• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi BKPSDM Sumedang dalam Meningkatkan Kompetensi PNS Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020

N/A
N/A
Nurhasanah

Academic year: 2024

Membagikan "Strategi BKPSDM Sumedang dalam Meningkatkan Kompetensi PNS Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

NURHASANAH 1203030094

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2024 M / 1445 H

i

(2)

ii

(3)

ii

(4)

ii

(5)

ii

(6)

merampungkan proposal penelitian berjudul “Strategi Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang Dalam Meningkatkan Kompetensi PNS Kabupaten Sumedang Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020”. Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi bagian dari ketentuan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada jurusan Hukum Tata Negara di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Peneliti mengetahui bahwa proposal penelitian ini jauh dari kondisi sempurna.

Sehingga peneliti amat memerlukan adanya kritikan serta masukkan yang membangun agar proposal penelitian ini menjadi ideal.

Dengan peluang ini juga peneliti mengantarkan ungkapan terimakasih untuk seluruh orang yang telah mendukung pada saat penggarapan proposal penelitian ini terutama Dr. H. Chaerul Shaleh, S.Ag., M.Ag dan Taufiq Alamsyah, S.H., M.H, sebagai dosen pembimbing yang sudah mengasihkan berbagai bimbingan dan tuntunan terhadap peneliti dalam cara penyusunan proposal penelitian. Peneliti sangat mengharapkan proposal penelitian ini berfaedah untuk semuanya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, 17 Mei 2024 Peneliti

Nurhasanaah NIM.

1203030094

ii

(7)

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...5

E. Kerangka Berpikir...5

F. Studi Terdahulu...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...15

A. Teori Kepastian Hukum...5

B. Teori Perubahan Hukum...17

C. Konsep Siyasah Dusturiyah...21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...26

A. Pendekatan dan Metode Penelitian...26

B. Jenis dan Sumber Data...27

C. Teknik Pengumpulan Data...27

D. Teknik Analisis Data...28

E. Tempat dan Waktu Penelitian...29

BAB IV PEMBAHASAN...30

A. Hasil Penelitian...30

1. Profil Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang...30

iii

(8)

Kompetensi PNS Berdasarkan Perbup Sumedang Nomor 108 Tahun

2020...33

2. Dampak Dari Strategi Peningkatan Kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang...39

3. Tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap Strategi BKPSDM Sumedang dalam peningkatan kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang...44

BAB V PENUTUP...47

A. Simpulan...47

B. Saran...48

DAFTAR PUSTAKA...50

iii

(9)

iii

(10)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki kedudukan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan bagi sebuah organisasi pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena PNS merupakan Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat serta pelaksana pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional tergantung dari kesempurnaan Aparatur Negara dan kesempurnaan PNS.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara. Pegawai Negeri Sipil atau PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Dalam peraturan yang sama pasal 49 dijelaskan bahwa “Setiap Pegawai ASN wajib melakukan pengembangan kompetensi melalui pembelajaran secara terus menerus agar tetap relevan dengan tuntutan organisasi”1

Maka peningkatan kompetensi merupakan motor fundamental suatu lembaga pemerintahan dalam menggapai setiap program dalam tatanan birokrasi.

Tentu saja hal ini dalam rangka bertujuan untuk memastikan dan memelihara kemampuan pegawai sehingga memenuhi kualifikasi yang diprasyaratkan, dan dapat memberikan sumbangsih kinerja optimal bagi organisasi. Tak terkecuali di wilayah daerah. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) pun hadir dengan arah pembentukan pengelolaan PNS dengan menjungjung profesionalisme serta kompetensi.

Badan ini sendiri merupakan kepanjangan tangan dari pengelolaan ASN yang dalam nasional dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) wilayah pusat. Dasar hukum dari BKPSDM sendiri adalah Keputusan Presiden Nomor 159

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023 Tentang Aparatur Sipil Negara

1

(11)

Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan BKPSDM sebagai landasan transformasi jenis lembaga yang mengurusi kepegawaian di wilayah daerah. Atas dasar itu pemerintah Kabupaten Sumedang mengacu pada Peraturan Bupati Sumedang Nomor 153 Tahun 2021 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah maka BKPSDM Sumedang berdiri.

Mengacu pada wewenang tersebut, maka Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil dibuat untuk penyelenggaraan pengembangan kompetensi bagi pegawai negeri sipil dapat terintegrasi dan terprogram, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, sertifikasi, monitoring sampai kepada evaluasi. Hal ini dijabarkan kembali dari sasaran BKPSDM Kabupaten Sumedang yakni:2

1. Meningkatnya Kompetensi Aparatur Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang

2. Meningkatnya Kinerja Aparatur Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang 3. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian, Pemetaan Jabatan

Pelaksana dan data kepegawaian yang akurat

Dari tujuan BKPSDM Sumedang di atas sendiri, maka mesti hadir strategi pengembangan sumber daya manusia yang efektif serta efisien dalam meningkatkan profesionalitas lebih khususnya kompetensi dari PNS Pemerintah Sumedang. Namun faktanya, jumlah pengembangan kompetensi ASN Kabupaten Sumedang belum sesuai target dalam 5 tahun terakhir sebagai berikut:3

Tabel 1.1

Kompetensi ASN Pemerintah Sumedang

Jumlah Pengembangan Kompetensi Aparatur Perangkat Daerah

Tahun Target Renstra Realisasi Capaian

2019 419 427

2020 1.262 892

2021 1.002 314

2 Rencana Strategis (Renstra) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Tahun 2019-2023. Hlm. 46

3 Rencana Strategis (Renstra) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Tahun 2024-2026. Hlm 70

(12)

2022 517 652

2023 517 442

Jumlah 3.717 2.727

Sumber: Rencana Strategis BKPSDM 2024-2026

Dari tabel tersebut menggambarkan adanya beberapa pelaksanaan dan strategi yang belum optimal dalam memberikan dampak pada peningkatan kompetensi ASN Pemerintah Sumedang. Padahal lembaga ini mempunyai fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang kepegawaian dan Pengembangan Kompetensi PNS. Hal ini pun diamanatkan dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 ayat 1 yakni “Setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam Pengembangan Kompetensi baik Pendidikan dan Pelatihan , dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian Kompetensi PNS yang bersangkutan.”4

Sehubungan dengan itu dalam perspektif Siyasah Dusturiyah, dalam sistem ketatanegaraan islam sendiri, tiap badan publik yang bertugas mengelola masyarakat bertanggung jawab utuh pada presiden serta dikawal bersama kelompok yang mengawasi secara spesifik yang merupakan bagian dari Majlis Nuqaba.

Sistem pemerintahan pun terbagi menjadi pendelegasian. Saat keadaan darurat, Rasulullah SAW akan menunjuk petugas khusus yang pastinya sesudah bermusyawarah bersama dewan penasihat.5

Tak terkecuali BKPSDM Sumedang sebagai badan yang diberikan amanah untuk mengembangkan kompetensi PNS di daerah Kabupaten Sumedang merupakan salah satunya. Pengembangan sumber daya manusia khususnya pegawai merupakan satu kemestian. Islam sangat mendukung hadirnya upaya yang berorientasi dalam memajukan kompetensi teknis pegawai dalam melaksanakan tugas profesinya. Hal ini pun sudah dicontohkan dan menjadi bahan teladan yang diberikan nabi Muhammad SAW. Karena Rasulullah juga mengasih pelatihan atas

4 Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil

5 Tabari, Abu Jakfar Muhammad ibn Jarir, Tarikh al-Rasul wa al-Muluk, (Beirut: Dar al- Fikr,1992), Jilid 2. hlm. 571

(13)

orang-orang terpilih yang telah dilantik agar memecahkan permasalahan umat Islam serta memberi mereka petuah-petuah serta banyak petunjuk.6

Akhirnya mesti diteliti lebih lagi mengenai upaya ataupun strategi yang dirancang BKPSDM Sumedang dalam meningkatkan kompetensi ASN pemerintah kabupaten sumedang, sehingga peneliti berminat melakukan penelitian dengan jenis karya ilmiah skripsi berjudul “Strategi Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang Dalam Meningkatkan Kompetensi PNS Kabupaten Sumedang Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020

B. Rumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang masalah di atas, sehingga penulis memformulasikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Strategi BKPSDM Sumedang untuk Meningkatkan Kompetensi PNS dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil?

