Fokus masalah dalam penelitian ini adalah pengkajian nasionalisme, peran guru IPS dalam pengembangan sikap nasionalisme siswa di SMP Negeri 3 Bae. Apa faktor pendukung dan penghambat guru IPS SMP Negeri 3 Bae dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa. Bagaimana solusi atas kendala yang dihadirkan guru IPS dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa di SMP Negeri 3 Bae.
Untuk mengetahui strategi guru IPS dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa di SMP Negeri 3 Bae. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru IPS SMP Negeri 3 Bae dalam menumbuhkan sikap nasionalisme siswa. Untuk mengetahui solusi atas kendala yang dihadapi guru IPS dalam menumbuhkan sikap nasionalisme di SMP Negeri 3 Bae.
Bab ini menjelaskan tentang kajian teori, yang mencakup subbab tentang strategi guru dalam pembelajaran, yang terdiri dari strategi mengajar serta peran dan strategi guru IPS. Setelah kajian teori, poin selanjutnya adalah penelitian terdahulu yang membahas tentang penelitian terdahulu atau penelitian yang dilakukan oleh seseorang terkait dengan upaya guru IPS dalam meningkatkan nasionalisme siswa.
Kompetensi guru
Guru memberikan penjelasan berdasarkan sesuatu yang dianggap rumit dan dapat dijelaskan dengan baik dan benar. Artinya guru harus lebih ahli dan pengertian dibandingkan siswanya14. mendefinisikan kompetensi secara umum yaitu suatu kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan efisiensi kerja dalam suatu pekerjaan atau suatu kualitas dasar yang berkaitan dengan sebab akibat dari kriteria yang menjadi acuan, efisiensi atau keunggulan atau kinerja di tempat kerja atau menghadapi situasi tertentu16. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah sejumlah aspek pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang dimiliki guru yang baik, optimal dan efektif untuk menunjang tujuan pendidikan di sekolah.
Kompetensi pedagogi terdiri dari: a) Memahami peserta didik secara mendalam, b) Membuat kurikulum plus memahami prinsip-prinsip dasar pendidikan untuk tujuan pembelajaran, c) Melaksanakan pembelajaran, d) Membuat rencana dan melaksanakan penilaian, e) Mengembangkan potensi untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki. peserta didik, f) Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, g) Penyusunan silabus/kurikulum. Keterampilan pedagogi dikembangkan dengan melakukan penelitian tindakan kelas berdasarkan solusi dan perencanaan terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa meningkat dan tujuan perencanaan guru dapat tercapai19. Kompetensi sosial terdiri dari: a) Komunikasi langsung, tulisan dan gerak tubuh, b) Mengutamakan fungsi teknologi informasi dan komunikasi, c) Berinteraksi dan bergaul dengan baik dengan peserta didik, pegawai dan sesama pendidik, orang tua peserta didik, d) Bergaul dengan baik dengan masyarakat.
Pendidikan Karakter
Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 1, merupakan upaya yang disengaja dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berakhlak mulia. moral dan keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan budi pekerti adalah budi pekerti, sifat kejiwaan, budi pekerti atau akhlak yang membedakan seseorang dengan orang lain, atau budi pekerti. Menurut Aristoteles, karakter diartikan sebagai perilaku yang benar dalam hubungannya dengan diri sendiri dan individu lain.
Dari sebagian definisi tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya guru secara sadar dan terencana terhadap peserta didik, dengan cara mengajarkan kepada mereka akhlak atau tingkah laku yang baik bagi dirinya sendiri dan bagi hubungannya dengan orang lain. Sebab, tidak hanya berkaitan dengan masalah salah atau benar saja, namun juga masalah penanaman kebiasaan baik dalam hidup, yang dapat menjadikan peserta didik atau anak memiliki kesadaran, pengertian yang nyata, pengabdian dan kepedulian, sehingga mereka menerapkannya. dalam kehidupan sehari-hari mereka. . biru21. Selain itu, pendidikan karakter menurut Mulyasa merupakan upaya membantu mengembangkan jiwa anak dari dalam dan luar, dari kodratnya menuju manusia dan peradaban yang lebih baik22.
