dan

ektoparasit) √ √ √

10. Anastesi lokal √ √ √

11. Anastesi umum √ √ opsional

12. Sedativa √ √ √

13. Cairan infus (misalnya NaCl fisiologis dan Ringer Laktat, glucose,

Magnesium chloride, Kalsium klorida) √ √ √

14. Vitamin, mineral, dan suplemen √ √ √

15. Vaksin √ √ √

16. Adrenalin/epinephrine √ √ √

17. Antiinflamasi √ √ √

18. Anticendawan √ √ opsional

19. Antidota √ √ opsional

20. Antitoksin √ √ opsional

Keterangan:

RSH : Rumah Sakit Hewan KH : Klinik Hewan

PDHM : Praktik Dokter Hewan Mandiri

: persyaratan minimal yang harus dipenuhi opsional : apabila ada menjadi nilai tambah

(22)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 15 dari 18

5.4 Personel

5.4.1 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memastikan kualifikasi dan/atau kompetensi yang berkelanjutan dari semua personel untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan serta memenuhi kebutuhan pada setiap kategori unit pelayanan kesehatan hewan.

5.4.2 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memiliki sistem yang memastikan penetapan dan pemeliharaan program pelatihan yang relevan dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan unit pelayanan kesehatan hewan saat ini serta mengantisipasi tantangan kedepan.

5.4.3 Dokter hewan memiliki kontrak penyeliaan dengan tenaga kesehatan hewan yang menjadi tanggung jawabnya terhadap tindakan medik veteriner yang boleh dilakukannya.

5.5 Pelayanan pasien

5.5.1 Pelayanan pasien meliputi proses yang dimulai dari administrasi, konsultasi, dan tindakan medik sampai dengan pemberitahuan hasil pengujian dan/atau hasil tindakan.

5.5.2 Unit pelayanan kesehatan hewan memiliki mekanisme dan prosedur pelayanan untuk kegiatan:

1. Administrasi;

2. konsultasi dan/atau tindakan diagnosis;

3. pemeriksaan penunjang (laboratorium, usg, radiologi, dll);

4. tindakan medik;

5. observasi dan rawat inap;

6. gawat darurat;

7. isolasi; dan 8. operasi.

5.5.3 Unit pelayanan kesehatan hewan memiliki dokter hewan dengan kewenangan:

a) Melakukan diagnosis dan prognosis penyakit hewan secara klinis dan laboratoris.

b) Melakukan tindakan transaksi terapeutik meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan medik reproduksi.

c) Menyampaikan informasi untuk mendapatkan persetujuan tertulis terhadap tindakan medik yang diberlakukan pada tindakan operasi, rawat inap, pembiusan, pemberian obat keras tertentu, dan penolakan terhadap tindakan transaksi terapeutik.

d) Jika diperlukan dapat merujuk kasus kepada unit pelayanan kesehatan hewan lain yang telah terkonfirmasi oleh unit pelayanan kesehatan hewan yang menangani dan disetujui oleh klien.

e) Melaporkan data penyakit dan kegiatan pelayanan kepada otoritas veteriner secara periodik atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

f) Berpartisipasi mendukung keputusan pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan/atau kesehatan masyarakat veteriner.

g) Melakukan pendidikan klien dan/atau pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait kesehatan dan kesejahteraan hewan.

h) Melakukan tindakan transaksi terapeutik selain di lokasi unit pelayanan kesehatan hewan, dalam keadaan tertentu juga dapat dilakukan secara ambulatori dilengkapi dengan adanya persetujuan tindakan medik (informed consent).

(23)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 16 dari 18

5.6 Rujukan

5.6.1 Unit pelayanan kesehatan hewan dapat menerima pelayanan rujukan kesehatan hewan dari unit layanan lain yang meminta dan/atau merekomendasikan pelayanan rujukan ke unit layanan lain.

