• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistik E-dagang 2020

N/A
N/A
014@Fina Kartika

Academic year: 2024

Membagikan "Statistik E-dagang 2020"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

https://www.bps.go.id

(2)

|

https://www.bps.go.id

(3)

|

Statistik E-Commerce 2020

ISBN: 978-602-438-360-2

No. Publikasi/Publication Number: 06320.2004 Katalog BPS/BPS Catalog: 8101004

Ukuran Buku/Book Size: 25,7 cm X 18,2 cm

Jumlah Halaman/Number of Pages: (xviii + 88) halaman/pages

Naskah/Manuscript:

Sub Direktorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi Sub-directorate of Information and Communication Technology Statistics

Gambar/Figures:

Sub Direktorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi Sub-directorate of Information and Communication Technology Statistics

Diterbitkan oleh/Published by:

©Badan Pusat Statistik/BPS-Statistics Indonesia

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy a part or whole the publication for commercial purposes without a permission from BPS-Statistics Indonesia

https://www.bps.go.id

(4)

|

TIM PENYUSUN BUKU

Statistik E-Commerce 2020

Penanggung Jawab Umum:

Titi Kanti Lestari

Penanggung Jawa Teknis:

Andri Yudhi Supriadi

Editor:

Lilis Anggraini Sarip Utoyo

Eka Sari

Penulis Naskah:

Adam Luthfi Kusumatrisna Nia Anggraini Rozama

Adriyani Syakilah Vera Citra Wulandari

Rima Untari Tri Sutarsih

Pengolah Data:

Nia Anggraini Rozama Adam Luthfi Kusumatrisna

Adriyani Syakilah Gusnisa Siswayu Vera Citra Wulandari

Rima Untari Tri Sutarsih Khairul Amri Jimmy Maratis

Gambar Kulit & Infografis:

Khairul Amri

https://www.bps.go.id

(5)

|

https://www.bps.go.id

(6)

| Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas ridho dan rahmat-Nya, publikasi Statistik E-Commerce 2020 ini dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Publikasi ini merupakan hasil pengolahan terhadap 17.013 usaha E-Commerce pada 34 provinsi di Indonesia.

Pendataan Survei E-Commerce 2020 merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan oleh Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi, Badan Pusat Statistik. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Prioritas Nasional Pertama yaitu “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan”. Hasil dari pendataan ini diharapkan dapat menjadi benchmark untuk melihat gambaran profil, transaksi, dan potensi usaha E-Commerce dari sudut pandang pelaku usaha E-Commerce.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh jajaran BPS dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Survei E-Commerce 2020.

Semoga kerja keras dan itikad baik ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak dan bagi perkembangan statistik nasional.

Jakarta, Desember 2020

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik

Setianto

https://www.bps.go.id

(7)

|

https://www.bps.go.id

(8)

| Daftar Isi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar... xv

Ringkasan Eksekutif ... xvii

BAB 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Metode Pengumpulan Data ... 2

1.3 Ruang Lingkup dan Cakupan ... 5

1.4 Konsep dan Definisi ... 5

BAB 2. Profil Usaha

E-Commerce

... 11

2.1 Pelaku Usaha

E-Commerce

... 11

2.2 Tahun Beroperasi dan Mulai Usaha

E-Commerce

... 12

2.3 Kategori Usaha

E-Commerce

... 14

2.4 Penanggungjawab dan Tenaga Kerja Usaha

E-Commerce

... 15

2.5 Pendapatan Total Usaha dan Pendapatan Usaha

E-Commerce

... 17

2.6 Media Penjualan

E-Commerce

... 19

2.7 Jenis Barang/Jasa yang Dijual ... 20

2.8 Metode Pembayaran yang Digunakan ... 21

2.9 Metode Pengiriman dan Wilayah Pengiriman ... 23

2.10 Jenis Pelanggan

E-Commerce

... 25

2.11 Kendala Usaha ... 26

BAB 3. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Usaha

E-Commerce

... 71

https://www.bps.go.id

(9)

|

https://www.bps.go.id

(10)

| Daftar Tabel

Tabel 1. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi, Tahun 2020... 31 Tabel 2. Persentase Usaha

E-Commerce

yang Melakukan Transaksi Penjualan menurut Provinsi, Tahun 2019 ... 32 Tabel 3. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Pendidikan Tertinggi Penanggungjawab/Pemilik Usaha, Tahun 2019 ... 33 Tabel 4. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, Tahun 2019 ... 34 Tabel 5. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Melakukan Ekspor, Tahun 2019 ... 36 Tabel 6. Persentase Tenaga Kerja Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, Tahun 2019 ... 37 Tabel 7. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Media Penjualan, Tahun 2019 ... 38 Tabel 8. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Tahun Mulai Beroperasi secara Komersial, Tahun 2019 ... 39 Tabel 9. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Tahun Mulai

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 40 Tabel 10. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Jenis Barang/Jasa yang Dijual, Tahun 2019 ... 41 Tabel 11. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Metode Pembayaran yang Sering Digunakan, Tahun 2019 ... 43 Tabel 12. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Metode Pengiriman yang Sering Digunakan, Tahun 2019 ... 44 Tabel 13. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Wilayah Pengiriman, Tahun 2019 ... 45 Tabel 14. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Peran Usaha, Tahun 2019 ... 46 Tabel 15. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Barang Produksi Sendiri, Tahun 2019 ... 47 Tabel 16. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Nilai Pendapatan Total, Tahun 2019 ... 48 Tabel 17. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Nilai Pendapatan

E-

Commerce

, Tahun 2019 ... 49

https://www.bps.go.id

(11)

|

Tabel 18. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Jenis Pelanggan, Tahun 2019 ... 50 Tabel 19. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Kendala Utama, Tahun 2019 ... 51 Tabel 20. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Pendidikan Tertinggi Penanggungjawab/Pemilik Usaha, Tahun 2019 ... 52 Tabel 21. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Melakukan Ekspor Tahun 2019 ... 53 Tabel 22. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Media Penjualan, Tahun 2019 ... 54 Tabel 23. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Tahun Mulai Beroperasi secara Komersial, Tahun 2019 ... 55 Tabel 24. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Tahun Mulai

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 56 Tabel 25. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Jenis Barang/Jasa yang Dijual, Tahun 2019 ... 57 Tabel 26. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Metode Pembayaran yang Sering Digunakan, Tahun 2019 .... 59 Tabel 27. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Metode Pengiriman yang Sering Digunakan, Tahun 2019 ... 60 Tabel 28. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Wilayah Pengiriman, Tahun 2019 ... 61 Tabel 29. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Peran Usaha, Tahun 2019 ... 62 Tabel 30. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Barang Produksi Sendiri, Tahun 2019 ... 63 Tabel 31. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Nilai Pendapatan Total, Tahun 2019 ... 64 Tabel 32. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Nilai Pendapatan

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 65 Tabel 33. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Jenis Pelanggan, Tahun 2019 ... 66 Tabel 34. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Kendala Utama, Tahun 2019 ... 67

https://www.bps.go.id

(12)

|

Tabel 35. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Pendapatan Usaha, Tahun 2020 ... 77 Tabel 36. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Volume Transaksi, Tahun 2020 ... 78 Tabel 37. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kelancaran Pendistribusian Barang, Tahun 2020 ... 79 Tabel 38. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Persentase Peningkatan Pendapatan Usaha Dampak Pandemi COVID-19, Tahun 2020…. ... 80 Tabel 39. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Persentase Penurunan Pendapatan Usaha Dampak Pandemi COVID-19, Tahun 2020 ..

………..81 Tabel 40. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Pendapatan Usaha, Tahun 2020 ... 82 Tabel 41. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Volume Transaksi, Tahun 2020 ... 83 Tabel 42. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kelancaran Pendistribusian Barang, Tahun 2020 ... 84 Tabel 43. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Persentase Peningkatan Pendapatan Usaha Dampak Pandemi COVID-19, Tahun 2020 ... 85 Tabel 44. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Persentase Penurunan Pendapatan Usaha Dampak Pandemi COVID-19, Tahun 2020 ... 86

https://www.bps.go.id

(13)

|

https://www.bps.go.id

(14)

| Daftar Gambar

Gambar 1. Pelaku Usaha

E-Commerce

, Tahun 2019-2020 ... 11 Gambar 2. Usaha

E-Commerce

menurut Selisih Tahun Mulai

E-Commerce

dengan Tahun Mulai Beroperasi, Tahun 2019 ... 14 Gambar 3. Usaha

E-Commerce

menurut Lapangan Usaha/Kategori, Tahun 2019

... 15 Gambar 4. Gender Pekerja Usaha

E-Commerce

menurut Lapangan Usaha/Kategori, Tahun 2019 ... 16 Gambar 5. Pendidikan Tertinggi Penanggungjawab/Pemilik Usaha