Menurut Thomas Lickone (1991) dalam Ajat Sudrajat, pengertian pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk membantu individu agar dapat memperhatikan, bekerja dan memahami. Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana untuk membantu individu memahami etika yang ada, yang bertujuan untuk membangun kehidupan manusia sehari-hari yang baik dan benar. Kumpulan firman Tuhan ini memberikan banyak hikmah, salah satunya tentang pendidikan karakter, yaitu pada surat Lukman baris 17 dan 18;
هّللا
Konsep Nasionalisme
Jika ditilik secara etimologis, nasionalisme terdiri dari dua kata “nasional” dan “isme”, yaitu pengertian kebangsaan yang mengandung makna semangat dan kesadaran cinta tanah air, kebanggaan terhadap bangsa, rasa hormat terhadap bangsa, solidaritas dengan kekurangan. nasib atau kemalangan sesama warga desa dan sesama warga desa. , serta mengedepankan persatuan dan kesatuan. Menurut Nurmantya yang dikutip Ikhsan, ia mengartikan cinta tanah air sebagai rasa bangga, memiliki, menghargai, menghormati, kesetiaan yang tinggi yang dimiliki setiap warga negara di negara tempatnya tinggal, yang tercermin dari sikap dan perilakunya dalam melindungi, membela. dan menjaga tanah air, rela berkorban demi bangsa dan tanah air, serta cinta terhadap budaya dan adat istiadat bangsa35. Alifudin Ikhsan, “Nilai-Nilai Cinta Tanah Air dalam Perspektif Al-Qur’an,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2, no.
36 Mifdal Zusron Alfaqi, “Memahami Indonesia dari Perspektif Nasionalisme, Politik Identitas dan Solidaritas,” Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 28, no.a) Abdul Munir Mulkhan mengartikan nasionalisme sebagai gagasan persatuan bangsa dalam satu wilayah politik negara. Dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan suatu pemahaman akan rasa cinta tanah air yang dapat dimulai dari rasa memiliki takdir yang sama, persamaan budaya, bahasa, dan lain-lain, sehingga timbul kesadaran bersama untuk menciptakan persatuan dan kesatuan yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. melindungi, membela dan menjaga tanah air, rela berkorban, mencintai budaya dan adat istiadat bangsa. Rousseau, nasionalisme mempunyai aspek penting yaitu nilai kesatuan moral yang timbul dari orang-orang yang bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Namun dalam mencapai tujuan bersama, ada 4 syarat utama yang harus dipenuhi oleh negara Indonesia, antara lain keinginan mencapai persatuan, keutuhan, kemandirian, dan kehormatan bangsa. Pertama, keinginan akan persatuan yang dapat diwujudkan dengan rasa persatuan suku atau bangsa di negeri ini. Kedua, keinginan akan keaslian yang dapat diwujudkan dengan menjaga keberagaman, saling menghormati dan toleransi antar umat beragama, hal ini dapat diperhatikan jika masyarakat Indonesia mempunyai kepribadian yang baik dan yakin untuk melestarikan dan melindungi budaya masing-masing.
Ketiga, keinginan untuk merdeka, yang dapat dicapai dengan cara merdeka berdasarkan belenggu penjajah, penindasan, intimidasi dari individu lain dan negara lain. Keempat, keinginan meraih kejayaan, yang dapat diwujudkan melalui pertahanan negara yang kokoh dan didukung seluruh rakyatnya dari ancaman musuh.
ريِبَخ
- Karakteristik Peserta Didik a. Pengertian
- Karakteristik Mata Pelajaran IPS
- Penelitian Terdahulu
- Kerangka Berfikir
Pada hakikatnya tidak ada satu orang pun yang ciri-cirinya sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, mungkin terdapat perbedaan etnis siswa di sekolah atau kelas tertentu. Menurut Choirul (2016), pendidikan multikultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) bertujuan untuk menciptakan manusia yang beradab dan beradab, b) kurikulumnya didasarkan pada nilai-nilai luhur yang terdiri dari kemanusiaan, bangsa dan suku, c) menggunakan metode demokratis yang bertujuan untuk menghargai perbedaan dan keberagaman suku dan bangsa, d) Penilaian menitikberatkan pada perilaku siswa yang terdiri dari penghayatan, persepsi dan.
