• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Sondir untuk Determinasi Parameter Perlawanan Penetrasi Tanah

N/A
N/A
rabby jeggoatze

Academic year: 2023

Membagikan " Pengujian Sondir untuk Determinasi Parameter Perlawanan Penetrasi Tanah"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Batang bagian dalam terbuat dari baja dan terletak pada pipa pendorong dengan diameter luar yang konstan dan panjang batang bagian dalam sama dengan panjang pipa pendorong dengan selisih sekitar 0,1 mm. Batang bagian dalam memiliki penampang yang dapat menyalurkan tahanan kerucut tanpa bengkok atau kerusakan lainnya. Pendorong dan batang bagian dalam harus bebas dari pasir untuk mencegah gesekan antara batang bagian dalam dan pendorong.

Sistem press hidrolik terdiri dari engkol berputar, rantai, sproket, roda gigi dorong dan press hidrolik, yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang bagian dalam dan tabung dorong. Pada alat press hidrolik (Gambar 6.16) dipasang 2 buah manometer yang berfungsi untuk membaca tekanan hidrolik yang terjadi pada saat menekan inner rod, push tube dan cone (tunggal atau ganda). Koneksi kerucut ganda dengan batang bagian dalam dan tabung dorong dan kepala tabung dorong; dalam posisi ini, palang bagian dalam selalu menonjol kira-kira. 8 cm di atas kepala tabung dorong.

Lakukan uji penetrasi kerucut ganda dengan menempatkan batang bagian dalam dan tabung dorong di bawah press hidrolik pada posisi yang benar. Setiap 20 cm tekan batang bagian dalam dengan cara menarik kunci pengatur sehingga alat press hidrolik hanya menekan batang bagian dalam seperti pada Gambar 6.17.(a). Bacalah hasil uji penetrasi kerucut dengan membaca nilai resistansi kerucut pada tekanan bagian dalam batang kira-kira sedalam 4 cm (47 mm) pertama seperti terlihat pada Gambar 6.17.(b) dan catat pada formulir sebagai penetrasi kerucut pembacaan resistensi.

Setiap jarak 20 cm, tekan batang bagian dalam dengan cara menarik kunci pengatur, sehingga press hidrolik ikut tertekan.

Gambar 6.13: Alat Konus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang),  (ASTM D 3441 - 05)
Gambar 6.13: Alat Konus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang), (ASTM D 3441 - 05)

Keuntungan dan Kekurangan Pengujian Sondir

Hitungan Pengujian Sondir

Apabila pembacaan manometer untuk nilai tahanan kerucut dan nilai geser (kPa) dikurangi dengan pembacaan manometer untuk nilai tahanan kerucut (���) atau sudut (�� − ��). Data tahanan geser (��) diperoleh dari perbandingan nilai lokal tahanan geser (��) dengan tahanan kerucut (��) dan dihitung menggunakan Persamaan 6.24 sebagai tahanan geser. Nilai geser total (��) diperoleh dengan menjumlahkan nilai tahanan geser lokal (��) dikalikan interval pembacaan dan dihitung menggunakan Persamaan 6.25 sebagai tahanan geser.

Hasil pengujian sondir (CPT) dengan tahapan pembacaan setiap kedalaman 20 cm, menggunakan alat kerucut yang berdiameter kerucut. Hasil pembacaan manometer untuk nilai tahanan kerucut dan pembacaan manometer untuk nilai tahanan dan geser kerucut adalah seperti pada Tabel C6.4 (dalam kg/cm2 (1 kg/cm. Didapatkan nilai geser total (��) ) dengan nilai tahanan geser lokal (��) pada hitungan yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung menggunakan Persamaan 6.10 sebagai tahanan geser,.

Tabel C6.4: Hasil pembacaan � � dan � � Kedalaman
Tabel C6.4: Hasil pembacaan � � dan � � Kedalaman

Laporan Pengujian Sondir

Hasil pembacaan manometer untuk nilai tahanan kerucut dan pembacaan manometer untuk nilai tahanan dan geser kerucut sampai dengan kedalaman 20,8 m adalah seperti pada Tabel C6.6 (dalam kg/cm2 (1 kg/cm). Kolom ( 8) = Nilai geser total (��) yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai tahanan geser lokal (��) yang dikalikan dengan interval pengukuran.

Tabel C6.6: Data pembacaan perlawanan konus dan nilai perlawanan konus dan geser
Tabel C6.6: Data pembacaan perlawanan konus dan nilai perlawanan konus dan geser

Pengujian Standar Panetrasi Test

  • Istilah dan definisi dalam Uji SPT
  • Peralatan, Bahan dan Perlengkapan Pengujian SPT
  • Prosedur Pengujian penetrasi dengan SPT
  • Koreksi hasil uji SPT
  • Pelaporan Pengujian penetrasi dengan SPT

Uji SPT terdiri dari uji tumbukan pipa belah berdinding tebal ke dalam tanah yang disertai dengan pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan pipa belah tersebut sedalam 300 mm secara vertikal. Tahap pertama dicatat sebagai stand, sedangkan jumlah pukulan untuk memasuki tahap kedua dan ketiga dijumlahkan sehingga diperoleh nilai pukulan N atau hambatan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m) atau pukulan per 30 cm. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi SPT adalah: peralatan harus lengkap dan layak digunakan; Pengujian dilakukan pada lubang yang dibor; Interval pengujian dilakukan pada kedalaman 1,50 m sampai 2,00 m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m jika lapisannya seragam.

