STRATEGI REHABILITASI MANTAN PECANDU NARKOTIKA DAN OBAT-OBATAN BERBAHAYA PADA
YAYASAN KASIH HATI DAN PIKIRAN KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
:
KEZIA ELISABETH PANJAITAN 3172122013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2022
ABSTRAK
Kezia Elisabeth Panjaitan. Nim 3172122013. Tahun 2022. Judul skripsi:
Strategi Rehabilitasi Mantan Pecandu Narkotika dan Obat-Obatan Berbahaya pada Yayasan Kahapi Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli serdang. Program Studi Pendidikan Antropologi,Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui latar belakang Yayasan Kahapi melaksanakan pelayanan pada bidang rehabilitasi, untuk mengetahui latarbelakang seorang pasien (residence) menggunakan narkotika dan obat- obatan berbahaya dan untuk mengetahui bagaimana strategi rehabilitasi Yayasan kahapi terhadap (residence). Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Apa latar belakang Yayasan Kahapi melakukan pelayanan dalam bidang rehabilitasi?
2) latar belakang pasien (residence) menggunakan narkotika dan obat-obatan berbahaya. 3) Bagaimana strategi rehabilitasi Yayasan Kahapi terhadap pasien (residence)?.Metodologi penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, Pendekatan dekskriptif dengan teknik pengumpulan data; observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini ialah 1) Yayasan ini didirikan didasarkan pangilan jiwa dari founder yayasan. 2) latarbelakang seorang pasien (residence) menggunakan narkotika dan obat-obatan berbahaya ialah: rasa ingin tahu, pergaulan bebas, pelarian dari masalah, dijebak, broken-home, meningkatkan kepercayaan diri, pengaruh lingkungan, dan lain-lain. 3)Strategi rehabilitasi Yayasan Kahapi terhadap pasien (residence) ialah: a) pemangkasan tingkah laku, yaitu dengan cara memberikan seminar dan mengenai kebiasaan-kebiasaan yang buruk yang merusak kehidupan misalnya marah, dendam, egois, tidak tau berterimakasih, tidak menghargai keluarga dan orang tua dan membuang-buang waktu. b) Theurapic Community (TC), yaitu terapi yang mempertemukan mantan pecandu narkoba dalam sebuah kelompok, agar mereka dapat saling membangun satu dengan yang lain. C) Terapi religi kerohanian pada terapi religi ini pasien (residence) diajarkan untuk memiliki nilai religi yang baik. d) terapi keluarga merupakan terapi yang gunanya untuk memperbaiki hubungan antara pihak keluarga dan pasien (residence).e ) terapi Psikodrama, yaitu kisah hidup seseorang dibuat menjadi drama dan dijadikan pelajaran bagi setiap anggota kelompok yang ada.
Kata kunci : Strategi rehabilitasi, Yayasan Kahapi, Mantan Pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha esa atas segala kebaikan-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan penyertaan- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini berjudul “Strategi Rehabilitasi Mantan Pecandu Narkoba (Narkotika dan obat- obatan Berbahaya) pada Yayasan Kahapi)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Selama proses penyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Trimakasih Kepada Tuhan Yesus, karna anugrahnya saya bisa menyelesaikan pendidikan Sarjana ini.
2. Bapak Dr. Syamsul Gultom, SKM, M.Kes selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos.,MSP selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran sehingga skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Ibu Dr. Murni Eva Marlina, S.Sn, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
7. Bapak Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si Dosen Penguji II skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.
8. Ibu. Wira Fimansyah, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji III skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, motivasi dan pengalaman selama proses perkuliahan.
10. Orang tua saya, Mama saya, Ibu yang Luar biasa, Dorliana Simanjuntak, seorang diri membesarkan empat orang anak dari kecil hingga kami semua bisa kuliah walupun seperti tidak ada harapan namun mama tetap semangat dan mengajari agar selalu optimis dan gigih.
11. Kakak saya Maria Evlin Debora Panjaitan,S.Pd, seorang yang selalu bersemangat dan menginginkan adiknya yang paling baik menjadi sukses dan menjadi Sponsor, juga buat adik saya Gerson Daniel Panjaitan dan Gloria Martalina Panjaitan yang menjadi semangat agar menjadi sukses.
12. Founder Yayasan Kahapi ibu Lilis Suryani sihombing dan suammi, dengan Ketua yayasan Bapak Yusuf Sinaga dan Istri, saya mendapat banyak pelajaran dari Bapak dan Ibu selama mengadakan penelitian di Yayasan Kahapi
13. seluruh Staff dan pegawai yang ada di Yayasan Kahapi Bpk.Ridoart Dacosta siburian, Bpk.Yosafat Roni Saragih, Bpk. Doni Siburian, Bpk.Eben Sinaga ,Ibu Mesni Meha, Suando sinaga, Rio Sihaloho dan seluruh Keluarga Besar Yayasan Kahapi , kalian tidak terlupakan.
14. Bpk.Triwibowo dan abang saya Guntaran yang selalu mensupport dalam pengerjaan skripsi dan selalu mengingatkan saya,
15. semua orang yang pernah mendidik saya, Kalian sangat berarti. Masa lalu aku banyak belajar,
16. Prodi Pendidikan Antropologi stambuk 2017, masa yang kita lewati bersama teman-teman yang luar biasa beserta dengan teman teman di satu dosen PS.
Walaupun saya tidak bisa menuliskan nya satu persatu semoga teman-teman semua diberkati dan dilindungi Tuhan.
17. Rahmat siregar teman baik yang menolong penulis memnyelesaikan pemberkasan wisuda
18. Yang terkasih selalu mendukung dan membantu dalam penyusunan berkas bahkan mensupport ketika saya mengerjakan Tugas akhir ini bahkan banyak hal dalam banyak bidang., bahkan ketika aku sakit , Aku mengasihimu Trimakasih telah sama-sama berjuang semoga kita diberkati Tuhan dan menjadi orang sukses.
Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Semoga Tuhan yang maha esa membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Penulis
Kezia Elisabeth Panjaitan NIM. 3172122013
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...i
KATA PENGANTAR ………...ii
DAFTAR ISI……….iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.3 Tujuan...7
1.4 Manfaat...8
a. Secara Teoretis...8
b. Secara Praktis...8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS...9
2.1 Kerangka Teoritis...9
2.1.1 Landasan Teoretis Strukturalisme Fungsional Talcot Parson...9
2.1.2 Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba...13
2.1.3 Efektifitas Straegi Pelayanan Pastoral...14
2.1.4 Narkoba dan Penanganannya...15
2.2 Kerangka Konseptual...15
2.3.1 Strategi...15
2.3.2 Konsep Rehabilitasi...16
2.3.3 Pecandu...19
2.3.4 Narkotika dan Obat-Obatan Berbahaya (Narkoba)...20
2.4 Kerangka Berpikir...23 BAB III
METODE PENELITIAN...25
3.1 Jenis Penelitian...25
3.2 Lokasi Penelitian...26
3.3 Teknik Pengumpulan Data...26
3.3.1 Observasi...26
3.3.2 Wawancara...27
3.3.3 Dokumentasi...31
3. 4 Teknik Analisis Data...32
3.4.1 Reduksi Data (Data Reduction)...32
3.4.2 Penyajian Data (Data Display)...33
3.5 Penarikan Kesimpulan...33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...34
4.1.1 Profil Yayasan Kahapi...34
4.1.2 Makna Logo Yayasan Kahapi...41
4.1.3 Struktur Organisasi Dan Sumber Daya Manusia...42
4.2 Latar Belakang Yayasan Kahapi Melaksanakan Pelayanan Rehabilitasi...51
4.3 Latar Belakang Pasien ( Residence) Menggunakan Narkotika dan Obat- Obatan Berbahaya...52
4.4 Strategi Rehabilitasi Yayasan Kahapi ...56
4.4.1 Alur Rehabilitasi Yayasan Kahapi...56
4.4.2 Strategi Rehabilitasi...61
4.4.3 Pembahasan...77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...79
5.1 Kesimpulan...79
5.2 Saran...80
Daftar Pustaka………81
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Informan ………...30 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana ………...48 Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan ………...51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fungsi AGIL………..………13
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 23……….…23
Gambar 4.1 Yayasan Kahapi ……….……....36
Gambar 4.2 Status Pernikahan ………..…...….36
Gambar 4.3 Rentang Usia ……….…...……37
Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan ……….……….…...….38
Gambar 4.5 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin……….….38
Gambar 4.6 Logo Yayasan Kahapi ……….………….….43
Gambar 4.7 Struktur Organisasi ……….……….…...….45
Gambar 4.8 Alur Layanan Rehabilitasi ………...….62
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyalahgunaan obat-obatan jenis narkotika rentan terhadap munculnya masalah-masalah sosial dalam masyarakat secara umum. Pada umumnya
kecanduan obat-obatan menjadi pemicu tindakan-tindakan kriminal dan penyimpangan sosial. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam UU No. 35 Tahun 2009, tentang Narkotika disebutkan bahwa Narkotika merupakan zat ataupun obat baik berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis yang dapat menyebabkan hilangnya nyeri bahkan menyebabkan ketergantungan dalam berbagai tingkat.
