• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi dakwah majelis preman dalam membentuk

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "strategi dakwah majelis preman dalam membentuk"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAKWAH MAJELIS PREMAN DALAM MEMBENTUK GENERASI MILENIAL YANG BERMORAL

(STUDY KASUS SEKARBELA, KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT)

oleh:

ZURIYATUN THOYYIBAH NIM : 180305116

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2022

(2)

STRATEGI DAKWAH MAJELIS PREMAN DALAM MEMBENTUK GENERASI MILENIAL YANG BERMORAL

(STUDY KASUS SEKARBELA, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT)

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

oleh:

ZURIYATUN THOYYIBAH NIM 180305116

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2022

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Succes is not a final, only an achievement”

Kesuksesan itu bukanlah akhir segalanya, tetapi hanya sebuah pencapaian

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk yang tercinta Ibuku Rumenah dan Bapakku Hasan Basri, dan sahabat-sahabatku, almamaterku, semua guru dan

dosenku.”

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam kepada Nabiyullah Muhammad shallallahu

‘alaihi wa sallam, atas segala jerih payah beliau untuk mengibarkan panji kebenaran dan memperjuangkan Islam sehingga kita dapat menikmati indahnya Islam dan manisnya iman saat ini.

Peneliti penyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih.

Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut serta memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:

1. Dr. Mira Mareta. M.A sebagai pembimbing 1 dan Muhammad Irhamdi, M.Sos sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadi proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Dr. Mira Mareta. M.A dan Muhammad Irhamdi, M.Sos sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini;

3. H.Irpan, S,Ag.M.A. sebagai ketua jurusan

4. Dr.Muhammad Saleh, M.A. selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi;

(9)

5. Prof. Dr.H. Masnun, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram yang telah memeberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai.

6. Almamaterku Universitas Islam Negeri Mataram yang telah mendidik dan mencetakku menjadi generasi yang berakhlak, berpengetahuan luas, dan bermartabat.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, karunia serta maghfirah-Nya kepada mereka semua dan mencatat bagi mereka sebagai kebaikan dan melipat gandakan pahala di sisi-Nya.

Meski telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan proposal skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga peneliti dapat menyempurnakan proposal skripsi ini.

Peneliti berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca maupun pihak-pihak yang berkepentingan.

Mataram………..2022 Penulis

ZURIYATUN THOYYIBAH 180305116

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 8

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 10

E. Telaah Pustaka ... 10

F. Kerangka Teori ... 12

G. Metode Penelitian... 23

H. Sistematika Penulisan ... 30

I. Rencana Jadwal Penelitian ... 31

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran lokasi penelitan ... 32

B. Keadaan Remaja Sekarbela ... 34

C. Penyebab Dekadensi Moral pada Generasi Milenial Sekarbela ... 37

D. Aktivitas Dakwah Majelis Preman Sekarbela ... 42

E. Pendekatan yang dilakukan oleh Majelis Preman Sekarbela... 43

BAB III PEMBAHASAN A. Faktor yang Menyebabkan Generasi Milenial di Sekarbela Mengalami Dekadensi Moral ...61

B. Strategi Dakwah Majelis Preman dalam membentuk Genrasi Milenial yang bermoral ...68

DAFTAR PUSTAKA ... 77

DAFTAR GAMBAR ... 80

DAFTAR TABEL ... 81

LAMPIRAN ... 82

(11)

STRATEGI DAKWAH MAJELIS PREMAN DALAM MEMBENTUK GENERASI MILENIAL YANG BERMORAL

(Study Kasus Sekarbela, Kota Mataram Nusa Tenggara Barat) ABSTRAK

oleh:

Zuriyatun Thoyyibah (180305116)

Penelitian ini dilatarbelangkangi oleh dekadensi moral remaja yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas seperti remaja ikut meminum- minuman keras, mencuri, berkelahi, dll, pada akhirnya peran orang tua dan para pemimpin masyarakat terutama tokoh agama memegang tanggung jawab secara sinergi dalam mendidik moral dan budi pekerti bagi remaja. Dengan demikian yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Eksitensi Majelis preman (2) Bagaimana strategi dakwah Majelis Preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral dan (3) Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dekadensi moral Di Sekarbela Gubuk Mamben

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriptif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi non partisipan, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya metode analisis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Analisis datanya menggunakan Deskriptif Kuaitatif, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dekadensi moral di Sekarbela Gubuk Mamben yaitu faktor internal (faktor yang datang dari remaja itu sendiri) dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan pergaulan.

Kemudian strategi dakwah yang dilakukan oleh majelis preman yaitu dilakukan dengan melakukan pendekatan, mengadakan majelis taklim, dan saling mengajak.

Kata Kunci: Strategi Dakwah, Majelis Preman, Generasi Milenial, Dekadensi Moral

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang paling istimewa, bila dilihat dari sosok diri, seta beban dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Manusia merupakan makhluk yang perbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggi dari kehendak Tuhan yang mampu menjadi sejarah dan mendapat kemenangan.1 Sebagaimana firman Allah SWT yang menjanjikan ketentraman hidup bagi manusia yang mengikuti petunjuknya dalam surat Al-baqarah ayat 38 yang berbunyi:

َّنَيِتْأَي اَّمِإَف ۖ اًعيِمَج اَهْنِم ۟اوُطِبْهٱ اَنْلُق ِ م م ُك

ىًدُه ىِ ن َىاَدُه َعِبَت نَمَف

َلََف

َنوُن َزْحَي ْمُه َلَ َو ْمِهْيَلَع ٌف ْوَخ

Artinya : “kemudian jika datang petunjuk-ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-ku, niscaya tidakada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.2

Dakwah membutuhkan strategi untuk menjalankan aktivitas dakwahnya agar berlangsung sesuai tujuan yang dikehendaki, strategi menurut Moh. Ali Aziz di dalam buku Ilmu dakwah mendefinisikan strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu (Aziz, Moh. Ali. 2009: 349). Dari definisi dakwah tersebut, maka dapat diartikan bahwa strategi disini adalah proses

1Hery Noer Aly, “Ilmu pendidikan Islam” (Jakata:Raja Grafindo, 3002), h.12

2 Qs.Surat Al-Baqarah ayat 38

(13)

pengaturan, pengelolaan dan kepemimpinan dalam segala hal yang direncanakan untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Strategi dakwah juga dapat diartikan sebagai metode, siasat, taktik atau maneuver yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah. Strategi dakwah sangat membantu dalam menghadapi hambatan ataupun problematika dakwah yang ada.3

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama message (pesan) yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan. Definisi dakwah tersebut memang tepat, menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan ajakan memang tujuan utama dakwah adalah mengajak. Mengajak disini bukan sekedar seruan untuk kembali kepada jalan kebaikan (ma’ruf), melainkan juga mengajak untuk meninggalkan serta menjauhi kemaksiatan (kemungkaran), ajakan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara baik lisan, tulis, maupun tingkah laku atau perbuatan.4

Dakwah pada era milenial benar-benar harus memanfaatkan media, utamanya media-media baru. Perkembangan tekhnelogi komunikasi telah mengubah cara orang berkomunikasi. Saat ini, hampir setiap orang menggunakan internet dalam mengirim, mencari dan membaca informasi.

