This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
595
PERSPEKTIF
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif
Strategi Adaptasi Petani Minyak Putih Memanfaatkan Jejaring Sosial dan Kebiasaan Makan dalam Situasi Pandemi
Covid-19
White Oil Farmer’s Adaptation Strategy Utilizing Social Networking and Eating Habits in the Covid-19 Pandemic
Situation
Muhamad Chairul Basrun Umanailo
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Iqra Buru, Indonesia
Diterima: 24 Desember 2022; Direview: 23 Januari 2023; Disetujui: 08 Maret 2023 Abstrak
Sifat antiseptik, antibakteri, dan antijamur minyak kayu putih menjadikannya barang yang sangat diminati masyarakat, hasil ekstraksi dari tanaman kayu putih dan dijual sebagai produk unggul. Petani harusnya dapat meningkatkan taraf hidup karena ketersediaan sumber daya alam yang melimpah namun pada kenyataannya mereka masih berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan deskripsi dengan menyelidiki dan mengkaji mekanisme pola adaptasi yang dikembangkan oleh petani minyak kayu putih serta memahami kelangsungan hidup mereka sehari-hari dengan memanfaatkan jaringan sosial dan kebiasaan makan mereka. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sudut pandang fenomenologis sebagai metodologi penelitian. Pengumpulan data dilakukan menggunakan catatan, wawancara, kajian pustaka yang dianggap relevan. Temuan studi menunjukkan bahwa pandemi telah mengurangi kemungkinan tenaga kerja, yang menyebabkan petani minyak kayu putih menjadi "inovator" dengan menjual minyak secara langsung tanpa melalui metode yang telah disepakati bersama. Struktur sosial yang tercipta sebagai hasil dari hubungan emosional tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi kokoh dan bertahan lama. Hal tersebut berdampak signifikan terhadap pola adaptasi yang dilakukan petani minyak kayu putih, sehingga kebiasaan makan menjadi perilaku yang dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif disamping pola adaptasi yang dilakukan petani minyak kayu putih dalam proses mengatasi keadaan selama pandemi.
Kata Kunci: Jaringan; Struktur; Pandemi; Adaptasi
Abstract
Eucalyptus oil is highly sought after because of its antiseptic, antibacterial, and antifungal characteristics. It is marketed as a high-quality supplement because it is taken from eucalyptus trees. Even though there are plenty of resources to help farmers improve their lot in life, many are still struggling to make ends meet. This research aims to understand better how eucalyptus oil growers use their social networks and dietary habits to get by daily. This study adopts a phenomenological approach, which is a qualitative research methodology. Relevant notes, interviews, and literature reviews were used to compile the data. According to the study, the pandemic has restricted employment opportunities, prompting eucalyptus oil farmers to become “innovators” by selling oil directly to customers without going via a mutually agreed upon procedure. When people invest time and energy into developing meaningful relationships with one another, it usually pays off in the form of long-lasting and stable social institutions. Eating habits have become influenced by subjective attitudes and conventions and the adaptation patterns carried out by eucalyptus oil producers in coping with conditions during a pandemic.
Keywords: Network; Structure; Pandemic; Adaptation
How to Cite: Umanailo, M. C. B. (2023). Strategi Adaptasi Petani Minyak Putih Memanfaatkan Jejaring Sosial dan Kebiasaan Makan dalam Situasi Pandemi Covid-19. PERSPEKTIF, 12 (2): 595-603
*Corresponding author:
E-mail: [email protected]
ISSN 2085-0328 (Print) ISSN 2684-9305 (Online)
sebagai bahan aktif potensial dalam produk farmasi yang dapat menghentikan penyebaran virus. Namun, meski harganya naik lebih dari dua kali lipat, minyak kayu putih menjadi semakin sulit didapat (Sudradjat, 2020). Pemilik lahan memanfaatkan situasi ini untuk meningkatkan produksi dan pendapatan mereka. Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, kuantitas produksi minyak kayu putih mengalami peningkatan dengan jumlah yang sangat besar, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1.