2. Bagaimana Dampak Dari Strategi Peningkatan Kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap strategi yang dilakukan oleh BKPSDM Sumedang dalam peningkatan kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni dalam rangka menemukan jawaban terhadap persoalan yang muncul dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Mengetahui Strategi BKPSDM Sumedang untuk Meningkatkan Kompetensi PNS dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil

2. Mengetahui Dampak Dari Strategi Peningkatan Kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang

6 Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). hlm. 188

(14)

3. Mengetahui tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap strategi yang dilakukan oleh BKPSDM Sumedang dalam peningkatan kompetensi PNS di Kabupaten Sumedang

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Produk yang diteliti dimaksudkan agar memperbanyak khazanah pendidikan serta keilmuan di program ilmu Hukum Tata Negara. Khususnya pada strategi yang mengatur pengembangan kompetensi PNS. Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk menambah kajian mengenai upaya pengembangan kompetensi dalam Islam.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menganugerahkan kebaikan terhadap seluruh pihak yang berhubungan atas penelitian ini, yakni:

a. Selaku suatu saran kepada para pemikir Hukum Tata Negara di zaman sekarang sehingga dapat dilakukan ijtihad mengenai peraturan pengembangan kompetensi PNS.

b. Agar dapat dijadikan referensi kepustakaan mengenai Hukum Tata Negara terutama penggunaan peraturan dalam pengembangan PNS sehingga dapat dijadikan rujukan serta pertimbangan bagi para akademisi maupun praktisi c. Mencari korelasi antara yang telah dipelajari di perkuliahan atas peristiwa yang muncul saat ini bisa dapat memberikan gagasan baru mengenai fenomena tersebut.

E. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berfokus pada kebijakan publik yang dirumuskan oleh pihak berwenang yang dalam hal ini adalah pemerintah melalui Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang terhadap pelaksanaan kebijakannya. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang dalam membuat produk hukum tentunya harus mengacu pada pedoman hukum yang tersedia dan mempertimbangkan indikator lain yang menjadi

(15)

kebutuhan masyarakat (atau orang yang terkait). Sehingga produk kebijakan nantinya dapat dilaksanakan bersama secara sadar.7

Pelaksanaan setiap kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah harus mencerminkan realitas di lapangan. Tentunya dalam setiap kebijakan tidak bisa dijalankan searah tanpa sinergitas dari unsur-unsur berbeda dari berbagai pihak bersangkutan. Untuk menerjemahkan berbagai strategi maka kebijakan diterjemahkan di atas kertas. Atas dasar hal tersebut, penulis menggunakan beberapa landasan pemikiran diantaranya: Teori kepastian hukum, teori evaluasi kebijakan, Siyasah Dusturiyah.

Pertama, berdasarkan Teori kepastian hukum Secara normatif, kepastian hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan perundang-undangan yang dibuat serta diundangkan dengan pasti. Hal ini dikarenakan kepastian hukum dapat mengatur dengan jelas serta logis sehingga tidak akan menimbulkan keraguan apabila ada multitafsir. Sehingga tidak akan berbenturan serta tidak menimbulkan konflik dalam norma yang ada di masyarakat.

Dalam menjelaskan kepastian hukum ini maka perlu kiranya penulis menyampaikan bahwa hal itu didasarkan pada adanya pendapat dari Gustav Radbruch bahwa hukum memiliki keharusan untuk memuat tiga nilai dasar di mana dalam bukunya menuliskan bahwasannya dalam hukum terdapat tiga nilai dasar yaitu kepastian hukum (rechtssicherheit) dimana dalam kepastian hukum membahas dari sudut yuridis, keadilan hukum (gerechtigkeit) dimana dalam keadilan hukum membahas sudut filosofis sebagaimana keadilan adalah persamaan hak bagi semua orang yang memiliki urusan di ranah pengadilan, dan kemanfaatan hukum (zweckmassigkeit) di mana dalam kemanfaatan hukum membahas mengenai utility atau nilai guna.

Kepastian sendiri secara etimologis intinya berasal dari kata pasti di mana memiliki pengertian tidak dapat dirubah. Selain itu juga memiliki pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang pada dasarnya kepastian sendiri adalah dalam hal suatu kondisi yang pasti, seyogyanya hukum juga begitu harus pasti. Selain itu juga dapat dilihat dengan peraturan perundangan yang

7 Rahayu Kusuma Dewi, Studi Analisis Kebijakan (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm 19.

(16)

diciptakan secara pasti dengan begitu akan mengakomodir dengan jelas dan masuk akal Kepastian sendiri dapat dilihat dengan peraturan perundang-undangan karena kepastian merupakan suatu bentuk penelitian normatif.

Dalam asas kepastian hukum ketika peraturan perundang-undangan tersebut diciptakan serta diundangkan dengan memerhatikan dan mempertimbangkan asas kepastian hukum maka akan terwujud suatu aturan yang jelas, masuk akal atau logis dan nantinya tidak akan terjadi keraguan yang menimbulkan multitafsir yang akan berbenturan dengan berbagai norma atau peraturan yang ada serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang berisi mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan pasal 6 huruf i yang pada intinya menyatakan bahwa isi daripada muatan dalam peraturan perundangan harus mencerminkan asas kepastian hukum, maka dengan adanya asas kepastian hukum peraturan-peraturan itu dapat menjadi suatu batasan bagi masyarakat dalam melakukan suatu hal tindakan dari satu orang terhadap orang yang lainnya.

Adanya batasan di dalam suatu peraturan hukum artinya tidak boleh mengandung substansi yang cenderung mengarah dan memiliki banyak makna atau biasa penulis menyebut multitafsir jika dikorelasikan dengan suatu peraturan perundang-undangan yang lainnya atau suatu norma lainnya yang berlaku. Adapun pendapat para ahli yang digunakan penulis untuk dijadikan dasar berpikir dan referensi yaitu teori yang dikemukakan Gustav Radbruch yaitu beliau mengatakan bahwasannya pada intinya dalam asas kepastian hukum yakni suatu yang sangat mendasar dimana hukum harus positif, dilaksanakan dan dipatuhi.8

Penulis menggunakan teori ini dalam menganalisis implementasi kebijakan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang terhadap Peraturan Bupati Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Terintegrasi Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Kedua, Teori Perubahan Hukum Teori perubahan hukum adalah pendekatan atau kerangka konseptual yang digunakan untuk memahami bagaimana hukum berubah dari waktu ke waktu. Ini melibatkan studi tentang faktor-faktor yang

8 O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum (Salatiga: Griya Media, 2011), hlm.

33-34.

(17)

mempengaruhi perubahan hukum, proses perubahan hukum itu sendiri, dan konsekuensi dari perubahan hukum tersebut. Teori perubahan hukum mencoba menjelaskan mengapa, bagaimana, dan dalam kondisi apa hukum mengalami perubahan.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa perubahan hukum terjadi karena perubahan fatwa. Sedangkan perubahan fatwa terjadi perubahan aspek-aspek yang mengitari hukum itu yang disebabkan oleh faktor perubahan waktu, ruang, kondisi, niat (motivasi) dan adat (tradisi).9 Peneliti menggunakan teori ini untuk mengidentifikasi dampak dari strategi yang berpedoman pada peraturan tersebut terdapat faktor yang perlu diubah dalam regulasinya atau tidak.