Dengan demikian, jika guru menghadapi siswa yang multikultural, maka proses pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan keberagaman budaya yang ada di kelas atau sekolah. Sayangnya, ada pula status sosial ekonomi keluarga yang menjadi faktor penghambat siswa belajar berkelompok. Cara mengetahui kemampuan awal siswa melalui teknik tes yaitu pre-test dan non-tes seperti wawancara.
Gaya belajar siswa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu visual (pemahaman dengan gambar, poster, diagram, dan lain-lain), auditori (pemahaman dengan rekaman suara, diskusi, presentasi atau ceramah, dan lain-lain) dan kinestetik (pemahaman dengan gerakan). Dalam hal ini guru perlu mengetahui gaya belajar siswanya dengan mengisi angket siswa. Dalam hal ini dalam mendidik siswa, guru harus menghadirkan perasaan atau suasana gembira, bukan memberikan perasaan buruk sehingga siswa menjadi takut.
Perkembangan sosial peserta didik adalah kemampuannya beradaptasi dengan tradisi dan norma yang ada dalam masyarakat, kemampuannya berkomunikasi dan bekerja sama. Faktor pendorong perkembangan sosial siswa adalah keluarga, tingkat kematangan, teman, sekolah dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Orientasi siswa terletak pada tindakan yang berbeda-beda, benar atau salah dan menimbulkan ketaatan atau hukuman.
Pada peringkat ini, pelajar berasa takut kerana kesan negatif daripada apa yang dilakukan. Pada peringkat ini, pelajar mempunyai rasa bersalah dalam diri mereka apabila berbeza dengan orang lain. Selain itu, matlamat lain adalah untuk memperkembangkan kefahaman dan sikap pelajar yang baik dalam akhlak, nilai dan makna yang wujud dalam masyarakat46.
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Setting Penelitian
- Subyek Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Observasi
- Wawancara (interview)
- Studi Dokumentasi
- Uji Keabsahan Data
- Teknik Analisis Data
Subyek dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang peneliti perlukan, mengacu pada pembahasan yang dapat menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan diteliti. Subjek penelitian ini merupakan kunci penelitian, dimana subjek akan menunjang perolehan data yang dilakukan peneliti berkaitan dengan strateginya dalam penanaman karakter nasionalis pada siswa kelas VIII. Pada kelas VIII, materi terdapat pada buku referensi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang dimuat pada Kurikulum Merdeka versi 2021 yaitu pada Topik 03 tentang Nasionalisme dan Jati Diri Bangsa.
Penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder untuk mencari dan mengumpulkan data dari peneliti. Untuk memperoleh data, peneliti melakukan wawancara langsung (sumber lisan) dengan subjek yaitu guru IPS yang mengajar kelas VIII. Penelitian ini menggunakan bentuk observasi non partisipan dimana peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran.
Fokus utama observasi yang dilakukan adalah strategi guru IPS dalam penanaman karakter nasionalis pada siswa kelas VIII melalui kegiatan akademik yang disesuaikan dengan materi. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari informan yaitu guru IPS, yang mana peneliti terlebih dahulu menyiapkan panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik penelitian. Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti meliputi penelaahan dan pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang sudah ada seperti undang-undang, artikel ilmiah, tesis, dan buku.
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini adalah pengujian reliabilitas atau keterpercayaan yang dilakukan dengan cara memperluas pengamatan, meningkatkan konsistensi, triangulasi dan bahan acuan. Kepanjangan observasi dalam penelitian ini adalah peneliti kembali ke lapangan, melakukan observasi, wawancara dengan narasumber primer yang pernah ditemui sebelumnya maupun yang baru. Apabila data yang diperoleh kurang akurat, maka peneliti melakukan observasi berulang-ulang terhadap strategi guru IPS dalam penanaman karakter nasionalis siswa secara mendalam, hingga diperoleh data yang akurat.
“Peran Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Dalam Menumbuhkan Sikap Kebangsaan Siswa Kelas VIII MTs Hidayatun Nasyiin Pasrepan Pasuruan.” UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016.