3 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta:KENCANA, 2004)

4Umdatul Hasanah, Ilmu dan Filsafat Dakwah, (Serang: Fseipress, 2013). hlm. 23

(14)

Generasi milenial adalah manusia yang lahir di antara tahun 1980 sampai 2000. Generasi milenial sangat identik dengan manusia yang memanfaatkan sepenuhnya akan tekhnologi dan media modern. Bahkan tekhnologi dan media modern bagi generasi milenial menjadi suatu kebutuhan dalam menjalani kehidupan.5

Generasi milenial sudah seharusnya berpegang teguh dengan ajaran agama islam, karena dengan Islam hidup menjadi terarah. Islam bukan hanya dibuat oleh manusia, Islam merupakan agama yang di Ridhoi oleh Allah sebagaimana Firman Allah Dalam Q.s Ali Imran ayat 19 yang berbunyi:

َلَتإخٱ اَم َو ۗ ُمََٰلإسِ إلْٱ ِ َّللَّٱ َدنِع َنيِ دلٱ َّنِإ َف

ِذَّلٱ ُتوُأ َني َّلِّإ َبََٰتِكإلٱ ۟او

اَم ِدإعَب ۢنِم

ُفإكَي نَم َو ۗ إمُهَنإيَب اۢ يإغَب ُمإلِعإلٱ ُمُهَءٓاَج ِب إر

ََٰيأَـ َِّللَّٱ ِت َس َ َّللَّٱ َّنِإَف ِباَس ِحإلٱ ُعي ِر

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”

Penyebab utama remaja masa kini banyak kehilangan moralitasnya adalah kurangnya Pendidikan dan pengawasan dari orang tua dan sekolah.

Namun hal ini tidak bisa di pastikan menjadi suatu masalah utama dalam

5 Devi, “Dakwah Di Era Milenial” jurnal dakwah, Vol. 26, No. 1, Januari 2016 hlm.65

(15)

rusaknya moralitas para remaja di masa kini. Karena peran orang tua dan sekolah yang memiliki waktu yang terbatas dengan para siswanya.

Pendidikan berbasis moral akan sangat berguna bagi peserta didik dalam mengembangkan diri. Hal itu dikarenakan, ketika moral telah diam dalam diri, manusia akan dapat mempertangungjawabkan segala aktivitasnya terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan utamanya Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masalah moral, adalah suatu masalah yang menjadi perhatian manusia dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Hal itu dikarenakan, kerusakan moral seseorang mengganggu ketentraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak moralnya, maka akan guncanglah keadaan masyarakat itu. Orang pendidikannya tinggi belum tentu mempunyai etika, akhlak dan moralitas yang baik.6 Alangkah lebih baiknya, dalam diri seorang remaja itu sendiri berusaha menjaga tingkah laku pergaulannya untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dalam lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Tentunya juga membiasakan bergaul di lingkungan yang bersifat positif lainnya, termasuk dengan mengikuti tabligh akbar, mendengarkan ceramah islami, belajar bersama, atau bahkan bisa dengan menciptakan ide – ide positif seperti karya seni dan lainnya. Hal itu seharusnya dapat mengurangi dampak negative dari pergaulan remaja di era milenial ini, termasuk dengan meningkatnya moralitas remaja menjadi jauh lebih baik lagi dari sebelumnya.

6Setia Paulina Sinulingga, Teori Pendidikan Moral Menurut Emile Durkheim Relevansinya Bagi Pendidikan Moral Anak di Indonesia”, Jurnal Filsafat, Vol. 26, No. 2, Agutus 2016, hlm. 216-217.

(16)

Aktivitas dakwah memiliki tujuan utama dan target yang hendak dicapai yakni merubah manusia dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik, sesuai ajaran islam. Untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut maka, diperlukan strategi yang tepat. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik oprasionalnya. Strategi yang disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat membuah pelaksanaan yang disebut strategis.

Dakwah islam merupakan strategi menyampaikan nilai-nilai ajaran islam kepada masyarakat untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam secara baik dan benar untuk terwujudnya kehidupan yang islami. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam AL-Qur’an, Q.S.Ali imran/3:104 :

ىَلِإ َنوُعإدَي ٌةَّمُأ إمُكنِ م نُكَتإل َو َو ِرإيَخإلٱ

ُمإأَي َنو ُر إعَمإلٱِب َن إوَهإنَي َو ِفوُر ِنَع

َنوُحِلإفُمإلٱ ُمُه َكِئ ََٰٓل ۟وُأ َو ۚ ِرَكنُمإلٱ

Artinya: “hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, meyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. Qs.Ali imran: 104)7

7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya (cet. IX, Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2010) , hlm. 64

(17)

Allah swt, telah memerintahkan manusia agar selalu mengingatkan dalam hal kebaikan. Menyampaikan dakwah pada masyarakat yang masih mengkomsumsi miras atau minuman keras tidaklah mudah, harus menggunakan strategi yang tepat, agar tidak terjadi salah paham antara da’i dan mad’unya.

Al-Qur’an telah memerintahkan untuk menyampaikan dakwah kepada ummat manusia yang lain. Untuk menyampaikan dakwah yang bisa diterima oleh mad’u, selaku da’i haruslah memilki strategi yang baik demi kberhasilan suatu dakwah terkhusus pada strategi dakwah pecandu minuman keras. Dari pandangan agama, mengkomsumsi minuman keras juga merupakan salah satu perbuatan dosa besar karena merupakan salah satu minuman yang diharamkan.