Narkotika dan obat-obatan berbahaya (Narkoba) merupakan salah satu dari berbagai macam masalah sosial yang dikategorikan sebagai penyakit masyarakat (Pekat). Efek dari mengkonsumsi narkoba yang cenderung selalu menimbulkan kecanduan pada umumnya selalu memicu tumbuh kembangnya perbuatan- perbuatan negatif dari pecandu narkoba. Kondisi kecanduan narkoba yang dialami seseorang mendorong orang tersebut untuk memenuhi konsumsi narkoba dalam kurun waktu tertentu. Pada tahap ini pecandu narkoba cenderung bertindak apa saja untuk memenuhi kebutuhan terhadap narkoba. Jenis-jenis narkoba menurut klasifikasinya masing-masing akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
Pecandu narkoba secara umum dapat diidentifikasikan dari psikologis dan sosiologis antara lain tidak suka mandi, ketakutan, cemas, berat badan menurun drastis, mata sayu, tidak suka bersosial, menjadi kasar, melanggar peraturan- peraturan, suka berbohong, mencuri dan lain sebagainya. Penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba disebabkan oleh banyak faktor antara lain salah pergaulan, adanya masalah dalam keluarga (broken home) atau masalah sosial lainnya, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, kurangnya rasa
hormat antar anggota keluarga, keinginan untuk mengikuti trend atau gaya, faktor genetik bahkan faktor rasa ingin tau, ingin mendapatkan ketenangan pikiran, ingin meningkatkan kepercayaan diri dan bahkan secara instan. Jika faktor-faktor tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan ketergantungan (addiction) terhadap narkoba (Prestiawani, 2018:75).
Pecandu narkoba adalah orang-orang dalam keadaan terikat dengan narkoba dan para pecandu akan melakukan segala hal untuk mendapatkan uang demi membeli narkoba termasuk mencuri, tindakan pemaksaan, kekerasan dan bahkan pembunuhan. Hal-hal yang telah diutarakan di atas menyebabkan masyarakat resah dengan keberadaan mereka, oleh karena itu, diperlukan tindakan tegas untuk mengatasi hal tersebut, salah satu tindakan atau upaya tersebut adalah rehabilitasi. Kecanduan terhadap narkoba dapat mengakibatkan seseorang menjadi lambat dalam merespon, overdosis, kegilaan dan bahkan mengakibatkan kematian (Anjani, 2016:11).
Jika sudah ketergantungan atau menjadi pecandu, maka seseorang perlu menggunakan narkoba agar secara fisik maupun mental ia merasa baik. Pada saat tidak lagi menggunakan narkoba hal ini disebut dengan putus zat (withdrawal).
Hal ini merupakan gejala yang diderita oleh seseorang ketika merasa badannya mulai melemah, ketika seorang pecandu narkoba mengurangi kadar penggunaan narkoba, oleh sebab itu hal pemberhentian penggunaan narkoba bukan hal yang mudah dilakukan. Rehabilitasi merupakan salah satu alternatif untuk menangani para pecandu narkoba keberadaan rehabilitasi, membuat masyarakat dan keluarga
dari setiap pecandu narkoba merasa tertolong untuk mendidik anggota keluarganya yang mengalami kecanduan tehadap narkoba. Berdasarkan undang- undang Negara Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 pasal 54 bahwa pecandu Narkoba wajib direhabilitasi baik dalam bentuk rehabilitasi, secara medis maupun sosial (Deputi Bidang Rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional, 2017:4).
Rehabilitasi bertujuan sebagai upaya pengembalian hak seseorang. Seperti, keadaan sebelumnya tentu memiliki kendala masing masing, dikarenakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama tertanam pada setiap mantan pecandu narkoba. Keadaan ini membuat masyarakat sekelilingnya menjadi resah, hal inilah yang harus dibuang selama mantan pecandu narkoba mengikuti program rehabilitasi pada yayasan Kahapi dengan waktu yang telah ditentukan.
Rehabilitasi menanamkan kebiasaan baru yang mendukung perubahan mantan pecandu narkoba untuk mengarah kepada hal yang lebih baik (Hidayat, 2016:41).
Setiap rehabilitasi memiliki cara-cara tersendiri untuk mengubah ataupun mendidik mantan pecandu narkoba untuk diarahkan kepada hal yang lebih baik.
Meskipun begitu tentunya, instansi juga memiliki cara-cara yang berbeda ataupun strategi yang berbeda untuk mengubahkan seseorang tergantung bagaimana sifat dan kepribadian seseorang tersebut, pengenalan dan pemahaman terhadap setiap klien menjadi salah satu unsur penting untuk menyusun cara-cara maupun strategi untuk program keubahan seseorang. Strategi adalah cara maupun sebuah trik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, penerapan strategi menjadi indikator penentu suatu keberhasilan seseorang dalam menggapai apa yang
menjadi tujuannya, rehabiilitasi dan strategi merupakan dua bagian yang saling membutuhkan dan berkesinambungan (Modul peningkatan keterampilan, BNN, 2017:20).
Berdasarkan hasil penelitian penulis Yayasan Kahapi berdiri sejak tahun 2012 berlokasi di Tembung, pasar 9. Jln. Sidomulyo ujung No. 47A, yang didirikan oleh Ibu Lilis Suryani Sihombing, S.H. beserta beberapa orang yang mendukungnya kemudian pada tahun 2021 bulan Februari Yayasan ini pindah ke Desa tengah, Kecamatan Pantai Labu dengan tanah seluas 2.000 meter persegi dengan luas bangunan 900 meter persegi, sampai saat ini Ibu Lilis masih aktif dalam pembinaan di yayasan Kahapi. Nama Yayasan ini memiliki sebuah makna.
yang dalam bagi pendiri yayasan ini yaitu Kahapi yang merupakan akronim dari kalimat Kasih Hati dan Pikiran. Tujuan dibentuknya yayasan ini diperuntukkan mendidik dan memulihkan setiap orang yang mengalami kecanduan pada Narkoba.
Residence atau pasien pada awal yayasan ini berdiri adalah orang-orang yang diambil sendiri dari jalanan dengan tidak memiliki keluarga dan alamat yang tidak jelas, tidak memiliki tanda pengenal dan kondisi dalam keadaan gangguan kejiwaan baik karena Narkoba maupun karena depresi, tahun 2013 pasien kebanyakan sudah diantar pihak keluarga untuk dididik di Yayasan Kahapi dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Seiring berjalannnya waktu melihat semakin banyak pengguna narkoba yang mengikat dan menghancurkan khususnya
anak muda, ibu Lilis prihatin dan kemudian juga mulai memperhatikan strategi untuk memulihkan pecandu narkoba.
Yayasan ini didirikan didasarkan panggilan jiwa, dari founder yayasan ini.
Yayasan ini bergerak dalam bidang religi untuk terapi kesembuhan, saat pasien (residence) masuk kedalam yayasan ini untuk menjalankan program rehabilitasi maka pemakai narkoba langsung tidak menggunakan narkoba lagi atau tidak mengkonsumsi narkoba dalam dosis tinggi maupun rendah sehingga penulis menyebut pengguna narkoba disini adalah Mantan Pecandu Narkoba (MPN), hal ini disampaikan ibu Lilis pada sebuah acara selaku Founder pada Yayasan Kahapi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis efisiensi Strategi sebuah rehabilitasi tidak selalu menentukan seseorang apakah dia akan menjadi orang yang berhasil dalam pertobatannya atau tidak. Hasil penelitian yang peneliti lakukan peneliti mendapati ada satu orang yang sudah direhab lebih dari sekali dan kembali lagi ke Yayasan Kahapi, namun ada juga pasien (residence) yang hanya sekali saja di rehabilitasi menjadi orang yang berhasil bahkan bertobat. Strategi Yayasan telah diupayakan semaksimal mungkin namun kembali lagi kepada oknum atau pribadi dari pasien (residence), komitmen yang sesungguhnya diperlukan untuk benar- benar bertobat.