Gambar 1.
Produksi minyak kayu putih nasional (liter) 2016-2002
Badan Pusat Statistik, 2021
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 25,06 juta liter. Jika dibandingkan dengan total volume produksi tahun sebelumnya yang mencapai 7,6 juta liter, angka ini meningkat 229,5%. Pada tahun 2020, minyak kayu putih yang dihasilkan paling banyak berasal dari Maluku dan Papua yaitu sebanyak 25,02 juta liter atau 99,8 persen dari total nasional (Waemesse et al., 2020).
Penelitian ini dibangun dari pengamatan awal terhadap kehidupan sosial ekonomi petani minyak kayu putih pada masa pandemi Covid-19, ketika kondisi mereka stagnan dan terlihat lebih resisten terhadap kondisi yang ada. Selama ini, kondisi mereka terlihat lebih tahan terhadap kondisi fluktuatif. Ditemukan pola saling membantu dan bersepakat untuk melakukan kegiatan di luar kesepakatan, seperti menjual minyak langsung atau membatasi simpanan barang-barang olahan kepada pemilik lahan. Pola-pola ini terbukti sangat umum. Selain itu, mereka tetap bertahan menjalani hidup sebagai
petani tanpa harus mencari pekerjaan di luar lingkungan kerja mereka, pola makan menjadi peran pendukung dalam keberlangsungan rumah tangga dan mata pencaharian petani selama pandemi Covid- 19; kondisi tersebut membuat riset ini dibangun untuk menemukan motivasi yang mendasari perilaku petani minyak kayu putih.
Kondisi ekonomi petani minyak kayu putih di Kabupaten Buru tergolong rendah dalam struktur tenaga kerja daerah (Djunaidi et al., 2021). Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen pemetaan untuk keberlanjutan petani minyak kayu putih serta dukungan empiris terhadap pola model perlindungan sosial ekonomi bagi petani minyak kayu putih.
Karena profesi ini memiliki daya tahan yang cukup kuat menghadapi pandemi, diharapkan penelitian ini dapat membuahkan hasil tersebut. Selain itu, temuan penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan solusi atas kesulitan-kesulitan dalam rangka mengatasi penurunan jumlah petani minyak kayu putih, yang akan memungkinkan produksi yang lebih besar serta peningkatan kesejahteraan petani minyak kayu putih
METODE PENELITIAN
Penelitian ini disetting untuk melihat fenomena adaptasi petani minyak kayu putih dalam menghadapi pandemi covid-19 dengan memanfaatkan jaringan sosial serta kebiasaan makan sehari-hari. Strategi adaptasi menjadi menarik ketika ada penggunaan pola jaringan serta kebiasaan yang dapat membentuk suatu kebiasaan baru maupun bahan referensi bagi masyarakat petani lainnya. Penelitian ini berfokus pada beberapa masalah sebagaimana diurai dalam tabel 1.
Table 1. Research Focus Description of
Research Focus
Information Gathering Techniques
597 Tindakan petani dalam
aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup
Interviews and literature review Pembentukan jaringan
sentiment
Observations and interviews
Pemanfaatan lingkungan alam untuk pemenuhan konsumsi rumahtangga
Observations and interviews
Alasan utama ketika peneliti memakai fenomenologi sebagai pendekatan dalam penelitian ini karena adanya sesuatu keunikan dari pola hidup petani minyak kayu putih dalam kondisi pandemi mampu memanfaatkan sumberdaya material (alam) serta non material (jaringan) untuk mempertahankan keberlangsungan hidup.
Dengan pendekatan fenomenologi peneliti ingin lebih secara mendalam memahami struktur kesadaran orang-orang yang berada dalam situasi- situasi tertentu (Harrington et al., 2015; Sundler et al., 2019), dengan maksud untuk memahami motif dan makna petani minyak kayu putih terkait dengan strategi adaptasi mereka.