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 17 Gambar 6. Usaha

E-Commerce

menurut Nilai Pendapatan Total, Tahun 2019... 18 Gambar 7. Usaha

E-Commerce

menurut Nilai Pendapatan

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 18 Gambar 8. Usaha

E-Commerce

menurut Lapangan Usaha/Kategori dan Media Penjualan: Pesan Instan, Tahun 2019 ... 19 Gambar 9. Usaha

E-Commerce

menurut Dua Kelompok Barang dan Jasa yang

Terjual Terbesar melalui Transaksi

E-Commerce

, Tahun 2019 ... 21 Gambar 10. Metode Pembayaran yang Sering digunakan Usaha

E-Commerce

,

Tahun 2019 ... 22 Gambar 11. Metode Pengiriman yang Sering Digunakan Usaha

E-Commerce

,

Tahun 2019 ... 23 Gambar 12. Usaha

E-Commerce

menurut Wilayah Pengiriman Barang, Tahun 2019

... 24 Gambar 13. Usaha

E-Commerce

menurut Peran Usaha, Tahun 2019... 25 Gambar 14. Usaha

E-Commerce

menurut Kendala Utama, Tahun 2019 ... 27 Gambar 15. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Pendapatan Usaha

E-Commerce

, Tahun 2020 ... 71 Gambar 16. Usaha

E-Commerce

dengan Pendapatan Meningkat Akibat Pandemi COVID-19, Tahun 2020 ... 72 Gambar 17. Usaha

E-Commerce

dengan Pendapatan Menurun Akibat Pandemi COVID-19, Tahun 2020 ... 73 Gambar 18. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Volume Transaksi

E-Commerce

, Tahun 2020 ... 73 Gambar 19. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kelancaran Pendistribusian Barang

E-Commerce

, Tahun 2020 ... 74

https://www.bps.go.id

(15)

|

https://www.bps.go.id

(16)

| Ringkasan Eksekutif

Publikasi Statistik E-Commerce 2020 merupakan publikasi yang disusun berdasarkan hasil Survei E-Commerce 2020 yang dilaksanakan pada 17.063 sampel usaha di seluruh provinsi di Indonesia. Cakupan Survei E-Commerce 2020 adalah usaha yang menggunakan internet untuk menerima pesanan atau melakukan penjualan barang dan/atau jasa selama tahun 2019. Hasil yang disajikan pada publikasi ini hanya sebatas profil atau gambaran usaha E-Commerce pada sampel terpilih.

Hasil pendataan menunjukkan banyak pelaku usaha E- Commerce merupakan usaha E-Commerce non-formal, dengan ciri- ciri:

 Mayoritas menggunakan pesan instan dan media sosial sebagai media penjualan;

 Pendapatan total maupun E-Commerce dibawah 300 juta rupiah;

 Metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah Cash On Delivery (COD) atau pembayaran secara tunai;

 Pengiriman langsung sebagai metode pengiriman yang paling sering digunakan.

Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari hasil Survei E-Commerce 2020 adalah:

 Usaha yang menggunakan internet untuk menerima pesanan, atau melakukan penjualan barang dan/atau jasa pada tahun 2020 hingga periode pencacahan berakhir (31 Agustus) sebesar 90,18 persen. Hampir separuh dari seluruh usaha E-Commerce (48,42 persen) adalah usaha di Sektor

https://www.bps.go.id

(17)

|

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor.

 Pendidikan tertinggi mayoritas penanggungjawab/pemilik usaha E-Commerce adalah SMA sederajat kebawah (62,69 persen).

 Sebanyak 4,68 persen usaha E-Commerce melakukan ekspor.

Dari seluruh usaha E-Commerce yang melakukan ekspor, sebanyak 54,01 persennya adalah usaha di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor.

 Diantara banyak media penjualan, Pesan Instan merupakan yang paling banyak digunakan oleh usaha E-Commerce (90,56 persen usaha).

 Makanan, Minuman, dan Bahan Makanan; Fashion ; dan Kosmetik, merupakan tiga kelompok barang terbanyak yang terjual melalui transaksi E-Commerce .

 Metode pembayaran tunai (COD) dipilih oleh 73,04 persen usaha E-Commerce , dan merupakan metode terbanyak yang dipilih diantara metode pembayaran lainnya.

 52,81 persen usaha E-Commerce memilih pengiriman langsung ke pembeli sebagai metode pengiriman yang paling sering digunakan.

 Mayoritas usaha mengaku bahwa pendapatan total usaha maupun pendapatan usaha yang dilakukan secara E-Commerce selama setahun dibawah 300 juta rupiah.

 Sebanyak 68,95 persen usaha E-Commerce mengaku bahwa pelanggan usahanya adalah konsumen akhir.

https://www.bps.go.id

(18)

|

 41,86 persen usaha E-Commerce mengaku kurangnya permintaan barang/jasa sebagai kendala utama, sedangkan sebanyak 33,76 persen mengaku kurangnya permodalan sebagai kendala utama.

 Pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap penurunan pendapatan usaha, volume transaksi dan kelancaran pendistribusian barang selama tahun 2020. Sebanyak 96,02 persen usaha di Sektor Pengangkutan dan Pergudangan mengaku pendapatan usahanya turun sebagai dampak dari COVID-19. Semakin tinggi skala usaha (dilihat dari sisi jumlah tenaga kerja), pandemi COVID-19 memberikan dampak penurunan volume transaksi yang semakin besar.

 Dari 25,53 persen usaha yang mengalami penurunan pendapatan lebih dari 75 persen, sebanyak 33,70 persennya adalah usaha dengan Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum). Sementara itu dari 16,24 persen usaha yang mengalami peningkatan pendapatan lebih dari 75 persen, sebanyak 46,80 persennya adalah usaha dengan Kategori G (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor).

https://www.bps.go.id

(19)

|

https://www.bps.go.id

(20)

|

https://www.bps.go.id

(21)

|

https://www.bps.go.id

(22)

| BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Maraknya penggunaan internet tak hanya sekedar digunakan masyarakat Indonesia untuk mencari informasi dan berkomunikasi, melainkan dimanfaatkan juga untuk kegiatan ekonomi. Transaksi jual beli yang awalnya dilakukan dengan bertemu langsung antara penjual dan pembeli, kini mulai berubah. Proses jual-beli barang dan jasa dapat dilakukan dalam genggaman jari berbasis jaringan elektronik.

Hal inilah yang disebut E-Commerce. Kehadiran E-Commerce sangat memudahkan masyarakat jika hendak membeli suatu produk. Dari segi para pelaku usaha, mereka dapat semakin memperluas jangkauan pasarnya. Penyebaran informasi tentang suatu produk dapat dilakukan secara lebih cepat, dan memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga hal ini mulai menggeser pola serta cara konsumsi, dan bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Pesatnya perkembangan ekonomi berbasis elektronik mempunyai potensi ekonomi yang tinggi bagi Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah untuk membangun regulasi yang mengatur tentang ekonomi berbasis elektronik dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XIV mengenai E-Commerce . Pemerintah merasa perlu menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Peta Jalan E- Commerce untuk mendorong perluasan dan peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia secara efisien dan terkoneksi secara global. Peta jalan E-Commerce ini sekaligus dapat mendorong kreasi, inovasi, dan invensi kegiatan ekonomi baru di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, pada tahun 2017 diterbitkan Perpres No. 74 tahun 2017 mengenai Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik atau SPNBE. Dengan keluarnya Perpres

https://www.bps.go.id

(23)

|

itu, pemerintah mempertimbangkan perlunya ketersediaan data E- Commerce yang dapat memetakan perkembangan E-Commerce di Indonesia, sebagai evidence based policy making dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Selanjutnya pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang mengatur tentang pihak-pihak yang melakukan, persyaratan, penyelenggaraan, kewajiban pelaku usaha, iklim, penawaran, penerimaan, konfirmasi, kontrak, pembayaran, pengiriman barang, penukaran barang dalam perdagangan dengan sistem elektronik, perlindungan data pribadi, penyelesaian sengketa PMSE hingga pengawasan dan pembinaan PMSE.

1.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka pemetaan E-Commerce di Indonesia, BPS melanjutkan pendataan E-Commerce berbasis usaha rumah tangga dan perusahaan untuk memperoleh gambaran perkembangan usaha E-Commerce di Indonesia, dari sudut pandang pelaku usaha E-Commerce . Metode pendataan E-Commerce tahun 2020, akan menyesuaikan dengan perkembangan Teknologi Informasi, dan Komunikasi (TIK) di Era Digital saat ini. Penggunaan TIK dalam metode pengumpulan data menjadi tak terhindarkan, sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat di Era Digital saat ini yang memerlukan data dan informasi secara cepat, mudah, dan akurat at anytime and anywhere . Untuk itu, pendataan E-Commerce 2020 akan diarahkan pada metode Go Digital .