Dekadensi moral yang terjadi di Sekarbela Gubuk Mamben terjadi akibat dari beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal, remaja yang masih berstatus pelajar mengalami pengaruh besar terhadap dirinya terutama dari lingkungan sekitar dimana teman menjadi pengaruh yang besar terhadap perubahan moral remaja dari remaja yang memiliki moral baik menjadi remaja yang memiliki moral buruk akibat pengaruh lingkungan yang mempengaruhinya di dalam kehidupan sehari-hari seperti remaja meminum-minuman keras dan mencuri. Kegiatan dakwah di sekarbela telah berlangsung lama. Salah satunya sasaran dakwah adalah yang masih mengkomsumsi miras atau minuman keras.8 Berkelahi akibat pengaruh

8Observasi, Sekarbela Gubuk Mamben, Kota Mataram Nusa Tenggara Barat 10 Mei 2021

(18)

alkohol, mencuri, dan tindakan negatif lainnya akhir-akhir ini disoroti sebagai sasaran yang harus dipahamkan mengenai syariat islam sesuai dengan hukum Islam. Permasalahan yang terjadi di sekarbela yaitu pemuda yang mengkomsumsi minuman keras, berkelahi, dan mencuri. Majelis Preman adalah suatu majelis yang dibutkan khusus untuk pemuda-pemuda yang ingin bertaubat. Sedangkan bedanya dengan majelis taklim adalah salah satu lembaga non formal yang berperan penting dalam pembentukan karakter keagaamaan dalam lingkungan masyarakat.

Maka dari itu, peneliti mengambil strategi dakwah yang dilakukan oleh mejelis preman. Majelis preman merupakan Suatu majelis dimana ditempat itu remaja akan mendapatkan arahan atau ilmu yang berkaitan dengan agama dan bermanfaat untuk diri kita sendiri dan juga untuk lingkungan sekitar. Dan juga dari di Majelis ini banyak pelajaran yang bisa diambil atau dipetik salah satuya remaja bisa lebih menjaga etika dan sikap yang lebih baik.

Melalui kegiatan dakwah majelis preman para remaja mendapatkan pengetahuan tentang ajaran-ajaran islam dan pengalaman. Majelis preman telah menghasilkan kader-kader berakhlakul kharimah dan berkpribadian yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan remaja dalam menjalankan syariat islam seperti Menjalankan sholat 5 waktu berjamaah dan menghormati yang lebih tua.9

Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan rusaknya sistem, pola dan politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh panutan,

9Observasi, Sekarbela Gubuk Mamben, Kota Mataram Nusa Tenggara Barat, 10 April 2021

(19)

berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung jawab institusi lingkungan masyarkat, impotensi di kalangan pemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis, dan profesi guru dilecehkan.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, menurut pengurus majelis preman mengatakan bahwa kenakalan para remaja di sana sangat banyak, yang di sebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu sendiri berasal dari remaja itu sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari luar yaitu pergaulan, keluarga dan faktor lingkungan sekitar.10 Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengangkat sebuah penelitian yang berjudul “Strategi Dakwah Majelis Preman dalam Membentuk Generasi Milenial Yang Bermoral (Study Kasus di sekarbela Gubuk Mamben, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka permasalahan yang menjadi faktor kajian penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Eksistensi majelis preman generasi milenial di sekarbela mengalami dekadensi moral?

2. Bagaimana strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan generasi milenial di sekarbela mengalami dekadensi moral?

10 Ustadz Fahmi, wawancara (Ketua Remaja Masjid), Sekarbela Gubuk Mamben, Kota Mataram Nusa Tenggara Barat 10 april 2021

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini terhadap adanya rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana Eksistensi Majelis Preman generasi milenial di sekarbela mengalami dekadensi moral

b. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral

c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan generasi milenial di Sekarbela mengalami dekadensi moral

2. Manfaat penelitian

Dalam mengadakan penelitian, manfaat suatu penelitian karya ilmiah sangatlah penting. Sehingga manfaat penelitian dapat dilihat dari dua segi yaitu:

a. Manfaat secara teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi upaya mengetahui bagaimana strategi dakwah dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral.

2) Dengan kehadiran penelitian ini akan mampu memberikan kontribusi terhadap para peneliti lain untuk melakukan penelitian secara mendalam dan luas tentang strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi yang bermoral

(21)

b. Manfaat secara praktis

1) Manfaat yang bisa dirasakan di dalam penelitian ini adalah mampu dijadikan tolak ukur atau refrensi, bahan informasi bagi para da’i dalam memberikan strategi dakwah

2) Hasil dari penelitian ini dapat berguna sebagai bahan acuan kebijakan untuk para remaja.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka dirasa perlu untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar penelitian ini tidak keluar/melenceng dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Adapun ruang lingkup penelitian ini terfokus pada beberapa hal yaitu:

a. Faktor-faktor penyebab milenial di sekarbela mengalami dekadensi moral

b. Ketentuan terkait dengan strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral

2. Setting Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian akan dilaksanakan di Sekarbela Gubuk Mamben, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

E. Telaah Pustaka

Untuk mendapatkan gambaran umum secara jelas tentang data yang berkaitan dengan permasalahan pada pelaksanaan strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral, peneliti menelusuri dan menelaah beberapa hasil karya ilmiah yang senada dengan

(22)

tema ini guna untuk menghindari terjadinya penulisan ulang dan duplikasi penelitian. Dalam hal ini ada beberapa karya ilmiah yang memiliki pembahasan yang mirip, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan Retna Dwi Estuningtyas “Strategi Komunikasi dan Dakwah Pada Kalangan Milenial di Era Modernisasi”.

Penelitian ini meneliti mengenai strategi dalam berdakwah di era modernisasi. Zaman yang sudah berubah ini menuntut para da’i untuk dapat menerjemahkan pesan Islam sesuai dengan manajemen dakwah modern, efektif dan efisien kepada masyarakat luas sehingga mudah diengerti dan tidak disalahmengertikan, maka untuk itu semua diperlukan strategi yang tepat. Ada beberapa strategi yang telah dirumuskan yaitu memfasilitasi masyarakat agar mampu memecahkan masalahnya sendiri srta melakukan transformasi sosial yang mereka kehendaki, kemudian menjadikan saraa dakwah sebagai media pendidikan dan pengembangan potensi masyarakat sehingga masyarakat akan terbebas dari kejahilan dan kedhaifan.

Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya strategi dakwah yang dilakukan tersebut terutama di era modernisasi sekarang ini masyarakat diharuskan mampu memahami hikmah dan pelajaran yang bak yang sesuai dengan objek dan pesan dakwah sebagaimana yang diinginkn Allah

(23)

dan Rasulullah. Sehingga umat Islam dapat menemukan arti kehidupan yang sebenarnya. 11

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan sama-sama membahas tentang strategi dakwah terhadap generasi milenial. Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya hanya terfokus pada penggunaan media sosial sebagai strategi dakwah, sedangkan pada penelitian yang akan diteliti menggunakan beberapa strategi yaitu strategi sentimental, rasional dan indrawi.

2. Penelitian yang dilakukan Muhammad Qadaruddin Abdullah & Dinul Fitrah Mubarak, “Strategi Dakwah dalam Merawat Pluralitas di Kalangan Remaja.”

Penelitian ini meneliti tentang pemanfaatan media sosial di kalangan remaja sebagai suatu metode dalam berdakwah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidetifikasi dan menganalisis paham-paham keagamaan di kalangan remaja. Terutama berkaitan dengan proses pengkajian, pemahaman, pendalaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan yang didapatkan. Selain itu, penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan dan menganlisis bentuk strategi dakwah di tengah pluralitas.

11Retna Dwi Estuningtyas “Strategi Komunikasi dan Dakwah Pada Kalangan Milenial di Era Modernisasi”, Muttaqien, Vol. 2, No. 1, Januari 2021.

(24)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah transformatif dilakukan Rasulullah sebagai bagian dari aktifitas sosial yang dekat dengan keseharian masyarakat. Dakwah diorientasikan sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat ideal. Yakni, sebuah tatanan masyarakat yang memiliki ketauhidan yang kuat, fondasi keimnanan yang utuh.12

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan sama-sama membahas tentang strategi dakwah terhadap generasi milenial/kalangan remaja. Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan strategi dakwah struktur, kultur dan new media, sedangkan pada penelitian yang akan diteliti menggunakan strategi sentimental, rasional dan indrawi.

3. Penelitian skripsi yang dilakukan Indra Dita Puspito, “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) dalam Meningkatkan Nilai- nilai Keislaman Para Pemuda dikampung Areman Cimanggis Depok.”

Penelitian ini meneliti tentang strategi dalam menyampaikan dakwah di Gema al-Hikmah menggunakan taktik atau siasat untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin tercapai. GEMA al-Hikmah memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam melakukan kegiatan dakwahnya terhadap para remaja agar menajdi remaja muslim. Dalam hal ini masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan moral serta kurangnya pengawasan dari orang tua dan pengawasan diri sendiri

12Muhammad Qadaruddin Abdullah & Dinul Fitrah Mubarak, “Strategi Dakwah dalam Merawat Pluralitas di Kalangan Remaja”, Anida, Vol. 19, No. 2, 2019.

(25)

seperti ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat.

Strategi dakwah GEMA Al-Hikmah bertujuan untuk membentuk pribadi remaja yang berakhlakul karimah dan memahami ajaran-ajaran Islam serta menjalin ukhwah islamiyah antar remaja dan masyarakat.

Dalam hal ini GEMA Al-Hikmah sesuai dengan pendekatan fisiologis, yaitu asas yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam menjalankan aktivitas dakwahnya.13

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan sama-sama membahas tentang strategi dakwah.

Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan strategi dengan membuat berbagai agenda kagamaan, sedangkan pada penelitian yang akan diteliti menggunakan strategi sentimental, rasional dan indrawi.

F. Kerangka Teori 1. Strategi dakwah

Dalam buku imu dakwah yang ditulis oleh M. Ali. Aziz, strategi dakwah merupakan proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Strategi juga dilakukan oleh organisasi, perusahaan, dan segala hal yang berhubungan dengan suatu kelembagaan.

13Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M,Ag, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: PRENADIA GROUP, 2016), hlm. 349

(26)

Strategi sentimental ini di terapkan oleh rasulullah saw, saat menghadapi kaum Al-Bayanuni pada bukunya, M. Ali Aziz dengan judul Ilmu Dakwah menjelaskan tiga strategi dakwah dapat di bedakan menjadi 3 bentuk yakni:

a. Strategi sentimental (al-manhaj al-athifi)

Strategi sentimental adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan dan bathin mitra dakwah. Memberi dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan metode yang di kembangkan dalam strategi ini. Strategi ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan di anggab lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para muallaf (imannya lemah), orang-orang miskin, anak-nanak yatim dan lain sebagainya.14

musyrik mekkah. Tidak sedikit ayat-ayat makiyyah yang menekankan aspek kemanusiaan humanis, semacam kebersamaan perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang kepada anak yatim, dan sebagainya. Dengan strategi ini, kaum lemah merasa dihargai dan kaum mulia merasa dihormati.

b. Strategi rasional (Al-manhaj al-aqli)

14 Ibid, h. 351

(27)

Strategi rasional adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran15. Strategi ini mendorong mitra dakah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran.

Penggunaan hukum logika, diskusi, atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasioanal.

c. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissy)

Strategi ini juga dapat dinamakan dengan strategi eksprimen atau strategi ilmiah. Ia mendfinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang beorientasi pada masyarakat pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan di antara metode yang di himpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.16

Rasulullah saw, mempratikkan islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizat rasulullah saw, secara langsung, seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan malaikat jibril dalam bentuk manusia. Sekarang, kita menggunakan al-qur’an untuk memperkuat atau menolak hasil penelitian ilmiah.

Dengan demikian peneliti dapat menyipulkan Muhammad Ali Al- Bayuanni membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk yakni strategi sentimental, yaitu dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan pesan dan batin mitra dakwah, strategi rasional dalah

15Ibid, hlm. 352

16 Ibid hlm. 353

(28)

dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran dan strategi indrawi juga dinakan strategi eksprimen atau strategi ilmiah. ia di identifikasikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada penelitian.

Dalam skripsi ini dijadikan sebagai grand teori penelitian adalah pendapat yang di kemukakan oleh Muhammad Al-bayuani yang mengatakan bahwa strategi ini ada tiga. Alasan dipilihnya teori ini sebagai landasan teori adalah karna teorinya jelas dan mudah dipahami serta memudahkan penulis untuk menganalisa selanjutnya.