Selanjutnya berdasarkan hasil observasi penulis pada saat melaksanakan penelitian, penulis mendapati pasien pada yayasan Kahapi ada 50 (lima puluh lima) orang, 7 (tujuh) konselor, petugas keamanan, petugas dapur, staff
administrasi, sekretaris dan tenaga medis yang bersangkutan pada Yayasan Kahapi. Peneliti juga mendapati bahwa saat residence (pasien) masuk ke yayasan Kahapi, pihak yayasan secara langsung memberhentikan penggunaan zat adiktif dan obat-obatan berbahaya yang digunakan residence (pasien), dengan kata lain Yayasan ini tidak menyediakan narkoba sama sekali. Sehinga penulis menuliskan Mantan pecandu narkoba untuk merujuk kepada residence (pasien) yang sedang menjalankan program rehabilitasi di yayasan Kahapi.
Mantan pecandu narkoba yang telah melaksanakan program rehabilitasi di Yayasan Kahapi yang telah ditentukan dan disepakati oleh pihak keluarga dengan pihak rehabilitasi akan kembali kepada keluarganya dan menjadi masyarakat produktif di lingkungannnya, namun tidak menutup kemungkinan mantan pecandu narkoba yang telah pulang mengalami releapse atau kembali menjadi pecandu narkoba dan kembali lagi melaksanakan program rehabilitasi sesuai dengan ketentuan, baik di tempat yang sama maupun direhab ditempat yang lain.
Kegiatan rehabilitasi pada Yayasan Kahapi berdasarkan hasil penelitian dan wawancara penulis, kesehariannya dimulai dari bangun pagi hingga istirahat malam. Adapun kegiatannya adalah dimulai dengan ibadah singkat. Setelah itu, kegiatan olahraga, sarapan pagi, arahan (briefing) dengan tema yang telah ditentukan. Selain kegiatan diatas, ada juga mantan pecandu narkoba yang sedang kuliah pada Yayasan Kahapi, sembari melaksanakan program rehabilitasi.
Beberapa mantan pecandu narkoba yang telah dijadwalkan, mereka melakukan kegiatan kerajinan tangan (vocational). Seperti, membuat es, memeriksa
peternakan, memeriksa perikanan, bagian bangunan, memeriksa pertanian dan sebagian lainnya.
Oleh sebab itu peneliti tetarik meneliti tentang”Strategi Rehabilitasi Mantan Pecandu Narkotika dan Obat-Obatan Berbahaya Pada Yayasan Kasih Hati Dan Pikiran Kec. Pantai Labu Kab.Deli Serdang
”.
Peneliti melihat pentingnya bagi keluarga baik masyarakat untuk mengetahui strategi yang dilakukan pihak rehabilitasi untuk merehab bagian dari anggota keluarganya maupun bagian dari masyarakat, agar keluarga maupun masyarakat dapat bekerjasama dengan baik dengan pihak yayasan untuk kebaikan korban penyalahguna narkoba. Selesainya penelitian ini diharapkan menjadi refrensi untuk masyarakat untuk menambah wawasan masyarakat mengenai rehabilitasi dan strateginya.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil paparan latar belakang diatas maka berikut dapat dimuat rumusan masalah:
1. Apa latar belakang Yayasan Kahapi bergerak dalam bidang pelayanan Rehabilitasi bagi pecandu Narkoba?
2. Apa latar belakang seseorang residence di Yayasan Kahapi menggunakan narkoba?
3. Bagaimana strategi rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Yayasan Kahapi terhadap residence?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti menentukan tujuan penelitian ini ialah
1. Untuk menggambarkan latar belakang Yayasan Kahapi bergerak dalam bidang pelayanan Rehabilitasi bagi pecandu Narkoba.
2. Untuk mengetahui dan menggambarkan apa latar belakang seseorang residence menjadi pecandu narkoba.
3. Untuk mengetahui strategi rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Yayasan Kahapi terhadap residence.
1.4 Manfaat
a. Secara Teoretis
Penelitian yang akan dilakukan peneliti diharapkan memberikan dampak positif dan sebagai bahan refrensi tambahan mengenai strategi rehabilitasi mantan pecandu narkoba dalam kajian Antrpopologi bagi mahasiswa Fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Medan
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dan mahasiswa mengenai strategi rehabilitasi bagi mantan pecandu narkoba.
Memberikan informasi kepada masyarakat dan pendidik dengan strategi rehabilitasi narkoba bagi mantan pecandu narkoba.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Teoritis
Sebagai literature yang mendukung penelitian bahkan pembahasan hasil penelitian, peneliti melakukan kajian pustaka. Beberapa kajian pustaka yang dianggap relevan dan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan untuk membantu peneliti dalam mengolah data penelitian, sebagai berikut:
2.1.1 Landasan Teoretis Strukturalisme Fungsional Talcot Parson
Penulis menggunakan teori struktural fungsionalisme oleh Talcot parson untuk memaksimalkan dan mengkaji penelitianyang diteli. Teori ini sering disebut dengan teori A.G.I.L atau kepanjangan dari A (Adaptation); G (Goal Attaintment
= pencapaian tujuan); I (Integration); L (Laten pattern maintenance) semua sistem ini merupakan pokok-pokok yang salin berhubungan dan saling begantung satu dengan yag lain untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan.
Teori yang dikemukakan Talcot Parsons ini menjelaskan mengenai komitmen untuk melakukan sesuatu dari hatinya tanpa paksaaan untuk mencapai suatu target atau hasil (Haryanto, 2012:19).
Teori ini menyimpulkan bahwa suatu system sosial yang bagian-bagiannya saling bergantung satu dengan yang lain dan saling menyeimbangkan satu dengan yang lain dan pada akhirnya adalah terjadinya keteraturan sosial. Talcot Parsons menyatakan bahwa ada empat imperatife fungsional yang dibutuhkan untuk mencapai tujan yaitu sistem A.G.I.L. Teori fungsional yang dikemukakan oleh Talcot Parson dalam penelitian ini diimplementasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan dari sistem yang ada berikut penjelasannnya;
a. Adaptation (adaptasi), sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Seseorang harus beradaptasi dengan llingkungan dengan kebutuhan- kebutuhannya artinya keharusan bagi sistem-sistem sosial harus beradaptasi untuk menghadapi lingkungan. Demikian juga yang terjadi pada Yayasan Kahapi,
setiap pasien (residence) dituntut agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pada Yayasan Kahapi sebagai suatu sistem. Adaptasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh pasien (residence), karena jika pasien (residence) tidak beradaptasi maka pasien (residence), tidak akan bisa mengikuti program rehabilitasi pada yayasan Kahapi. Seseorang yang berkeinginan untuk kembali hidup normal dan produktif didalam masyarakat akan mengikuti dan menjalani program rehabilitasi dengan baik.
Selama pasien(residence) melaksanakan program rehabilitasi dan ditetaapkan tugas serta tanggungjawab pasien (residence),selama program berjalan pasien (residence) harus mampu beradaptasi dengan sistem dan peraturan yang ada, pasien(residence) diharapkan agar aktif dalam setiap kewajiban dan tanggungjawab yang diberikan agar mempercepat pemulihan pasien(residence).
Secara keseluruhan adaptation pada Yayasan Kahapi berlangsung pada tahap untuk mengembalikan pasien(residence) dari kebiasaan-kebiasaan yang teah menyimpang dari norma yang ada pada masyarakat
b. Goal attaintment, (pencapaian tujuan), sistem dapat mendefenisikan seperti apa tujuan utamanya dan target dari sistem tersebut. Setiap sistem harus menentukan prioritas dan tujuan utamanya.Impementasi dari pencapaian tujuan pada yayasan Kahapi diharapkan dapat merealisasikan tujuan dari seluruh masyarakat, pemerintahan dan visi-misi Yayasan Kahapi yaitu menyejahterakan masyarakat melalui usaha untuk meminimalisir korban penyalahgunaan narkoba dengan cara
rehabilitasi, dan memanusiakan manusia dengan cara pendidikan karakter dan religi kesinambungan ini yang diharapkan mencapai tujuan dengan maksimal.