Survei ini rencananya dilakukan dengan teknik konvensional, mendatangi bangunan sensus dan bangunan fisik di blok sensus terpilih. Namun, adanya pandemi COVID-19 menyebabkan pendataan

https://www.bps.go.id

(24)

|

seluruh usaha secara langsung ( listing ) tidak dapat dilaksanakan, sehingga kerangka sampel ( sampling frame ) yang digunakan adalah hasil listing usaha/perusahaan dari Survei E-Commerce Tahun 2019.

Pendataan E-Commerce dilakukan dengan metode kombinasi, yaitu mengedepankan wawancara melalui telepon dan mengisi mandiri melalui link Lime Survey E-Commerce . Selain itu, teknik crawling juga akan diterapkan untuk melengkapi daftar pelaku usaha E-Commerce di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memutakhirkan sampling frame usaha E-Commerce .

Pengumpulan data usaha/perusahaan E-Commerce menggunakan combined method yaitu dengan mengedepankan wawancara melalui telepon dan mengisi mandiri melalui link Lime Survey E-Commerce . Tahapan pengumpulan data Survei E-Commerce 2020 dapat rinci sebagai berikut:

 BPS RI mengirimkan Short Message Service (SMS) Blast (Tahap 1) ke seluruh target responden yang mencantumkan nomor telepon selular saat Listing E- Commerce 2019. SMS Blast I berisi pemberitahuan tentang pelaksanaan Survei E-Commerce 2020.

 Petugas menghubungi responden via telepon, menyampaikan maksud serta tujuan, dan mohon izin untuk melakukan wawancara melalui telepon. Jika responden menolak diwawancara pada kesempatan pertama, dapat diupayakan pada kesempatan kedua dan ketiga. Jika tetap menolak, petugas dapat menawarkan responden untuk mengisi mandiri via Lime Survey E- Commerce yang link dan token-nya akan dikirimkan via SMS. Token bersifat unik dan hanya dapat digunakan satu kali. Rekap rinci responden yang berhasil diwawancara,

https://www.bps.go.id

(25)

|

bersedia mengisi mandiri, serta menolak menjadi responden, disampaikan secara berkala oleh BPS Provinsi ke BPS RI cq Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi via e-mail : [email protected], sebagai dasar monitoring dan pengiriman SMS Blast tahap 2 dan 3.

 Selambat-lambatnya 30 hari setelah pendataan dimulai, BPS RI akan mengirimkan SMS Blast (Tahap 2) yang berisi alamat link Lime Survey E-Commerce beserta token kepada responden yang bersedia mengisi kuesioner secara mandiri. Petugas akan memantau kemajuan pengisian mandiri, dan melakukan pendekatan persuasif untuk memastikan bahwa responden yang mengisi mandiri berpartisipasi dalam survei E-Commerce 2020.

 Selambat-lambatnya 14 hari sebelum pendataan berakhir, BPS RI akan mengirimkan SMS Blast (Tahap 3) untuk mengingatkan responden yang belum mengisi kuesioner online ( Lime Survey E-Commerce 2020).

 Namun dalam pelaksanaannya, SMS Blast tahap 2 dan 3 tidak dilaksanakan, karena sebagian besar responden menolak untuk mengisi secara mandiri. Sementara yang bersedia mengisi mandiri, token akan diberikan oleh petugas yang datang langsung ke responden.

 Petugas yang melakukan wawancara melalui telepon, wajib mengalihmediakan hasil wawancaranya kedalam kuesioner online melalui link Lime Survey E-Commerce 2020.

https://www.bps.go.id

(26)

|

 Apabila petugas kesulitan melakukan wawancara melalui telepon, maka dimungkinkan untuk melakukan wawancara tatap muka/pencacahan langsung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.

1.3 Ruang Lingkup dan Cakupan

Survei E-Commerce Tahun 2020 dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup 101 kabupaten/kota di Indonesia. Usaha/

perusahaan E-Commerce yang dicakup dalam survei ini adalah usaha/perusahaan yang melakukan transaksi penjualan barang/jasa melalui internet selama tahun 2019.

Kerangka sampel yang digunakan adalah hasil listing Survei E- Commerce Tahun 2019 yang dilengkapi dengan informasi nomor handphone atau telepon. Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, kerangka sampel dari hasil Survei E-Commerce 2019 akan ditambahkan dengan usaha/perusahaan E-Commerce dari hasil crawling marketplace .

Jumlah sampel didasarkan pada jumlah usaha/perusahaan yang menerima pesanan atau melakukan penjualan barang/jasa melalui internet. Total sampel yang didata adalah sebanyak 17.063 usaha/perusahaan, yang terdiri dari 16.180 hasil Survei E-Commerce 2019 dan 883 hasil crawling marketplace yang berlokasi di DKI Jakarta.

1.4 Konsep dan Definisi

Untuk memudahkan dalam memahami informasi dalam publikasi ini, berikut beberapa konsep dan definisi dari istilah yang digunakan:

https://www.bps.go.id

(27)

|

 Electronic Commerce (E-Commerce) berdasarkan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) 2009 adalah penjualan atau pembelian barang/jasa, yang dilakukan melalui jaringan komputer dengan metode yang secara spesifik dirancang untuk tujuan menerima atau melakukan pesanan, tetapi pembayaran dan pengiriman utama barang/jasa tidak harus dilakukan secara online . Transaksi E-Commerce dapat terjadi antar usaha, rumah tangga, individu, pemerintah, dan organisasi swasta atau publik lainnya.

Termasuk: pemesanan melalui halaman website , ekstranet maupun Electronic Data Interchange (EDI), e-mail , media sosial ( Facebook, Instagram , dan lainnya), serta instant messaging ( Whatsapp, Line , dan lainnya).

Tidak termasuk: pemesanan yang dibuat melalui telepon, faksimili.

 Internet adalah jaringan terkoneksi di seluruh dunia yang memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi secara interaktif. Internet menyediakan berbagai layanan komunikasi seperti world wide web (www), surat elektronik ( e-mail ), berita, hiburan, transfer data, dan lain-lain menggunakan fasilitas komputer atau fasilitas lainnya seperti telepon selular, TV digital , dan lain-lain.

 Crawling adalah teknik mengumpulkan data pada sebuah website dengan memasukkan Uniform Resource Locator (URL).

 Kategori/Klasifikasi Lapangan Usaha merupakan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi. Penggolongan ini diberi kode satu digit dengan kode alfabet. Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2017, seluruh kegiatan

https://www.bps.go.id

(28)

|

ekonomi di Indonesia digolongkan menjadi 21 kategori/

klasifikasi yang diberi kode huruf A sampai dengan U.

 Website adalah suatu halaman web yang saling berhubungan, yang umumnya berisikan kumpulan informasi berupa data teks, gambar, animasi, audio, video maupun gabungan dari semuanya, yang biasanya dibuat untuk personal, organisasi dan perusahaan.

 Marketplace atau Platform Digital adalah sebuah lokasi jual beli produk dimana seller dan juga konsumen bertemu di suatu marketplace / platform digital . Seller akan menjual barangnya di lapak yang sudah disediakan oleh E-Commerce dengan konsep marketplace / platform digital . Contoh marketplace / platform digital antara lain: Tokopedia, Shopee , Bukalapak dan sebagainya.

 Media Sosial adalah sebuah media daring , dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Contohnya: Facebook, Instagram, Twitter , dan sebagainya.

 Pesan Instan ( Instant Messenger ) adalah suatu sistem pengiriman pesan dua arah yang cepat dan real time melalui media internet dari satu komputer ke komputer yang lain, dan menggunkan komunikasi berbasis teks. Pesan Instan seperti:

Whatsapp, Line .

 Cash on Delivery (COD) adalah metode pembayaran dimana pembeli dapat membayar pesanan secara tunai pada saat pesanan tiba di tujuan. Pembayaran dilakukan kepada kurir yang mengantarkan barang.

https://www.bps.go.id

(29)

|

 E-wallet atau Dompet Elektronik merupakan sebuah aplikasi atau fitur yang dikembangkan untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pembayaran. E-Wallet dapat melakukan transaksi uang dalam sistem operator telekomunikasi.

Ringkasnya, pulsa telepon selular sekaligus berlaku sebagai saldo tabungan. Pemilik telepon selular bisa melakukan transaksi, bahkan mencairkan pulsa atau saldo yang dikirim dari pemilik telepon selular lainnya. Contoh: OVO, DANA, GoPay , Link Aja, Kredivo, AkuLaku, PayLater , dan lainnya.

 Seller (penjual) adalah orang yang menjual barang/jasa produksi sendiri atau mengambil dari supplier sehingga harga dan keuntungan ditentukan oleh penjual itu sendiri.

Penjual/ seller lebih independen dan memiliki kontrol penuh terhadap barangnya, tidak ada komisi karena keuntungan diperoleh langsung dari penjualan barang.