Penentuan strategi dakwah juga bisa dilihat berdasarkan Al-Qur’an SURAT Al-baqarah ayat 129

ُلإتَي إمُهإنِ م لّوُس َر إمِهيِف إثَعإبٱ َو اَنَّب َر َلَع ۟او

َء إمِهإي ِ لَعُي َو َكِتََٰيا

ُمُهُم

ِإ ۚ إمِهيِ ك َزُي َو َةَمإك ِحإلٱ َو َبََٰتِكإلٱ نَأ َكَّن

َعإلٱ َت إلٱ ُزي ِز ُميِكَح

Artinya: “ya tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat- ayat engakau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (AL-Qur’an) dan Al- hikmah (As-sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya engkaulah yang maha kuasa lagi maha bijaksana (QS. AL- baqarah:129) 17

2. Pengertian Preman

17QS Al- Baqarah (2): 129

(29)

Preman berasal dari bahasa belanda Vrijeman atau dalam bahasa inggris free man, yang artinya orang-orang yang bebas, karena memang watak mereka adalah menginginkan kebebasan. Mereka adalah orang-orang yang tidak menyukai keterikatan. Keterikatan pada peraturan, pada orang lain, pada rencana, pada waktu, masa depan dan sebagainya. Pokoknya mereka mau apa saja, kapan saja, dimana saja, tidak boleh ada yang melarang. Kapan saja mereka mabuk, mengganggu orang lain pun tidak peduli, karena itulah gaya hidupnya.18

Preman adalah perilaku yang meresahkan serta dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Aksi-aksi preman ini semakin mengikat setelah ada beberapa bagian dari anggota masyarakat yang tidak mampu merasakan kesejahteraan ekonomi seperti anggota masyarakat lainnya.19 Dapat disimpulkan bahwasanya preman adalahsekumpulan orang-orang yang berada dikawasan masyarakat yang sering bikin resah, onar dan sering membuat kegaduhan dimanapun tempatnya. Seiring zaman mereka dengan sendirinya mulai berfikir, untuk memenuhi penyembuhan satu kondisi yang dipengaruhi persepsi perlu penyuluhan dengan beraneka ragam prosedur guna menolong sekaligus meluruskan mereka agar mampu menyesuaikan diri dengan tuntunan atau pedoman yang benar dan menjadi manusia yang selalui iman dan takwa kepada Allah. Dalam hal ini mereka butuh siraman-siraman rohani dan jasmani, agar hati mereka bisa sedikit demi sedikit belajar mengenal dan mengingat dengan cara berdzikir.

18 Sarlito, Psikologi Dalam praktek edidi Revisi, Restu Agung, Jakarta, 2005, hal.166

19 Ibid hal. 166

(30)

3. Pengertian Eksistensi

Secara etimologi eksitsensi berasal dari bahasa inggris yaitu ekcitence dari bahasa latin exixtere, yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan citence yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama apa yang ada , kedua apa menekankan bahwa sesuatu itu ada.20

Memahami eksitensialisme, memang bukan hal yang mudah.

Banyak pendapat perihal definisi dari eksitensi. Tapi secara garis besar dapat ditarikbenang merah diantara beberapa perbedaan definisi tersebut.

Bahwa para eksitensilis dalam mendefinisikan eksistensialisme merujuk pada kajiannya yaitu cara wujud manusia. Pemahaman secara umum, eksitensi keberadaan.21

Rollo May mengatakan, eksistensialisme lebih menekankan essistensi dari pada esensi. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kebenaran realitas, kecuali kita berpartisipasi di dalamnya.22

Beberapa konsep utama eksistensi yang dikembangkan oleh Rollo May adalah sebagai berikut:

a). sikap eksistensial

Eksistensialisme adalah gerakan filsafat dan psikologi kotemporer di antara berbagai mahzab pemikiran yang muncul secara spontandi Eropa.

Gerakan berakar dari gerakan-gerakan perlawanan selama perang dunia II yang dikembangkan oleh beberapa filosofot, seperti Soren Kierkegard, Martin

20 Lorens Bagus, kamus filsafat (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama , 2005), H. 183

21Ibid, hal.184

22 Ibid hal.185

(31)

Heidgger, dan Jeal Paul Sarte. Nama eksistensialisme berasal dari bahasa latin Ekistere, yang “berdiri keluar” atau “muncul”. Pendekatan eksistensial memfokuskan pada manusia ketika ia menjadi sesuatu

b). kecemasan

Kecemasan menajdi istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan zaman kegelisahan. Sekarang ini, banyak upaya yang dilakukan untuk menghilangkan kecemasan yang semakin meningkat.

c). nilai yang hilang

Menurut May, sumber masalah yang kita alami sekarang ini terletak pada hilangnya pusat nilai-nilai dalam masyarakat kita. Nilai dominan dalam masyarakat makin kompetitif. Diukur dari pekerjaan dan kesuksesan finansial berusaha untuk melemahkan dualism tradisional, yaitu antara subjek dan objek yang menghantui barat.23

4. Moralitas remaja milenial A. Generasi Milenial

Generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1983 sampai 2001. Jika didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Mannheim pada tahun 1923, generasi milenial adalah generasi yang pada rasio tahun 1980 samapai dengan 2000. Generasi milenial juga disebut sebagai generasi Y. Istilah ini mulai dikenal dan dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993.24

23 Iraan, Op.Cit., hal. 28

24 Andi Hidayat, Metode Islam Untuk Generasi Milenial, Jurnal penelitian Volume 10 No. 1, Agustus 2018 hal. 65

(32)

Generasi merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi karena adanya perbedaan usia atau tahun kelahiran dari sekelompok individu dengan sekelompok lainnya. Menurut Mannheim, generasi terjadi akibat fenomena sosial yang memiliki beberapa kesamaan, seperti umur, pola pengalaman, dan pola pemikiran. Tambahan pula, individu akan digolongkan menjadi generasi sama jika memiliki persamaan di tahun kelahiran dengan kurun waktu 20 tahun. Sedangkan kosakata milenial berasal dari bahasa inggris milennium atau milenia yang berarti masa seribu tahun. Melennia selanjutnya untuk sebuah masa yang terjadi di era global, atau era modern. Karena itu era milenial dapat pula di sebut sebagai era post modrn. Era ini oleh sebagian dapat di pakai dan diartikan era post modern. Era ini oleh sebagian dapat di pakai dan di artikan sebagai era to religion. Yaitu masa kembali kepada ajaran spritual, moral, akal, empirik dan hal-hal yang bersifat materialistik, sekuralistik, hedonistik, fragmatik, dan transaksional.25 Yaitu pandangan yang memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat akibat dari kehidupan yang sedemikian itu manusia jadi berbuat tanpa landasan spritual, moral dan agama., semua temuan yang mengagumkan itu telah pula digunakan manusia untuk mendukung selera hawa nafsunya.

