STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Mata Kuliah : Kreativitas Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Dr. Windi Dwi Andika, M.Pd
Rina Rahayu Siregar, M.Pd
Disusun Oleh : Kelompok 2
Fenti Cantika 06141282126060
Jenidian Gurium 06141182126045
M Haqqy Kholief Al latief 06141182126014 Pasya Zafa Ramada 06141182126007
Wiwik 06141182126010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2023
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini" guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Paud, Ibu Dr. Windi Dwi Andika, M.Pd dan Rina Rahayu Siregar, M.Pd. Kami harap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini.
Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen beserta teman- teman yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik pembaca maupun penulis.
Wassalamu’alaikum warrahatullahi wabarakatuh
Indralaya, 19 September 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 1
BAB II ... 2
PEMBAHASAN ... 2
A. Definisi Kreatifitas Anak Usia Dini ... 2
B. Faktor Yang Dapat Mendorong Kreativitas Anak Usia Dini ... 2
C. Metode Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ... 4
D. Peran Guru Dan Orang Tua Terhadap Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ... 8
E. Implementasi Pengembangan Kreativitas AUD ... 11
BAB III ... 13
PENUTUP ... 13
A. Kesimpulan ... 13
B. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, dimana pembinaan dilakukan melalui pemberian rangsangan berupa Pendidikan dalam rangka membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar mereka siap untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat 14 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Salah satu hal yang perlu dikembangkan pada diri anak adalah kreativitas. Kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk membentuk, menemukan, membuat hal-hal yang baru baik berupa gagasan atau karya. Kreativitas menjadi salah satu kemampuan anak yang sangan penting untuk dikembangkan dikarenakan melalui kreativitas memungkinkan manusia menjadi berkualitas dan sebagai kemampuan untuk bisa bertahan di masa yang akan datang. Anak akan melihat masalah dari berbagai sudut pandang, mampu menghasilkan karya yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas dalam proses pembelajaran akan berjalan baik apabila didukung dengan kemampuan dan kemauan anak dalam melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan baik kerja nyata yang berbeda dengan yang telah ada. Dengan adanya kreativitas yang dimiliki, anak dapat menentukan nasip hidup mereka di masa depan dengan lebih baik lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas berhubungan dengan pola pikir anak yang semakin baik karena dengan kreativitas, dapat meningkatkan kreativitas pola pikir anak didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas anak usia dini?
2. Apa saja factor yang dapat mendorong kreativitas anak usia dini?
3. Bagaimana metode pengembangan kreativitas anak usia dini?
4. Bagaimana peran guru dan orang tua terhadap pengembangan kreativitas anak usia dini?
5. Bagaimana implementasi pengembangan kreativitas anak usia dini?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kreativitas anak usia dini
2. Mengetahui apa saja factor yang dapat mendorong kreativitas anak usia dini 3. Mengetahui metode pengembangan kreativitas anak usia dini
4. Mengetahui peran guru dan orang tua terhadap pengembangan kreativitas anak usia dini
5. Mengetahui bagaimana implementasi pengembangan kreativitas anak usia dini
2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kreatifitas Anak Usia Dini
Setiap orang mampu menjadi kreatif jika diberi stimulus dan kesempatan. Kesempatan dan motivasi inilah yang perlu dikondisikan, sehingga anak memiliki kesempatan mengasah daya kreativitasnya. Kreativitas tidak hanya berguna untuk melakukan sebuah kegiatan tetapi juga untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam kehidupan manusia. Hal ini semakin menunjukkan betapa pentingnya mengasah kemampuan kreativitas anak. Men- gembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan arahan dan bimbingan guru pada saat anak didik berada di sekolah, yaitu melalui setiap kegiatan dan aktivitas bermain yang dilakukan anak.
Dalam bermain, anak belajar menentukan pilihan sesuai keputusannya, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, latihan dalam memecahkan masalah, mengembangkan cara berkomunikasi, dan bernegosiasi. Anak-anak dapat menciptakan kisah-kisah dalam khayalan, melatih dan mengembangkan keterampilan fisik, kognitif serta kemampuan sosialisasinya. Pada saat bermain seorang anak dapat melatih dan mengeksplorasi kreativitas dirinya melalui pengalaman dan bahkan dari kejadian-kejadian yang dialami yang dilihat setiap hari
Kreativitas secara harfiah merupakan peristilahan yang memiliki kesamaan dengan imajinasi, keahlian, berpikir secara divergen dan eksplorasi. Sedangkan pengertian kreativitas secara jamak yaitu berhubungan dengan penemuan sesuatu yang baru atau suatu kebaruan yang dihasilkan dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya (Sinaga & Timbange, 2022). Secara keseluruhan dari definisi kreativitas, maka ditentukan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu mampu berimajinasi, berpikir dan bereksplorasi, mampu menyelesaikan masalah, mampu menemukan sesuatu yang baru, mampu menyampaikan gagasan, dan mampu memberi nilai tambah.