Ketiga, Teori Siyasah Dusturiyah. Siyasah dusturiyah adalah cabang dari fiqih Siyasah yang membahas tentang perundang-undangan yang ada di suatu negara. Ini sangat erat kaitannya dengan konstitusi dan perundang-undangan lainnya. Secara umum siyasah dusturiyah memandang paradigma perundang- undangan sebagai hal yang harus memuat kesejahteraan dan persamaan kedudukan di mata hukum guna mewujudkan kemaslahatan bersama.10

Dalam kajian siyasah dusturiyah terdapat prinsip kriteria pejabat yang dibuat oleh Ibn Taimiyah yang secara khusus membahas doktrin amanah dan keadilan bagi mereka yang menduduki jabatan. Ibu Taimiyah mensyaratkan dua hal bagi pejabat, yaitu memiliki kualifikasi kompetensi (al-quwwah) dan integritas (al- amanat).11 Dua hal itu tidak dapat dipisah kan dalam praktek penyelenggaraan Negara.

Gambar 1.

Kerangka Berpikir

9 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rab al-‘Alamin, Juz III (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 14.

10 Ali Akbar, Ilmu Hukum dalam Simpul Siyasah Dusturiyah (Yogyakarta: Semesta Aksara, 2019), hlm. 13.

11 Ibnu Taimiyah, Siyasah Syar’iyah, Etika Politik Islam Terj. Rafi’ Munawar, (Surabaya:

Risalah Gusti, 2005) hlm. 20.

Strategi Kebijakan

(18)

F. Studi Terdahulu

a. Skripsi oleh Amartha Ashfiana Nadhifa (2022) yang meneliti tentang tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Kompetensi Pelatihan Teknis PNS Di BKPSDM Kabupaten Tegal. Pada penelitian skripsi ini dijelaskan mengenai penerapan kebijakan peningkatan kompetensi di BKPSDM Kabupaten Tegal yang berdasar UU No. 17/2020 tentang Manajemen PNS serta Keputusan Kepala LAN No. 677/2019 tentang Model dan Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan, dapat terlihat sudah diadaptasi dengan baik oleh BKPSDM Tegal, walaupun masih banyak bagian yang kurang. Faktor-faktor yang membantu pengimplementasian kebijakan ini yakni penilaian keperluan pelatihan, kesingkronan muatan kebijakan, kerjasama, pengukuran serta orientasi kebijakan. Adapun kendala dari pelaksanaanya adalah pandemi Covid-19.

b. Skripsi oleh Sinki Pramita Sari (2020) yang meneliti tentang Implementasi Pasal 70 UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara Dalam Pengembangan Kompetensi ASN Ditinjau Dari Perspektif Islam. Dalam penelitian skripsi ini dipaparkan bahwasanya. Pertama, ASN di wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkulu Utara tahu serta paham muatan UU No. 5/2014 tentang

Strategi BKPSDM Sumedang Dalam Meningkatkan Kompetensi ASN Pemerintah Kabupaten Sumedang Berdasarkan

Peraturan Bupati Sumedang Nomor 193 Tahun 2021

Teori Kepastian Hukum Peraturan (Peraturan Bupati Sumedang

Nomor 193 Tahun 2021 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada

BKPSDM

Diterjemahkan

Teori Perubahan Hukum

Tinjauan Siyasah Dusturiyah (Teori Ibn Taimiyah/Kriteria Pejabat)

(19)

PNS spesifiknya pasal 70 yang berhubungan atas hak ASN dalam memperoleh peluang memajukan kompetensi pribadinya. Pelaksanaan Pasal 70 UU No.

5/2014 sudah sukses diimplementasikan oleh dinas ini. Kedua, Dinas ini sudah menerapkan hukum Islam meneladani Rasulullah SAW yang kerap kali mengupayakan dalam peningkatan kemampuan dari umat.

c. Penelitian oleh Sonia Sugian, Sampara Lukman, Ella L. Wargadinata (2021) yang mana meneliti tentang Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat (Studi Di BKPSDM Kabupaten Sumedang). Pada penelitian ini dijelaskan mengenai adanya penaikan kualitas sumber daya aparatur BKPSDM Kabupaten Sumedang. Akan tetapi kini tetap terdapat kendala hingga masih dirasa kurang baik. Pengimplementasian diklat masih belum singkron berdasar keperluan lembaga, serta masih berhaluan pada anggaran. Dalam hal mutasi PNS mengacu pada PP No. 13/2002 tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural. Kegunaan pemaksimalan strategi tata laksana ASN untuk menaikkan kualitas kerja ASN.

d. Penelitian oleh Siti Nur Intan Sari (2022) yang meneliti tentang Strategi Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Pada penelitian ini dijelaskan keberhasilan strategi yang diterapkan oleh BKPSDM Kabupaten Tanah Laut dalam meningkatkan Indeks Profesionalitas ASN Kabupaten Tanah Laut, meskipun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan bimbingan teknis dan mengimplementasikan Permenpan- RB RI No. 27/2021 tentang Pengadaan PNS serta mengoptimalkan pemantauan, pengawasan dan koordinasi dengan SKPD yang ada di Kabupaten Tanah Laut dalam pengukuran Indeks Profesionalitas ASN.

e. Penelitian oleh Sri Hamdaniah Sirih, Imran Ismail, Juharni (2019) yang meneliti tentang Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada BKPSDM Kabupaten Majene. Pada penelitian ini dijelaskan strategi pengembangan yang bisa dilaksanakan antara lain kehadiran pelatihan teratur

(20)

serta optimum. Faktor lain yang bisa mempengaruhi pembangunan adalah tingkat pendidikan sera rekrutmen kerja. Dalam hal faktor yang menghambat pengembangan SDM di lingkungan kerja BKPSDM ini antara lain sumber daya aparatur yang belum memadai, mutasi yang buruk, serta biaya yang tak mencukupi sehingga menghambat kegiatan yang dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia.

f. Penelitian oleh Safri Syamsudin (2023) yang meneliti tentang Strategi DPKP dalam pencegahan dan penanganan kawasan kumuh di Kota Bandung berdasarkan pasal 26 dan 55 Perda nomor 13 tahun 2019 perspektif Siyasah Dusturiyah. Pada penilitian ini dijelaskan implementasi pasal 26 dan 55 Perda Nomor 13 Tahun 2019 sudah terlaksana dengan adanya program KOTAKU.

Adapula Strategi DPKP Kota Bandung dengan menetapkapkan strategi prioritas tahun 2018-2023. Kemudian Tinjauan Siyasah Dusturiyahnya telah memenuhi prinsip maslahah daruriyah, maslahah hajiyah, maslahah tahsiniyah.

Tabel 1.3

Persamaan dan Perbedaan dengan Studi Terdahulu

No Nama Penulis &

Tahun Penelitian Judul Persamaan Perbedaan

1 Amartha Ashfiana

Nadhifa (2022) Implementasi Kebijakan Pengembangan Kompetensi

Pelatihan Teknis PNS Di BKPSDM Kabupaten Tegal

Meneliti program pengembangan kompetensi berdasar peraturan

Penelitian berdasar Perbup Sumedang Nomor 108 Tahun 2020

2 Sinki Pramita Sari (2020)

Sinki Pramita Sari (2020) Implementasi Pasal 70 Undang- Undang No 5 Tahun

2014 tentang

Aparatur Sipil

Negara Dalam

Pengembangan Kompetensi ASN Ditinjau Dari Perspektif Islam

Meneliti tentang pengembangan

ASN dari

perspektif islam

Penelitian fokus pada

pengembangan

ASN dalam

perspektif Siyasah Dusturiyah

3 Sonia Sugian, Sampara Strategi Peningkatan Subjek penelitian Penelitian ini

(21)

Lukman, Ella L.