Menurut Manheim, milenial adalah salah suatu kontruksi sosial dimana di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historik yang sama. Lebih lanjut manheim

25Muhammad habibi, optimalisasi dakwah melalui media social di era milenial, Jurnal jurusan KPI fakultas adab dan dakwah IAIN, Pontianak tahun 2010

(33)

menjelaskan bahwa individu yang menjadi bagian dari era milenial atau generasi milennial adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama. Definisi tersebut secara spesifik juga dikembangkan oleh kader yang mengatakan bahwa generasi adalah agregrat dari sekelompok individu yang mengalami peristiwa-peristiwa yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.26

Generasi milenial menganggap bahwa teknologi merupakan gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Akhirnya, mayoritas generasi menggunakan teknologi untuk mempermudah kehidupannya seperti mencari-cari informasi melalui internet. Generasi milenial akan lebih tertarik dengan informasi yang didapatkan melalui internet atau media sosial dibandingkan koran atau majalah. Akan tetapi, teknologi juga mengakibatkan generasi milenial memiliki gaya hidup yang konsumtif.

Sehingga, generasi milenial sangat senang melakukan transaksi online dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari perbedaan karakteristik setiap generasi. Karakteristik dapat berupa sifat, cara pandang, dan pola pikir yang berbeda dalam kehidupannya untuk menjalankan suatu aktivitas. Di era milenial ini, mengajar agama islam tidak lagi menjadi otoritas seseorang ulama. Dimana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara orang bisa belajar agama Islam. Masyarakat sekarang ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai sumber satu-

26Statistik Gender Tematik, profil generasi milenial Indonesia. Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, hlm.13 tahun 2013

(34)

satunya untuk mendapatkan pengetahuan keagamaan. Masyarakat bisa memanfaatkan hand phone bahkan, internet sebagai media yang begitu mudah praktis untuk mengtahui berbagai persoalan agama, dari masalah- masalah ringan seputar sampai dengan persoalan yang pelik sekalipun, semua sangat mudah diketahui dan didapatkan.

Fenomena dakwah di era milenial selalu menjadi suatu hal yang menarik untuk di amati dan ditelaah. Mengingat, dakwah sebagai bentuk kgiatan komunikasi yang menimbulkan interaksi social para da’i yang menyampaikan dakwah dan memahami gejala-gejala sosial serta bagaimana agama memengaruhi tingkah laku manusia. Generasi milenial sekarang ini tentu berbeda dengan generasi 20 tahun yang lalu, dimana kecanggihan peradaban dan tekhnologi yang mengubah dunia digital menjadikan generasi milenial lebih memperhatikan gadgetnya.

Dalam rangka dakwah islamiyah, kita harus mampu berdialog dengan kebudayaan modern secara aktif mengisi dengan subtansi dan nuansa-nuansa islami. Hal itu perlu dikembangkan sistem dakwah yang menggunakan serta memilih teknologi informasi yang efisien dan bersih sesuai dengan kodrat umat manusia strategi yang di gunakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.27

B. Moralitas Remaja

Moralitas berasal dari kata “moral” yang berarti perilaku, kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia

27Basit, Abdul. Dakwah cerdas di era milenial. Jurnal komunikasi islam. ISBN 2088-6314.

Volume 03, Nomor 01, juni 2013

(35)

moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan manusia.28 Moral adalah keterkaitan spiritual pada norma-norma yang telah ditetapkan, baik yang bersumber pada ajaran agama, budaya masyarakat, atau nerasal dari tradisi berfikir secara ilmiah. Keterkaitan spiritual tersebut mempengaruhi keterkaitan sikapnya terhadap nilai-nilai kehidupan (norma) yang akan menjadi pijakan utama dalam menetapkan suatu pilihan, pengembangan perasaan dan dalam menetapkan suatu tindakan.29

Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah hukum prilaku yang diterapkan kepada setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan menghormati antar manusia.

Menurut Lillie dalam buku pembelajaran moral karangan Asri Budiningsih mengatakan moralitas adalah tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey mengatakan bahwa moralitas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila, sedangkan Baron mengatakan bahwa moralitas adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Sedangkan menurut Maknis Suseno, moralitas adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.30

28 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2022), hlm. 245.

29 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 94

30 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 24.

(36)

Pada masa remaja terjadi perubahan dalam konsep-konsep moral.

Kini anak remaja tidak mau lagi menerima konsep-konsep dari hal-hal yang mana benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan oleh orang tuanya atau teman-teman sebayanya dengan begitu saja seperti masa kanak-kanak dia sekarang menentukan sendiri, berdasarkan atas konsep- konsep moral yang dikembangkan dalam masakanak-kanak. Akan tetapi telah dirubah sesuai dengan tingkat perkembangannya yang telah lebih tinggi atau dengan perkataan lain sesuai dengan perkembangan yang telah matang.31

Pada umumnya anak remaja patuh terhadap pendiriannya sendiri mengenai apakah sesuatu tindakan itu benar atau salah. Dia benar-benar tidak akan melakukan apa yang menurut pendapatnya salah dan benar- benar akan melakukan apa yang dianggapnya benar. Tapi terkadang ada anak remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat diterimanya dalam masyarakat yang sangat serius. Para ahli yang telah mengadakan penyelidikan mengenai kenakalan remaja menarik kesimpulan, bahwa hal ini tidak disebabkan karena salah satu sebab saja akan tetapi oleh beberapa sebab. Karena setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung di mana individu tersebut berada. Antara pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi korelasi positif. Proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan menu bentuk sikap dan tingkah laku merupakan proses

31Ibid hlm 25

(37)

kewajiban musikal. Seorang individu yang waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial.

Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang mudah di lihat dan diukur, akan tetapi, didalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi, kecuali diduga dapat menggambarkan sikap mental tersebut.32 Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun.

Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah berlaku. Dalam kaitannya dengan nilai, moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengamalan nilai tenggang rasa, dalam perilakunya seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain, sehingga tidak berbuat sekhendak hatinya. Nilai-nilai kehidupan menyangkut persolan baik dan buruk, sehingga berkaitan

32http//www.definisi-pengertian.com/2018/07/pengertian-moral-definisi-menurut- ahli.html?m=1 diakses tanggal 11 April pukul 06:05 WITA

(38)

dengan moral. Dalam hal ini aliran psikoanalis tidak membedakan antara moral, norma, dan nilai.