B. Faktor Yang Dapat Mendorong Kreativitas Anak Usia Dini
Di dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya mempunyai tujuan yang diinginkan. Hal ini, pasti memiliki sebuah faktor baik itu pendukung maupun penghambat untuk mencapai tujuan tersebut.
Begitu pula dengan pengembangan kreativitas anak usia dini (Andriani & Rakimahwati, 2023). Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas yaitu:
1. Manajemen Waktu
Untuk menjasi kreatif, kegiatan anak didik seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi peserta mereka untuk bermain dengan gagasan, konsep dan mencoba dalam bentuk baru orisinil. Dalam proses pembelajaran manajemen waktu sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kreativitas anak didik.
Manajemen waktu tersebut berupa waktu belajar, waktu bermain dan waktu istirahat.
2. Kondisi Lingkungan
Sertiap lingkungan pasti memiliki latar belakang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. karena itu, lingkungan pendidikan menjadi titi pijak dalam melangsungkan proses belajar mengajar. Para pendidik harus bisa memahami karakter dan segala hal yang menyangkut lingkungan tempat pendidikan berlangsung. Lingkungan sekolah merupakan
3
lembaga pendidikan formal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Seperti gedung sekolahnya, fasilitas, dan sarana prasarana belajar untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Untuk itu, setiap kemampuan anak didik dalam berkreativitas akan mudah didapati di sekolah maupun di luar sekolah. Namun, keberhasilan belajar anak didik banyak diperoleh di lingkungan sekolah. Oleh karena itu proses perubahan tingkah laku dan kematang anak didik banyak dilakukan di sekolah.
3 . Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana dalam konteks lembaga pendidikan sangatlah penting. Apalagi dalam kontek PAUD yang identik dengan permainan sebagai instrument pembelajaran.
penyelenggaraan PAUD harus menyadari hal ini, sebab PAUD yang mempunyai sarana dan prasarana lengkap akan diminati masyarakat. Dengan saran prasarana yang memadai, pembelajaran dapat dilakukan secara variatif dan kreatif, tidak monoton satu tempat, satu pendekatan, dan satu permainan. Dengan dukungan sarana prasarana anak didik akan menikmati proses belajar mengajar yang diberikan. Permainan yang diadakan akan berkualitas sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana merupakan suatu alat, fasilitas, yang mutlak atau bagaian yang memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan dan kelancaran suatu proses dalam lingkup Pendidikan yaitu saat proses pembelajran. Sarana prasarana terbagi menjadi dua yaitu outdoor dan indoor yang dapat menunjang kreativitas anak.
4 . Rangsangan Mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendung.
Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memeberikan berbagai alternatif pada setiap stimulasi yang muncul. Pada aspek kepribadian anak stimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri. Pada aspek suasana psikologis distumulasi agar anak merasa aman, kasih sayang dan penerimaan. Hal ini menunjukan bahwa pendidik harus siap untuk menerima apapun karya dan mental bagi anak didik sangat diperlukan. Dengan adanya dukungan mental anak merasa dihargai dan diterima keberadaanya sehingga ia akan berkarya dan memiliki kemampuan untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya tanpa dukungan mental yang positif bagi anak didik makan kreativitas tidak akan terbentuk.
5 . Dorongan Internal Dalam Diri Anak
Dorongan internal dalam diri anak tidak terlepas dari beberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritikan pada anak yang kurang kreatif. Kreativitas anak didik dapat terbentuk ataupun tidak semua itu tergantung dengan anak itu sendiri. Motivasi dan dorongan dalam diri anak didik sehingga dapat menimbulkan daya imajinasi sesuai apa yang diinginkan oleh anak didik.
Dorongan tersebut berupa keinginan dalam belajar di sekolah. Anak didik akan senanga dalam belajar ataupun tidak semua itu tergantung internal dalam diri anak itu sendiri.