Pencapaian tujuan pada Yayasan Kahapi yaitu pasien (residence), dinyatakan pulih setelah berhasil melewati beragam proses dan fase pemulihan dan mendapatkan penilaian yang baik dari setiap pengawas dan konselor yang bertugas. Pencapaian tujuan yang dikemukakan oleh Talcot Parsons pada Yayasan Kahapi memandang nilai sebagai aspek yan menjadi tolak ukur sebuah tindakan rehabilitasi, dimana pada saat program rehabilitasi berlangsung pasien (residence), didorong untuk menyesuaikan diri sebagai usaha untuk menginternalisasi makna dalam kehidupan internalisasi yang mendalam ini diharapkan menjadi pendorong pasien (residence), untuk berubah. pasien (residence) dengan berbagai latar belakang yang mengarah pada satu tujuan yaitu penyembuhan secara total pada kehidupan pasien (residence), hal ini bisa dilihat dari internalisasi yang berbeda-beda dari setiap program ataupun pelajaran yang diberikan namun mengarah kepada satu tujuan yaitu sembuh dari penyalahgunaan Narkoba.
c. Integration, adalah sistem yang mengatur hubungan interrelasi antara anggota, dan menjaga relasi diantara bagian-bagian yang bersangkutan.Pada tahapan ini pasien (residence), diharapkkan telah mengalami perubahan perilaku. Para pasien (residence), sudah memiliki kemampuan untuk melakukan integrai didalam masyarakat.
Integrasi pada Yayasan Kahapi ditanamkan dalam hal pembagian kerja disertai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepada pasien (residence),sehingga menstimulun pasien (residence) untuk memperbaiki lapisan kehidupannya yang sudah dirusak karena kecanduan terhadap narkoba, penerapan integrasi juga berlangsung pada program terapi yaitu terapi religi dengan menanamkan nilai-nilai spiritual dan agama , hal ini bertujuan agar saat pasien (residence) selesai menjalani program rehabilitasi pasien (residence) memiliki bekal pengetahuan untuk mereka mampu menjadi seorang yang produktif tanpa harus bergantung dengan narkoba
d. Laten pattern maintenance (pola pemeliharaan) merupakan konsep yang menunjukkan berhentinya interaksi atau memelihara motivasi dengan kesepakatan sosial yang telah dilaksanakan.Seorang mantan pecandu Narkoba menjadi sangat gampang kembali mengunakan Narkoba adalah ketika menghadapi masalah, oleh karena itu proses rehabilitasi terhadap mantan pecandu narkoba berlangsung seumur hidup jika seseorang tidak memelihara pola rehabilitasi yang telah dijalani. Peranan keluarga dan orang terdekatnya sangat penting dalam pola pemeliharaan agar mantan pecandu narkoba tidak kembali lagi menggunakan narkoba. Secara umum Fungsi AGIL dalam sistem sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Fungsi AGIL dalam Lembaga dan Sistem Sosial Kemasyarakatan
Sumber: Parsons dan Plat (1972: 12) dalam poloma (1979:182).
2.1.2 Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Penelitian yang dilakukan oleh Maulana, (2019) dengan judul Strategi penanggulangan penyalahgunaan narkoba melalui pemberdayaan penyuluh agama islam di kabupaten Sukabum”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini membahas mengenai bagaimana strategi pendekatan Penelitian ini berfokus pada mendekskripsikan konsep dan strtaegi rehablitiasi melalui perpspektif keagamaan yang ada di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan sleman. Hasil penelitian yang telah dilakukan di pondok Pesantren Al-Qodir mendapati beberapa strategi yang dilakukan oleh pihak rehabiitasi untuk menangani mantan pecandu narkoba yaitu dengan menanamkan nilai nilai
keagamaan dan menanamkan kebiasaan baru dan terapi dengan menggunakan prinsip “berobat dan bertaobat”.
2.1.2 Metode Rehabilitasi Pecandu Narkoba
Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Hikmatullah, (2017) dengan judul “Metode Rehabilitasi Pecandu Narkoba Dengan Terapi Rehabilitasi (Studi kasus Di Panti Rehabilitasi Sapta Daya Banten, Kp. Cirampayak, Ds.
Kadubereum Kec. Pabuaran Kab. Serang-Banteng)”. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Hikmatullah (2017) bertujuan untuk mengetahui 1) kondisi fisik dan psikis pecandu narkoba di panti Rehabilitasi Sapta Daya Banten, 2) Untuk mengetahui bagaimana terapi yang telah digunaan di Rehabilitasi Sapta Daya Banten bagi mantan pecandu narkoba. Persamaan pada penelitian sebelumnya dengan yang peneliti laksanakan adalah metode yang digunakan dalam penelitian yaitu; pendekatan kualitatif dekskriptif analisis, yaitu menggambarkan dan menganalisis secara langsung apa yang didapat dari objek yang dikaji.
Penelitian yang telah dilakukan ini mendapati bahwa kondisi mula-mula mantan pecandu narkoba berbeda dengan setelah direhabilitasi baik dari segi psikis maupun fisiknya, secara psikis pecandu suka melamun, tidak memberikan respon yang sewajarnya saat berbicara, secara fisik pecandu memiliki ciri-ciri kurus dan tidak terawat namun setelah melaksanakan program rehabilitasii dengan terapi yang telah dibuat di rehabilitasi ini yaitu dengan menggunakan terapi spiritual seperti terapi zikir dan puasa dan secara psikis pihak rehabilitasi
memberikan terapi yaitu berupa keterampilan agar menstimulun kembali saraf, sehingga mantan pecandu narkoba dapat produktif kembali.
2.1.3 Efektifitas Straegi Pelayanan Pastoral
Penelitian relevan selanjutnya dilaksanakan oleh Linda Zenita (2021:19) berjudul”Efektifitas Strategi Pelayanan pastoral Konseling pada Pasien Panti Rehabilitasi Narkoba”. Kesimpulan dari hasil penelitian Zenita (2021) yaitu ada beberapa langkah agar dapat membuat klien mantan pecandu narkoba pulih dari kecanduannnya terhadap narkoba yaitu dengan cara memahami konseling terlebih dahulu oleh keluarga pasien mantan pecandu narkoba, pertolongan kasih, memaksimalkan peran ayah bagi pecandu narkoba, doa keluarga, dan mengampuni. Dampak yang didapat cukup memuaskan ditambah lagi dengan kegaitan-kegiatan yang menyadarkan mantan pecandu narkoba bahwa menyerahkan dan membangun relasi kepada kristus ketimbang bergabung dan mengingat kembali dengan aktivitasnya yang dahulu saat dia menjadi pecandu narkoba.
2.1.4 Narkoba dan Penanganannya
Peneliti juga mengambil buku sebagai bahan refrensi yang ditulis oleh Yanny (2001) berjudul Narkoba dan penanganannnya. Kajian ini memaparkan bahwa ada beberapa prosedur untuk penanganan penyalahgunaan narkoba yaitu : detoksifikasi, pengobatan medis untuk yang mengalami komplikasi medik,
rehabilitasi mental-emosional, proses rehabilitasi, pengawasan,dan keluarga yang proaktif.
2.2 Kerangka Konseptual 2.3.1 Strategi
Strategi diartikan sebagai suatu susunan tindakan untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah - daerah tertentu untuk mencapai tujuan tindakan tetrentu (Tjiptono, 2008:.3).
Strategi yang telah dirancang terdapat kerja sama atau tim kerja yang baik.
Strategi mengandung petunjuk-petunjuk akan dilakukan dalam program kerja yang telah disepakati. Strategi merupakan setengah dari pada perjalanan untuk mendapatkan tujuan yang menjadi target, bukan hanya dalam pemasaran namun juga dalam pendidikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari yang dididik maka pendidik harus mampu berinovasi dengan cara baru (Husein, 2000:31).
2.3.2 Konsep Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki kembali dan mengembangkan kemampuan fisik dan psikis seseorang, sehingga seseorang mampu mengatasi masalah kesejahteraaan sosial bagi dirinya dan keluarganya (Suparlan, 1993:124).