Dekadensi moral yang terjadi dikalangan remaja sekarang ini pada dasarnya di pengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal dan eksternal.

a. faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam. Faktor internal tersebut yaitu faktor yang datang dari remaja sendiri. Seperti potensi, kpribadian, karakter atau sifat. Remaja yang memiliki peluang untuk berpotensi melakukan kebaikan maka akan terjerumus pada dekadensi moral, begitu sebaliknya.berikut ini yang menyebabkan faktor internal yaitu:

1) konflik diri

Konflik diri adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negative.

2) Kontrol diri yang lemah

Lemahnya kontrol diri pada remaja menyebabkan mereka tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak diterima. Selain itu, remaja yang sudah mampu mebedakan kedua tingkah tersebut tidak mampu mengontrol diri untuk berprilaku sesuai dengan pengetahuannya.

b. faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, meliputi:

1) lingkungan keluarga

(39)

Sesungguhnya pengaruh lingkungan keluarga sangat besar terhadap remaja. Akan tetapi pengaruh itu, tidaklah terbatas kepada waktu ia telah menjadi remaja saja. Akan tetapi telah dimulai sejak dari bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Dapat dikatakan pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu, jauh lebih besar dan lebih menentukan dalam kehidupannya kemudian hari.

Karena pengalamannya waktu membentuk kpribadiannya: apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya dalam kehidupan waktu kecil. Apakah ia sering menyaksikan atau mendengar hal-hal yang kurang serasi dalam keluarganya, misalnya ketidakcocokan ibu- bapaknya, seringnya terjadi ketegangan dan salah pengetian antara satu dengan yang lainnya dalam keluarga, maka si anak yang baru bertumbuh itu akan mengalami jiwa yang goncang, karena seringnya merasa cemas dan takut. Oleh karena itu begitu pentingnya pendidikan keluarga seta begitu pokoknya kehidupan keluarga bagi anak, maka keluarga dapat memiliki banyak fungsi yang dirasakan anak.33

Bahkan lebih jauh, dapat dikatakan bahwa kepercayaannya kepada Tuhan atau keyakinan beragamanya akan sangat mempengaruhi oleh suasana hubungan dalam keluarganya waktu kecil itu. Keluarga yang hidup jauh dari agama, tidaklah mungkin memberikan pembinaan jiwa agama bagi anak-anakanya. Dalam

33 Helmawati, pendidikan keluarga hal.200

(40)

pembinaan agama, sebenarnya faktor orang tua sangat menentukan, karena agama akan masuk terjalin ke dalam pribadi anak bersamaan sejak anak masih kecil. Keluarga yang hidup jauh dari agama, tidaklah bisa memberikan pembinaan jiwa agama bagi anak-anaknya. Dalam pembinaan agama, sebenarnya faktor orang tua sangat dibutuhkan, karena agama akan masuk terjalin ke dalam pribadi anak bersamaan ketika sejak kecilnya. Apabila agama itu didapatnya kemudian melalui pengajaran yang dangkal saja, maka agama itu akan dikenalnya, akan tetapi kurang meresap dalam jiwanya. Dan lebih berbahaya lagi, apabila anak-anak telah memasuki usia remaja yang penuh denganpersoalan dan kegoncangan itu, masih belum mengenal agama, maka segala kesukaran dan tekanan-tekanan perasaan yang mereka alami, tidak akan dapat dibatasi atau dikuranginya sendiri, karena ia tidak mampu berdoa dan meminta tolong kepada Tuhan. Disinalah mulai larinya remaja ke berbagai cara yang kadang0kadang tidak mengidahkan nilai moral.34

2) Lingkungan masyarakat

Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidik anak, terutama pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididik menjadi anggota

34 Aat Syafaat, Peranan pendidikan agama islam dalam mencegah kenakalan remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persabda, 2008) hal, 102

(41)

yang taat dan patuh menjalankan agamanya dengan baik. Baik dalam lingkungan keluarganya ataupun dilingkungan tempat tinggalnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota, dan warga Negara.

Dengan demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan dari penguasa masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral Dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagaikelompok sosial. Apabila dalam masyarakat tidak tampak lagi keunggulan moral, di mana sopan-santun hidup kurang terpelihara, agama dan nilai0nilai pasti tidak terlihat lagi, serta penipuan, percekcokan dan pelanggran atas hak-hak orang lain menjadi biasa saja, maka jiwa remaja akan semakin tertekan dan berontak. Anai kata remaja-remaja yang penuh idialisme itu, tidak mendapat didikan agama sejak kecilnya dulu, atau dalam pribadinya sangat kurang unsur-unsur agama, maka tekanan perasaan atau rasa frustasinya yang bersangkutan dengan itu akan mudah dingkapkan dalam bentuk serangan dan kekerasan, karena pengendali yang timbul dari dalam diri sendiri sangat kurang.

(42)

Maka sasaran mereka akan meluas sampai kepada menentang agama, bahkan tidak percaya lagi kepada Tuhan.35

3) Pergaulan antara teman atau sahabat

Teman bisa mempengaruhi keyakinan dan pemikiran seorang. Karenanya hubungan persahabatan memiliki pengaruh sangat penting dalam pembentukan sikap dan kpribadian remaja.

Jika teman bergaulnya mempunyai kpribadian yang baik maka remaja juga akan memiliki kpribadian yang baik begitupun sebaliknya. Namun, tak banyak orangtua dan guru yang menyadarinya. Mereka baru sadar ketika semuanya terlambat.

Karena kuatnya pengaruh ikatan persahabatan orang tua dan guru bisa mengetahui keyakinan dan kepribadian seorang anak remaja dari teman-teman dekatnya.

35 Ibid hal. 105

(43)

Gambar Kerangka

1. Eksistensi Majelis Preman

a). Mengembangkan ilmu agama

Dengan didirikannya majelis preman ini sebagai wadah berbgai ilmu dan mengembangkan ilmu agama. Memberikan pendidikan kepada orang-orang yang kurang pengetahuan tentang agama.

b). Sebagai wadah silaturahmi antar remaja Sebagai

wadah menimba ilmu Eksistensi

Majelis Preman

Mengemban gkan ilmu agama

Strategi Strategi Dakwah

Strategi Sentimental Teori Strategi Dakwah

Sebagai wadah silatuhrahmi antar remaja

Strategi Rasional

Strategi Indrawi

(44)

Komunikasi merupakan salah satu agar terbentuknya interaksi antara individu-individu para remaja. dengan adanya komunikasi tersebut sikap dan perasaansuatu kelompok manusia atau perorang dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lain.

c). sebagai wadah menimba ilmu agama

Eksistensi didalam kehidupan masyarakat majelis preman mempunyai andil dan keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama remaja di sekarbela. Majelis preman merupakan wadah bagi remaja untuk menimba ilmu agama.