5.6.2 Unit pelayanan kesehatan hewan memiliki mekanisme dan prosedur menerima pelayanan rujukan kesehatan.

5.6.3 Unit pelayanan kesehatan hewan harus memelihara daftar semua unit pelayanan kesehatan hewan rujukan sebagai informasi terdokumentasi.

5.7 Pemeriksaan klinis dan penunjang 5.7.1 Umum

Pemeriksaan diawali dengan serangkaian pertanyaan tentang riwayat kesehatan hewan diikuti dengan pemeriksaan berdasarkan gejala yang dilaporkan. Tenaga medik veteriner melakukan pemeriksaan kondisi pasien dengan melihat tanda atau gejala klinis dan jika diperlukan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk peneguhan diagnosa lebih lanjut.

5.7.2 Pemeriksaan klinik

Pemeriksaan klinik adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengacu kepada referensi profesional praktik kedokteran hewan. Tenaga medik veteriner harus memperhatikan keamanan dan keselamatan hewan dan tenaga penangan hewan saat dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan fisik terhadap pasien dapat dilakukan dengan cara:

a. inspeksi;

b. palpasi;

c. perkusi; dan d. auskultasi.

Tenaga medik veteriner harus menerapkan teknik pemeriksaan klinik dan penunjang disesuaikan dengan indikasi penyakit yang diketahui dari hasil pemeriksaan awal meliputi anamnese dan gejala klinik lainnya.

5.7.3 Pemeriksaan penunjang

Metoda pemeriksaan penunjang meliputi dan tidak terbatas pada:

a. Pemeriksaan spesimen: darah, urin, feses, kerokan kulit, dan jaringan.

b. Pemeriksaan diagnostik pencitraan: X-Ray, Ultrasonografi (USG), Fluroscopy, Computed Tomography Scan (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI).

c. Pemeriksaan endoskopi.

d. Pemeriksaan rekam jantung (electrocardiogram/EKG).

e. Pemeriksaan molekuler.

f. Pemeriksaan serologi.

5.7.4 Dalam penentuan diagnosis dan prognosis mengacu kepada referensi operasional yang baku, referensi pustaka, dan hasil laboratorium.

5.7.5 Hasil diagnosis klinis dan/atau penunjang dapat dilanjutkan dengan tindakan medik berupa pengobatan, perawatan, tindakan operasi, rehabilitasi, atau tindakan lain sesuai dengan kondisi pasien dan kebutuhan klien atau pemerintah.

(24)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2023 17 dari 18

5.8 Laporan dan evaluasi kinerja pelayanan kesehatan hewan 5.8.1 Laporan dan evaluasi internal

Unit pelayanan kesehatan hewan harus membuat laporan dan evaluasi hasil pelaksanaan pelayanan untuk kepentingan tinjauan manajemen dan peningkatan kualitas layanan berkelanjutan.

5.8.2 Dokter hewan yang bertanggung jawab di unit pelayanan kesehatan hewan harus membuat laporan rekapitulasi rekam medik dari setiap tindakan pelayanan kesehatan hewan kepada pimpinan unit minimal setiap enam bulan.

5.8.3 Unit pelayanan kesehatan hewan membuat rekam medik yang mencakup setidaknya informasi berikut:

a. Judul (misalnya, "Rekam medik pelayanan kesehatan hewan");

b. Nama dan alamat unit layanan kesehatan hewan;

c. Nama dokter hewan pelaksana pelayanan;

d. Nama dan alamat klien;

e. Identitas pasien;

f. Deskripsi dan identifikasi pelayanan yang diberikan;

g. Tanggal pelayanan kesehatan hewan dan tanggal pelaksanaan;

h. Data pelaksanaan dan hasil pelayanan kesehatan hewan;

i. Hasil pemeriksaan diagnosa penunjang; dan

j. Jika sesuai dan diperlukan, dilengkapi pendapat dan interpretasi diagnostik dari hasil pelayanan kesehatan hewan.