Wargadinata (2021) Kualitas Sumber Daya Aparatur Sipil

Negara (ASN)

Kabupaten

Sumedang Provinsi Jawa Barat (Studi Di BKPSDM

Kabupaten Sumedang)

di BKPSDM

Sumedang menggunakan

Perbup Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 dan siyasah dusturiyah dalam kesesuaian di lapangan.

4 Siti Nur Intan Sari

(2022) Strategi Badan

Kepegawaian Dan Pengembangan

Sumber Daya

Manusia Dalam Meningkatkan Indeks

Profesionalitas Aparatur Sipil

Negara Di

Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

Meneliti tentang

strategi BKSPDM Penelitian fokus pada peningkatan kompetensi dan impelementasi Perbup Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 dan siyasah dusturiyah

5 Sri Hamdaniah Sirih, Imran Ismail, Juharni (2019)

Strategi

Pengembangan

Sumber Daya

Manusia Pada

BKPSDM

Kabupaten Majene

Penelitian menganalisis strategi BKPSDM

peneliti memakai perbup dan kajian siyasah dusturiyah

dalam pisau

analisis.

6 Safri Syamsudin

(2023)

Strategi DPKP dalam pencegahan dan penanganan kawasan kumuh di

Kota Bandung

berdasarkan pasal 26 dan 55 Perda nomor 13 tahun 2019 perspektif Siyasah Dusturiyah

Mempunyai pisau analisis teori yang sama

Peneliti memakai subjek, objek, dan peraturan berbeda.

(22)

1. Pengertian Strategi Kebijakan

Strategi sendiri merupakan proses untuk mewujudkan suatu tujuan yang telah ditentukan, menurut KBBI strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan gagasan, perencanaan, daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat kordinasi tim kerja, memiliki tema mengidentifikasi faktor pendukungnya sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efesiensi dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.12

Dalam buku yang dikutip oleh Husein Umar, definisi strategi menurut Stephanie K. Marrus yaitu sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Definisi strategi secara khusus menurut Hamel dan Prahalad yaitu strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terusmenerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.13

Menurut Buzzel dan Gale strategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah.

12 Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet. 1 (Jakarta: GemaInsani, 2001), hlm. 153-157

13 Fandi Tjiptono, Strategi Pemasaran, Cet. Ke-II (Yogyakarta: Andi,2000) hlm. 17

13

(23)

Menurut Konichi Ohinea strategi bisnis adalah keunggulan bersaing satu- satunya maksud perencanaan memperoleh, seefesien mungkin, kedudukan paling akhir yang dapat dipertahankan dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Jadi, strategi perusahaan merupakan upaya mengubah kekuatan perusahaan yang sebanding dengan kekuatan pesaing-pesaingnya, dengan cara yang paling efesien.14 Definisi strategi secara khusus menurut Hamel dan Prahalad yaitu strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Kebijakan (policy) sendiri menurut Harold D.

Laswell dan Abraham Kaplan diartikan sebagai “suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek praktek yang terarah. Carl D. Friedrick mengartikan sebagai

“serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat kita simpulkan strategi kebijakan merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran khusus terutama dalam penentuan kebijakan.

Menurut Edwards dalam implementasi kebijakan sumber-sumber yang penting meliputi, staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.

Struktur Birokrasi terdapat dua karakteristik utama, yakni Standard Operating Procedures (SOP) dan Fragmentasi. SOP atau prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas.

Sedangkan fragmentasi berasal dari tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan pejabat-pejabat

14 Agustinus Sri Wahyudi. Manajemen Strategi, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), hlm.19

(24)

eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

2. Teori kepastian hukum

Teori kepastian hukum secara normatif, kepastian hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan perundang-undangan yang dibuat serta diundangkan dengan pasti. Hal ini dikarenakan kepastian hukum dapat mengatur dengan jelas serta logis sehingga tidak akan menimbulkan keraguan apabila ada multitafsir.

Sehingga tidak akan berbenturan serta tidak menimbulkan konflik dalam norma yang ada di masyarakat.

Dalam menjelaskan kepastian hukum ini maka perlu kiranya penulis menyampaikan bahwa hal itu didasarkan pada adanya pendapat dari Gustav Radbruch bahwa hukum memiliki keharusan untuk memuat tiga nilai dasar di mana dalam bukunya menuliskan bahwasanya dalam hukum terdapat tiga nilai dasar yaitu kepastian hukum (rechtssicherheit) di mana dalam kepastian hukum membahas dari sudut yuridis, keadilan hukum (gerechtigkeit) di mana dalam keadilan hukum membahas sudut filosofis sebagaimana keadilan adalah persamaan hak bagi semua orang yang memiliki urusan di ranah pengadilan, dan kemanfaatan hukum (zweckmassigkeit) di mana dalam kemanfaatan hukum membahas mengenai utility atau nilai guna.

Kepastian sendiri secara etimologis intinya berasal dari kata pasti di mana memiliki pengertian tidak dapat dirubah. Selain itu juga memiliki pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang pada dasarnya kepastian sendiri adalah dalam hal suatu kondisi yang pasti, seyogyanya hukum juga begitu harus pasti. Selain itu juga dapat dilihat dengan peraturan perundangan yang diciptakan secara pasti dengan begitu akan mengakomodir dengan jelas dan masuk akal Kepastian sendiri dapat dilihat dengan peraturan perundang-undangan karena kepastian merupakan suatu bentuk penelitian normatif.

Dalam asas kepastian hukum ketika peraturan perundang-undangan tersebut diciptakan serta diundangkan dengan memerhatikan dan mempertimbangkan asas kepastian hukum maka akan terwujud suatu aturan yang jelas, masuk akal atau logis dan nantinya tidak akan terjadi keraguan yang menimbulkan multitafsir yang akan

(25)

berbenturan dengan berbagai norma atau peraturan yang ada serta sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 yang berisi mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan pasal 6 huruf i yang pada intinya menyatakan bahwa isi daripada muatan dalam peraturan perundangan harus mencerminkan asas kepastian hukum, maka dengan adanya asas kepastian hukum peraturan-peraturan itu dapat menjadi suatu batasan bagi masyarakat dalam melakukan suatu hal tindakan dari satu orang terhadap orang yang lainnya.

Adanya batasan di dalam suatu peraturan hukum artinya tidak boleh mengandung substansi yang cenderung mengarah dan memiliki banyak makna atau biasa penulis menyebut multitafsir jika dikorelasikan dengan suatu peraturan perundang-undangan yang lainnya atau suatu norma lainnya yang berlaku. Adapun pendapat para ahli yang digunakan penulis untuk dijadikan dasar berpikir dan referensi yaitu teori yang dikemukakan Gustav Radbruch yang mengatakan bahwasanya pada intinya dalam asas kepastian hukum yakni suatu yang sangat mendasar di mana hukum harus positif, dilaksanakan dan dipatuhi.

Maksud dari pernyataan beliau adalah asas kepastian hukum adalah hal yang mendasar dalam kehidupan masyarakat di mana hukum tersebut harus mengandung hak-hak individu atau kelompok secara merata yang akan diberlakukan dalam suatu waktu dan tempat tertentu sehingga tujuan dari kepastian hukum nantinya dapat tercapai dan dapat diterima serta menjamin kepastian hukum di tengah-tengah kehidupan masyarakat.15 Tidak hanya Gustav Radbruch namun ada pendapat kedua yang juga disampaikan oleh Utrecht dimana beliau mengatakan bahwasanya asas kepastian hukum memiliki 2 definisi yakni :

1) Ada suatu peraturan yang memiliki sifat umum yang membuat seseorang tahu perbuatan apa dan bagaimana yang boleh/tidak boleh dilakukan.

