BEST PRACTICE
IMPLEMENTASI STRATEGI ‘BERDIAM’ UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN IPA Oleh:
Fitria Azizah, S.Pd.,Gr.
Guru IPA SMPN 3 PANDIH BATU Pendahuluan
Pendidikan di sekolah merupakan layanan membimbing anak dalam tumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani secara optimal. Pendidikan harus diupayakan menjadi proses yang menyenangkan bagi anak sebagai jiwa yang utuh dengan hak dan kebebasan mereka dalam belajar.
Sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara mengatakan mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia dengan mengasuh anak sesuai dengan ‘kodrat’ yang dimiliki. Peran guru dalam semboyan Ing ngarso sung tuladho (didepan memberi tauladan), Ing madya mangun karso (ditengah memberikan semangat mendukung) dan Tut wuri handayani (dibelakangan memberikan motivasi), dapat kita maknai bahwa hakikat pendidikan harus berpusat pada anak dan berorientasi pada kebutuhan anak. Peran guru dalam pendidikan sebagai pendamping,penyedia arahan,dan mendukung untuk anak dapat tumbuh dengan optimal. Filosofi dan prinsip diharapkan semakin diwujudkan dalam implementasi Kurikulum Merdeka dengan tagline ‘Merdeka Belajar’.
Situasi
Kurikulum Merdeka yang mulai diterapkan di Indonesia, termasuk di SMPN 3 Pandih Batu dengan mandiri berubah pada tahun ajaran 2023/2024. Implementasi pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik atau istilahnya teaching at the right level (TaRL).
Pembelajaran dirancang berdasarkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Mewujudkan ‘merdeka belajar’ dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain penerapan pembelajaran PAIKEM, dimana model dan strategi ini bukan hal yang
asing bagi guru, saya pribadi sudah menerapkan berbagai model pembelajaran PAIKEM ini pada kurikulum yang lalu. Namun, ada hal yang cukup baru yang ditekankan yaitu pembelajaran berdasarkan tahap perkembangan,kebutuhan belajar dan karakteristik peserta didik. Hal inilah yang belum saya optimalkan dalam pembelajaran selama ini.
Sehingga, walaupun pembelajaran dirancang menyenangkan namun masih ditemukan anak tidak terlalu bersemangat untuk terlibat dan masih didominasi motivasi eksternal.
Oleh sebab itu, saya mencoba menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi, untuk mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik.
Tantangan
Merancang dan menerapkan pembelajaran yang memerdekakan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan anak, cukup menantang bagi saya. Karena saya harus mampu mendesain pembelajaran yang bervariasi untuk menyediakan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan anak yang juga beragam, dengan rombel besar. Di samping itu, peserta didik kelas 7 yang memang baru meninggalkan SD dalam motivasi belajar masih sangat dipengaruhi oleh motivasi eksternal. Sehingga saya juga tertantang untuk membangun motivasi belajar internal anak agar kepercayaan diri dan kemandirian anak semakin tumbuh.
Aksi
Upaya untuk meningkatka motivasi internal, keterlibatan anak dengan memperhatikan kebutuhan belajar dan karakteristik anak saya coba dengan menerapkan strategi pembelajaran ‘BERDIAM’. BERDIAM merupakan akronim pembelajaran Bermakna-Diferensiasi-Aktif-Mandiri. Pembelajaran didesain untuk menyajikan pembelajaran bermakna dengan strategi pembelajaran berdiferensiasi untuk mendorong keaktifan dan kemandirian siswa.
Pembelajaran bermakna (meaningful learning) adalah pembelajaran yang melibatkan anak untuk mengoptimalkan seluruh indera, bukan sekadar hapalan.
Pembelajaran bermakna dalam pembelajaran IPA dilakukan dengan kontekstual (dikaitkan dengan peristiwa sehari-hari). Contohnya dalam salah satu Capaian pembelajaran, peserta didik mampu mengukur besaran suhu yang diakibatkan oleh energi kalor yang diberikan. Saya mendesain pembelajaran bermakna dengan menggali pengetahuan awal mereka dan terkait dalam kehidupan sehari-hari, melalui pertanyaan pemantik serta penyediaan media pembelajaran yang terhubung dengan pengetahuan
yang mereka miliki. Misalnya: menggosok tangan, menyediakan beberapa air dengan suhu berbeda, mencampurkan es batu ke dalam air panas, dan lain-lain.
Pembelajaran berdiferensiasi saya rancang berdasarkan kesiapan belajar, minat dan gaya belajar anak yang dilakukan dari analisis asesmen diagnosis di awal pembelajaran.
Kesiapan belajar anak mayoritas peserta didik telah memahami konsep suhu, namun mayoritas belum memahami konsep kalor dan perbedaannya dengan suhu. Sementara gaya belajar mereka pada umumnya audio-visual, beberapa kinestetik, dan menyukai pembelajaran berkelompok serta simulasi. Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan adalah diferensiasi proses dan konten. Diferensiasi proses berupa variasi kegiatan antara lain mengukur suhu dengan indera peraba, termometer, membedakan suhu yang berubah akibat pelepasan dan penyerapan kalor, minuman panas didiamkan beberapa waktu menjadi dingin, mentega didihkan menjadi lumer, serta simulasi perpindahan kalor (memegang ujung sendok yang dipanaskan, tutup panci panas, dan panas api di tungku kompor. Diferensiasi konten berupa media konkret untuk kinestetik, audio-visual dengan pembelajaran hypermedia interaktif berbasis teknologi (canva, sratch,quizziz) yang dapat diakses secara mandiri serta dapat diulang.
Refleksi Hasil dan Dampak
Implementasi strategi pembelajaran ‘BERDIAM’ diperoleh hasil pengamatan meningkatkan keaktifan anak untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini karena, guru menyediakan berbagai kegiatan yang bervariasi untuk dicoba anak. Demikian pula dalam hal motivasi belajar, terutama motivasi internal anak meningkat. Terlihat dalam pembelajaran anak menunjukkan keyakinan dan percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk memahami atau mengerjakan tugas dengan baik. Hal ini karena sumber belajar yang disediakan tidak terbatas pada buku teks. Guru juga menyediakan media dan sumber belajar yang meningkatkan minat mereka missal dengan interaktif media,kuis interaktif, serta media yang dekat dengan kehidupan nyata (kontekstual).
Meskipun demikian, praktik baik strategi ‘BERDIAM’ masih harus ditingkatkan terutama dalam melayani kebutuhan anak secara individu (bagi anak yang mengalami keterlambatan belajar), dengan harapan guru dapat semakin profesional dalam menyediakan layanan pendidikan yang berpihak pada murid.