 Reseller (penjual kembali) adalah orang yang membeli produk dari distributor atau supplier dengan harga yang lebih murah dari pasaran, untuk di jual kembali dengan harapan mendapatkan sejumlah keuntungan dari penjulan barangnya tersebut.

 Dropshipper (perantara penjual dan pembeli) hampir sama dengan reseller , namun ia tidak memiliki barang yang dijualkan tersebut, sehingga tugasnya hanyalah mencari konsumen, kemudian melaporkan adanya pemesanan kepada supplier . Setelah itu supplier akan mengirimkan pada konsumen tersebut, dan para dropshipper mendapatkan komisi.

 Tahun mulai beroperasi adalah tahun pertama kali usaha tersebut menghasilkan barang/jasa secara komersil.

https://www.bps.go.id

(30)

|

https://www.bps.go.id

(31)

|

https://www.bps.go.id

(32)

| BAB 2. Profil Usaha E-Commerce

2.1 Pelaku Usaha E-Commerce

Survei E-Commerce 2020 menargetkan sebanyak 17.063 usaha yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia sebagai sampel penelitian. Dari target sampel tersebut, response rate dari Survei E- Commerce 2020 sebesar 99,64 persen. Total usaha yang dijadikan analisis E-Commerce pada tahun 2020 ini adalah usaha yang melakukan kegiatan E-Commerce selama tahun 2019 yaitu sebanyak 16.277 sampel usaha.

Gambar 1. Pelaku Usaha

E-Commerce

, Tahun 2019-2020

Dikarenakan adanya pandemi COVID-19, pendataan E- Commerce 2020 memakai kerangka sampel hasil listing Survei E- Commerce Tahun 2019, yaitu usaha yang dilengkapi dengan informasi nomor handphone atau telepon. Untuk Provinsi DKI Jakarta, kerangka sampel ditambahkan dengan usaha/perusahaan E-Commerce dari hasil crawling marketplace . Pandemi COVID-19 juga menyebabkan banyak penggantian sampel dikarenakan usaha tutup atau berganti

https://www.bps.go.id

(33)

|

kategori usaha. Kondisi tersebut mengakibatkan hasil pendataan tahun 2020 dengan 2019 tidak dapat dibandingkan.

Hasil survei menunjukkan, terdapat 1.162 usaha yang melakukan kegiatan E-Commerce selama tahun 2019 namun tidak berlanjut hingga 31 Agustus 2020. Salah satu penyebabnya adalah pandemi COVID-19 yang memukul semua sektor perekonomian termasuk sektor E-Commerce .

Hasil pendataan menunjukkan pelaku usaha E-Commerce merupakan usaha E-Commerce non-formal, dengan ciri-ciri:

 Mayoritas menggunakan pesan instan dan media sosial sebagai media penjualan;

 Pendapatan total maupun E-Commerce dibawah 300 juta rupiah;

 Metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah Cash On Delivery (COD) atau pembayaran secara tunai;

 Pengiriman langsung sebagai metode pengiriman yang paling sering digunakan.

2.2 Tahun Beroperasi dan Mulai Usaha E-Commerce

Kemajuan teknologi yang didukung dengan infrastruktur dan kemudahan regulasi, telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha berbasis digital . Hal ini terlihat pada hasil Survei E-Commerce 2020, dimana setiap tahun terjadi peningkatan jumlah usaha yang baru beroperasi. Tercatat 45,93 persen usaha baru mulai beroperasi pada rentang tahun 2017 - 2019. Sebanyak 38,58 persen usaha sudah memulai usahanya pada rentang tahun 2010 - 2016, dan hanya 15,49 persen usaha yang sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun.

https://www.bps.go.id

(34)

|

Perkembangan teknologi internet yang masif dalam beberapa tahun terakhir memberikan dampak pada berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan. Kualitas dan kuantitas perdagangan meningkat seiring dengan kemudahan dalam mengakses internet. Banyak pelaku usaha yang awalnya berjualan dengan sistem konvensional, kini mulai tertarik untuk membuka usaha secara online . Sebagaimana terpotret dalam survei ini, berjualan melalui internet tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Dari 16.277 usaha E-Commerce yang dianalisis, sebanyak 71,18 persen usaha diantaranya memulai penjualan melalui internet selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Sementara itu sebanyak 26,90 persen usaha mulai berjualan online pada tahun 2010 hingga tahun 2016, dan hanya 1,92 persen usaha yang memulai sebelum tahun 2010.

Selama tiga tahun terakhir, Kategori Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum banyak berkembang dalam melakukan penjualan secara online dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika dilihat dari jumlah pekerja, usaha dengan 1 sampai 4 orang pekerja lebih banyak mulai berjualan online pada kurun waktu tersebut.

Jika dibandingkan antara tahun mulai beroperasi dengan tahun mulai melakukan kegiatan E-Commerce , fenomena menarik muncul yaitu: 53,52 persen usaha langsung melakukan kegiatan E-Commerce saat baru mulai beroperasi, sebanyak 16,96 persen usaha baru memulai kegiatan E-Commerce 1-2 tahun setelah beroperasi, dan 11 persen usaha baru mulai kegiatan E -Commerce 3-5 tahun setelah membuka kegiatan operasional usaha.

Dari 53,52 persen usaha yang langsung melakukan kegiatan E- Commerce saat mulai beroperasi, sebanyak 51,97 persennya adalah usaha yang bergerak pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor.

https://www.bps.go.id

(35)

|

Gambar 2. Usaha

E-Commerce

menurut Selisih Tahun Mulai

E-Commerce

dengan Tahun Mulai Beroperasi, Tahun 2019

2.3 Kategori Usaha E-Commerce

Usaha/perusahaan yang dicakup dalam Survei E-Commerce 2020 adalah usaha yang menggunakan internet untuk penjualan barang dan/atau jasa, dan terdapat transaksi penjualan melalui internet selama tahun 2019.

Cakupan Survei E-Commerce 2020 meliputi seluruh kategori usaha berdasarkan KBLI Tahun 2017, kecuali:

 Kategori O: Kegiatan di Bidang Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

 Kategori T: Aktivitas Rumah Tangga sebagai pemberi kerja, aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

 Kategori U: Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya, kecuali Kedutaan Besar dan Konsulat.

https://www.bps.go.id

(36)

|

Gambar 3. Usaha

E-Commerce

menurut Lapangan Usaha/Kategori, Tahun 2019

Usaha yang termasuk Kategori G (Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor ) mendominasi kegiatan E-Commerce, dengan persentase hampir separuh dari keseluruhan usaha yaitu sebesar 48,42 persen. Kegiatan usaha E-Commerce terbesar kedua (17,55 persen) adalah Kategori I yaitu usaha yang bergerak di Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum. Sementara itu usaha yang tercakup kedalam Kategori B (Pertambangan dan Penggalian) dan C (Industri Pengolahan) merupakan usaha E-Commerce terbesar ketiga dibandingkan dengan kategori-kategori yang lainnya yaitu sebesar 10,28 persen.

2.4 Penanggungjawab dan Tenaga Kerja Usaha E-Commerce

Mayoritas pendidikan penanggungjawab/pemilik usaha E- Commerce adalah SMA/sederajat kebawah (62,69 persen), diikuti 26,76 persen berpendidikan sarjana/sederajat. Jika dilihat lebih jauh, pemilik usaha E-Commerce dengan pendidikan sarjana ke atas mayoritas memiliki Usaha E-Commerce Menengah-Besar, dan

https://www.bps.go.id

(37)

|

sebaliknya usaha E-Commerce dengan pekerja 1 hingga 4 orang dipimpin mereka yang berpendidikan SMA/sederajat kebawah.

Gambar 4. Gender Pekerja Usaha

E-Commerce

menurut Lapangan Usaha/Kategori, Tahun 2019

E-Commerce menjadi industri online yang berkembang sangat pesat di Indonesia. Survei Snapcart pada Januari 2018 lalu menunjukkan, mayoritas konsumen belanja online adalah perempuan dengan jumlah mencapai 65 persen. Jika ditinjau dari sisi produsen, hasil survei E-Commerce 2020 menunjukkan 47,48 persen pekerja berjenis kelamin perempuan. Dalam jangka panjang tidak menutup kemungkinan, para pelaku usaha E-Commerce akan semakin banyak didominasi oleh kalangan hawa dengan asumsi lebih mengerti kebutuhan konsumen yang berjenis kelamin sama.

https://www.bps.go.id

(38)

|

Gambar 5. Pendidikan Tertinggi Penanggung Jawab/Pemilik Usaha

E-Commerce

, Tahun 2019

2.5 Pendapatan Total Usaha dan Pendapatan Usaha E-Commerce

Total pendapatan usaha E-Commerce merupakan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang/jasa baik penjualan secara langsung maupun online selama tahun 2019. Berdasarkan profil usaha E-Commerce 2020, sebagian besar usaha E-Commerce merupakan usaha berpendapatan kurang dari 300 juta rupiah per tahun, dengan jumlah proporsi usaha sebanyak 75,15 persen dari keseluruhan usaha E-Commerce yang menjadi sampel survei. Selanjutnya adalah usaha dengan pendapatan antara 300 juta hingga 5 milyar rupiah sebanyak 19,56 persen, usaha dengan pendapatan sebanyak 2,5 - 50 milyar rupiah sebanyak 4,97 persen dan yang terkecil adalah usaha dengan pendapatan sebanyak lebih dari 50 milyar rupiah sebesar 0,33 persen.

https://www.bps.go.id

(39)

|

Gambar 6. Usaha

E-Commerce

menurut Nilai Pendapatan Total, Tahun 2019

Ditinjau dari provinsi, Provinsi Bali adalah provinsi yang memiliki jumlah usaha E-Commerce terbanyak dengan pendapatan diatas 50 milyar per tahun, yaitu sebesar 1,46 persen. Di lain sisi, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah provinsi dengan jumlah usaha E-Commerce terbanyak untuk usaha dengan pendapatan dibawah 300 juta per tahun (93,29 persen).