Tabel 2. Sebaran informan
Desa sasaran Petani Pemilik Lahan
Jamilu 5
Karang Jaya 4 1
Siahoni 2
Waeperang 3 1
Sawa 3 1
Waplau 4 2
Lamahang 4 1
Waspait 5 1
Airbuaya 3 1
Waitele 3 1
aeflan 6 2
Kubalahin 3 1
Tifu 2 1
Total 45 15
Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling (Etikan, 2016; Tongco, 2007), di mana peneliti melakukan pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria informan yang peneliti anggap sesuai untuk mendalami penelitian ini antara lain; 1) Orang yang profesinya sebagai petani minyak kayu putih. 2) Orang yang bukan petani namun
memiliki lahan pohon kayu putih. 3) Orang yang bukan petani dan tidak memiliki lahan namun menjadi pembeli minyak kayu putih dari petani maupun pemilik lahan. Adapun 60 orang informan yang peneliti pilih yang terbagi menjadi 45 petani, 15 orang pemilik lahan serta ditambahkan 3 orang pembeli minyak kayu putih serta 2 staf desa dan 1 orang tokoh masyarakat, sebaran informan dapat dilihat pada tabel 2.
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan empat langkah. Langkah pertama adalah melakukan reduksi data.
Reduksi data digunakan untuk mengetahui pola perubahan untuk memetakan data yang diperoleh secara efisien. Langkah kedua adalah proses menampilkan data.
Penyajian data dilakukan dengan memilah data dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu proses pemahaman data dan penarikan kesimpulan, gambaran tentang pola analisis data diuraikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Interactive Model HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi ekonomi petani minyak kayu putih pada masa pandemi Covid-19 berada pada level yang cukup rendah dalam struktur tenaga kerja di Kabupaten Buru. Namun pada kenyataannya, profesi ini memiliki daya tahan yang kuat terhadap pandemi, artinya meski pendapatan mereka tidak bertambah, mereka
Data
Collection Data Display
Conclusions drawing/verifying Data
Condensation
lebih nyaman hidup dalam kondisi tersebut.
Situasi mereka sebanding dengan petani lahan kering di Pulau Lombok dan petani garam di Aceh (Kiram & Zamzami, 2021; Wuryantoro &
Ayu, 2020). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan minyak kayu putih sebagai obat alternatif terus meningkat, meskipun belum ada peningkatan untuk taraf hidup mereka. Penelitian ini melihat adaptasi memiliki kemampuan potensial untuk perubahan sosial dan ekonomi dengan memanfaatkan lokalitas seperti jejaring sosial dan kebiasaan makan
Fakta bahwa petani minyak kayu putih di 13 desa yang berbeda memiliki akses ke sumber daya dalam bentuk kebiasaan setempat telah muncul sebagai sumber keunggulan kompetitif yang signifikan bagi mereka dalam kehidupan sosial ekonomi. Solusi adaptasi yang dianggap fleksibel dalam pendekatannya untuk menghadapi kesulitan ekonomi digunakan untuk mengatasi kondisi ekonomi yang menantang selama pandemi.
Ketika dihadapkan pada situasi pandemi yang sangat membatasi ruang yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup, beberapa bentuk adaptasi yang dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan sumber ekonomi (pekerjaan sehari-hari), memanfaatkan lahan sekitar rumah dan kampung, dan menjaga pola makan sederhana. Petani selalu mengutamakan sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ini termasuk ketersediaan sumber daya alam seperti air dan tanah, yang berpotensi menjadi sumber pangan dan berkontribusi pada perekonomian pedesaan. Menurut teori adaptasi yang dikembangkan oleh Robert K. Merton, adaptasi dapat dipecah menjadi empat pola yang berbeda: konformitas, inovasi, ritualisme, reatrism, dan pemberontakan.