6 . Peran Guru
4
Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peran lebih dari sekedar mengajar, melainkan pendidikan dalam arti sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang keratif pula. Ada bebrapa hal yang mendukung peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak diantaranya: percaya diri, berani mencoba hal baru, memberi contoh, menyadari keberagaman kreativitas anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan positif thinking. Guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan kegiatan kreatif dalam hidupnya. Hal ini menjadi hal positif bagi guru. Akan tetapi, peran guru yang tidak kreatif dalam proses pembelajaran akan akan sangat berpengaruh babhkan dapat mematikan kreativitas anak didik
C. Metode Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini
Pengembangan kreatifitas adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan dengan sengaja untuk berlangsungnya perubahan-perubahan agar anak memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang baru. Kreatifitas seseorang dapat dilihat dari adanya tindakan-tindakan yang bersifat baru. Pengembangan kreatifitas dapat berjalan dengan baik melalui proses penemuan dan pencarian, karena dengan demikian anak akan mencoba-coba atau meneliti dengan menggunakan ide-ide atau cara-cara baru dengan alat dan bahan yang sederhana.
Pengembangan kreatifitas dapat dilakukan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dalam hal ini tentunya orang tua bisa melakukan beberapa hal yang bisa membantu dalam menumbuhkan kreativitas anak. Dalam hal ini dapat dilakukan melalui empat pendekatan, diantaranya; Pertama, Pribadi, tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Kedua, Proses, langkah-langkah proses kreatif dimulai dari tahap persiapan (inkubasi, iluminasi, verivikasi). Ketiga, Dorongan, berupa dorongan internal dan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
keempat, Hasil akhir, yang ditandai dengan orisinalitas, pembaharuan, kebermaknaan, dan teramati.
Empat hal yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran agar dapat mengembangkan kreatifitas anak (Andriani & Rakimahwati, 2023):
A. Mengembangkan rasa percaya diri pada anak dan tidak menimbulkan adanya perasaan takut.
B. Memberi kesempatan untuk menyampaikan keinginannya secara bebas dan terarah.
C. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
D. Melibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Pada setiap pelaksanaan proses pembelajaran sesungguhnya bertujuan untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas anak didik yakni dengan berbagai interaksi dan pengalaman belajarnya. Akan tetapi seringkali dalam pelaksanaannya tidak disadari bahwa masih sering terjadi kegiatan pembelajaran yang justru menghambat aktifitas dan kreatifitas anak didik. Oleh karena itulah dalam proses pembelajaran khususnya pendidikan anak usia
5
dini yang begitu memiliki peran penting dalam menentukan perkembangan dan kepribadian anak, kegiatan pembelajaran harus mampu mengembangkan aktifitas dan kreatifitas seorang anak. Pemebelajaran dalam pendidikan anak usia dini merupakan pembelajaran sambil bermain, dalam hal ini permainan-permainan yang dimainkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Permainan edukatif yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kreatifitas anak usia dini adalah;
1. Permainan drama, misalnya bermain dokter-dokteran entah anak yang berperan sebagai dokter atau pasien dengan ini anak akan mulai mngembangkan pikirannya dalam bersosialisasi dan berekspresi.
2. Permainan seni alam, dalam hal ini misalnya membuat bentuk wajah dari lumpur di batang pohon, membuat menara dari ranting-ranting, membuat miniatur taman dengan memanfaatkan rumput, ranting, tanah, dll, membuat pewarna alami dari kunyit, dan lain-lain.
3. Bermain rumah-rumahan, selama permainan berlangsung anak diberikan kebebasan penuh untuk menunjukkan kemampuan dan keinginan dirinya.
4. Permainan Karya wisata, anak-anak dapat belajar dari pengalaman langsung dan akan mentransfer pengetahuannya dilain waktu.
banyak benda-benda bekas yang dapat digunakan sebagai alat permainan edukatif. Dan banyak juga permainan edukatif yang bisa dilakukan bersama anak-anak, diantaranya adalah;
robot, roda tarik, batik celup, baling- baling dorong, boneka tangan kucing, sandal fantasi, lampion tekuk, baling-baling tarik 1, 2, dan 3, merangkai bentuk geometri, lampion kubus, rantai kertas, kreasi kertas remas, meja dan kursi, boneka layang, kerangka ikan, kincir gantung, meronce kertas, baling-baling tiup, kupu-kupu, boneka pensil, membuat puzzle, boneka sapi, boneka stik es, boneka kerucut, rantai segitiga, ikan pancing, dan merangkai tutup botol.
A. Pengembangan kreativitas dan berpikir kritis pada anak usia dini melalui metode pembelajaran berbasis STEAM and loose part
Pembelajaran berbasis STEAM and Loose Part ini mampu mengembangkan kreativitas anak yang mana dalam pembelajaran STEAM and Loose Part ini anak diajak untuk berkreasi sedemikian rupa yang mana telah djelaskan bahwasanya pembelajran metode STEAM and loose part dapat membatu anak berpikir kritis dan dapat menciptakan kreativitasan dalam memecahkan masalah atau problem solving yang akan sering dijumpai anak-anak di kehidupan sehari-harinya (Imamah & Muqowim, 2020).