Gambar 7. Usaha

E-Commerce

menurut Nilai Pendapatan

E-Commerce

, Tahun 2019

https://www.bps.go.id

(40)

|

2.6 Media Penjualan E-Commerce

Era digital dengan pemanfaatan internet dan smartphone memberikan banyak perubahan pada perilaku masyarakat dalam berbelanja. Hal ini didukung dengan hadirnya berbagai macam situs media penjualan online yang mudah diakses sehingga transaksi jual beli dapat dilakukan dengan praktis, cepat, dan efisien. Dari sisi pelaku usaha, hadirnya media penjualan online menjadi peluang untuk dapat meningkatkan keuntungan dan memperluas target pasar di dunia maya.

Media penjualan barang/jasa melalui internet terdiri dari berbagai macam media, salah satu diantaranya adalah Marketplace . Marketplace merupakan sebuah lokasi jual beli produk dimana seller dan konsumen bertemu di sebuah platform . Media selanjutnya dapat berupa Website yang dimiliki oleh usaha itu sendiri dan digunakan sebagai wadah jual beli. Selain itu, Media Sosial dan Pesan Instan juga mulai dimanfaatkan sebagai media penjualan online oleh banyak usaha.

Gambar 8. Usaha E-Commerce menurut Lapangan Usaha/Kategori dan Media Penjualan: Pesan Instan, Tahun 2019

Berdasarkan hasil survei, hampir seluruh usaha sampel melakukan penjualan secara online melalui aplikasi Pesan Instan yaitu

https://www.bps.go.id

(41)

|

sebanyak 90,56 persen usaha. Pesan Instan dapat berupa aplikasi Whatsapp, Line, telegram, dan sebagainya. Seluruh sampel di Kategori Usaha Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Kegiatan Remediasi, memanfaatkan media ini untuk melakukan transaksi penjualan online .

Hasil survei juga menyatakan bahwa lebih dari setengah (65,14 persen) sampel usaha berjualan online melalui Media Sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter , dan sebagainya. Selanjutnya, hanya 25,72 persen usaha pada survei ini yang memiliki akun penjualan di Marketplace / Platform Digital dan hanya 4,96 persen memiliki Website .

2.7 Jenis Barang/Jasa yang Dijual

Dalam usaha E-Commerce jenis barang/jasa yang paling banyak terjual pada tahun 2019 adalah Makanan, Minuman dan Bahan Makanan, yaitu 30,95 persen dari keseluruhan usaha yang menjadi sampel E-Commerce . Jenis barang/jasa yang banyak terjual pada urutan kedua adalah Fashion , meliputi baju, kemeja, jaket, kaos, kaos kaki, alas kaki, aksesoris, ikat pinggang, kacamata dan sebagainya dengan proporsi 23,95 persen. Di urutan ketiga, adalah jenis barang/jasa yang tergabung dalam Kategori Lainnya, dan terdiri dari Jasa Kesehatan, Terapi, Refleksi dan lain-lain mencapai 17,99 persen.

Urutan selanjutnya adalah Kosmetik/Kecantikan sebesar 8,87 persen dan Barang-Barang Rumahtangga seperti Furnitur, Peralatan Dapur dan lain-lain yang terjual sebesar 8,29 persen.

Jika dilihat menurut jumlah tenaga kerja, jenis barang/jasa yang paling banyak terjual tahun 2019 adalah Makanan, Minuman dan Bahan Makanan yaitu 37,01 persen pada usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang. Selanjutnya 32,98 persen usaha E-

https://www.bps.go.id

(42)

|

Commerce dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang, dan 29,96 persen usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang. Sementara untuk usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 100 orang dan lebih, jenis barang/jasa yang banyak terjual adalah Jasa Akomodasi sebesar 28,95 persen.

Gambar 9. Usaha

E-Commerce

menurut Dua Kelompok Barang dan Jasa yang Terjual Terbesar melalui Transaksi

E-Commerce

, Tahun 2019

Selama tahun 2019, penjualan jenis barang/jasa Makanan, Minuman, dan Bahan Makanan, dari usaha E-Commerce di Provinsi Kalimantan Utara menduduki tempat teratas sebesar 52,38 persen, diikuti Papua 42,86 persen, Maluku Utara 42,62 persen, Kepulauan Riau 41,45 persen, dan Sulawesi Utara 40,49 persen.

2.8 Metode Pembayaran yang Digunakan

Usaha E-Commerce di Indonesia lebih banyak menggunakan COD, di mana pembeli bisa membayar pesanan secara tunai di lokasi pembelian menggunakan uang cash atau membayar pada saat pesanan tiba di tempat tujuan. Pembayaran dilakukan kepada kurir yang mengantarkan barang ke rumah pembeli, kantor, atau ke tempat lain yang diinginkan. Lebih dari separuh usaha E-Commerce (73,04

https://www.bps.go.id

(43)

|

Transfer / ATM

persen) di hampir semua lapangan usaha, menggunakan metode pembayaran ini. Sekitar sepertiga usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 100 orang dan lebih, paling sering menggunakan metode ini dibandingkan metode pembayaran yang lain.

Metode pembayaran yang paling sering digunakan berikutnya adalah Pembayaran dengan Transfer Bank, baik melalui ATM, Internet Banking , maupun Mobile Banking , yaitu sebesar 21,20 persen. Lebih dari separuh usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 100 orang dan lebih, paling sering menggunakan metode ini.

Gambar 10. Metode Pembayaran yang Sering digunakan Usaha

E-Commerce

Tahun 2019

Di sisi lain, pembayaran dengan E-Wallet (Ovo, Dana, GoPay, LinkAja, Kredivo, AkuLaku, PayLater, dsb) dan kartu (debit/kredit/kartu uang elektronik) hanya memperoleh porsi masing- masing sebanyak 4,67 persen dan 1,06 persen sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan.

COD Kartu E-Wallet Lainnya

https://www.bps.go.id

(44)

|

2.9 Metode Pengiriman dan Wilayah Pengiriman

Beberapa metode pengiriman yang disediakan oleh usaha E- Commerce di Indonesia antara lain: pengiriman langsung kepada pembeli oleh pihak penjual, pengiriman langsung kepada pembeli menggunakan jasa pengiriman (Pos, TIKI, GoSend , dan lainnya), pengambilan pesanan langsung di toko atau di titik penjemputan tertentu, dan mengunduh ( download) dari website , aplikasi, software , atau lainnya. Lebih dari separuh usaha E-Commerce di Indonesia paling sering mengirimkan langsung produknya kepada pembeli (52,81 persen).

Gambar 11. Metode Pengiriman yang Sering Digunakan Usaha

E-Commerce

, Tahun 2019

Sebanyak 25,13 persen usaha E-Commerce memilih paling sering mengirimkan produk dengan cara pembeli mengambil langsung pesanan di toko atau di titik penjemputan tertentu, sebanyak 20,49 persen memilih paling sering mengirimkan produknya kepada pembeli melalui jasa pengiriman, serta hanya 1,57 persen saja yang mengirimkan produknya dengan cara pembeli men- download dari website , aplikasi, software , atau lainnya.

Seluruh kategori usaha paling sering mengirimkan produk langsung ke pembeli, kecuali usaha E-Commerce pada Sektor

https://www.bps.go.id

(45)

|

Pengangkutan dan Pergudangan yang paling sering mengirimkan produknya melalui pengambilan pesanan langsung di toko atau titik penjemputan tertentu.