Setelah itu, pola adaptasi dari 13 desa yang berbeda diolah, dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pola Adaptasi yang Perlu Dipetakan
Pengolahan Data Primer untuk Penelitian yang Dilakukan Tahun 2022
Prevalensi dua strategi adaptasi yang berbeda, yaitu konformitas dan inovasi, diuraikan pada Tabel 3. Petani, sebagai bentuk konformitas, selalu mengikuti cara dan tujuan yang ditetapkan masyarakat berupa bahan untuk konsumsi sehari-hari yang diambil dari lokasi sekitar desa, seperti umbi-umbian, pisang, dan sayuran yang tumbuh subur di sekitar desa. Hal ini dilakukan untuk menjaga sumber makanan dan memastikan ketersediaan makanan selalu cukup. Sebagai perbandingan, strategi adaptasi inovasi terdiri dari pemasaran produk yang mengandung minyak kayu putih kepada pelanggan secara langsung. Di satu sisi, penjualan minyak merupakan tindakan yang dapat membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun di sisi lain akan mengganggu proses yang digunakan pemerintah untuk menentukan harga jual minyak. Keadaan ini dapat dianggap sebagai seseorang yang mengikuti tujuan yang ditetapkan oleh masyarakat, tetapi dia menggunakan suatu cara yang dilarang. Namun, perilaku individu ini mengikuti tujuan yang ditetapkan oleh masyarakat
Jaringan sentimen adalah salah satu jaringan dalam masyarakat yang
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PERCENTAGE
VILLAGE
conformity innovation Ritualism Retreatism Rebellion
599 dikembangkan berdasarkan ikatan sosial yang bermuatan emosional seperti jaringan persahabatan, persaudaraan, atau kesamaan asal dan kepentingan. Contoh jaringan sentimen lainnya adalah jaringan persaudaraan dan jaringan kepentingan.
Ikatan sosial itu sarat dengan kepentingan karena merekalah yang membentuknya.
Pemetaan pembentukan jaringan kepentingan dan jaringan sentimen di lokasi penelitian dijelaskan pada tabel berikut;
Tabel 4. Pemetaan Pola Jejaring Sosial
Pengolahan Data Primer untuk Penelitian yang Dilakukan Tahun 2022
Cara seseorang atau sekelompok individu memutuskan makanan apa yang akan dikonsumsi sebagai reaksi terhadap variabel fisiologis, psikologis, dan sosial budaya disebut sebagai kebiasaan makan mereka. Belajar membentuk pola makan, yang tidak diwariskan melainkan diperoleh dari waktu ke waktu. Baik pendidikan gizi dan kesehatan serta tindakan yang melibatkanpemasaran atau distribusi makanan berpotensi membawa perubahan pola makan. Temuan penelitian ini mengenai pola makan petani di 13 wilayah berbeda dibagi menjadi tiga kategori: makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang dikonsumsi, dan berapa kali petani makan dalam seminggu. Temuan dirangkum dalam tabel yang dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Aspek khas pola makan pekerja pedesaan dan petani
Pengolahan Data Primer untuk Penelitian yang Dilakukan Tahun 2022
Persentase variabel dari jenis makanan, jumlah makanan, dan berapa kali per minggu orang makan disajikan pada Tabel 5. Jenis makanan yang dimakan adalah versi olahan dari produk alami yang ditemukan di sekitar desa, seperti tomat, cabe, dan sayuran, makanan ini dimakan setiap hari. Sementara itu, Desa Tifu memiliki tingkat dominasi tertinggi dalam hal jumlah makanan.
Pasalnya, jumlah sajian makanan yang ditawarkan memiliki variasi pilihan yang lebih banyak, seperti ikan bakar atau goreng.
Selain itu, sayuran yang diberikan biasanya lebih dari dua olahan berbeda. Misalnya, mereka mungkin dimasak atau disajikan sebagai sayuran segar. Di komunitas Airbuaya, makan menghabiskan banyak waktu di siang hari, bahkan sebelum matahari terbit hingga malam hari frekuensi makan bisa mencapai empat kali.