5.8.4 Interpretasi diagnostik dimasukkan dalam rekam medik dan unit pelayanan kesehatan hewan harus mendokumentasikan dasar opini serta interpretasi yang dibuat.

CATATAN Ketika hasil serangkaian pemeriksaan dipertimbangkan dalam merumuskan pendapat atau membuat interpretasi diagnostik, untuk menjelaskan kepada klien tentang alasan di balik urutan pemeriksaan dan proses pengambilan keputusan.

5.8.5 Laporan dan evaluasi eksternal

Unit pelayanan kesehatan hewan harus membuat laporan hasil pelaksanaan pelayanan untuk disampaikan kepada otoritas veteriner dan/atau yang berkepentingan.

(25)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 9184:2023

© BSN 2023 18 dari 18

Bibliografi

[1] American Association of Veterinary Laboratory Diagnosticians (AAVLD), AC1, Version 2018-07. Requirements for an accredited veterinary medical diagnostic laboratory.

[2] National Association of Testing Authorities (NATA), Australia 2013, Specific Accreditation Criteria - Application Document Animal Health.

[3] Office Internazionale des Epizooties (OIE)/World Organization for Animal Health (WOAH), 2008. Quality Standard and Guidelines for Veterinary Laboratories: Infectious Diseases.

[4] International Organization for Standardization (ISO), 2017, ISO/IEC 17025:2017.

General requirements for the competence of testing and calibration laboratories.

[5] Office Internazionale des Epizooties (OIE)/World Organization for Animal Health (WOAH), 2019. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals.

[6] Undang – Undang No 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang – Undang No 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

[7] Peraturan Menteri Pertanian RI No 03 Tahun 2019 Tentang Jasa Medik Veteriner.

(26)

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis11-16 Kesehatan hewan, dan tidak untuk dikomersialkan” Informasi Pendukung Terkait Perumusan Standar

[1] Komtek perumus SNI

Komite Teknis 11-16, Kesehatan Hewan

[2] Susunan keanggotaan Komtek perumus SNI

Ketua : Agus Susanto

Wakil Ketua : Iif Syarifah Munawaroh Sekretaris : Imas Sri Nurhayati

Anggota Fadjar Sumping Tjatur Rasa Pudjiatmoko

R. Wisnu Nurcahyo Deni Noviana Eko Sugeng Pribadi R. Soenarti Daroendio Dewi Nawang Palupi Hasbullah

Deddy Fachruddin Kurniawan Ully Indah Apriliana

Tri Isyani Tungga Dewi Fathul Bari

[3] Konseptor rancangan SNI 1. Deni Noviana

2. Gunanti 3. Syafril Daulay

4. Tri Isyani Tungga Dewi 5. Supriyono

6. Agus Susanto

7. Iif Syarifah Munawaroh 8. Imas Sri Nurhayati 9. Eko Kardiyanto 10. Rio Adhitya Cesart 11. Sarah Afifah

[4] Sekretariat pengelola Komtek perumus SNI

Pusat Standardisasi Instrumen Peternakan dan Kesehatan Hewan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian

Kementerian Pertanian

Referensi

Dokumen terkait

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy st andar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-01: Pengelolaan Hutan, dan tidak untuk dikomersialkan”S. ICS 65.020.20

Standar Nasional Indonesia Briket arang kayu ICS 75.160.10 Badan Standardisasi Nasional SNI 01-6235-2000 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 7571:2010 2 dari 5 3.9 jumlah vektor

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 6351:2016 © BSN 2016 2 dari 8 2.8 rambu

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” 2 dari 6 3.7 sampah organik domestik sampah yang

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2354.2:2015 © BSN 2015 3 dari 4 6.2

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 8135:2015 © BSN 2015 iii Pendahuluan

standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S3Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman, dan tidak untuk dikomersialkan” SNI 8456:2017 © BSN 2017 2 dari 19 3.6 Intensitas