2) Ada suatu keamanan hukum bagi seseorang dari tindak kesewenangan pemerintah.

15 O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum (Salatiga: Griya Media, 2011), hlm.

33-34

(26)

Dengan adanya penjelasan di atas tersebut maka seseorang dapat tahu apa saja yang dapat dan tidak dapat dibebankan atau dikenakan oleh negara kepada individu. Secara tidak langsung kedua definisi Utrecht memiliki hubungan di mana dengan adanya asas tersebut orang akan mengetahui perbuatan yang diperbolehkan serta dilarang dan ketika seseorang tahu klasifikasi perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan yang dilarang maka nantinya tujuan kepastian hukum akan tercipta suatu keamanan hukum bagi suatu individu terhadap siapa pun.

Pendapat ketiga diutarakan oleh Van Apeldoorn di mana beliau menyatakan bahwasanya asas kepastian hukum sendiri diklasifikasikan ke dalam 2 bagian yang pertama yaitu mengenai proses pembentukannya yang konkret dan cepat dalam hal ini yang dimaksud adalah para pencari keadilan atau masyarakat pada umumnya dan yang kedua adalah hukum harus memiliki batasan secara menyeluruh.

Penjelasan mengenai pendapat beliau pada poin pertama dimaksudkan dalam asas kepastian hukum mengenai proses pembentukannya harus mengutamakan masyarakat pada umumnya dan ketika masyarakat memerlukan kepastian hukum maka hukum itu telah ada dan dapat menjamin masyarakat tersebut karena proses pembentukannya yang konkret dan cepat selanjutnya pada poin kedua menjadi pengingat dalam poin pertama di mana meskipun proses pembentukannya yang konkret dan cepat namun hukum atau pengaturan tersebut harus tetap memiliki batasan-batasan secara jelas, batasan di sini dimaksudkan terkait batasan pemahaman dan penerapan dari pengaturan tersebut.

Maka dari pemaparan dan penjelasan teori dari asas kepastian hukum di atas adanya asas tersebut maka segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjamin karena orang akan tahu mana yang dapat dan tidak dapat dilakukan.

B. Teori Perubahan Hukum

Teori perubahan hukum menurut Thomas C Dienes merupakan perubahan secara formal akan melibatkan terlibatnya pula badan-badan atau lembaga yang menggerakan perubahan hukum itu tersendiri, badan atau lembaga yang dimaksudkan adalah badan atau lembaga peradilan ataupun badan atau lembaga

(27)

legislatif.16 Sedangkan menurut Abdul Manan, ada dua pandangan yang bisa dijadikan sebagai bentuk perubahan ketika mengubah hukum atau undang-undang.

Pertama pandangan tradisional dalam konteks perubahan hukum adalah bahwa masyarakat harus berubah terlebih dahulu baru kemudian berubah. Hukum akan mengaturnya. Kedudukan hukum di sini seperti pembenaran atas apa yang terjadi.

Kedua pandangan modern menyatakan sebagai berikut. Hukum selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan baru, sehingga hukum harus selalu tanggap terhadap peristiwa yang terjadi. Di sini, hukum berperan sebagai alat rekayasa sosial (law is a social engineering tool).17

Perubahan sosial dan hukum dimasyarakat dapat dipengaruhi oleh nilai, norma, pola perilaku, organisasi, komposisi institusi sosial, kekuasaan, interaksi sosial, dan lainnya. Di mana perubahan tersebut dapat terjadi begitu luas sehingga ketika menjelaskan perubahan sosial, pertama-tama kita harus menetapkan ruang lingkup yang tepat. Untuk menetapkan batasan tersebut, perlu diketahui bahwa perubahan sosial adalah rangkaian perubahan sistem sosial masyarakat dan mempengaruhi sistem sosial seperti nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok masyarakat. Jelas bahwa perubahan ini menyebabkan masalah. Artinya, yang pertama, pada tingkat perorangan atau individu, maka bagaimana memastikan identitas sebagai manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang menganut tradisi budaya tertentu. Kedua, pada tataran struktural, pertanyaannya adalah bagaimana mengorganisir panutan dan kelompok baru. Ketiga, pada tataran budaya, muncul pertanyaan bagaimana membentuk tradisi baru yang menjadi pedoman anggota masyarakat selama masa transisi.18

Secara teoritis, menurut Lawrence M. Friedman, perubahan hukum dapat dibagi menjadi empat kategori, tergantung pada titik awal perubahan dan titik akhir akibat. Artinya, pertama, perubahan datang dari luar sistem hukum. Kedua, perubahan dimulai di luar sistem hukum dan melaluinya (dengan atau tanpa proses internal tertentu) mencapai di luar sistem hukum sampai titik dampak pada

16 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Jakarta: Chandra Pratama, 1996). Hlm. 207.

17 Manan Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Kencana, 2005). Hlm. 6-8

18 Soerjono Soekanto, Fungsi Hukum Dan Perubahan Sosial (Bandung: Alumni, 1981).

Hlm. 26

(28)

masyarakat. Ketiga, perubahan yang dimulai dalam sistem hukum juga mempengaruhi sistem hukum. Keempat, perubahan dimulai dari dalam sistem hukum, menembus ke dalam sistem hukum dan akhirnya mempengaruhi dampak luarnya, yaitu masyarakat.19

Didalam karyanya Ibnu Qayyim yaitu Ilaam Al-Muaqiin, dijelaskan bahwasannya kejadian perubahan fatwa atau hukum, diakibatkan karena terjadinya perbedaan dalam hukum karena situasi, tempat, adat dan niat. Dalam pemikiran Ibn Qayyim perubahan fatwa atau perbedaan hukum sebenarnya menjuru kepada syariat islam yang bertujuan kepada kemaslahatan umat manusia, dalam syariat tersebut guna mewujudkan keadilan hukum masyarakat, kepentingan manusia, dan kesempurnaan moral. Sehingga permasalahan yang tidak sejalan dengan keadilan maka bertolak belakang dengan syariat islam. Ada lima pengaruh perubahan fatwa atau hukum menurut pemikiran Ibnu Qayyim, adapun pengaruhnya terhadap perubahan hukum sebagai berikut:20

1. Pengaruh Perubahan Jaman

Ibnu Qayyim berpendapat bahwasannya pada saat itu Nabi Saw banyaknya kejadian kejahatan di mekkah. Kejahatan itu tidak bisa diubah dan dihentikan oleh Nabi Saw, tetapi pada saat setelah fathull Makkah dan umat islam meraih kejayaan dan kemenangan, saat itu juga kejahatan dihentikan dan diubah. Kejadian tersebut memberikan penjelasan bahwa perubahan hukum itu diakibatkan oleh berjalannya jaman. Menghentikan kejahatan adalah keharusan umat islam dimakkah, yang mana pada saat itu belum bisa diselesaikan, dan setelah fathull Makkah umat islam dapat menyelesaikan serta mengubah kejahatan tersebut, sehingga kejahatan itu bisa di kendalikan dengan bijak. Pada saat islam datang, masyarakat islam pada saat itu bisa dikatakan beada pada jaman jaliliyah, kejahatan dan segala perbuatan keji pada saat itu tidak menganggu masyarakat. Kondisi tersebut membuat hukum islam tidak dapat memaksa untuk dijalankan dan diterapkan, tetapi dengan proses yang lama, cara

19 Lawrence Friedman M., Sistem Hukum Prespektif Ilmu Sosial (Bandung: Nusa Media, 2009). Hlm. 353-354.

20 Mujiono Abdilah, Refleksi Sosiologis Atas Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauzziyah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003). Hlm. 90.

(29)

yang sabar dengan diperlukannya kehatian. Karena kalau hukum islam memaksa dalam memberikan cinta Islam akan menjadi pertentangan pada saat itu, adapun contohnya adalah saat pengharaman minuman beralkohol yang tidak langsung diharamkan tetapi dengan cara perlahan.