Gambar 12. Usaha

E-Commerce

menurut Wilayah Pengiriman Barang, Tahun 2019

Usaha E-Commerce dapat menjangkau pembeli lintas kota, lintas provinsi, dan lintas pulau di Indonesia. Secara umum, usaha E- Commerce paling banyak mengirimkan produknya kepada pembeli yang berada di wilayah Jawa, yaitu 55,07 persen, dan di wilayah Sumatera, yaitu 33,13 persen. Pembeli di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua masing- masing hanya sebanyak 16,69 persen, 15,17 persen, 12,98 persen, dan 7,81 persen. Jika dilihat berdasarkan wilayah, hampir seluruh usaha E-Commerce mengirimkan produknya kepada pembeli yang berada dalam satu wilayah.

Jika dilihat berdasarkan kategori usaha, hampir seluruh kategori usaha E-Commerce melakukan pengiriman kepada pembeli di semua wilayah di Indonesia, kecuali usaha E-Commerce pada Sektor Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan Daur Ulang

https://www.bps.go.id

(46)

|

Sampah, dan Kegiatan Remediasi yang hanya melakukan pengiriman kepada pembeli yang berada pada Sumatera (40 persen) dan Jawa (60 persen).

2.10 Jenis Pelanggan E-Commerce

Perkembangan internet yang sangat pesat, membuat jumlah pengguna internet semakin meningkat. Industri perdagangan digital juga ikut berkembang, sehingga memudahkan adanya transaksi antara penjual dengan pembeli. Umumnya usaha E-Commerce menjual barang/jasa ke konsumen akhir untuk langsung dikonsumsi, atau menjual ke agen/usaha lain untuk nantinya dapat dijual kembali.

Gambar 13. Usaha

E-Commerce

menurut Peran Usaha, Tahun 2019

Berdasarkan hasil survei, usaha E-Commerce lebih banyak melakukan penjualan ke konsumen akhir. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari pembelian suatu produk yang tidak untuk diperdagangkan kembali. Sebanyak 68,95 persen usaha hanya menjual produk ke konsumen akhir. Kemudian sebanyak 29,96 persen usaha melakukan penjualan baik ke konsumen akhir maupun ke agen. Dan yang paling sedikit adalah usaha E-Commerce yang melakukan penjualan online ke agen/usaha lain, yaitu sebesar 1,09 persen usaha. Jika ditinjau berdasarkan kategori usaha, Kategori

https://www.bps.go.id

(47)

|

Usaha Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Kegiatan Remediasi (Kategori E) seluruhnya melakukan penjualan ke konsumen akhir (100%).

2.11 Kendala Usaha

Kendala terbesar yang biasa terjadi pada usaha E-Commerce tahun 2019 adalah kurangnya permintaan barang/jasa yang dijual yaitu sebesar 41,86 persen. Kendala berikutnya adalah kurangnya permodalan pada usaha E-Commerce yaitu 33,76 persen. Sementara kurangnya tenaga kerja yang terampil dirasakan oleh 11,45 persen usaha E-Commerce . Keterbatasan akses internet dirasakan 8,05 persen usaha E-Commerce dan kecurangan dalam proses jual beli dirasakan 4,88 persen usaha E-Commerce .

Jika dilihat menurut jumlah tenaga kerja, kendala yang banyak terjadi dalam usaha E-Commerce tahun 2019 adalah kurangnya permintaan barang/jasa yang dijual yaitu 63,16 persen usaha E- Commerce dengan jumlah tenaga kerja 100 orang dan lebih, selanjutnya 57,33 persen usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang, sebanyak 49,68 persen usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang dan 40,14 persen usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang. Sementara kendala kurangnya permodalan banyak dihadapi oleh 37,13 persen usaha E-Commerce dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang.

https://www.bps.go.id

(48)

|

Gambar 14. Usaha

E-Commerce

menurut Kendala Utama, Tahun 2019

Berdasarkan kendala utama selama tahun 2019, kurangnya permintaan barang/jasa banyak dialami oleh usaha E-Commerce di Provinsi Sumatera Utara sebesar 66,51 persen, Kepulauan Riau 60,51 persen, Jambi 49,40 persen, Papua 48,57 persen, dan DKI Jakarta 47,77 persen.

https://www.bps.go.id

(49)

|

https://www.bps.go.id

(50)

|

https://www.bps.go.id

(51)

|

https://www.bps.go.id

(52)

|

Tabel 1. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi, Tahun 2020

Provinsi Melakukan E-Commerce

Total

Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

Aceh 92,17 7,83 100,00

Sumatera Utara 91,39 8,61 100,00

Sumatera Barat 81,56 18,44 100,00

Riau 94,30 5,70 100,00

Jambi 77,66 22,34 100,00

Sumatera Selatan 82,85 17,15 100,00

Bengkulu 87,84 12,16 100,00

Lampung 92,25 7,75 100,00

Kep. Bangka Belitung 88,74 11,26 100,00

Kepulauan Riau 94,95 5,05 100,00

DKI Jakarta 96,58 3,42 100,00

Jawa Barat 88,25 11,75 100,00

Jawa Tengah 95,53 4,47 100,00

D.I. Yogyakarta 90,65 9,35 100,00

Jawa Timur 90,31 9,69 100,00

Banten 83,38 16,62 100,00

Bali 87,61 12,39 100,00

Nusa Tenggara Barat 88,41 11,59 100,00

Nusa Tenggara Timur 92,77 7,23 100,00

Kalimantan Barat 90,37 9,63 100,00

Kalimantan Tengah 93,05 6,95 100,00

Kalimantan Selatan 87,55 12,45 100,00

Kalimantan Timur 87,99 12,01 100,00

Kalimantan Utara 95,41 4,59 100,00

Sulawesi Utara 84,92 15,08 100,00

Sulawesi Tengah 84,87 15,13 100,00

Sulawesi Selatan 94,21 5,79 100,00

Sulawesi Tenggara 88,18 11,82 100,00

Gorontalo 83,17 16,83 100,00

Sulawesi Barat 80,58 19,42 100,00

Maluku 96,85 3,15 100,00

Maluku Utara 78,69 21,31 100,00

Papua Barat 95,31 4,69 100,00

Papua 79,59 20,41 100,00

Indonesia 90,18 9,82 100,00

https://www.bps.go.id

(53)

|

Tabel 2. Persentase Usaha

E-Commerce

yang Melakukan Transaksi Penjualan menurut Provinsi, Tahun 2019

Provinsi Melakukan Transaksi Penjualan

Total

Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

Aceh 97,22 2,78 100,00

Sumatera Utara 99,28 0,72 100,00

Sumatera Barat 97,12 2,88 100,00

Riau 96,49 3,51 100,00

Jambi 91,94 8,06 100,00

Sumatera Selatan 95,55 4,45 100,00

Bengkulu 98,80 1,20 100,00

Lampung 98,36 1,64 100,00

Kep. Bangka Belitung 96,59 3,41 100,00

Kepulauan Riau 99,64 0,36 100,00

DKI Jakarta 96,39 3,61 100,00

Jawa Barat 93,03 6,97 100,00

Jawa Tengah 99,17 0,83 100,00

D.I. Yogyakarta 97,26 2,74 100,00

Jawa Timur 91,25 8,75 100,00

Banten 91,48 8,52 100,00

Bali 93,04 6,96 100,00

Nusa Tenggara Barat 98,65 1,35 100,00

Nusa Tenggara Timur 98,80 1,20 100,00

Kalimantan Barat 97,41 2,59 100,00

Kalimantan Tengah 92,51 7,49 100,00

Kalimantan Selatan 93,25 6,75 100,00

Kalimantan Timur 95,04 4,96 100,00

Kalimantan Utara 96,33 3,67 100,00

Sulawesi Utara 98,02 1,98 100,00

Sulawesi Tengah 90,04 9,96 100,00

Sulawesi Selatan 96,98 3,02 100,00

Sulawesi Tenggara 100,00 - 100,00

Gorontalo 91,09 8,91 100,00

Sulawesi Barat 98,35 1,65 100,00

Maluku 98,25 1,75 100,00

Maluku Utara 100,00 - 100,00

Papua Barat 99,22 0,78 100,00

Papua 71,43 28,57 100,00

Indonesia 95,74 4,26 100,00

https://www.bps.go.id

(54)

|

Tabel 3. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Pendidikan Tertinggi Penanggungjawab/Pemilik Usaha, Tahun 2019

Provinsi

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Total SMA/SMK

Sederajat kebawah

Diploma

I/II/III Diploma

IV/S1 S2/S3

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 42,34 13,25 40,78 3,63 100,00