Orang semakin mencari minyak kayu putih sebagai elemen medis selama wabah Covid-19. Pasalnya, minyak kayu putih dianggap mampu mencegah penyebaran virus. Petani yang menghabiskan hari-harinya untuk memurnikan minyak kayu putih seharusnya mendapatkan kesempatan yang lebih baik dalam situasi ini, tetapi mereka yang benar-benar melakukan tugas tersebut harus bertahan dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Tabel 1 menunjukkan bagaimana petani dapat memaksimalkan sumber daya ekonominya dalam menghadapi
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Airbuaya Kubalahin Lamahang Jamilu Karang Jaya Sawa Siahoni Waeperang Waflan Tifu Waitele Waplau Waspait
C h a r t T i t l e
Jaringan Sentiment Jaringan Interest
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jenis Makanan Jumlah Makanan Frekuensi Makan
kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan dengan menggunakan cara yang sering disebut dengan adaptasi. Strategi ini menunjukkan bagaimana petani dapat menggunakan semua sumber daya yang mereka miliki. Adaptasi adalah proses di mana seorang individu memodifikasi perilakunya sebagai respons terhadap lingkungannya. Tindakan menyesuaikan diri dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan seseorang dikenal sebagai penyesuaian. Mengubah lingkungan seseorang agar sesuai dengan preferensinya sendiri adalah interpretasi lain dari istilah tersebut. Dalam bentuknya yang paling mendasar, adaptasi adalah proses pemenuhan prasyarat untuk kelangsungan hidup (Ariyani, 2013; Azizah et al., 2018;
Nurhayati et al., 2020).
Terbukti bahwa pola adaptasi konformitas dan inovasi mendominasi pada komunitas ini, yang merupakan indikasi bahwa komunitas ini merupakan komunitas kesatuan yang aktif. Komunitas kesatuan yang aktif adalah suatu kondisi di mana semua bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam tingkat keharmonisan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa mengakibatkan konflik terus-menerus yang tidak dapat diselesaikan atau dikelola. Fakta bahwa masyarakat di 13 desa tersebut memiliki pola adaptasi yang berbeda-beda menjadi bukti bahwa komunitas ini merupakan komunitas kesatuan yang aktif. Menurut Robert K.
Merton, mayoritas masyarakat kelas menengah telah mampu mengakses peluang di masyarakat, seperti pendidikan (Lee, 2021) dan kesehatan yang lebih baik, guna memenuhi kebutuhan ekonomi melalui kerja keras. Oleh karena itu, konformitas telah menjadi sikap petani minyak kayu putih yang cenderung menerima baik tujuan budaya yang ditetapkan maupun cara untuk mencapai tujuan tersebut. Di sisi lain, inovasi merupakan respon karena ketegangan yang ditimbulkan oleh penekanan budaya, seperti situasi pandemi, yang sangat membatasi ruang dan gerak masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, bagi masyarakat yang tinggal di 13 desa,
pandemi ini telah membatasi kesempatan kerja, yang menyebabkan masyarakat menjadi “inovator” dengan menjual minyak secara langsung tanpa melalui mekanisme yang telah diatur sebelumnya. Menurut perspektif Robert K. Merton, inovator menerima atau mengikuti tujuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan menggunakan teknik yang tidak dapat diterima secara sosial (termasuk tindakan ilegal) (Malti et al., 2017;
Swedberg, 2022).
Dalam penelitian yang dilakukan Diana Nurhayati tentang persepsi dan strategi masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim di kawasan Asia Tenggara, dia menemukan bahwa petani meningkatkan jumlah pupuk yang mereka aplikasikan ke ladang mereka, mempraktikkan penanaman campuran, dan menunda panen sebagai reaksinya. terhadap perubahan iklim yang terjadi di wilayah tersebut. Temuan ini memungkinkan kita untuk melacak pola konformitas dan inovasi dalam adaptasi.
mereka (Nurhayati et al., 2020). Senada dengan itu, Novita Mandasari Hutagaol menginvestigasi strategi adaptasi Orang Laut di Batam. Di wilayah ini, kegiatan penangkapan ikan meliputi modifikasi alat tangkap, dan kehidupan sehari-hari dilakukan dengan bertempat tinggal di rumah terapung sebagai pola kesesuaian dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga (Hutagaol, 2018).