2. Pengaruh Tempat

Penjelasan mengenai tempat ini, ibnu qayyim tidak bolehnya memotong bagian tangan musuh dalam keadaan perang, larangan itu dilakukan karena alasan perang itu dilakukan di daerah keberadaan musuh, kejadian tersebut menjadi petunjuk bahwa ajaran hukum dalam islam tidak wajib dipaksa di daerah ataupun wilayah lain.

3. Pengaruh Situasi

Pada saat itu Ummar Bin Khattab tidak menetapkan hukuman bentuk potong tangan kepada seseorang yang mencuri karena alsan kekurangan makanan. Ibnu Qayyim menjelaskan dalam karyanya, menyatakan bahwasannya perlakuan pencurian tersebut untuk kelangsungan dan keselamatan kehidupan pencuri itu karena bencana kelaparan. Perlakuan tersebut tidak dihitung perbuatan dosa atas perbuatan yang dilakukannya.

4. Pengaruh Niat

Pada pengaruh niat dalam perubahan fatwa atau hukum, ibnu qayyim menjelaskan peristiwa suami berkata kepada istrinya jika saya memberikan izin kamu keluar ke kamar mandi, maka talak. Menurut ibnu qayyim perbuatan tersebut adalah hal bodoh dikarenakan hanya karena kata keluar buakn untuk suami untuk izin, tindakan tersebut dilarang oleh Allh Swt dan Nabi Saw, danjuga dilarang oleh para kholifah.

5. Pengaruh Adat

Pendapat Ibnu Qayyim terhadap pengaruh adat atau urf adalah faktor dari perubahan hukum. Contonya adalah ketika orang berjanji tidak akan menumpangi keledai sesuai adat yang diakuinya, akan tetapi jika oaring tersebut menumpangi kuda atau onta maka diperbolehkan. Kejadian tersebut menjadikan petunjuk bahwasannya perubahan hukum harus mempertmbangkan adat istiadat daerahnya.

(30)

C. Teori Siyasah Dusturiyah 1. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Siyasah dusturiyah merupakan bagian fiqh siyasah yang membahas masalah perundang-undangan negara. Dalam hal ini juga dibahas antara lain konsep-konsep konstitusi (undang-undang dasar negara dan sejarah lahirnya perundang-undangan dalam suatu negara), legislasi (bagaimana cara perumusan undang-undang), lembaga demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam perundang- undangan tersebut. Di samping itu, kajian ini juga membahas konsep negara hukum dalam siyasah dan hubungan timbal balik antara pemerintah dan warga negara serta hak-hak warga negara yang wajib dilindungi.21

Secara bahasa siyasah berasal dari kata (sasa, yasusu, siyasatan ) yang berarti mengatur, mengurus dan memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijaksanaan. Pengertian secara kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuan siyasah adalah mengatur dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai sesuatu. Secara terminologis, Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan bahwa siyasah adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan.

Secara bahasa Dusturiyah berasal dari bahasa Persia dusturi. Semula artinya adalah seorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.

Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini digunakan untuk menunjukkan anggota kependetaan (pemuka agama) zoroaster ( Majusi ). Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa Arab, kata dusturiyah berkembang pengertiannya menjadi asas dasar/ pembinaan. Menurut istilah, dusturiyah berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat dalam sebuah negara baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (konstitusi).

Dapat disimpulkan bahwa kata dusturiyah itu adalah suatu norma aturan perundang-undangan yang mendasar sehingga dijadikan landasan utama dalam rujukan semua tata aturan dalam hal bernegara agar sejalan dengan nilai-nilai syari’at.

21 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah‚ Konstektualisasi Doktrin Politik Islam, ( Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014 ), cet. ke-1, hlm. 177

(31)

Dengan demikian semua peraturan perundang-undangan haruslah mengacu pada konstitusinya masing-masing setiap negara yang tercermin dalam nilai-nilai Islam dalam hukum-hukum syari’at yang telah dijelaskan oleh al-Quran dan Sunnah Nabi, baik mengenai akidah, akhlak, ibadah, muamalah, ataupun lainnya.

Sehingga, siyasah dusturiyah adalah bagian fiqh siyasah yang membahas masalah perundang-undangan negara agar sejalan dengan nilai-nilai syari’at.

Pembahasan dalam siyasah dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak dan rakyatnya di pihak lain, serta kelembagaan-kelembagaan yang ada di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, dalam siyasah dusturiyah biasanya dibatasi hanya membahas pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya.22

2. Teori Kriteria Pejabat Ibnu Taimiyah

Dalam konsep siyasah dusturiyah kebijakan seorang pemimpin berpengaruh pada stabilitas negara baik dari segi norma hukum yang dibuat dalam proses legislasi maupun putusan-putusan pengadilan yang mengarah pada keadilan.

Keterikatan antara pemimpin dengan rakyat harus diperhatikan secara komprehensif untuk mencegah terjadinya oligarki kepemimpinan yang akan berdampak pada kemunduran suatu negara. Pemimpin yang amanah dan mengutamakan kemaslahatan umat sangat dianjurkan dalam konsep Islam. Hal ini berdasarkan kaidah sebagai berikut:

ةِحَلَصْمَلْابِ طٌوْنُمَ ةِيَّعِرَّلْا ىلَعِ مِامَلإِا فُرَّصْتَ

“Kebijakan seorang pemimpin harus berlandaskan pada kemaslahatan”.

Kaidah tersebut menjadi rambu-rambu bagi setiap pemangku kekuasaan dalam menjalankan wewenangnya agar sesuai dan bermanfaat bagi rakyat.

Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut salah satunya dalam membentuk kebijakan dalam mengembangkan dan meningkatkan Aparatur Sipil

22 A. Djazuli, Fiqh Siyasah‚ Implimentasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-rambu Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2013 ), cet. ke-5, h. 47

(32)

Negara (ASN) agar memiliki kompetensi mumpuni dalam menempati berbagai sektor untuk menjadi pemangku jabatan dan pelayan masyarakat.

Lebih jelasnya hal ini tercermin dalam teori kriteria jabatan dari Ibn Taimiyah yakni Ukuran penentuan layak dan tidak layak ini kemudian diwujudkan dalam 2 (dua) unsur, yaitu kekuatan dan amanah.23 Hal tersebut disarikan dari firman Allah SWT surat al Qhasash ayat 26, Yusuf ayat 54, dan Al Takwir ayat 19- 21. Surat yang pertama bercerita tentang Nabi Musa yang memberi bantuan 2 (dua) orang anak perempuan dalam memberikan minuman ternaknya, yang kemudian secara tersurat Ia diusulkan untuk dipekerjakan karena mempunyai unsur kelayakan, baik dari aspek kekuatan maupun amanah. Surat yang kedua bercerita tentang diangkatnya Nabi Yusuf sebagai pembesar kerajaan Mesir karena memiliki kelayakan, yaitu amanah. Adapun surat yang ketiga menerangkan tentang sifat Jibril sebagai pembawa wahyu, dimana dalam dirinya terdapat beberapa unsur yang membuatnya layak mendapatkan jabatan pembawa wahyu, yaitu kekuatan, ketaatan dan amanah.

Makna al Quwwah (kekuatan) sebagai unsur pertama untuk menentukan kelayakan seseorang diangkat dalam jabatan publik menurut Ibn Taimiyyah tidak serta merujuk kepada fisik manusia, melainkan bihasbi al wilayah (sesuai dengan bidang kompetensi jabatan yang dimaksud).24 Jika jabatan tersebut berkaitan dengan urusan perang, maka bentuk kekuatan itu merujuk pada kekuatan fisik dan skill dalam ilmu peperangan. Seseorang yang hanya kuat fisiknya tetapi kecerdasannya dalam strategi peperangan lemah tidak dianggap memiliki unsur al- quwwah.

