Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan oleh siswa yang mampu mendengar dan menyimak dengan baik. B.). Strategi pembelajaran berbasis inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya. C.). Sedangkan pada strategi pengajaran langsung, pada strategi ini topik-topik hanya disampaikan kepada siswa dan siswa tidak perlu mengolahnya.
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah yang dihadapi secara ilmiah. Kemudian kegiatan pembelajaran yang kedua diarahkan pada pemecahan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan permasalahan sebagai kata kunci dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir adalah strategi pembelajaran yang mengandalkan pengembangan keterampilan berpikir siswa dengan mempelajari fakta atau pengalaman anak sebagai bahan penyelesaian masalah yang ditetapkan.
Selanjutnya tujuan akhir yang ketiga dari strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak dalam memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga jika waktu pembelajaran singkat maka tidak akan berjalan lancar. B.). Strategi pembelajaran peningkatan keterampilan berpikir hanya dapat dilaksanakan dengan baik di sekolah yang sesuai dengan karakteristik strategi pembelajaran peningkatan keterampilan berpikir itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran sangatlah penting bagi seorang guru. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah tidak semua strategi pembelajaran cocok untuk mencapai semua tujuan dan segala keadaan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hakikat Kemampuan Berbicara a. Pengertian Kemampuan Berbicara
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan adalah kemampuan mengungkapkan, menyatakan dan menyampaikan gagasan, pemikiran atau gagasan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan atau tulisan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan yang dapat dilakukan siswa sebagai upaya menanamkan keterampilan berbicara adalah dengan melatih siswa berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Tarigan berpendapat bahwa tuturan merupakan alat penyampai gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau pendengar.
Tarigan berpendapat bahwa berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu: a) memberi informasi dan melaporkan (to inform), b) menghibur dan menghibur (to amuse), dan c) membujuk, mengundang, mendesak dan meyakinkan (to persuasi). Berbicara dengan tujuan mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat merupakan suatu bentuk tuturan yang timbul karena adanya dorongan dari dalam diri individu. Kegiatan yang ditujukan untuk menanggapi pembicaraan orang lain merupakan kegiatan yang dipicu oleh rangsangan dari luar.
Respon tersebut bisa berupa persetujuan untuk memakan pembicaraan orang lain, namun bisa juga dalam bentuk penolakan. Sedangkan jawaban yang berupa penolakan dapat diartikan tidak setuju, tidak setuju, tidak setuju, konflik dan berbeda pendapat. Menghibur orang lain dapat diartikan sebagai kegiatan mengubah isi hati dan pikiran orang menjadi terhibur.
Orang yang sedang sedih, senang atau bahagia merupakan ekspresi yang dapat dilihat dan dikenali dari ciri-cirinya. Berbicara dengan tujuan menyampaikan informasi kepada orang lain hampir sama dengan berbicara berdasarkan ungkapan pikiran, gagasan, ide atau pendapat. Tujuan berbicara untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membujuk pendengarnya agar pendengar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, meyakinkan, mengajak atau meyakinkan orang lain. Tuturan mempunyai peranan sebagai alat komunikasi dan tidak jarang seorang penutur harus mampu beradaptasi untuk menyampaikan pesan dalam keadaan tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan berbicara dapat dijadikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan keterampilan berbicara siswa, khususnya di sekolah dasar yang salah satu jenis pidato informalnya adalah kelompok belajar.
Bahasa Daerah a. Hakikat Bahasa
Fungsi ekspresi adalah bahasa sebagai alat untuk melahirkan ekspresi batin yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan baik. Kelima fungsi di atas dapat menggambarkan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah komunikasi.
Bahasa hendaknya dipelajari sejak dini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah atau daerah. Negara Indonesia memiliki berbagai bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Jawa Tengah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakatnya. Menurut Wibowo (Rahman, bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bermakna dan artikulasi (dihasilkan oleh alat-alat bicara), bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakan sebagai alat komunikasi.
Sedangkan kawasan adalah suatu tempat yang dikelilingi atau termasuk dalam lingkungan suatu kota (wilayah dan sebagainya) Darminto (Rahman, 2016:73). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang bermakna dan mengartikulasikan lambang atau bunyi yang digunakan dalam lingkungan suatu kota atau daerah yang digunakan sebagai bahasa penghubung antar daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Jawa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat di wilayah Jawa Tengah.
