Majalah anak sebagai salah satu jenis media massa tidak lepas dari tanggung jawab penyebaran P-4. Majalah anak-anak terbitan Indonesia biasanya ditujukan untuk pembaca sekolah dasar (usia 7-12 tahun). Untuk itu penulis berpendapat perlu adanya penelitian mengenai seberapa banyak majalah anak terbitan Indonesia yang telah memenuhi tanggung jawabnya dalam menyebarkan nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk mempelajari bagaimana majalah anak menyampaikan nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak. Penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak merupakan suatu proses komunikasi yang tujuannya tidak hanya memberikan informasi, namun juga mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Apa perbedaan ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila dalam cerita anak yang dimuat di Majalah Bobo dan Majalah AMI bulan Januari sampai dengan Juni 1995.
Temukan ciri-ciri bagaimana nilai-nilai Pancasila disampaikan dalam cerita anak-anak yang dimuat di Majalah Bobo dan AMI pada bulan Januari hingga Juni 1995. Pesan yang disampaikan dalam cerita anak berperan dalam membentuk kepribadian anak.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
P-4 merupakan pedoman yang disepakati seluruh bangsa Indonesia dalam memahami, menganut, dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila. Semula Sila Pancasila Lima terbagi menjadi 36 butir dengan rincian: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa 4 butir, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 8 butir, Sila Persatuan Indonesia 5 butir, Sila Kerakyatan yang berpedoman pada Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan 7 butir. , dan peraturan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 12 poin (Sunarjo Wreksosuhardjo.
Sila Persatuan Indonesia
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kebaikan bersama.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada tiga saluran yang paling umum digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila, yaitu: saluran resmi pemerintah, pendidikan (sekolah) dan media massa. Sehingga cerita anak mempunyai peluang besar untuk dijadikan media penyampaian nilai-nilai Pancasila. Sedangkan pandangan hidup atau falsafah hidup berbunyi: “kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, ketepatannya dan kepraktisannya.
Sebagai media massa yang terbit di Indonesia, majalah Bobo dan AMI mempunyai tanggung jawab untuk memasyarakatkan nilai-nilai Pancasila kepada pembacanya. Dengan menganalisis tema-tema cerita anak yang dimuat di majalah Bobo dan AMI, maka akan diketahui nilai-nilai apa saja yang disampaikan kepada pembacanya. Dengan demikian akan diketahui pula nilai-nilai Pancasila apa saja yang disampaikan kepada pembaca.
Selain menggunakan tema dan tokoh cerita, pengarang juga bisa menyisipkan nilai-nilai yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita. Dilihat dari cara penyampaiannya dalam naskah cerita anak, nilai-nilai Pancasila dapat disampaikan melalui tema cerita, melalui penokohan tokoh cerita, atau disisipkan dalam bentuk kalimat atau pernyataan dalam naskah cerita. Dalam pembahasan nilai-nilai Pancasila, penulis telah menetapkan kategori pertama untuk mengukur ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila dalam cerita anak.
Dari mempelajari seluk-beluk cerita dan cara penyampaian nilai melalui cerita, penulis menentukan kategori-kategori berikut. Kategori kedua adalah unsur-unsur cerita anak yang digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai Pancasila, terbagi dalam tiga subkategori, yaitu: tema, tokoh, dan kata seru. Kategori ketiga, hakikat penyampaian nilai-nilai Pancasila dalam naskah sejarah, terbagi dalam dua subkategori, yaitu: tersurat dan tersirat.
Penularan nilai-nilai Pancasila melalui media massa, dalam hal ini cerita di majalah anak-anak, tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi tentang sikap dan perilaku apa yang sebaiknya dimiliki masyarakat Indonesia, namun juga untuk memberikan informasi mengenai sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Terkait dengan cerita anak, imbauan ini dilakukan dengan cara menyampaikan akibat buruk yang akan dialami oleh tokoh yang mempunyai sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Dalam rangka penyampaian nilai melalui cerita anak, imbauan ini digunakan dengan mengungkapkan keberhasilan, kebaikan atau pahala yang diperoleh tokoh cerita karena mempunyai sikap atau perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
PSIKOLOGIS 1. Organismis
Kategori keempat untuk mengukur ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak adalah: jenis daya tarik pesan yang digunakan, yang terdiri dari empat subkategori, yaitu: daya tarik rasional, daya tarik emosional, ketakutan, daya tarik imbalan, dan daya tarik motivasi. Dalam penelitian ini, penulis mengambil cerita-cerita yang dimuat di majalah Bobo dan (AMI) pada bulan Januari hingga Juni 1995 sebagai subjek penelitian.
Majalah Bobo akan lebih banyak memuat materi bacaan yang menghibur dan memberikan pengetahuan kepada anak-anak, sedangkan majalah AMI akan lebih banyak memuat materi yang mendidik kehidupan spiritual anak. Berdasarkan hal tersebut penulis mempunyai dugaan adanya perbedaan ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak antara majalah Bobo dan majalah AMI. Perbedaannya terletak pada cara penyampaian nilai-nilai Pancasila, dan pada daya tarik motivasi psikologis yang digunakan.