Oleh karenanya, kesehatan jasmani dan rohani harus didukung dengan kompetensi yang layak terhadap jabatan-jabatan yang akan ditempati. Jika jabatan tersebut berkaitan dengan keuangan, maka ia harus memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi, jika jabatannya dalam bidang yudikatif, maka ia harus mumpuni dalam ilmu hukum dan memiliki kemampuan untuk menganalisis kasus dan

23 Ibn Taimiyah, Al Siyasah Al Syar’iyyah Fi Islah Ar Ra’i Wa Ar Ra’iyyah (Mesir: Dar Kitab al ’Arabi, 1969), hlm. 17.

24 Ibid, hlm 17-18

(33)

peristiwa yang dihadapkan padanya, baik dengan sumber-sumber hukum yang aqly maupun naqly.

Hal ini berlandaskan dengan hadits nabi yang menjelaskan tentang pentingnya memberikan amanah kepada orang yang kompeten dalam bidangnya sebagai berikut:

دَسِّوُ اذَإِ لَاقَ اهَتُعِاضَإِ فَيَّكَ لَاقَ ةِعِاسَّلْا رَّظِتُنْافَ ةِنْامَلْأَا تْعَيَّضَ اذَإِفَ

ةِعِاسَّلْا رَّظِتُنْافَ هِلَهْأَ رَّيَّغَ ىلْإِ رَّمَلْأَا

Artinya: “Apabila amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu (Arab Badui) bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat itu?”

Nabi saw menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR. Al-Bukhari).

Unsur kedua adalah al amanah. Maksud daripada istilah ini adalah sebuah prinsip yang melekat pada diri seseorang di mana ia tidak memiliki ketakutan kepada siapa pun kecuali kepada Allah semata. Prinsip ini yang diharapkan mampu untuk mendorong sang pejabat berbuat profesional, tidak mudah diteror ataupun diintimidasi oleh kepentingan siapa pun. Terkecuali daripada itu, Ibnu Taimiyyah juga menjelaskan bahwa bentuk amanah adalah tidak menjual ayat-ayat Allah, di mana maksudnya bisa diidentikkan dengan eksploitasi jabatan untuk kepentingan pragmatis.

Hal ini pun berdasar pada hadits nabi sebagai berikut:

هِيَّلَعِ هِلَلْا ىلَصَ هِلَلْا لَوْسِّرَ لَاقَ تْلْاقَ اهَنُعِ هِلَلْا يَضَرَ ةِشَئِاعِ نْعِ :

) :

يَنْرَّبطلْا هاوُرَ هِنُقِتُيُ نْأَA لاًمَعِ مْكَدَحَأَ لَمَعِ اذَإِ Fبّحَيُ ىلْاعَتَ هِلَلْا Fنْإِ مْلَسِّوُ

(يَقِهَيَّبلْاوُ

Artinya: Dari Aisyah r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

(34)

Syarat kelayakan yang begitu ideal disadari oleh Ibn Taimiyyah sebagai hal yang sulit di zaman itu, sehingga muncul sebuah pertanyaan bagaimana seandainya terjadi peristiwa di mana sebuah jabatan terjadi kekosongan calon pejabat yang memenuhi 2 (dua) unsur kelayakan tersebut sekaligus. Artinya ada seseorang yang faktor kekuatannya (kompetensi) lebih dominan sementara unsur amanahnya (kredibilitas) lemah atau sebaliknya?

Solusi atas situasi dan kondisi yang demikian menurut Ibnu Taimiyyah adalah dengan mempertimbangkan pada aspek kemaslahatan/kemanfaatan.

Maksudnya, seorang pemimpin harus melihat dari kedua unsur kelayakan, mana yang lebih dibutuhkan dalam sebuah jabatan. Dengan demikian, seseorang kemudian bisa dianggap maslahat diposisikan dalam jabatan tersebut. Misalnya dalam bidang urusan keamanan dan pertahanan. Manakala ada 2 (dua) orang atau lebih yang salah satu unsur kelayakan (al quwwah dan al amanah) lebih dominan diantara yang lainnya, maka yang dipilih adalah mereka yang unsur kekuatannya lebih unggul dibandingkan amanahnya. Hal tersebut selain berdasarkan perenungan Ibn Taimiyyah terhadap hadis yang berkaitan dengan ini, juga terhadap sejarah Nabi yang mengangkat Khalid ibn Walid sebagai panglima perang, padahal waktu itu banyak sahabat lain yang lebih mumpuni dalam bidang agama dan lebih senior.

25

25 Ibid, hlm. 20-21

(35)

Metodologi penelitian adalah tata cara melaksanakan penelitian yang meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan

menyusun laporan berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fakta yang ditemukan di lapangan.26 Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu Metode Hukum yuridis Empiris yang mana menggunakan suatu aturan atau hukum yang normatif atau bersifat mengikat dan mengatur yang digabungkan dengan data empiris yang bersifat faktual. Metode penelitian ini dilakukan dengan mencari bahan pustaka atau data sekunder penggunaan metode penalaran deduktif (metode berpikir dengan penarikan diri). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yakni dalam penelitian kualitatif haruslah data yang pasti (data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, melainkan data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut).27

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan yuridis empiris dan jenisnya kualitatif, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari BKPSDM Kabupaten Sumedang, dan data sekunder dari berbagai bacaan dan dokumen, dengan maksud untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Bupati Sumedang Nomor 193 Tahun 2021 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan bagaimana perspektif Siyasah Dusturiyah dapat diuraikan melalui gambaran secara sistematis melalui suatu analisis yang dilakukan berdasarkan fakta empirik yang ditemukan.

26 Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1

27 Beni Ahmad Saebani. Metode Penelitian Hukum. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009), hlm.100

26

(36)

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber hukum yang nanti dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder.

1. Sumber primer

Sumber data primer ialah sumber data yang memberikan data kepada peneliti secara langsung dan merupakan sumber data inti.28 Sumber data primer dalam penelitian ini sekaligus data utama ialah narasumber yang menjadi dari pihak Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sumedang.

2. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder ialah sumber data yang memberikan data kepada peneliti secara tidak langsung contohnya seperti mendapat data lewat orang lain maupun dokumen.29 Dan penelitian ini akan menggunakan data sekunder sebagai salah satu penunjang penelitian sebagaimana dimaksud dengan data yang terdapat pada jurnal, penelitian ilmiah, penelitian terdahulu, artikel, internet, Alquran dan Al-Hadist yang tentunya terkait dengan materi yang akan diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Metode ini digunakan dalam bentuk pemantauan langsung ke tempat yang dilakukan penulis untuk meminta kelengkapan data dari mulai kebijakannya, hambatan, sampai solusi yang diselesaikan bersama. Dalam hal ini penulis langsung mendatangi Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sumedang untuk mengamati dan memerhatikan tanpa ikut terlibat dalam kegiatannya.

2. Studi kepustakaan

28 Muhammad Teguh. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori Edisi 1 Cetakan ke 2. (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2001), hlm 15.

29 Ibid, hlm 16

(37)

Metode ini digunakan dalam bentuk pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari buku-buku dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai referensi yang relevan.30

Dalam penelitian ini akan melakukan teknik kepustakaan dalam memperoleh data melalui hal-hal berikut: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP); Rencana Kerja (Renja); Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD);

Rencana Strategis Perangkat Daerah Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sumedang 2018-2023 (Renstra).

3. Wawancara

Metode ini digunakan dalam bentuk diskusi hangat untuk pendalaman informasi hingga menjadi data. Metode ini penulis anggap efektif dan efisien sebab bersifat luwes dan susunan kata dalam setiap pertanyaan dapat berubah sesuai kebutuhan. Sehingga subjek yang bersangkutan akan merasa lebih bebas dan nyaman.