Tempatkan alat uji SPT di dasar lubang bor atau pada kedalaman pengujian yang diinginkan. Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut: Pertama-tama lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau dengan selang waktu kurang lebih 1,50 m sampai dengan 2,00 m atau sesuai kebutuhan, kemudian tarik pita palu hingga mencapai tanda yang telah dibuat sebelumnya (sekitar 75 cm) lalu lepaskan talinya sehingga palu jatuh bebas pada penahannya (Gambar 6.21). Fase kedua dan seterusnya mengulangi fase pertama berkali-kali hingga mencapai penetrasi 15 cm, kemudian dijumlahkan banyaknya pukulan atau tumbukan N.

Catatlah banyaknya pukulan N pada setiap 15 cm penetrasi, dimana 15 cm pertama dicatat sebagai N1; 15 cm kedua dicatat sebagai N2; 15 cm ketiga dicatat sebagai N3. Pelaksanaan pengujian SPT di beberapa negara (Departemen Pekerjaan Umum, 2005) menggunakan tiga jenis palu (palu donat, palu pengaman dan otomatis, lihat Gambar 6.22) dan empat jenis batang bor (N, NW, A dan AW). Setiap alat uji SPT (ASTM D4633-10) yang digunakan harus dikalibrasi tingkat efisiensi energinya menggunakan strain gauge dan accelerometer, untuk mendapatkan standar efisiensi energi yang lebih tepat.

Dalam praktiknya, efisiensi daya sistem jib crane dengan palu donat dan palu pengaman bervariasi dari 35% hingga 85%, sedangkan efisiensi daya palu otomatis bervariasi dari 80% hingga 100%. Besarnya efek koreksi terhadap efisiensi daya biasanya bergantung pada casing, panjang batang dan diameter lubang bor (Skempton, 1986; Kulhawy & Mayne, 1990). Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan bersama dengan log pengeboran hasil pengeboran dalam bentuk sebagaimana tercantum dalam Lampiran B, yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut: Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, serta tanggal pengujian; Nama penguji, nama pembimbing, dan nama penanggung jawab hasil ujian disertai tanda tangan yang jelas (awalnya); Nomor lubang bor, kedalaman lubang bor, tinggi muka air tanah, tinggi lubang bor dan hasil uji SPT; Jenis ujung laras belah yang digunakan, apakah kerucut terbuka atau kerucut tertutup; dan Catat setiap penyimpangan selama pengujian.

Jika pada saat pengujian N-SPT Anda menggunakan palu dengan tutup pelindung dan bor berdiameter 115 mm dan Anda menggunakan tabung standar (tanpa pelapis/liner) untuk mengambil sampel pengujian, maka hitunglah N-SPT Terkoreksi. Gambar 6.23 menunjukkan N-SPT sebelum koreksi seperti terlihat pada Tabel C6.8 dengan tinggi muka airtanah (MAT) 5 meter. Langkah pertama dalam menghitung N-SPT terkoreksi adalah menghitung tekanan vertikal efektif untuk tanah di atas permukaan air tanah dan tanah di bawah permukaan air tanah.

Data yang diperlukan untuk menghitung nilai �� adalah berat isi tanah yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dengan sampel uji yang diambil dari lubang uji N-SPT. Formulir hasil pengujian N-SPT dilengkapi dengan grafik N-SPT yang telah dikoreksi dari Tabel C6.10 dan Gambar 6.23, digambarkan seperti Gambar C6.5.

Gambar 6.18: Alat pengambilan contoh tabung belah (SNI 4153:2008)
Gambar 6.18: Alat pengambilan contoh tabung belah (SNI 4153:2008)

Gambar

Gambar 6.12: Bagan Alir Pengujian Sondir (SNI 2827:2008)
Gambar 6.13: Alat Konus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang),  (ASTM D 3441 - 05)
Gambar 6.14: Alat Bikonus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang)  (ASTM D 3441 - 05; SNI 2827:2008)
Gambar 6.15: Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda) (Gambar 6 SNI 2827:2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian penetrasi sondir pada beberapa kondisi kepadatan dan kadar air untuk tanah lanau diperlihatkan dalam bentuk grafik pada. gambar yang disajikan

Data sondir yang ada dapat digunakan untuk memprediksi jenis tanah dan kapasitas dukung fondasi tiang pancang tunggal disekitar wilayah data yang ada.. Prediksi tanah dari data

informasi data jenis tanah dan beberapa parameter tanah. Pengujian dilaksanakan untuk memperoleh korelasi antara ketiga pengujian alat tersebut, pada kondisi

Selain pengujian uji penetrasi, kinerja dari server virtual yang dikembangkan perlu diuji untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk melakukan perbadingan

Selain itu, alat sondir untuk selanjutnya disebut Cone Penetration Test (CPT) ini juga dapat mengetahui lapisan tanah keras yang nantinya akan digunakan sebagai data

62 Dari keluaran pengujian DMT pada tanah residual, selanjutnya dapat dihitung parameter geoteknik melalui persamaan dasar dari Marchetti untuk seluruh kedalaman

Sifat fisik tanah sawah yang digunakan pada saat dilakukan pengukuran gaya tahanan penetrasi tanah terhadap plat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. 13) Di mana θ n

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun suatu sistem yang dapat digunakan untuk menentukan nilai kedalaman tanah berdasarkan perlawanan konus dari data sondir yang