Bahasa Jawa juga sering disebut sebagai bahasa ibu karena merupakan bahasa pertama yang dipelajari anak. Tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa antara lain mengenal dan mengenal lebih baik lingkungan alam, sosial dan budaya, memperoleh keterampilan dan kemampuan serta pengetahuan tentang daerahnya yang berguna bagi dirinya dan masyarakat luas, serta memiliki sikap dan keterampilan. perilaku yang selaras dengan nilai atau aturan yang berlaku di daerahnya serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal yang luhur untuk menunjang pembangunan nasional. Fungsi kebudayaan berkaitan dengan perolehan nilai-nilai budaya (muatan lokal) dengan tujuan membentuk kepribadian dan jati diri bangsa.
Berdasarkan ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera Negara, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional. kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman, dan tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Muatan lokal bahasa Jawa memungkinkannya menjaga dan melindungi budaya daerah agar tidak punah seiring berjalannya waktu.
Penelitian Relevan
Letak perbandingan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama mengkaji strategi guru. Sedangkan perbedaannya terletak pada tujuan penelitiannya, yaitu penelitian ini mengkaji peningkatan minat belajar siswa, sedangkan penelitian peneliti adalah tentang pembentukan keterampilan berbicara bahasa krama inggil siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SD Negeri 155/I Sungai Buluh pada kelas IV.
Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah kajian strategi guru di sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya terletak pada tujuan penelitiannya, yaitu penelitian ini mengkaji pengelolaan kelas, sedangkan penelitian peneliti tentang penanaman keterampilan berbicara bahasa Krama Inggil siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran melalui strategi menonton bersama seni ketoprak guna meningkatkan kemampuan berbahasa jawa dengan benar.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambaran lokasi penelitian, pelaksanaan baik siklus I, II dan III, dimana hasil pengembangan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 56,5%, siklus II sebesar 66%, dan siklus III sebesar 78%. Dari analisis data yang dilakukan pada penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa melalui penerapan strategi melihat bersama seni ketoprak meningkatkan kelancaran siswa dalam memahami makna kata/frasa dalam bahasa Jawa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama melihat keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa.
Sedangkan perbedaan yang ditemukan diantara keduanya adalah penelitian ini menggunakan metode PTK, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi guru dalam menghadapi siswa yang malas belajar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan di SD Negeri 74 Bonti-bonti, Desa Mattoangin, Kecamatan Bantimurung.
Hasil dari penelitian ini adalah guru menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk menghadapi atau menghadapi siswa yang malas mengikuti pembelajaran di kelas, yaitu dengan meningkatkan kesiapan belajar siswa, memberikan motivasi, menghindari kemarahan yang berlebihan, menciptakan keselarasan antar siswa. guru dan siswa, memberikan bimbingan jika diperlukan, menyisipkan lelucon sebagai transisi pembelajaran, membangkitkan efek rasa malu pada siswa, dan memberikan hadiah kepada siswa yang dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan mendapat skor seratus atau seluruh jawaban benar. Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama mengkaji strategi guru di sekolah dasar. Padahal perbedaannya terletak pada tujuan penelitiannya yaitu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian tentang pengajaran keterampilan berbicara siswa di krama inggil sedangkan penelitian ini mengeksplorasi bagaimana cara menghadapi siswa yang malas bekerja dalam belajar. kelas.
Kerangka Berpikir
Penetapan bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) dilakukan melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor. tentang Silabus Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004 untuk SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs dan SMA Negeri/Swasta/SMALB/SMK/MA Provinsi Jawa Tengah (Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2005). Orang Jawa biasanya berbicara kepada orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa Jawa yang halus yaitu bahasa Jawa krama inggil, namun ada pula orang Jawa yang berbicara kepada orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa Jawa yang kasar atau bahasa Ngoko-Jawa.
Hal ini mungkin disebabkan banyaknya kemajuan teknologi sehingga masyarakat Jawa terpengaruh dengan budaya luar Jawa dan luar Indonesia. Untuk menanamkan kemampuan berbicara krama inggil pada siswa, seorang guru tidak hanya perlu menggunakan strategi saja, namun diperlukan beberapa metode atau strategi pengajaran, sehingga dapat membantu guru dalam melaksanakan pengajaran bahasa Jawa khususnya. menanamkan kemampuan berbicara krama inggil pada siswa.