Rehabilitasi mencakup rangkaian proses ataupun program yang semestinya dikerjakan, mengembalikan dan mengembangkan keterampilan seseorang melalui program dan strategi yang ditentukan. Bagi pecandu narkoba rehabilitasi adalah
usaha untuk memulihkan dan menjadikan mantan pecandu narkoba sehat secara jasmani dan rohani agar dapat diterima kembali ditengah masyarakat sebagai seseorang yang sudah pulih, produktif dan tidak menggunakan narkotika dan obat-obatan berbahaya. Paparan diatas dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi adalah proses pemulihan sebagai upaya pengembalian kondisi kepada yang lebih baik [ CITATION Ani18 \l 1033 ]
Rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika dan obat-obatan berbahaya dibagi menjadi dua yaitu:
a) Rehabilitasi Medis (Medical Rehabilitation)
Rehabilitasi medis adalah rehabilitasi yang menggunakan tim kerja lapangan kedokteran yang menjadi pemeran utamanya dan berhubungan penuh terhadap perkembangan pasien dari pasien yang mengalami ganngguan fungsi atau cedera, susunan otot syaraf, gangguan mental, ketergantungan dan lain-lain. Rehabilitasi Medis bertujuan untuk menanggulangi gangguan fisik yang diakibatkan baik secara langsung karena zat, baik penyakit yang ditimbulkan karena pemakaian zat ataupun penyakit yang telah ada dalam diri pecandu narkoba ( BNN, Deputi Bidang Rehabilitasi, 2017:51)
b) Rehabilitasi sosial (Social rehabilitation)
Merupakan proses refungsionalisasidan pengembangan yang bertujuan membantu pasien (resisdence), menuju dan mempertahankan kondisi yang bebas dari narkoba (abstinensia) dan memulihkan fungsi fisik, psikologis, sosial dan spiritual agar dapat mengambangkan kemampuan untuk melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat (BNN, Deputi Bidang Rehabilitasi, 2017:62).
Dalam rehabilitasi`sosial ada beberapa tahapan tahapan yang dijalani untuk mengupayakan seseorang menjadi masyarkat yang produktif berikut tahapan tahapan nya;
a. Pendekatan awal rangkaian kegiatan yang awal untuk mengidentifikasi secara keseluruhan mengenai pasien.
b. Pengungkapan dan pemahaman permasalahan adalah kegiatan yang menganalisis sebab akibat mengenai pasien dan kondisinya saat ini c. Penyusunan strategi pemecahan masalah
d. Penyelesaian masalah
e. Resosialisasi, kegiatan menyiapkan keadaan sosial pada pasien f. Bimbingan lanjutan
Secara menyeluruh tujuan dan sasaran Rehabilitasi yaitu Memulihkan harga diri, tingkat percaya diri, rasa tanggung jawab terhadap hidupnya keluarga dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
a. Memulihkan kemampuan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara baik.
b. Memulihkan kembali keadaan seorang pasien baik secara psikis maupun sosial dengan cara menyeluruh
c. Menjadikan mandiri secara mental dan fisik dapat menyeimbangkan yang bisa dan tidak dapat dilakukannnya
Sasaran rehabilitasi yaitu;
a. Meningkatkan sudut pandang seseorang terhadap kesulitan yang dihadapinya dan merubah tingkah lakunya yag buruk
b. Menempah sosok identitas diri yang kuat pada setiap individu
c. Menyelesaikan permasalahan yang mengganggu kemajuan pasien dalam setiap kehidupannnya
d. Memperbaiki karakter dan perilaku yang tidak baik dari pasien diganti dengan kebiasaaan dan karakter yang membangun
e. Membentuk pasien mampu melakukan hubungan secara interpersonal maupun bakat-bakat yang lain.
f. Memperbaiki perspektif pasien mengenai dirinya sendiri yang tidak baik tentang pribadinya.
g. Membuat individu atau pasien produktif di tengah masyarakat
Dalam merehabilitasi seseorang pecandu narkoba terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pasien dari awal sampai akhir programnya dan tahapan tahapan ini mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi mantan pecandu narkoba tersebut, berikut dijelaskan tahapan- tahapannnya;
a. Tahap prarehabilitasi
b. Tahap pelaksanaan rehabilitasi c. Tahap pembinaan hasil rehabilitasi 2.3.3 Pecandu
Pecandu adalah seseorang yang berada dibawah pengaruh obat yang membuat dia melakukan segala upaya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya Pecandu narkoba, dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 mengenai Narkotika menyatakan bahwa “Pengguna narkotika dapat dikategorikan sebagai pecandu, yaitu orang yang menggunakan dan menyalahgunakan obat-obatan berbahaya dan mengalami ketergantungan pada obat-obatan berbahaya, baik secara fisik maupun psikis.’’. Candu terhadap narkoba dapat mengakibatkan seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya dan bertindak secara kasar.
Ada banyak gejala yang khas dari pecandu narkoba yang ada dimasyarakat, tanda yang paling general adalah dapat diidentifikasi dari ciri-ciri fisiknya seperti berat badan yang menurun (kurus) mata cekung dan merah seperti kurang tidur, muka pucat, sering sakit perut tanpa alasan yang jelas, dan ada bintik-bintik ditangan pecandu seperti terkena gigitan serangga. Selain dari fisik pecandu narkoba juga dapat diidentifikasi melalui psikisnya yaitu; tingkat emosional yang tinnggi, mudah bosan, pelawan, suka kasar, pemalas, cuek, tidak suka mandi, sering batuk dan bersin suka mencuri dan banyak lagi yang menjadi permasalahan dimasyarakat mengenai perilaku pecandu narkoba.[ CITATION Ani18 \l 1033 ]
2.3.4 Narkotika dan Obat-Obatan Berbahaya (Narkoba)
Narkoba berasal dari Bahasa inggris yaitu narcotics berarti obat bius dalam Bahasa latin diterjemahkan sebagai menidurkan atau membius dan ini identik dengan menenangkan sakit dengan kata lain dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan ketergantungan (BNN, Modul Peningkatan Keterampilan, 2017:26).
Isi undang-undang No.22 tahun 1997 mengenai narkotika menyebutkan bahwa “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
Selain itu, dalam buku Narkoba,psikotropika dan gangguan jiwa (Juliana, Nengah, 2013 :5) narkotika digolongkan menjadi tiga golongan yaitu;
a. Narkotika golongan I, adalah yang hanya dapat diunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi apapun, dan mempunyai kemampuan yang sangat tinggi untuk mengakibatkan seseorang menjadi ketergantungan, terhadap Zat Narkotika yang termasuk dalam golongan ini. Opium, heroin, kokain, ganja, metakualon, metamfetamin, amfetamin, fensiklidin dan lain-lain termasuk dalam narkotika golongan tingkat I.
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika yag berkhasiat pada pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibakan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III , adalah narkotika berkahsiat pengbatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujua pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Berikut jenis –jenis narkoba yang umum yang ada di masyarakat menurut buku Narkoba, Psikotropika dan gangguan kejiwaaan ;
a. Heroin, merupakan serbuk putih dengan rasa pahit,heroin dapat menyebabkan kecanduan.
b. Ganja dengan nama lain Canabis sativa,ganja mengandungzat THC yang memicu terjadinya halusinasi .
c. Narkotika,zat ataupun obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis,pengaruh dari penggunaan narkotika adalah berupa pembiusan,hilangnya rasa sakit,rangsangan semangat dan halusinasi dan menyebabkan efek ketergantungan.
d. Opiat atau opium,zat ini kadang digunakan dalam dunia medis sebagai penghilang rasa sakit, zat ini digunakan dengan cara dihisap.
e. Morfin, digunakan dengan cara disuntikkan ke pembuluh darah
f. Heroin atau Putaw, zat ini sangat mudah masuk ke dalam otak sehingga bereaksi lebih kuat daripada morfin umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.
g. LSD, Lysergic zat ini dapat membuat seseorang berhalusinasi dan biasanya diunakan dengan cara dihisap.
h. Kokain, diklasifikasikan sebagai narkotika karena mengakibatkan ketergantungan.
i. Amfetamin atau nama lainnya adalah shabu,,digunakan dengan cara diminum jika dalam bentuk pil, dalam bentuk Kristal dibakar denan menggunakan kertas j. Sedatif-Hipnotik merupakan obat penenang
k. Alkohol, merupakan zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Zat ini mampu mengakibatkan euphoria namun penurunanny seseorang pengguna alkohol menjadi depresi.
l. Inhalansia, merupakan uap bahan yang mudah dihirup penggunaan zat ini dapat merusak kinerja otak
2.4 Kerangka Berpikir
Keresahan masyarakat terhadap penyalahgunaan narkoba
Rehabilitasi
Yayasan Kahapi
Strategi rehabilitasi Yayasan Kahapi Latar Belakang
Yayasan Kahapi
Gambar 2.2 Kerangka berpikir Penjelasan :
Pecandu narkoba adalah seseorang yang menggunakan zat-zat adiktif atau yang dapat merusak saraf dalam tingkatan tertentu sehingga membuat seseorang dalam keadaan sulit untuk berhenti menggunakan narkoba atau sudah dalam keadaan candu.Seseorang yang candu terhadap narkoba akan membuat orang- orang disekitarnya resah dan tidak nyaman karena perilaku seorang pecandu akan menjadi perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Peratutan pemerintah dikatakan bagi setiap pengguna narkoba wajib direhabilitasi, keberhasilan dari program rehabilitasi berkaitan erat dengan keluarga dan strategi pihak yayasan dalam program yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,.