Eksistensi majelis preman dalam kehidupan remaja telah banyak membawa manfaat dan perubahan yang cukup baik.

2. Strategi Dakwah

a. Strategi sentimental (al-manhaj al-athifi)

Strategi sentimental adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan perasaan dan bathin mitra dakwah. Memberi dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan metode yang di kembangkan dalam strategi ini.

b. Strategi rasional

Strategi rasional adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran . Strategi ini mendorong mitra dakah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi, atau

(45)

penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasioanal.

c. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissy)

Strategi ini juga dapat dinamakan dengan strategi eksprimen atau strategi ilmiah. Ia mendfinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang beorientasi pada masyarakat pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan di antara metode yang di himpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.

G. Metode penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah suatau proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam penelitian kualitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.36

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif adalah karena pokok masalah yang diteliti merupakan suatu proses dan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain secara alami. Oleh sebab itu sangat cocok penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif.

2. Kehadiran Peneliti

36Noor Juliansyah, Metedologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 35.

(46)

Kehadiran peneliti dalam penelitian berperan sebagai instrument yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan subjek yaitu dengan mengadakan wawancara dengan Masyarakat dan Ketua remaja masjid.

Untuk mendapatkan data-data yang akurat yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang perlu dilakukan oleh peneliti dilapangan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Melakukan observasi yang mendalam tentang objek penelitian khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu:

a) faktor-faktor penyebab generasi milenial di Sekarbela mengalami dekadensi moral

b) bagaimana strategi dakwah majelis preman dalam membentuk generasi milenial yang bermoral.

2) Mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait antara lain: Masyarakat di Sekarbela, Remaja Majelis Preman Sekarbela, dan Ketua Majelis Preman Sekarbela.

3) Di samping mengadakan observasi dan wawancara, peneliti melakukan pencatatan data-data terutama data-data yang berkaitan dengan Kenakalan remaja.

3. Sumber data

Jenis sumber data pada penelitian ini meliputi yaitu:

1) Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diproleh secara langsung dari sumber aslinya. Dalam penelitian ini, yang

(47)

menjadi objek penelitian adalah ketua remaja majelis preman , pengurus-pengurus majelis preman, masyarakat Sekarbela, kemudian remaja yang ada di Sekarbela Gubuk Mamben NTB.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diproleh atau dikumpulkan pleh peneliti berdasarkan dari sumber-sumber yang sudah ada. Pada penelitian ini, data sekunder yang didapatkan oleh peneliti dari 8 informan yaitu ketua remaja majelis preman sekarbela, pengurus- pengurus majelis preman, remaja, dan masyarakat Sekarbela.

4. Teknik Pengumpulan Data.

a. Observasi

Observasi suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara langsung sebagai alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi terhadap objek yang diteliti.37 Penelitian ini menggunakan observasi non partisifatif yang mana peneliti mengamati dari jauh tanpa instraksi dengan subjek yang diteliti.38 Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan atau terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan, baik terhdap visi, misi, tujuan dan melihat pelaksanaan dakwah yang diadakan oleh Majelis Preman di Sekarbela Gubuk Mamben, mulai dari meneliti tentang rutinitas yang diadakan di Majelis Preman,

37 Suwartono, “Dasar-Dasar Metode Penelitian” (Yogyakarta: Andi Offset, 2014) hlm,

38 Muhamad Faizin, “Kepemimpinan TGH Mustiadi Abhar dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren Darul Falah Mataram” (Tesis, MPI UIN Mataram, Mataram, 2017), hlm. 53.

(48)

kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan Majelis Preman dalam membuat strategi dakwah yang dilakukan Majelis Preman di Sekarbela Gubuk Mamben dalam membentuk generasi milenial yang bermoral di Sekarbela.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang bersumber langsung dari responden penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktural yang sifatnya fleksibel dan peneliti dapat mengikuti minat dan pemikiran partisipan.39 Dalam penelitian ini, wawancara sebagai metode pokok.

Dalam penelitian ini yang ditujukan remaja di Sekarbela yaitu Dedi, Aziz, mamat dan Abdul. Ketua majelis yaitu Ustad Fahmi dan pengurus-pengurus Majelis Preman di Sekarbela Gubuk Mamben untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini.

5. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diproleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.40

39 Imami Nur Rachmawati, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara, hlm.36

40 Sugiyono, Metode Penelitian. Hlm. 240

(49)

Analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari: (a) penyajian data (b) kesimpulan/verifikasi, dimana prosesnya berlangsung secara sekuler selama penelitian berlangsung. Pada tahap awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebar dan belum tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan luas. Setelah fokus semakin jelas maka peneliti menggunakan observasi yang lebih berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih spesifik. Redukasi data pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.

a. Penyajian Data

Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.41 Penyajian data digunakan untuk melihat gambar secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklarifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan. Penyajian data berbentuk teks naratif diubah menjadi berbagai bentuk jenis matriks, grafiks, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih

41 Ibid, hlm. 150

(50)

sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang terjadi untuk menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari proses analisis.

b. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Verifikasi dimaksudkan agar penelitian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif. Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektivitas”.

Jadi setiap makna yang muncul diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni merupakan validitasnya.42

H. Sistematika Penulisan 1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup keseluruhan isi yang menjelaskan tentang konteks penelitian Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

2. BAB II PAPARAN DATA

Bab ini membahas tentang seluruh data dan temuan penelitian, dimana akan diulas secara rinci data-data yang telah didapatkan.

3. BAB III PEMBAHASAN

Di bagian pembahasan ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan penelitian pada BAB II berdasarkan perspektif atau kerangka teoritik.

4. BAB IV PENUTUP

42 Ibid hal, 151

(51)

Di bagian BAB ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori yang digunakan dan berisi saran dan peneliti untuk orang yang akan meneliti tema yang sama, untuk mendapatkan kekurangan dan kelebihannya sebagai pedoman peneliti selanjutnya.

Gambar

Gambar Kerangka

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ekstrak Kandungan kimia Uji BSLT Uji DPPH Penelitian yang dilakukan oleh Noer Kurnia 2022 mengatakan bahwa hasil pengujian BSLT ekstrak etanol 70% fraksi etil asetat dan fraksi