Berbagai macam alasan yang dapat menjadi bukti bahwa metode pembelajaran STEAM and loose part mampu mengembagkan kreativitas dan berpikir kritis pada anak (Muniroh Munawar 2019: 278), yaitu:
6
1. membiasakan anak agar selalu bertanya dalam proses pembelajaran. Karena dengan anak bertanya menandakan bahwasanya anak ingin mengetahui sesuatu. Dengan begitu anak bisa di kategorikan sebagai anak yang mampu berfikir kritis.
2. beragamnya bahan atau benda- benda terlepas yang dapat dipindahkan, diubah dan digabungkan kembali dengan menggunakan cara lain, serta kemungkinan cara menggunakannya dapat ditentukan oleh anak, sehingga mampu mengembangkan kreativitas anak.
3. membiarkan anak berimajinase dengan media atau permainan yang sudah di persiapkan guru dalam kelas, dengan begitu guru harus menjaga atau menghindari dari “kata salah”
dengan guru mengatakan salah pada anak akan memotong imajinasi kreatif anak dalam mengeksplore berbagai ragam kegiatan pembelajaran STEAM and loose part.
4. Anak dilatih untun membangun sudut pandang dan membuat opini anak sendiri. Jadi untuk mengembagkan aspek sudut pandang anak harus belajar menilai suatu persoalan dan kemudian mempertahankan pendapat atau opininya yang dibuat. Sehingga anak akan mengetahui suatu bukti untuk mendukung pendapat atau opini yang lain yang berbeda-beda. Untuk mendukung pendapat yang diperlukan dan tidak hanya alasan saja, akan tetapi diperlukanya bukti secara yang logis dan nyata adanya. dengan begitu anak dapat membedakan pendapat mana yang kuat dan lemah. Sehingga anak dapat menerima berbagai macam pendapat yang diberikan oleh orang lain. Beragamnya bahan mainan yang disediakan dalam pembelajaran STEAM dan Loose Part ini dapat melejitkan kreativitas anak dengan begitu anak bisa berkreasi sedemikian rupa dengan bahan-bahan yang disediakan dengan hal tersebut.
Menggunakan pembelajaran berbasis Loose part dapat memberikan pembelajaran fleksibel karena memberi kesempatan kepada semua anak-anak untuk bermain secara bebas yang mana peran orang tua atau guru tidak mendominasi saat anak bermain. Dengan bermain bebas anak-anak akan mendapatkan berbagai macam permainan dan mampu menciptakan beragam pengalam dalam bermain. Seperti yang dikemukakan oleh Nicholson dalam Alfirda Dewi Nugraheni (2019: 516) beliau percaya bahwa semua anak memiliki kreativitas dalam berfikir dan memiliki kemampuan atau keahlian dan kreativitas yang dapat digunakan untuk menghadapi dunia nyata di lingkungan anak.
B. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Origami
Origami berasal dari bahasa Jepang dari kata ori yang berarti melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas. Melipat kertas (origami) merupakan kegiatan hiasan (ornamen) dengan menggunakan kertas tertentu. Origami peranannya bisa meluas ke segala bidang, misalnya dipergunakan sebagai bagian dari perlengkapan hidup. Origami telah memasuki segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian origami memiliki peranan pada semua bidang tergantung pada kebutuhan manusia, termasuk peranannya dalam bidang pendidikan untuk keperluan melatih kemampuan motorik halus pada suatu pembelajaran (Hasanah &
Priyantoro, 2019).
7
Origami bermanfaat untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas, ketrampilan serta ketekunan. Latihan origami dapat membantu anak-anak memahami ukuran yang relatif lebih lengkap dengan menggunakan strategi yang lebih efektif untuk perbandingan ukuran. Origami merupakan bagian dari pengembangan motorik halus sebagai media pengukur kerja otak yang disalurkan pada gerakan jari tangan secara terkoordinasi untuk mencapai tingkat keterampilan yang diharapkan, adapun pentingnya seni origami bagi Anak Usia dini antara lain:
1. Origami dapat membangun jiwa kreatif anak
2. Origami adalah permainan yang kreatif, edukatif dan bersifat menghibur serta menjadi bekal keterampilan yang bermanfaat di sepanjang usia.
3. Origami adalah seni yang universal. Dapat dilakukan oleh semua orang, dengan bahan kertas yang mudah didapat, maka origami bisa dilakukan dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja.
4. Origami bermanfaat dalam masa perkembangan anak. Selain menjadi stimulan positif bagi perkembangan otak pada anak usia dini, origami juga bermanfaat untuk melatih motorik halus, melatih kerapihan dan ketelitian. serta melatih berkarya sejak kecil.