Kerjasama yang baik antara keluarga dan pihak yayasan ditambah dengan keinginan dari mantan pecandu narkoba tersebut untuk pulih dari ketergantungannnya membuat peluang yang besar untuk perubahan hidup mantan pecandu narkoba tersebut. Latar belakang Yayasan Kahapi bergerak dibidang rehabiliasi narkoba mendorong yayasan ini untuk terus mengembangkan pelayanannya untuk memperbaiki seseorang pecandu narkoba.Setiap orang yang telah mengalami kecanduan narkoba tentu memiliki latar belakang yang berbeda- beda yang membuat seseorang menggunakan narkoba dan setelah program yang
Latar Belakang seseorang menggunakan Narkoba
dilakukan di yayasan rehabilitasi diharapkan mantan pecandu narkoba tersebut menjadi masyarakat yang produktif dan dapat mengemban tanggung jawab yang seharusnya dienbannnya
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Metode adalah sebuah usaha untuk mampu melakukan penelitian dengan cara yang tepat dan terstruktur dan agar mengetahui data dan mencari kemutlakan masalah yang akan diteliti. Penggunaaan metode metode yang telah ditentukan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan valid dengan topik yang akan dikaji. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian kualitatif dekskriptif tentang “Strategi Rehabilitasi Mantan Pecandu Narkotika dan obat-obatan berbahaya pada Yayasan Kasih Hati Dan Pikiran Kec. Pantai Labu.
Jenis penelitian deksriptif kualitatif diharapkan dapat menyajikan informasi mengenai strategi rehabilitasi pada yayasan Kahapi, secara mendalam dan lengkap, selain mengetahui hal tersebut penelitian dengan metode dekskriptif kualitatif diharapkan mampu menyajikan atau menjabarkan mengenai keadaan sosial dan strategi pemulihan pada Yayasan Kahapi. Gambaran pengertian kualitatif dengan metode dekskriptif maka didapati ciri-ciri dan indikatornya yaitu;
1. Mempunyai sifat induktif
2. Melihat bagaimana lingkungan dan masyarakat secara holistic 3. Memahami narasumber dan perspektif narasumber tersebut 4. Lebih mengutamakan kemampuan peneliti
5. Meneliti secara alami tanpa settingan 6. Mengutamakan proses dari pada hasil
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan merangkai segala sesuatu yang berkaitan dengan dengan objek atau kajian peneliti. (Sugiyono 2008:292). Penelitian ini dilakukan di yayasan Kahapi yang berada pada Desa Sei Tengah, kecamatan pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, Medan,Sumatra Utara. Berdasarkan observasi penulis Jarak perjalanan dari kota Medan ke Yayasan Kahapi adalah satu jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor,tuntuk menuju Yayasan Kahapi tidak ada akses angkot yang lewat .
Penulis memilih Yayasan Kahapi untuk menjadi lokasi penelitian dikarenakan, Yayasan ini merehab orang-orang dengan berbagai kalangan dan diambil dari jalanan dan yayasan membuat strategi untuk memulihkan mereka dari kecanduan mereka terhadap narkoba sebagai pertimbangan lanjutan Yayasan bini sudah terdaftar di Kemensos (Kementerian sosial), yang menjadi objek peneitian ini adalah petugas, konselor dan pasien di Yayasan Kahapi.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data di lapangan ada berbagai macam tehnik untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk melengkapi penelitian, pemilihan dan penggunaan teknik pengumpulan data akan menjadi tolak ukur dalam seberapa besar dan detailnya informasi yang akan didapat berikut teknik pengumpulan data yang digunakan (Sugiyono,2008: 226).
3.3.1 Observasi
Pengamatan merupakan observasi adalah aktivitas yang dilakukan mahluk cerdas untuk menelaah atau memahami objek penelitian dengan maksud untuk mengerti lebih dalam. Observasi menelaah segala sesuatu yang berkaitan dengan objeknya dan observasi merupakan hal yang kompleks atau menyeluruh.Jenis observasi yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan observasi partisipant, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari hari yang dilakukan pasien mantan pecandu narkoba di yayasan Kahapi, observasi diharapkan untuk memperoleh data atau gambaran tentang;
a. Gambaran mengapa Yayasan Kahapi melaksanakan pelayanan dalam bidang rehabilitasi
b. Gambaran umum tentang Yayasan kahapi
c. Gambaran tentang strategi rehabilitasi yang dilakasanakan pada Yayasan Kahapi.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya jawab antara narasumber dan peneliti mengenai objek yang akan dikaji, wawancara dilakukan oleh dua pihak secara lisan maupun tidak lisan dan saling memberikan respon (Sugiyono, 2008:231).
Kegiatan wawancara dikhususkan kepada subjek yaitu staff, konselor dan Pasien (Residence), di Yayasan Kahapi dengan jumlah informan 12 orang. Peneliti mewawancarai Pasien (Residence) dengan bantuan konselor sebagai mediator antara peneliti dan Pasien (Residence) untuk menjaga hak-hak yang tidak diinginkan terjadi.
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian yang dijalankan adalah wawancara yang bebas dan terbatas, karena sekalipun kegiatan tanya jawab dilaksanakan secara bebas namun dengan topik yang dibatasi oleh struktur, wawancara dilakukan berpaut dengan pedoman wawancara yag telah dibuat (Soewadji 2012:152). Pertanyaan yang telah disediakan sebelum melakukan penelitian ataupun pertanyaan yang berhubungan mengenai masalah yang diteliti.
Kegiatan wawancara yang akan dilakukan peneliti diharapkan untuk memperoleh data sebagai berikut ;
1. Latar belakang Yayasan Kahapi bergerak dalam bidang pelayanan Rehabilitasi bagi pecandu Narkoba
2. Latar belakang seseorang menggunakan narkoba
3. Bentuk dan tehnik rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Yayasan Kahapi terhadap pasien (residence)
Orang yang menjadi sumber dari data disebut dengan narasumber, beberapa dari narasumber yang sedang dalam program rehabilitasi pada Yayasan Kahapi menolak memberikan identitas untuk dipublikasikan, sehingga penulis tidak memaksa dan menghormati hak narasumber, dengan cara membuat inisial nama. Berikut profil dari staff konselor dan MPN pasien (residence) yang menjadi informan:
1. Ibu Lilis suryani sihombing S,H ( pendiri Yayasan Kahapi )
Ibu.Lilis atau yang lebih dikenal sebagai ibu.pembina di Yayasan Kahapi 2. Bpk.Yusuf Sinaga (Program Manager)
3. Yosafat Saragih (menolak Konselor/staff )
Yosafat saragih merupakan salah satu konselor yang ada di Yayasan Kahapi, beliau telah terlibat didalam Yayasan Kahapi selama 7 (Tujuh) tahun. Beliau merupakan seorang dari mantan pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya,, hidupnya sudah bertobat dari hal-hal yang buruk beliau lakukan dan beliau adalah alumni dari Rehabilitasi Yayasan Kahapi.
4. Bapak Ridoart Dacosta siburian (staff /konselor) ,Merupakan salah satu informan kunci ,beliau telah terlibat di Yayasan Kahapi selama 4 tahun
5. Santo Sinaga (staff/konselor)
Bapak santo sinaga merupakan informan kunci, beliau telah terlibat di Yayasan Kahapi selama 6 tahun .
6. L.A
L.A adalah Pasien MPN yang sedang menjalani program di yayasan kahapi , beliau telah menjalankan program di yayasan Kahapi selama 5 (lima) bulan. LA bertempat tinggal di Helvetia, LA merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara dan pendidikan terakhir adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama) disalah satu sekolah di Medan.
7. AM
A.M adalah pasien MPN yang sedang menjalankan program rehabilitasi , A.M telah menjalani 6 bulan program rehabilitasi. AM merupan anak dari seorang wiraswaasta, bertempat tinggal di Percut Sei Tuan.Pendidikan terakhir adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) , aktivitas terkahir sebelum masuk ke dalam rehabilitasi adalah seorang supervisior disebuah perusahaan di Medan .