Pemilihan informan penelitian diputuskan atas pertimbangan bahwa informan tersebut dapat memberikan keterangan secara jelas, lengkap dan relevan sesuai kebutuhan penelitian. Informan penelitian ini adalah yaitu Bapak Iman Firmansyah, S.Sos sebagai Analis SDM Aparatur Ahli Muda BKPSDM Sumedang.

D. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan proses selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, di mana data tersebut nantinya akan diolah, diproses, dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.

Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah model analisa interaktif. Model ini memiliki tiga komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman yaitu :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

30 Rijali Ahmad, Analisis Data Kualitatif (Jurnal Alhadharah), Vol. 17, No. 3, 2018), hlm.

84.

(38)

Reduksi data adalah komponen pertama dalam analisis data yang memfokuskan serta membuang hal yang tidak diperlukan agar data dapat diatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan dalam penelitian dapat di tentukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah suatu rancanagan informasi yang menghasilkan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif data yang di sajikan dapat berupa teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, tentunya peneliti harus mengerti apa makna dari hal yang peneliti temui. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang berbentuk deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang namun setelah di teliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

E. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang diambil penulis adalah Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sumedang yang beralamat di Jln. Prabu Gajah Agung No. 09 Kel. Situ Kec. Sumedang Utara, Sumedang 45323. Alasan penulis melakukan penelitian di sana karena pemecahan pada masalah-masalah penelitian sesuai dengan tugas dan fungsi lokasi yang dituju dan kemudahan akses yang dimiliki penulis ke lokasi baik jarak maupun biaya.

2. Waktu Penelitian

Tanggal Penelitian pada Senin, 13 Mei 2024

(39)

A. Hasil Penelitian

1. Profil Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumedang

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Sumedang disingkat BKPSDM Sumedang merupakan suatu badan daerah yang memiliki melaksanakan fungsi penunjang urusan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 17 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang.

Badan ini dipimpin oleh seorang Kepala, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Visi dari BKPSDM Sumedang mengacu kepada sebagaimana tertuang pada RPJMD Kabupaten Sumedang tahun 2013-2018 yakni “Terwujudnya Masyarakat Sumedang yang Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, dan Kreatif (SIMPATI) Pada Tahun 2023. Adapun misinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BKPSDM sebagai pengelola Aparatur Pemerintah Kabupaten Sumedang adalah misi ke 4 dalam RPJMD Kabupaten Sumedang yaitu “Menata Birokrasi Pemerintah yang Responsif dan Bertanggungjawab secara Profesional dalam Pelayanan Masyarakat“.

Adapun tujuan implementasi atau penjabaran dari misi, tujuan organisasi berfungsi mempertajam fokus pelaksanaan misi organisasi, sehingga dengan adanya penetapan tujuan maka akan tampak kerangka prioritas program dan kegiatan organisasi dalam melaksanakan misi yang telah ditetapkan dari penentuan misi tersebut di atas, maka ditentukan tujuan Badan Kepegawaian dan

30

(40)

Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumedang sebagai berikut:31

1) Meningkatkan kompetensi aparatur;

2) Meningkatkan penataan dan penempatan aparatur sesuai kompetensinya;

3) Meningkatkan disiplin dan kinerja aparatur;

4) Meningkatakan pelayanan administrasi kepegawaian Aparatur Sipil Negara dan system informasi yang akurat

2. Gambaran Umum Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang adalah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang memiliki 62 Organisasi Perangkat Daerah (OPD). OPD tersebut meliputi Sekretariat Daerah; Sekretariat DPRD; Inspektorat Daerah; Dinas Pendidikan;

Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang; Dinas Perumahan, Kawasan, Permukiman dan Pertanahan; Satuan Polisi Pamong Praja; Dinas Sosial;

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak; Dinas Perhubungan; Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik; Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan dan Perindustrian; Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan Dan Olahraga; Dinas Arsip Dan Perpustakaan; Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan; Dinas Perikanan Dan Peternakan: Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah.

Ada pula Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

Badan Keuangan Dan Aset Daerah; Badan Pendapatan Daerah; Rumah Sakit Umum Daerah; Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Kecamatan Buahdua; Kecamatan Cimalaka; Kecamatan Cimanggung; Kecamatan Conggeang; Kecamatan Darmaraja; Kecamatan Jatigede;

Kecamatan Jatinangor; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Paseh; Kecamatan

31 https://bkpsdm.sumedangkab.go.id/bkd/Home/profil/, diakses pada 16 Mei 2024 pukul 12.12 WIB

(41)

Situraja; Kecamatan Sumedang Selatan; Kecamatan Sumedang Utara; Kecamatan Tanjungkerta; Kecamatan Tanjungsari; Kecamatan Wado; Kecamatan Jatinunggal;

Kecamatan Rancakalong; Kecamatan Tomo; Kecamatan Ujungjaya; Kecamatan Cibugel; Kecamatan Cisarua; Kecamatan Cisitu; Kecamatan Ganeas; Kecamatan Sukasari; Kecamatan Surian; Kecamatan Tanjungmedar; Kelurahan Regolwetan;

Kelurahan Kotakulon; Kelurahan Kotakaler; Kelurahan Situ; Kelurahan Pasanggrahan Baru; Kelurahan Cipameungpeuk; dan Kelurahan Talun.

Adapun jumlah pegawai negeri sipil yang ada di Kabupaten Sumedang per tahunnya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data PNS Kabupaten Sumedang Per Tahun

Tahun Jumlah

2018 10.852

2019 10.006

2020 9945

2021 9252

2022 8695

2023 7477

Sumber: Rencana Strategis BKPSDM 2024-2026 dan Data 58itulasi Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tiap tahunnya kuantitas pegawai negeri sipil di Kabupaten Sumedang terus menurun. Setelah di observasi nyatanya memang adanya ketimpangan dalam segi pekerjaan dan sumber daya manusia yang ada. Namun hemat peneliti hal ini di sisi lain dapat menjadi peluang untuk mengefisienkan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dan kompeten. Namun nyatanya berikut hasil Pencapaian Kinerja Pelayanan BKPSDM Kabupaten Sumedang selama kurun waktu 2019-2023:

Tabel 4.2

Jumlah Pengembangan Kompetensi Aparatur Perangkat Daerah

Tahun Target Renstra Realisasi Capaian

2019 419 427

2020 1.262 892

2021 1.002 314

2022 517 652

(42)

2023 517 442

Jumlah 3.717 2.727

Sumber: Rencana Strategis BKPSDM 2024-2026

Pengembangan kompetensi PNS yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara merupakan jaminan dan kewajiban bagi ASN dalam melakukan pengembangan kompetensi. Tentu saja agar pegawai memiliki karakteristik kerja yang unggul, mampu beradaptasi saat situasi dan kondisi menuntut kemampuan diri dan kualitas kerja yang diharapkan untuk mengembangkan dirinya agar dapat bekerja secara mandiri handal dan memiliki kualitas. Untuk itu, kompetensi perlu dikembangkan dan diterapkan secara konsisten.

B. Pembahasan Penelitian

1. Pelaksanaan Strategi BKPSDM Sumedang dalam Meningkatkan Kompetensi PNS Berdasarkan Perbup Sumedang Nomor 108 Tahun 2020 Pengaturan pengembangan kompetensi dalam peraturan perundang- undangan dapat ditemukan dalam berbagai macam hirearki peraturan. Pertama Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil menyatakan setiap Pegawai ASN wajib melakukan pengembangan kompetensi melalui pembelajaran secara terus menerus agar tetap relevan dengan tuntutan organisasi.

Kedua diturunkan ke Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Pemerintah Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Ketiga Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil. Keempat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara. Lalu Pemerintah Kabupaten Sumedang melalui Peraturan Bupati

Referensi

Dokumen terkait