5. Teknik origami dapat dipakai untuk memberi solusi pemanfaatan limbah, kertas, plastik atau foil bekas kemasan, diubah menjadi bentuk-bentuk unik yang bermanfaat.
Origami dapat dikonstruksi dengan melihat pola bekas lipatan (crease pattern).
Konstruksi origami yang berbasis pola bekas lipatan yang biasa dipergunakan adalah Konstruksi Origami Huzita-Justin yang terdiri atas tujuh operasi lipatan yang berbeda. Saat seorang anak menunjukkan hasil origami kepada orangtuanya, lukisan, ataupun karya lainnya, maka karya-karya tersebut disebut produk yang kemunculannya disebabkan oleh bara api atau bakat dalam diri anak. Tidak mungkin, karya akan terwujud tanpa ada semangat dan keinginan untuk membuatnya.
Origami untuk anak-anak merupakan bentuk aktivitas yang sangat menyenangkan.
Keberhasilan melipat kertas terpancar dalam ekspresi anak saat mampu menyelesaikan lipatannya. Tidak hanya rasa senang yang didapatkan dari bermain origami namun juga penyaluran kreativitas dan imajinasi anak, dan yang terpenting adalah keterampilan dalam mengontrol dan melatih motorik halus. Belajar untuk tetap konsentrasi dan fokus dalam mengikuti langkah-langkah pembuatan suatu model origami adalah bentuk belajar sambil bermain. Semua hal tersebut diatas sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anak memasuki usia sekolah. Untuk anak usia dini bentuk lipatan masih berupa bentuk objek yang sederhana.
Anak-anak belum dapat mengikuti tahapan lipatan yang kompleks. Belajar melipat pada anak dilakukan dengan beberapa tahap.
8
D. Peran Guru Dan Orang Tua Terhadap Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini
Guru merupakan salah satu orang yang sangat terdekat dengan anak didik setelah orang tua. Bahkan tidak sedikit anak yang lebih dekat dengan guru dan lebih sering menuruti perintah guru dibandingkan perintah orang tua. Oleh karena itu, guru memiliki posisi yang sangat strategis dalam mengupayakan perkembangan kreativitas anak didik. Disisin lain, guru juga merupakan motivator bagi anak didik. Dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi kepada anak didik merupakan daya penggerak dalam diri anak yang menimbulkan keinginan belajar yang mengara pada terwujudnya tujuan yang dikehendaki. Berikut ini adalah beberapa upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak diantaranya adalah melalui proses pembelajaran di sentra (Sartika & Erni Munastiwi, 2019).
1. Sentra IMTAQ
Sentra IMTAQ merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar nilai dan aturan agama. Hal ini dapat mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak didik melalui pembiasaan sehari-hari. Dengan demikian, fokus pada sentra ini adalah mendukung anak didik untuk mengenal dan membangun kosep- konsep Al-Quran, doa-doa dan hadits. Dengan adanya sentra ini, dapat menanamkan nilai-nilai keagamaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti bernyanyi, menghafal doa-doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam Al-Quran, shalat, wudhu dan hadits. Oleh karena itu, sentra IMTAQ bertujuan untuk membangun kemampuan beragama anak dan membentuk pribadi yang cerdas sesuai dengan norma agama.
2. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam merupakan sentra yang dapat merangsang dan mengembangkan kecerdasan anak dengan melalui pemanfaatan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekitar. Bahan-bahan tersebut berupa daun, ranting kayu, pasir, biji-bijian, rumput, lumpur, tanah liat, air, dan sebagainya. Disini anak bermain dengan cara menjelajahi bahan-bahan alami, menciptakan, berpikir dan berkomunikasi serta melatih motorik halus dan kasar. Di sentra bahan alam anak didik bermain sambil belajar untuk menunjukan kemampuan, membandingkan dan membedakan. Dengan bereksplorasi, bereksperimen dan berimajinasi. Seperti membuat gunung dengan cat air.
3. Sentra Peran
Sentra peran merupakan suatu ragsangan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal anak melalui permainan, kerja sama, main peran, pemecahan masalah, serta penyelesaian konflik. Permainan di sentra peran terbagi menjadi dua yaitu bermain peran kecil dan bermain peran besar. Dalam proses pembelajaran di sentra peran, guru memberikan arahan sebelum pembelajaran. Arahan tersebut berupa penjelasan terkait dengan proses pembelajaran yang akan berlangsung. Dengan bermain peran, anak dapat berimajinasi sendiri sesuai dengan peran yang ia dapatkan seperti berperan sebagai dokter, perawat, pasien, bidan, guru, polisi, tentara dan yang lainnya.