8. G.P
G.P adalah pasien MPN yang mengikuti program rehabilitasi yayasan Kahapi selama 4 (empat) bulan. GP adalah anak kedua dari 4 (empat bersaudara), bertempat tinggal di Pantai Cermin, GP adalah anak dari seorang wiraswasta, pekerjaan terakhir GP sebelum masuk dalam program rehabilitasi Kahapi adalah seorang sopir Truk.
9. S.S
S.S adalah pasien (residence) yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi dan memutuskan untuk ada di yayasan Kahapi , di trainning menjadi konselor di Yayasan Kahapi. SS anak dari seorang wiraswasta dan bertempat tinggal di Samosir pekerjaan terakhirnya adalah Wirawasta dan pendidikan terakhirnya adalah SMA.
10. J.H
Adalah seorang MPN yang sedang menjalankan program rehabilitasi di Yayasan Kahapi. JH adalah seorang ibu dari 3 (tiga orang anak) dan tinggal dengan orang tua.
11. SBM
Adalah seorang MPN yang sedang menjalani program rehabilitasi di Yayasan Kahapi , anak dari seorang wiraswasta
12. P.M
Adalah seorang yang bekerja di tambang , bertempat tingal di Kalimantan. PM belum menikah dan berniat ingin berubah menjadi lebih baik. P.M menjalani program rehailitasi di Medan karena, keluarga P.M disarankan oleh seorang teman dari Founder Yayasan Kahapi. Pada saat ini P.M sedang dalam tahap pemulihan dan sudah lepas dari obat-obatan yang diminum karena beliau sudah ketergantungan obat dari rumah sakit . Secara menyeluruh data informan kunci dan informan pendukung dirangkum dalam tabel berikut.
Tabe 3.1 Data Informan N
o
NamaInforman Usia Waktu
wawancara Jabatan Tempat wawancara
1 .
Ibu Lilis suryani S,H 38
Tahun 25 Februari
2022 Founder
Yayasan Yayasan Kahapi 2 Bpk.Yusuf
Sinaga 32
Tahun 10 Februari
2022 Program
Manager Yayasan Kahapi 3 Bpk.Yosafat
Saragih 28
Tahun 25 Januari 2022 Alumni dan
staff konselor Yayasan kahapi N
o
NamaInforman Usia Waktu
Wawancara Jabatan Tempat 4 Ridoart
Dacosta siburian
22
Tahun 10 Februari
2022 Staff
konselor Yayasan Kahapi 5 Santo Sinaga 28
Tahun 10 Februari
2022 Staff Yayasan
Kahapi 6 L.A (Inisial
nama) 19
Tahun 11 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 7 A.M (Inisial
nama) 28
Tahun 11 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 8 G.P (Inisial
nama) 22
Tahun 11 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 9 S.S (inisial
nama ) 28
Tahun 12 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 1
0
J.H (Inisial
nama) 35
Tahun 16 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 1
1.
S.B.M 25
Tahun 17 Februari
2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi 1
2
P.M 28
Tahun 30 Maret 2022 Penerima
layanan Yayasan Kahapi Sumber :Dokumentasi penulis
Informan yang dikumpulkan telah penulis seleksi dan telah teruji untuk menjadi informan yang terpercaya dalam penelitian ini, dimulai dari keterlibatan informan didalam Yayayasan, pengetahuan mengenai rehabilitasi dan telah terjun terhadap pasien dan mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan para pasien.
3.3.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan yang lainnya, dalam penelitian ini peneliti menggali berbagai data dari sumber jurnal ilmiah, buku, sumber online, dan berbagai arsip yang berhubungan dengan penelitian ini. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dilapangan itu menggunakan kamera atau handphone pribadi peneliti, supaya data dan hasil dari penelitian dapat bertambah dengan bukti dokumentasi yang ada pada peneliti. (Soewadji 2012:160)
Dokumentasi juga salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, alasan peneliti melakukan teknik observasi ini adalah untuk menyajikan gambaran nyata dari kehidupan dan kegiatan sehari hari pasien mantan pecandu narkoba, menjadi bukti untuk menjawab pertanyaan yang relevan dengan penelitian dalam lapangan atau tempat penelitian. Dokumentasi memberikan gambaran langsung situasi di lokasi penelitian berupa tampilan gambar dalam bentuk foto saat melalukan wawancara atau observasi di tempat penelitian
3. 4 Teknik Analisis Data
Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi maka peneliti akan menganalisis data atau mengoperasikan data. Menganalisis data memerlukan kerja keras dan cerdas serta kekreatifan Analisis data digunakan untuk mencari data dan menyususn secara sistematis data yang telah diperoleh
dilapangan agar mudah untuk dicerna oleh mayarakat, dalam buku (Sugiyono, 2008:245) ada beberapa langkah menganalisis data yaitu;
3.4.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Data-data yang telah diperoleh dilapangan tentu dalam jumlah yang banyak, oleh karena itu perlu dilakukan pengkategorian, perincian lebih lanjut untuk setiap data yang ada. Semakin lama peneliti dilapangan maka akan semakin banyak jumlah data yang akan diperoleh. Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal yang pokok, mengkerucutkan data, membuat pengkalasifikasian dan menyisihkan data yang tidak memiliki tujuan dan asing. Dalam melakukan reduksi data dapat dibantu dengan menggunakan laptop atau alat elektronik lain
Ada tahapan dalam melaksanakan Reduksi data yaitu;
1. Mengumpulkan data, data dikumpulkan dari lapangan dapat berupa hasil wawancara, observasi langsung di lapangan ( Sugiyono)
2. Pengelompokan Data, setelah mendapatkan semua data ,maka penulis men gklasifikasikan data berdasarkan kelompoknya masing masing. Data yang terpenting berdasarkan penilaian akan dijadikan data yang utama dan begitu juga seterusnya.
3. Mereduksi data, setelah data dikumpulkan dilapangan dan diklasifikasikan selanjutnya peneliti baru bisa melakukan reduksi data, yang artinya peneliti harus mampu menyederhanakan data yang didapat dilapangan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Ada beberapa hal yang dilaksanakan dalam tahap reduksi data agar data
yang ditemukan semakin jelas yaitu; melakukan seleksi,meringkas dan menggolongkan.
3.4.2 Penyajian Data (Data Display)
Setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif, untuk menyajikan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Saat mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi mendisplaykan data adalah langkah pertama untuk mendapatkan jawaban selanjutnya. Kemudian mengklasif- ikasi data sesuai dengan pokok permasalahan bentuk teks naratif..
3.5 Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dari semua data yang sudah direduksi. Kesimpulan adalah intisari dari temuan yang di dapat dari lapangan. Peneliti membuat kesimpulan yang berisi laporan dari peneliti sehingga dapat memperjelas masalah yang diangkat oleh peneliti (Sugiyono 2013:345 )
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Yayasan Kahapi
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang mempunyai struktur dalam kepemimpinan berupa Pembina,
pengurus dan pengawas. Hal ini diatur dalam Undang-undang RI No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Arti lainnya bahwa Yayasan adalah sebuah system kepengurusan yang didirikan bukan untuk kepentingan komersial tetapi untuk tujuan menyejahterakan orang lain dan menjadi berkah untuk orang lain (Undang- undang RI No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan).
Yayasan Kahapi merupakan salah satu rehabilitasi yang berlokasi di jalan Rehabilitasi No.1, Desa Tengah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Medan dengan SK.MENKUMHAM RI.No: AHU-5710. AH 01-04 Tahun 2013, sebagai legalitas Yayasan ini .
Adapun Visi dan Misi Yayasan Kahapi ini dibangun yaitu;
a. Visi Yayasan Kahapi
Memanusiakan manusia kembali sehingga dapat beraktifitas ditengah- tengah masyarakat
b. Misi Yayasan Kahapi
Membina para pecandu narkoba yang mengalami gangguan mental melalui kegiatan, pemangkasan tingkah laku, Therapy Community, Therapy.Religi serta menyelenggarakan pendidikan dan keterampilan sehingga kembali produktif.