Sumatera Utara 61,93 5,54 30,84 1,69 100,00

Sumatera Barat 58,16 7,42 29,97 4,45 100,00

Riau 57,73 9,09 30,91 2,27 100,00

Jambi 65,34 6,37 27,09 1,20 100,00

Sumatera Selatan 60,84 8,39 29,14 1,63 100,00

Bengkulu 59,96 4,51 32,24 3,29 100,00

Lampung 64,32 7,99 25,18 2,51 100,00

Kep. Bangka Belitung 66,08 8,48 24,03 1,41 100,00

Kepulauan Riau 77,45 7,64 13,45 1,46 100,00

DKI Jakarta 53,73 12,16 31,08 3,03 100,00

Jawa Barat 76,48 7,03 15,13 1,36 100,00

Jawa Tengah 68,81 8,23 20,57 2,39 100,00

D.I. Yogyakarta 58,27 7,97 30,36 3,40 100,00

Jawa Timur 61,49 6,74 29,87 1,90 100,00

Banten 73,68 3,46 20,30 2,56 100,00

Bali 52,74 14,60 29,19 3,47 100,00

Nusa Tenggara Barat 60,38 9,29 28,42 1,91 100,00

Nusa Tenggara Timur 50,00 4,88 42,07 3,05 100,00

Kalimantan Barat 66,54 4,56 27,76 1,14 100,00

Kalimantan Tengah 64,74 9,25 25,43 0,58 100,00

Kalimantan Selatan 66,29 5,88 26,25 1,58 100,00

Kalimantan Timur 67,04 7,14 23,35 2,47 100,00

Kalimantan Utara 65,71 3,81 28,57 1,91 100,00

Sulawesi Utara 76,92 4,05 17,81 1,22 100,00

Sulawesi Tengah 55,74 8,19 31,15 4,92 100,00

Sulawesi Selatan 55,07 6,23 32,99 5,71 100,00

Sulawesi Tenggara 47,78 8,87 38,92 4,43 100,00

Gorontalo 57,61 5,43 32,61 4,35 100,00

Sulawesi Barat 43,70 9,66 42,86 3,78 100,00

Maluku 53,74 16,37 28,47 1,42 100,00

Maluku Utara 63,93 9,84 24,59 1,64 100,00

Papua Barat 61,42 7,09 31,49 - 100,00

Papua 34,29 5,71 60,00 - 100,00

Indonesia 62,69 8,09 26,76 2,46 100,00

https://www.bps.go.id

(55)

|

Tabel 4. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, Tahun 2019

Provinsi Lapangan Usaha

A B,C D E F G H I

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,26 15,06 0,26 0,26 0,52 51,16 0,26 19,22

Sumatera Utara - 8,43 - 0,24 0,72 44,34 12,29 14,22

Sumatera Barat 1,48 15,43 0,30 - 0,30 49,85 4,15 18,99

Riau 3,18 11,36 0,91 - - 48,18 3,64 19,55

Jambi 0,80 12,75 - - - 42,23 5,57 18,32

Sumatera Selatan 0,70 8,39 0,23 - - 47,55 7,69 24,48

Bengkulu 5,03 10,23 0,69 0,35 - 47,49 2,08 14,73

Lampung 0,84 11,10 0,12 - 0,24 44,03 4,06 21,00

Kep. Bangka

Belitung 1,06 13,07 - - 0,36 37,81 2,47 22,61

Kepulauan Riau - 15,64 0,36 - 0,36 50,91 4,36 18,18

DKI Jakarta - 1,48 - - - 68,15 11,97 11,71

Jawa Barat 0,24 7,15 0,18 0,06 0,18 48,04 12,47 15,13

Jawa Tengah 1,67 10,83 0,28 0,06 0,22 46,03 6,61 15,84

D.I. Yogyakarta 1,06 20,40 - - 0,35 33,41 7,27 22,63

Jawa Timur 0,15 17,13 - 0,15 0,59 39,31 5,42 18,96

Banten 0,16 5,26 - 0,30 - 63,61 5,26 13,98

Bali - 8,94 - - 0,91 43,61 4,01 17,52

Nusa Tenggara

Barat 0,55 12,84 - - - 45,36 3,28 20,49

Nusa Tenggara

Timur 1,22 6,10 1,22 - 0,61 50,60 7,32 6,10

Kalimantan Barat 1,14 11,03 0,38 - - 49,81 1,14 18,25

Kalimantan

Tengah - 8,68 - - - 52,60 1,73 17,92

Kalimantan Selatan 0,45 11,77 - - 0,45 50,68 1,58 23,08

Kalimantan Timur 1,65 11,54 - - - 40,66 4,95 23,35

Kalimantan Utara 0,95 7,62 - - - 68,57 - 15,24

Sulawesi Utara 0,40 3,24 - - - 28,34 16,60 36,03

Sulawesi Tengah 0,41 8,20 - - 0,82 65,16 5,33 9,43

Sulawesi Selatan - 7,27 0,26 - - 56,88 10,64 12,47

Sulawesi Tenggara 0,99 8,87 0,49 - - 48,27 2,96 21,18

Gorontalo - 16,30 - - - 52,17 3,26 16,31

Sulawesi Barat - 18,91 0,84 - - 52,52 2,94 13,87

Maluku 0,36 6,41 - - 0,36 43,06 5,69 13,88

Maluku Utara - 1,64 1,64 - - 49,18 - 37,70

Papua Barat - 11,81 - - - 37,80 - 24,41

Papua - 2,86 - - - 25,71 14,29 45,71

Indonesia 0,76 10,27 0,17 0,06 0,24 48,42 6,65 17,55

Keterangan:

A B,C D E

: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

: Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan : Pengadaan Listrik, Gas/Uap Air Panas, dan Udara Dingin : Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang

F G H I

: Konstruksi

: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

: Pengangkutan dan Pergudangan

: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

https://www.bps.go.id

(56)

|

Tabel 4. Lanjutan

Provinsi Lapangan Usaha

Total

J K L M,N P Q R,S

(1) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

Aceh 3,64 0,26 0,52 2,60 1,04 0,26 4,68 100,00

Sumatera Utara 4,82 0,24 - 6,02 0,96 0,49 7,23 100,00

Sumatera Barat 0,60 - 0,60 4,75 0,59 0,59 2,37 100,00

Riau 1,82 - - 5,00 - 0,45 5,91 100,00

Jambi 0,80 3,19 0,40 5,98 1,20 1,59 7,17 100,00

Sumatera Selatan 1,40 0,70 0,23 2,34 0,93 - 5,36 100,00

Bengkulu 3,98 0,52 - 3,81 0,69 0,69 9,71 100,00

Lampung 4,06 1,43 0,24 4,77 1,43 0,71 5,97 100,00

Kep. Bangka

Belitung 6,01 0,71 - 8,48 2,12 0,71 4,59 100,00

Kepulauan Riau 2,55 0,36 0,36 2,55 0,73 - 3,64 100,00

DKI Jakarta 1,55 0,64 0,13 0,90 0,64 0,19 2,64 100,00

Jawa Barat 6,26 0,30 0,12 1,71 0,12 0,59 7,45 100,00

Jawa Tengah 3,84 1,17 0,39 1,00 0,67 0,33 11,06 100,00

D.I. Yogyakarta 1,29 0,35 0,47 2,93 1,88 0,23 7,73 100,00

Jawa Timur 3,58 0,58 0,37 4,17 1,39 0,73 7,47 100,00

Banten 3,31 1,20 0,45 1,50 0,16 0,60 4,21 100,00

Bali 1,83 0,73 0,19 11,68 0,36 0,73 9,49 100,00

Nusa Tenggara

Barat 6,01 1,91 0,27 5,47 0,27 - 3,55 100,00

Nusa Tenggara

Timur 11,59 - - 6,71 1,22 0,60 6,71 100,00

Kalimantan Barat 2,66 0,38 0,76 6,84 1,14 0,77 5,70 100,00 Kalimantan

Tengah 1,73 1,73 - 6,36 - - 9,25 100,00

Kalimantan

Selatan 2,71 0,23 - 2,49 0,68 0,68 5,20 100,00

Kalimantan Timur 3,02 0,27 0,82 3,85 - - 9,89 100,00

Kalimantan Utara 0,95 - - 2,86 0,96 0,95 1,90 100,00

Sulawesi Utara 8,50 0,41 0,41 2,43 0,81 0,40 2,43 100,00

Sulawesi Tengah 3,27 - - 2,46 - - 4,92 100,00

Sulawesi Selatan 2,34 0,78 - 4,68 0,78 0,26 3,64 100,00

Sulawesi Tenggara 8,87 0,49 - 6,40 - - 1,48 100,00

Gorontalo 6,52 1,09 - - - - 4,35 100,00

Sulawesi Barat 2,52 - - 2,52 0,42 0,42 5,04 100,00

Maluku 14,59 2,49 - 6,05 0,71 0,71 5,69 100,00

Maluku Utara 3,28 - - 1,64 1,64 - 3,28 100,00

Papua Barat 6,30 0,79 - 11,02 - - 7,87 100,00

Papua 2,86 - - 2,86 - - 5,71 100,00

Indonesia 3,78 0,72 0,25 3,48 0,75 0,45 6,45 100,00

Keterangan:

J K L M,N

: Informasi dan Komunikasi : Aktivitas Keuangan dan Asuransi : Real Estat

: Jasa Perusahaan

P Q R,S

: Pendidikan

: Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial : Jasa Lainnya

https://www.bps.go.id

(57)

|

Tabel 5. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Melakukan Ekspor, Tahun 2019