Walaupun dalam pola adaptasi yang sama, konformitas dan inovasi yang terjadi di lokasi penelitian berbeda dengan dua pola yang ditemukan di wilayah terpisah. Ini terjadi bahkan dalam pola adaptasi yang sama. Di tempat penelitian dilakukan, cita-cita budaya tercipta dengan penerimaan terhadap pandemi dimana setiap petani menghadapi posisi yang sulit karena terbatasnya pemenuhan kebutuhan hidup. Studi sebelumnya menemukan bahwa masyarakat bersedia merangkul cita-cita budaya yang dibangun secara kolaboratif meskipun dalam kondisi yang tidak merata. Sementara dari sisi inovasi, desakan kebutuhan ekonomi menjadi dasar bagi masyarakat di lokasi penelitian untuk beradaptasi dengan inovasi tersebut,
601 sedangkan bagi masyarakat di lokasi penelitian, keinginan untuk meningkatkan pendapatan dilakukan dengan mengintensifkan tindakan. Dalam konteks ini,
"inovasi" mengacu pada tekanan kebutuhan ekonomi.
Pernyataan berikut dapat dikemukakan dengan menerapkan tiga asumsi Robert K.
Merton pada dua adaptasi yang terjadi di lokasi penelitian: “Pertama, kesatuan fungsional masyarakat adalah suatu keadaan dimana semua bagian dari sistem sosial bekerja sama. dalam tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menimbulkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diselesaikan atau diatur. Kedua, semua bentuk sosial dan budaya yang dibakukan memiliki fungsi positif.”
Pola adaptasi yang dilakukan petani minyak kayu putih tentunya tidak terlepas dari jaringan sosial yang ada dalam komunitas petani. Menurut Agusyanto, jaringan sosial adalah suatu jenis jaringan tertentu yang ikatan yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya merupakan hubungan sosial.
Hubungan sosial adalah hasil dari interaksi yang sistematis (serangkaian perilaku) antara dua orang atau lebih (Agusyanto, 2012).
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jaringan sentimen mendominasi masyarakat di mana minyak kayu putih ditanam. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas jaringan yang terbentuk adalah pola-pola yang terbentuk dari hubungan sosial. Ini terjadi dalam situasi di mana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial, seperti dalam persahabatan, hubungan romantis, atau hubungan dengan kerabat dan sejenisnya.
Struktur sosial yang terbentuk dari hubungan emosional tersebut cenderung lebih stabil dan permanen, serta berdampak signifikan terhadap pola adaptasi yang dilakukan petani kayu putih. Akibatnya, sebuah mekanisme yang memiliki fungsi untuk memastikan stabilitas struktur yang ada muncul sebagai konsekuensinya.
Mekanisme ini memungkinkan hubungan sosial semacam ini dinilai sebagai semacam norma yang dapat membatasi suatu tindakan sosial yang cenderung mengganggu kelanggengan struktur masyarakat.
Kejadian di lokasi penelitian sama dengan yang terjadi pada hasil kajian jaringan komunikasi dalam partisipasi gerakan sosial dan lingkungan. Kajian ini membuktikan bahwa sentralitas jaringan komunikasi berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam gerakan sosial menolak pabrik semen karena solidaritas yang tinggi dan melahirkan pola adaptasi inovasi sebagai bentuk perlawanan (Hamidah et al., 2017; Hapsari et al., 2018). Edi Susrianto Indra Putu merupakan salah satu peneliti yang ikut serta dalam penelitian tersebut.
Kebiasaan makan seseorang menjadi perilaku yang dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif serta pola adaptasi yang dilakukan oleh pohon kayu putih. Fishbein dan Ajzen mengembangkan teori ini dalam Theory of Reasoned Action (TRA), yang mengemukakan bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh niat.