9 4. Sentra Balok
Sentra balok merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dengan menggunakan media pembangunan terstuktur. Di dalam sentra balok terdapat berbagai macam bentuk balok, lego, replika hewan, replika manusia, mobil-mobilan, kertas, spidol, keranjang dan berbagai alat permainan lainnya. Pembelajaran yang ada di sentra balok sangat membantu perkembangan anak didik dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan berkonstruksi. Selain itu, pembelajaran di sentra balok dapat mengembangkan kemampuan visual dan matematika anak didik. Dalam hal ini, banyak sekali berbagai bentuk balok dengan ukuran seperti segi tiga, persegi dan geometri, sehingga dapat menarik perhatian anak didik untuk belajar berkreasi sesuai dengan imajinasi.
5. Sentra persiapan
Sentra persiapan merupakan sentra yang merangsang dan mengembangkan kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematika. Kecerdasan bahasa dikembangkan melalui berbicara, mendengar, bernyanyi, berdeklamasi, membaca, menulis, dan bercerita. Sedangkan kecerdasan matematika dirangsang memalalui kegiatan mengenal angka, menghitung, membedakan bentuk dan warna, menganalisis data atau mengkategorikan benda-benda. Pembelajaran sentra persiapan berfokus untuk memberikan pembelajaran kepada anak didik untuk mengembangkan kemampuannya.
Kemampuan tersebut berupa matematika, pra menulis, pra membaca, mengurutkan, mengklasifikasikan dan mengelompokan berbagai aktivitas lainnya untuk mendukung perkembangan kognitif anak didik.
6. Sentra Seni
Sentra seni merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak dalam mengembangkan keterampilan dan berkarya. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menggambar, melukis, mewarnai, menggunting, menempel, dan lain sebagainya.
Sentra seni memiliki fokus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan berbagai keterampilannya. Keterampilan tersebut berupa keterampilan tangan dengan menggunakan berbagai bahan dan alat seperti melipat, menggunting, mewarnai, melukis dan menggambar.
7. Sentra Ekstra
Sentra ekstra merupakan proses pembelajaran di luar jam belajar mengajar.Pembelajran ekstra dapat memberikan wadah bagi anak didik yang memiliki minat dan bakat untuk mengikuti kegiatan tersebut melalui bimbingan dan pelatihan guru. Kegiatan ekstra dapat membentuk sikap positif kreativitas terhadap anak didik.
kegiatan ini berupa ekstra lukis, drum band dan angklung (Rahman, 2019).
Selanjutnya orang tua yang merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang
10
anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan masa depan anak. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya.
Seperti perkembangan kepribadian, perkembangan kreativitas anak terkait erat dengan peran serta orang tua. Hubungan ibu atau orang dekat lainnya dengan anak memberikan dasar bagi bagaimana dan sejauh mana anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Pengasuhan dari orang tua yang dilandasi oleh hubungan yang hangat, nyaman, dan mendukung akan menghasilkan keleluasaan pada anak untuk mengembangkan dirinya, termasuk juga mengembangkan kreativitas (Holis, 2019).
Melihat hal di atas maka peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak menjadi sangat penting dan mendasar. Sehingga setidaknya para orang tua tahu bagaimana mereka mengembangkan kreativitas anak-anaknya. Jika orang tua salah sedikit saja dalam menanamkan konsepnya kepada anak-anaknya dalam mengembangkan kreativitas, maka itu akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Pendidikan Anak Usia Dini pada pelaksanaannya seperti yang diungkapkan Siti Aisyah dikutip (Yulianti, 2021) menggunakan prinsip-prinsip PAUD sebagai berikut:
1. Berorientasi pada kebutuhan anak Menurut Maslow kebutuhan anak yang sangat mendasar adalah kebutuhan fisik, anak dapat belajar apabila tidak dalam kondisi lapar dan haus. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan keamanan dan kebutuhan rasa dimiliki dan disayang.
2. Sesuai dengan perkembangan anak Pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak.
Perkembangan anak mempunyai pola tertentu sesuai dengan garis waktu perkembangan. Setiap anak berbeda perkembangannya ada yang cepat ada yang lambat.oleh karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkungan maupun tingkat kesulitannya dengan kelompok usia anak.
3. Mengembangkan kecerdasan anak Anak usia 0 – 8 tahun merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali anak dengan hafalan tetapi mengembangkan kecerdasannya.
4. Belajar melalui bermain Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak di ajak untuk bereksplorasi,menemukan dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.