Provinsi Melakukan Ekspor Total

Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

Aceh 6,23 93,77 100,00

Sumatera Utara 3,13 96,87 100,00

Sumatera Barat 5,34 94,66 100,00

Riau 7,27 92,73 100,00

Jambi 2,39 97,61 100,00

Sumatera Selatan 3,03 96,97 100,00

Bengkulu 4,16 95,84 100,00

Lampung 3,34 96,66 100,00

Kep. Bangka Belitung 2,12 97,88 100,00

Kepulauan Riau 5,45 94,55 100,00

DKI Jakarta 6,50 93,50 100,00

Jawa Barat 6,50 93,50 100,00

Jawa Tengah 4,50 95,50 100,00

D.I. Yogyakarta 4,57 95,43 100,00

Jawa Timur 4,17 95,83 100,00

Banten 3,91 96,09 100,00

Bali 12,04 87,96 100,00

Nusa Tenggara Barat 6,56 93,44 100,00

Nusa Tenggara Timur 5,49 94,51 100,00

Kalimantan Barat 3,80 96,20 100,00

Kalimantan Tengah 2,89 97,11 100,00

Kalimantan Selatan 2,94 97,06 100,00

Kalimantan Timur 3,57 96,43 100,00

Kalimantan Utara 2,86 97,14 100,00

Sulawesi Utara 2,02 97,98 100,00

Sulawesi Tengah 4,10 95,90 100,00

Sulawesi Selatan 2,34 97,66 100,00

Sulawesi Tenggara 1,48 98,52 100,00

Gorontalo 1,09 98,91 100,00

Sulawesi Barat 0,42 99,58 100,00

Maluku 2,85 97,15 100,00

Maluku Utara 1,64 98,36 100,00

Papua Barat 1,57 98,43 100,00

Papua 2,86 97,14 100,00

Indonesia 4,68 95,32 100,00

https://www.bps.go.id

(58)

|

Tabel 6. Persentase Tenaga Kerja Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, Tahun 2019

Provinsi Jenis Kelamin Tenaga Kerja

Total Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Aceh 43,62 56,38 100,00

Sumatera Utara 51,49 48,51 100,00

Sumatera Barat 45,43 54,57 100,00

Riau 44,16 55,84 100,00

Jambi 51,19 48,81 100,00

Sumatera Selatan 54,41 45,59 100,00

Bengkulu 52,23 47,77 100,00

Lampung 52,38 47,62 100,00

Kep. Bangka Belitung 51,73 48,27 100,00

Kepulauan Riau 47,86 52,14 100,00

DKI Jakarta 55,35 44,65 100,00

Jawa Barat 61,44 38,56 100,00

Jawa Tengah 45,74 54,26 100,00

D.I. Yogyakarta 58,76 41,24 100,00

Jawa Timur 53,88 46,12 100,00

Banten 55,50 44,50 100,00

Bali 57,12 42,88 100,00

Nusa Tenggara Barat 55,89 44,11 100,00

Nusa Tenggara Timur 47,08 52,92 100,00

Kalimantan Barat 48,58 51,42 100,00

Kalimantan Tengah 41,16 58,84 100,00

Kalimantan Selatan 55,82 44,18 100,00

Kalimantan Timur 50,61 49,39 100,00

Kalimantan Utara 33,33 66,67 100,00

Sulawesi Utara 49,02 50,98 100,00

Sulawesi Tengah 43,08 56,92 100,00

Sulawesi Selatan 52,32 47,68 100,00

Sulawesi Tenggara 43,09 56,91 100,00

Gorontalo 46,83 53,17 100,00

Sulawesi Barat 39,87 60,13 100,00

Maluku 36,64 63,36 100,00

Maluku Utara 39,11 60,89 100,00

Papua Barat 54,77 45,23 100,00

Papua 62,41 37,59 100,00

Indonesia 52,52 47,48 100,00

https://www.bps.go.id

(59)

|

Tabel 7. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Media Penjualan, Tahun 2019

Provinsi

Media Penjualan Website Marketplace/

Platform

Digital Media Sosial Pesan Instan

(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 4,16 16,10 78,44 95,06

Sumatera Utara 6,27 24,82 58,55 87,71

Sumatera Barat 2,67 21,66 80,71 83,68

Riau 3,18 24,09 89,55 91,82

Jambi 2,79 19,12 79,68 92,43

Sumatera Selatan 4,66 27,51 69,70 86,71

Bengkulu 1,73 9,36 70,36 98,09

Lampung 2,74 13,48 59,90 97,49

Kep. Bangka Belitung 2,12 6,36 66,43 98,23

Kepulauan Riau 1,45 15,27 61,82 97,45

DKI Jakarta 12,36 69,88 61,90 75,80

Jawa Barat 4,31 30,38 51,36 89,89

Jawa Tengah 4,28 21,18 54,59 95,05

D.I. Yogyakarta 7,27 30,25 50,88 91,21

Jawa Timur 6,52 26,35 62,45 94,44

Banten 2,71 17,29 56,39 94,59

Bali 13,69 28,10 67,70 88,32

Nusa Tenggara Barat 3,28 12,57 85,25 94,54

Nusa Tenggara Timur 1,22 11,59 84,15 86,59

Kalimantan Barat 2,28 17,87 80,61 93,16

Kalimantan Tengah 1,16 8,67 91,91 94,80

Kalimantan Selatan 2,49 24,66 59,28 95,48

Kalimantan Timur 0,55 11,54 79,67 93,13

Kalimantan Utara - 5,71 90,48 96,19

Sulawesi Utara 3,24 34,01 69,64 68,42

Sulawesi Tengah 2,46 13,11 85,66 88,11

Sulawesi Selatan 3,90 31,95 67,01 83,90

Sulawesi Tenggara 0,99 7,39 84,24 95,07

Gorontalo 4,35 10,87 90,22 88,04

Sulawesi Barat 1,68 4,20 93,70 93,70

Maluku 5,34 16,37 74,73 89,32

Maluku Utara - 4,92 73,77 91,80

Papua Barat 2,36 9,45 88,98 85,83

Papua 5,71 42,86 74,29 71,43

Indonesia 4,96 25,72 65,14 90,56

Keterangan:

Pembagi adalah jumlah usaha E-Commerce yang melakukan transaksi di tahun 2019, data berasal dari pertanyaan dengan jawaban multiple choice

https://www.bps.go.id

(60)

|

Tabel 8. Persentase Usaha

E-Commerce

menurut Provinsi dan Tahun Mulai Beroperasi secara Komersial, Tahun 2019

Provinsi Tahun Mulai Beroperasi secara Komersial

Total

<2010 2010-2016 2017-2019

(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 13,25 37,14 49,61 100,00

Sumatera Utara 21,93 31,81 46,26 100,00

Sumatera Barat 11,87 35,01 53,12 100,00

Riau 7,27 33,18 59,55 100,00

Jambi 13,55 33,86 52,59 100,00

Sumatera Selatan 18,65 34,50 46,85 100,00

Bengkulu 17,16 40,73 42,11 100,00

Lampung 18,38 39,14 42,48 100,00

Kep. Bangka Belitung 16,25 42,76 40,99 100,00

Kepulauan Riau 16,00 44,36 39,64 100,00

DKI Jakarta 11,97 41,96 46,07 100,00

J

Gambar

Gambar 2. Usaha  E-Commerce  menurut Selisih Tahun Mulai  E-Commerce  dengan  Tahun Mulai Beroperasi, Tahun 2019
Gambar 4. Gender Pekerja Usaha  E-Commerce  menurut Lapangan Usaha/Kategori,  Tahun 2019
Gambar 9. Usaha  E-Commerce  menurut Dua Kelompok Barang dan Jasa yang Terjual   Terbesar melalui Transaksi  E-Commerce , Tahun 2019
Tabel 2.   Persentase  Usaha  E-Commerce  yang  Melakukan  Transaksi  Penjualan  menurut Provinsi, Tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Publikasi Statistik Daerah Kecamatan Karangmoncol 2015 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar

Tahun 2020, badan pusat statistik menyatakan bahwa rata-rata produktivitas padi sawah di Indonesia mencapai 5,114 ton per hektar (Badan Pusat Statistik, 2020). Tinggi rendahnya

Publikasi Statistik Daerah Kecamatan Mrebet 2015 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Keca-

Katalog Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok 2020 Kecamatan Lembah Gumanti Dalam Angka.. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Buku ini menyajikan data dan statistik terkini tentang industri ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun

Statistik konstruksi Indonesia tahun

Buku Statistik Sektoral Kota Bandar Lampung Tahun 2020 berisi data sekunder yang bersumber dari OPD Pemerintah Kota Bandar

Dokumen ini adalah publikasi statistik tahunan Kota Bandar Lampung tahun 2025 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Bandar