Ada pengaruh kuat dari pola adaptasi yang menyebabkan lahirnya kebiasaan baru pada masyarakat di 13 lokasi penelitian. Jenis makanan yang dimakan, jumlah yang dimakan, dan frekuensi makan merupakan indikator yang akan menunjukkan karakteristik masing-masing lokasi terhadap kebiasaan makan. Tentu saja, kebiasaan makan tidak lepas dari situasi.
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan makanan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosial budaya yang dialaminya (Zujko et al., 2020). Perubahan kebiasaan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 mengarah pada pola pemenuhan namun tidak pada peningkatan taraf hidup, artinya konsumsi dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik ketersediaan sumber daya mendorong perubahan pola makan dan kebiasaan makan sekaligus meningkatkan
Pola adaptasi situasi baru dengan meningkatkan jumlah dan frekuensi makan menjadi pola adaptasi inovasi yang mengarah pada keadaan yang lebih jauh dari pemenuhan kebutuhan nutrisi dasar. Petani minyak kayu putih tidak lagi mempertimbangkan jumlah nutrisi yang dibutuhkan melainkan menyesuaikan dengan kebiasaan dan apa yang menurut mereka
benar. Jumlah makanan dan frekuensi makanan hanyalah cara untuk mencapai kuantitas agar mereka selalu merasa kebutuhan fisiknya terpenuhi. Samuel Popkin percaya bahwa bukan itu masalahnya
SIMPULAN
Kemampuan jaringan sentimen membentuk kesadaran petani untuk mengadopsi pola makan yang bercirikan jenis pangan merupakan bagian integral dari pola adaptasi konformitas, sedangkan kebiasaan makan yang dibangun petani minyak kayu putih didukung oleh jejaring sentimen menjadi pola adaptasi inovasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa jejaring sosial menjadi dasar pengembangan dua pola adaptasi di 13 lokasi penelitian dengan objek petani minyak kayu putih.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia yang telah membantu melalui Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju pada tahun 2022. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Lembaga Kementerian Keuangan Republik Indonesia, dan semua pihak yang telah membantu sehingga proses penelitian ini dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, R. (2012). Dukungan Politik dan Jaringan Komunikasi Sosial Kasus Pemilihan Kepala Daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Journal Communication Spectrum: Capturing Ariyani, N. I. (2013). STRATEGI ADAPTASI ORANG ….
MINANG TERHADAP BAHASA, MAKANAN, DAN NORMA MASYARAKAT JAWA.
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture, 5(1).
https://doi.org/10.15294/komunitas.v5i1.2 Azizah, A. N., Budimansyah, D., & Eridiana, W. 369
(2018). BENTUK STRATEGI ADAPTASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PETANI PASCA PEMBANGUNAN WADUK JATIGEDE.
SOSIETAS.
https://doi.org/10.17509/sosietas.v7i2.103 56
Djunaidi, F. G., Tenriawali, A. Y., Khaliq, A., Hajar, I., &
Umanailo, C. B. (2021). Service Quality , Customer Loyalty , and Bank Customer Satisfaction in Namlea City. PSYCHOLOGY AND EDUCATION, 58(3), 2248–2252.
Etikan, I. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1).
https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.
11
Hamidah, S., Sartono, A., & Kusuma, H. S. (2017).
Perbedaan Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein di Daerah Pantai, Dataran Rendah dan Dataran Tinggi. J. Gizi, 6(1).
Hapsari, D. R., Sarwono, B. K., & Eriyanto, E. (2018).
Jaringan Komunikasi Dalam Partisipasi Gerakan Sosial Lingkungan: Studi Pengaruh Sentralitas Jaringan terhadap Partisipasi Gerakan Sosial Tolak Pabrik Semen Pada Komunitas Adat Samin di Pati Jawa Tengah.