Gambar 4.1 Yayasan Kahapi
Sumber : Dokumentasi penulis
Setelah peneliti melaksanakan penelitian pada Yayasan Kahapi, peneliti menemukan Pasien (Residence) dengan berbagai macam latarbelakang Pendidikan, Jenis kelamin, status pernikahan dan lain-lain dan lebih jelas dapat dilihat sebagai berikut
1. Status Pernikahan
Status pernikahan pasien (residence) pada Yayasan Kahapi mayoritas pasien (residence) belum menikah 38 orang (75%) dan yang belum menikah 12 orang (25%), untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.2 Status pernikahan pasien (residence) di Yayasan Kahapi tahun 2022
25.00%
75.00%
Sudah menikah Belum menikah
Sumber: Yayasan Kahapi 2. Rentang Usia
Pasien( Residence) dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, berada pada rentang usia 17-58 Tahun, yang paling muda adalah 17 Tahun dan yang paling tua ada pada usia 58 Tahun. Pasien( Residence) dengan rentang usia remaja ( 12-25 Tahun) berjumlah 16 Orang, dengan rentang usia dewasa (26-45 Tahun) berjumlah 27 Orang, dengan rentang usia lansia (46-65 Tahun) berjumlah 7 orang.
Dapat digambarkan dengan lebih jelas pada gambar berikut ini;
Gambar 4.3 Rentang usia pasien di Yayasan Kahapi tahun 2022
31.00%
54.00%
15.00%
Remaja Dewasa Lansia
Sumber: Yayasan Kahapi 3.Tingkat Pendidikan
Gambar. 4.4 Tingkat pendidikan pasien (residence) di Yayasan Kahapi tahun 2022
10.10%
25.25%
41.41%
23.23%
SD SMP
SMA Perguruan tinggi
Tingkat pendidikan terakhir dari pasien ,dapat dilihat mayoritas pasien bependidikan terakhir yaitu tingkat Pendidikan strata satu (sarjana) sejumlah 11 orang (22%) ,SLTA (SMA), yaitu sebanyak 21 orang.(41%), SMP berjumlah 12 orang (25 %), SD berjumlah 5 orang (10 %) .
4.Jenis Kelamin
Untuk jenis kelamin di Yayasan Kahapi, mayoritas adalah laki-laki yaitu sebanyak 44 orang ( 88%) dan perempuan berjumlah 6 orang (12%) agar lebih jelas dapat disimpulkan dalam tabel berikut ini:
Gambar 4.5 Persentase jumlah laki-laki dan perempuan di Yayasan Kahapi Tahun 2022
88.00%
12.00%
Laki-laki perempuan
Sumber: Yayasan Kahapi
Selanjutnya berdasarkan hasil observasi penulis Yayasan Kahapi berdiri sejak tahun 2012 berlokasi di Tembung, pasar 9 Jln. Sidomulyo ujung no .47A, yang didirikan oleh Ibu Lilis Suryani Sihombing, S.H, beserta beberapa orang yang mendukungnya kemudian pada tahun 2021 bulan Februari Yayasan ini pindah ke Desa tengah, Kecamatan Pantai Labu dengan tanah seluas 2.000 meter persegi dengan luas bangunan 900 meter persegi.
Residence atau pasien pada awal yayasan ini berdiri adalah orang-orang yang diambil sendiri dari jalanan dengan tidak memiliki keluarga dan alamat yang tidak jelas, tidak memiliki tanda pengenal dan kondisi dalam keadaan gangguan kejiwaan baik karena Narkoba maupun karena depresi. Namun pada tahun 2013 pasien kebanyakan sudah diantar pihak keluarga untuk dididik di Yayasan Kahapi dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Seiring berjalannnya waktu melihat semakin banyak pengguna narkoba yang mengikat dan menghancurkan khususnya anak muda, ibu Lilis prihatin dan kemudian juga mulai memperhatikan strategi untuk memulihkan pecandu narkoba.
Nama Yayasan ini memiliki sebuah makna yang dalam bagi pendiri yayasan ini yaitu, Kahapi yang merupakan akronim dari kalimat Kasih Hati dan Pikiran. Tujuan dibentuknya yayasan ini diperuntukkan mendidik dan memulihkan setiap orang yang mengalami kecanduan pada Narkoba dari segala usia. Pada tahun 2015 yayasan bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), dan pada tahun 2017 bergabung dengan Kementrian sosial (KEMENSOS). Saat ini jumlah residence (pasien) pada yayasan Kahapi berjumlah 55 (lima puluh lima) orang sedang menjalani program rehabilitasi, dengan 8 (delapan) orang staff, dan 5 (lima) orang konselor. Upaya terus dilakukan sampai saat ini di Yayasan Kahapi untuk membuat orang-orang yang memiliki tujuan hidup, kembali bersemangat, tetap optimis dan tetap mengandalkan Tuhan Yang Maha Esa. Yayasan Kahapi menggunakan yel-yel, kata-kata penyemangat yang menjadi slogan khusus Yayasan ini dan juga berguna
menstimulus orang-orang yang dididik agar tidak terus tinggal didalam masalahnya dan dari tekanan yang membuat dia dalam keadaan pikiran dan hati yang tidak berjalan dengan akal sehat. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ada slogan dan yel-yel yang setiap hari dilakukan oleh Mantan Pecandu Narkoba yang sedang menjalankan program rehabilitasi pada Yayasan ini tujuan dari kegiatan menyampaikan yel-yel ini bersama seperti melakukan orasi adalah untuk membangkitkan semangat pasien, berikut slogan yang mereka gunakan ;
‘’Motto Yayasan Kahapi :Kami tidak terbiasa malas karena kemalasan
Kami tidak terbiasa malas karena kemalasan membuahkan kemiskinan yes-yes-yes”
Siapa kita:Orang yang membawa perubahan bagi bangsa ini yes-yes-yes How are you today :Together with Jesus me and you strong, amazing yes- yes-yes
Tepuk semangat: Se (tepuk tangan tiga kali) Ma (tepuk tangan tiga kali)- Ngat (tepuk tangan tiga kali) semangat”
Selanjutnya residence atau pasien juga memiliki lagu tersendiri atau disebut juga dengan Mars Yayasan Kahapi dan lagu Rencana Mu oh Tuhan yaitu sebagai berikut;
1.Mars Yayasan Kahapi
Kami pasti bisa bersama Kahapi
Lupakanlah masa lalu, raihlah masa depan Lupakanlah masa lalu, raihlah masa depan
Bersama Kahapi, Bersama Kahapi raihlah masa depan 2Rencana Mu oh Tuhan
Kumelupakan yang dibelakang ku
Kuserahkan hidupku, hanya pada Mu Tuhan Dan kuberlari kepada tujuanku
Kau briku hari yang baru yanglama tlah berlalu RencanaMu oh Tuhan indah bagiku Tak terbatas oleh pikiranku
FirmanMu ya dan amen
Sumber kekuatan, Kau penghrapanku
Kau terbaik bagiku
Selaras dengan penyampaian Santo sinaga (29 thn) kepada penulis dalam wawancara 11 Januari 2022 di Yayasan Kahapi;
“Warga binaan Yayasan Kahpi setiap pagi selalu melakukan senam pagi dek, dibarengi dengan mereka selalu menyanyikan lagu mars Yayasan Kahapi dan mengucapkan yel-yel yang telah ditetapkan di Yayasan ini, melalui yel-yel ini mereka sembari diadarkan bahwa mereka adalah orang yang akan membawa pemulihan bagi bangsa ini , melalui pertobatan mereka”
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Santo penulis mendapati bahwa konselor atau pihak Yayasan menanamkan hal-hal yang baru atau kebiasaaan-kebiasaan baru yang membangun terhadap Pasien (residence) yang ada, kata-kata dan lagu lagu yang bertemakan bahwa harapan masih ada selalu disuarakan Pasien (residence) setiap pagi, untuk menstimulun semangat Pasien (residence) untuk bertobat dan berubah .
Hal ini selaras dengan wawancara penulis dengan Bpk.Ridoart Dacosta Siburian, selaku salah satu konselor dalam wawancara pada tanggal 25 Februari 2022 di Yayasan Kahapi
“setiap hari mereka yang sedang menjalankan proses rehabilitasi ini diajari untuk menggunakan slogan yayasan Kahapi yaitu ‘kami tidak terbiasa malas karna kemalasan membuahkan kemiskianan’, dan slogan lainnnya yang dibuat untuk memicu semangat mereka menjadi lebih baik lagi “ Ditambah lagi dengan lagu yang mereka nyanyikan dengan makna yang dalam.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bpk.Ridoart Dacosta Siburian penulis mendapati bahwa bukan hanya masalah narkoba namun juga masalah karakter yang buruk yang telah tertanam didalam jiwa