5. Belajar dari kongkrit ke abstrak, sederhana ke kompleks, gerakan ke verbal dan dari diri sendiri ke sosial Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, di mulai dari yang kongkrit ke abstrak, dari kosep sederhana ke kompleks, dari gerakan ke verbal dan dari diri sendiri ke sosial. Agar kosep
11
dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang.
6. Anak sebagai pembelajar aktif Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya, sehingga anak aktif, guru hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh.
7. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebaya di lingkungannya. Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya, maka anak akan belajar, begitu juga ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa (guru, orang tua).
8. Menggunakan lingkungan yang kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
9. Merangsang kreativitas dan inovasi Proses kreatif dan inovasi dapat dilakukan melui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
10. Mengembangkan kecakapan hidup Pendidikan anak usia dini mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas dan bahasa.
Tujuannya agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
E. Implementasi Pengembangan Kreativitas AUD
Pengembangan kreativitas pada anak PAUD dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya suatu aspek pengembangan kegiatan kreativitas yang terprogram dengan baik yang berlandaskan akan tingkatan pencapaian perkembangan anak. Teori pengembangan kreativitas menyebutkan bahwa aspek pengembangan kreativitas PAUD dapat dibagi menjadi beberapa aspek, diantara adalah pengembangan kreativitas anak melalui imajinasi, musik, bahasa, dan eksplorasi. Disini kelompok menyajikan salah satu implementasi eksplorasi menggunakan media berbasis alam.
Anak dapat membuat berbagai macam bentuk menggunakan daun. Kapal, capung, pohon, gunung, sungai, dan burung dapat dibuat dari beberapa kumpulan daun (Mamma & Sirjon, 2021). Daun memungkinkan anak untuk melakukan eksplorasi. Berbagai bentuk, ukuran, dan warna daun dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Guru dapat memanfaatkan bahan ini untuk mengasah kreativitas anak. Ketika mengenalkan kegiatan yang menggunakan daun, guru dapat memberikan contoh terlebih dahulu di awal apa saja yang dapat anak lakukan dengan bahan tersebut. Proses ini penting karena sebagai pijakan bagi pikiran kreatif anak mulai berjalan.
12
Menggunakan daun sebagai bahan untuk membentuk kreativitas dapat memberikan pengalaman panca indera untuk anak terutama untuk belajar kasar dan halus. Hal ini sejalan dengan studi terdahulu yang menyatakan bahwa kesempatan belajar dengan berbagai benda alam memungkinkan anak untuk mengamati dan mempelajari benda asli dengan mengoptimalkan penggunaan panca inderanya (Tuuling et al., 2019).Mereka bisa mencium, merasakan, dan menyentuh berbagai benda alam. Selanjutnya bahan alam yang dapat digunakan untuk stimulasi kreativitas anak adalah biji-bijian (Chintia & Apriyansyah, 2022).
Biji kacang tanah, kacang hijau, jagung kering, dan kacang polo merah dapat menjadi pilihan bagi pengembangan kreativitas anak. Bahan ini termasuk dalam kategori aman dan mudah diperoleh. Karena ukurannya yang kecil, guru perlu memperhatikan kelompok usia anak yang akan menggunakannya. Sebelum dan selama proses penggunaan, guru juga sebaiknya selalu mengingatkan anak untuk tidak memasukkan bahan tersebut ke dalam mulut.
Adapun kegiatan yang mendukung penggunaan bahan alam ialah Mozaik dilaporkan dapat menstimulasi anak untuk menemukan sendiri idenya (Cahyaningrum et al., 2020;
Lindawati & Nuraini, 2022). Sebelum melakukan mozaik, guru prasekolah perlu memperkenalkan dengan cara mencontohkan dan menjelaskan. Anak yang jarang diberikan kegiatan ini dapat merasa bingung cara menempel yang baik dan memilih bahan yang sesuai.
Mereka tidak bisa menempel dengan rapi dan melewati batas garis. Kegiatan selanjutnya adalah kolase. Kolase dapat dikenalkan pada anak usia dini untuk menghias baik itu benda dua atau tiga dimensi (Wati et al., 2020). Bahan alam yang digunakan dapat berbentuk sobekan kecil. Kegiatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kelompok usia anak dan indikator yang akan dikembangkan. Apabila usia anak di bawah empat tahun maka sobekan yang diberikan pada anak sebaiknya lebih besar. Semakin tua usia anak, maka sobekan lebih kecil.
Hal ini karena kematangan dan koordinasi anak yang lebih tua sudah lebih baik daripada yang muda. Kegiatan selanjutnya adalah mencap atau mencetak. Mencetak dilakukan mulai dari tingkatan sederhana sampai rumit. Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan cetakan yang tersusun sejajar namun juga dapat membentuk bunga, pohon, dan sebagainya. Guru dapat membantu membuat pola dasar untuk anak mencetak. Misalnya guru sudah memberikan gambar batang dan ranting sebuah pohon. Anak diminta untuk melengkapi daun, bunga, dan buahnya dari teknik mencetak.