Jurnal Komunikasi Indonesia, 6(2).
https://doi.org/10.7454/jki.v6i2.8712 Harrington, A., Dunne, J. D., Toal, R. A., Herschkopf,
M. D., Peteet, J. R., Hall, G. C. N., McLemore, C.
W., Court, J. H., Johnson, W. B., Eng, E., Sperry, L., Peteet, J. R., Watson, G., Yarhouse, M. A., Throckmorton, W., Del Rio, C. M., White, L. J., Phillips, D. G., Mandlebaum, H., … Tapsoba, J.
d. D. (2015). News and notes. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 30(2).
Hutagaol, N. M. (2018). Strategi Adaptasi Orang Laut di Batam. MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 2(1).
https://doi.org/10.30743/mkd.v2i1.657 Kiram, M. Z., & Zamzami, Z. (2021). PERAN
PEREMPUAN DALAM MENDUKUNG
EKONOMI KELUARGA: STUDI PADA KELUARGA NELAYAN DI DEWANTARA ACEH UTARA. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM), 2(1).
https://doi.org/10.29103/jspm.v2i1.3985 Lee, J. (2021). The Legacy of Robert K. Merton: On
Theories of the Middle Range*. Sociological
Forum, 36(2).
https://doi.org/10.1111/socf.12692
Malti, T., Beelmann, A., Noam, G. G., Sommer, S., Francis, I., Leeman, J., Sandelowski, M., Birken, S. A., Bunger, A. C., Powell, B. J., Turner, K., Clary, A. S., Klaman, S. L., Yu, Y., Whitaker, D. J., Self, S. R., Rostad, W. L., Chatham, J. R. S., Kirk, M. A., … Rosenbloom, D.
L. . (2017). Health Policy: Application for Nurses and Other Healthcare Professionals.
Journal of Clinical Nursing, 33(1).
Nurhayati, D., Dhokhikah, Y., & Mandala, M. (2020).
JURNAL PROTEKSI : JURNAL LINGKUNGAN BERKELANJUTAN Persepsi dan Strategi Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim di Kawasan Asia Tenggara. JURNAL
603 PROTEKSI: JURNAL LINGKUNGAN BERKELANJUTAN, 1(1).
Sudradjat, S. E. (2020). Minyak Kayu Putih, Obat Alami dengan Banyak Khasiat: Tinjauan Sistematik. Jurnal Kedokteran Meditek, 26(2).
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v2 6i2.1843
Sundler, A. J., Lindberg, E., Nilsson, C., & Palmér, L.
(2019). Qualitative thematic analysis based on descriptive phenomenology. Nursing
Open, 6(3).
https://doi.org/10.1002/nop2.275
Swedberg, R. (2022). Robert K. Merton’s Approach to Teaching the Classics in Sociology.
American Sociologist, 53(1).
https://doi.org/10.1007/s12108-021- 09506-z
Tongco, M. D. C. (2007). Purposive sampling as a tool for informant selection. Ethnobotany Research and Applications, 5.
https://doi.org/10.17348/era.5.0.147-158 Waemesse, G. W., Thenu, S. F. W., & Leatemia, E. D.
(2020). KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DI DESA WAMANA BARU KECAMATAN FENA LEISELA KABUPATEN BURU. Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan, 8(1).
https://doi.org/10.30598/agrilan.v8i1.947 Wuryantoro, W., & Ayu, C. (2020). STRATEGI
NAFKAH BERKELANJUTAN BERBASIS UBI KAYU BAGI RUMAHTANGGA PETANI MISKIN DI WILAYAH LAHAN KERING MARJINAL PULAU LOMBOK. JURNAL AGRIMANSION, 20(3).
https://doi.org/10.29303/agrimansion.v20i 3.302
Zujko, M. E., Waśkiewicz, A., Drygas, W., Cicha‐
mikołajczyk, A., Zujko, K., Szcześniewska, D., Kozakiewicz, K., & Witkowska, A. M. (2020).
Dietary habits and dietary antioxidant intake are related to socioeconomic status in polish adults: A nationwide study. Nutrients, 12(2).
https://doi.org/10.3390/nu12020518