Karena majalah Bobo memiliki target pembaca yang luas dan heterogen, maka nilai-nilai Pancasila yang disampaikan melalui cerita anak juga bersifat umum. Sebaliknya, karena majalah AMI mempunyai target audiens dari agama-agama tertentu dan ingin mengedukasi para pembacanya mengenai masalah keagamaan, maka cerita anak-anak akan lebih menekankan pada penyampaian nilai-nilai sila keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan jenis daya tarik motivasi psikologis yang digunakan, penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak pada majalah Bobo diharapkan lebih banyak menggunakan motif organisme, motif sosial, dan motif transendental filosofis, sedangkan pada majalah AMI diasumsikan akan terjadi lebih banyak menggunakan motif transendental keagamaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak yang dimuat pada majalah anak Bobo dan AMI edisi bulan Januari sampai dengan Juni 1995. Berdasarkan penjelasan pengertian kata ciri di atas, yang dimaksud dengan ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak pada majalah Bobo dan AMI edisi Januari hingga Juni 1996, ini merupakan tanda khas bahwa cerita anak terbitan majalah Bobo dan AMI edisi Januari hingga Juni 1996 menularkan nilai-nilai Pancasila. nilai-nilai kepada anak-anaknya. hadirin. Kategorisasi dilakukan dengan menghitung frekuensi kemunculan kategori-kategori tersebut dalam cerita anak terbitan Januari-Juni 1995 di majalah Bobo dan AMI.
Akan diketahui juga apakah terdapat perbedaan antara cerita anak-anak yang dimuat di kedua majalah tersebut dalam hal penekanan resepnya, dan dalam hal daya tarik motivasi psikologis transendental yang digunakan.
Hipotesis
Definisi Konsepsional dan Operasional
Definisi Konsepsional
Yang dimaksud dengan nilai-nilai Pancasila adalah inti atau hakikat mutlak dari sila-sila Pancasila yang dirumuskan dalam butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Sunarjo Wreksosuhardjo). Cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak-anak. , dengan ciri-ciri sebagai berikut: bahasa yang pendek, mudah dipahami, kosakata yang digunakan sedikit, cerita sederhana dan lugas, biasanya diakhiri dengan happy ending (Mohammad Diponegoro. Penyampaian merupakan turunan dari kata “ke” dengan akhiran “pe-an” yang artinya : proses, cara, tindakan menyampaikan sesuatu (Tim Pusat Penyusunan Kamus Pengembangan dan Pengembangan Bahasa.
Ciri atau ciri diartikan sebagai: “tanda-tanda yang membedakan suatu hal dengan yang lain” (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pembinaan Bahasa, 1989: 169) Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ciri-ciri penyampaian adalah: membedakan tanda-tanda dalam cara untuk menyampaikan sesuatu Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ciri-ciri penyampaian nilai-nilai Pancasila adalah tanda-tanda ciri khas dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila melalui cerita anak.
Majalah Anak Manis Indonesia (AMI) merupakan majalah cerita Alkitab untuk anak-anak STT Deppen RI No. Frekuensi adalah kemunculan cerita anak dengan kategori yang telah ditentukan selama periode penelitian.
Definisi Operasional
Sebuah cerita akan masuk dalam kategori ini apabila memuat praktik salah satu atau lebih prinsip di atas, sebagaimana tertuang dalam 45 Poin P-4 yang dirinci pada subbab Kerangka dan Teori (halaman 11-13). Nilai-nilai Pancasila yang ingin disampaikan dituangkan dan dicetak dalam teks cerita sehingga pembaca dapat membaca kalimatnya. Nilai-nilai Pancasila yang ingin disampaikan tidak tertulis atau tercetak dalam teks cerita, namun pembaca dapat mengambil kesimpulan sendiri.
Cerita tersebut mengandung dorongan untuk menampilkan suatu nilai dengan memberikan alasan-alasan yang rasional atau masuk akal. Cerita tersebut mengandung dorongan untuk mengusung nilai Pancasila dengan menggunakan pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi atau perasaan pembacanya. Kisah tersebut berisi tentang semangat untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan menggambarkan akibat buruk yang akan dialami jika tidak mau.
Cerita tersebut berisi dorongan untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dengan menggambarkan keberhasilan atau kebaikan yang akan Anda alami dalam melakukannya. Ceritanya berisi dorongan untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dengan membangkitkan motivasi spiritual (batin).
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
- Obyek Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Teknik Pengumpulan Data
- Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
- Pengkodingan
Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan seluruh cerita anak yang dimuat di majalah Bobo dan AMI terbitan Januari sampai Juni 1995. Data primer lainnya diperoleh dari wawancara dengan pengasuh dua majalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik, karena penelitian ini menganalisis data kuantitatif.
Holsti dan Stone mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk menarik kesimpulan dengan cara mengidentifikasi ciri-ciri tertentu suatu teks secara sistematis dan obyektif (Krippendorff, 1991:19). Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan pesan sesuai kategori yang telah ditentukan.
Metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pesan yang dipelajari dan menempatkannya dalam kategori yang telah ditentukan.