13 BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas secara harfiah merupakan peristilahan yang memiliki kesamaan dengan imajinasi, keahlian, berpikir secara divergen dan eksplorasi. Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas yaitu, manajemen waktu, kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, rangsangan mentlal, dorongan internal anak, dan peran guru. Ada beberapa metode pengembangan kreativitas anak usai dini, daintaranya: metode pembelajaran berbasis loose STEAM dan loose part serta melalui origami. Guru jdan orang tua juga harus berperan aktif dalam pengembangan kreativitas anak usia dini, guru dapat membuat sentra di dalam pembelajaran, dan orang tua juga dapat mempererat hubungan dengan anak dengan cara bermain bersama agar rangsangan emosional antara orang tua dan anak tercapai.
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan isi dari makalah ini. Diharapkan setelah menerima kritik dan saran penulis dapat memperbaiki makalah ini
14
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D., & Rakimahwati, R. (2023). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Menggunakan Media Berbasis Alam. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 1910–1922. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.4243
Cahyaningrum, A., Istiyati, S., & Palupi, W. (2020). Kegiatan Mozaik Dengan Bahan Alam Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Usia 4-5 Tahun. Kumara Cendekia, 8(1), 32.
https://doi.org/10.20961/kc.v8i1.34112
Chintia, M. G. O. D., & Apriyansyah, C. (2022). Upaya Meningkatkan Kreativitas Melalui Kegiatan Bermain Dari Bahan Alam Di Paud Taman Seminari Santa Cicilia. JPTI (Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Taman Indonesia), 1(2), 1–8.
http://paudpancasakti.ac.id/index.php/jpti/article/view/1
Hasanah, U., & Priyantoro, D. E. (2019). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Origami. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 5(1), 61.
https://doi.org/10.32332/elementary.v5i1.1340
Holis, A. (2019). Peranan keluarga/ orang tua dan sekolah dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. 22–43.
Imamah, Z., & Muqowim, M. (2020). Pengembangan kreativitas dan berpikir kritis pada anak usia dini melalui metode pembelajaran berbasis STEAM and loose part. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 15(2), 263–278.
https://doi.org/10.24090/yinyang.v15i2.3917
Munawar, Muniroh. (2019). “Implementation Of Steam (Science Technology Engineering Art
Mathematics) - Based Early Childhood Education Learning In Semarang City”. Jurnal Ceria Vol. 2 No. 5, September 2015.
Mamma, A. T., & Sirjon. (2021). Improving Children’s Creativity Through Environmental Exploration Activities. JECE (Journal of Early Childhood Education), 3(1), 31–41.
https://doi.org/10.15408/jece.v3i1.20230
Nugraheni, Alfirda Dewi. (2019). Penguatan Pendidikan Bagi Generasi Alfa Melalui Pembelajaran Steam Berbasis Loose Parts Pada PAUD. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran 2019. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 29 Agustus 2019.
Rahman, M. H. (2019). Peranan Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Metode Eksperimen Di Paud Asuhan Bunda Kabupaten Asahan. Qurroti : Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1(2), 38–46.
https://doi.org/10.36768/qurroti.v1i2.39
Sartika, & Erni Munastiwi. (2019). Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Di TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muthi’in Yogyakarta. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 4(2), 35–50.
https://doi.org/10.14421/jga.2019.42-04
Sinaga, R., & Timbange, Y. (2022). Mengembangkan Kreativitas Anak Taman Kanak- Kanak Melalui Metode Project Based Learning. EDULEAD: Journal of Christian
15
Education and Leadership, 3(1), 13–30. https://doi.org/10.47530/edulead.v3i1.87 Tuuling, L., Õun, T., & Ugaste, A. (2019). Teachers’ opinions on utilizing outdoor learning in the
preschools of Estonia. Journal of Adventure Education and Outdoor Learning, 19(4), Wati, A., Mariani, D., E., W., Hasibuan, J. S., & Fitriani, W. (2020). Peningkatan Kreativitas Anak TK
Pada Masa Covid-19 Melalui Permainan Kolase Dengan Menggunakan Bahan Alam. Yaa Bunayya- Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 99–107.
https://doi.org/10.33061/jai.v4i1.3025
Yulianti, T. R. (2021). Peranan orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini (Studi kasus pada pos PAUD Melati 13 Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah). E-Journal.Stkipsiliwangi.Ac.Id, 4(1), 11–24. http://e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment/article/view/569