Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022 ISSN:2722-6026
Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Pesisir Sungai Pisang Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Kota Padang Sumatera Barat
Nur’Annisa*1, Adriman2, Muhammad Fauzi2
1Program Sarjana Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
*e-mail: [email protected] Abstract
Zooplankton has an important role in the waters as a link between primary producers and lower trophic levels. This study aims to determine the structure of the zooplankton community in the coastal waters of the Pisang River, Bungus Teluk Kabung District, Padang City. This research was conducted in February 2021 using a survey method. The sample analysis of zooplankton community structure includes: abundance, diversity index, similarity index and dominance index. Data were analyzed descriptively. The water quality parameters measured were temperature, salinity, current velocity, pH, DO, nitrate and phosphate. The results showed that 10 classes of zooplankton were found in the coastal waters of the Pisang River. The average abundance of zooplankton ranged from 175-402,5 ind/L. Copepods are the most common class found in this study. While the diversity index value (H') ranges from 1,73-2,65; similarity index (E) 0,53-0,77; and dominance index (C) 0,24-0,48. Water quality values were as follows: temperature 31- 33 oC, current 0.06-0.19 m/s, salinity 27-32 o/oo, pH 7, DO 5.85-6.9 mg/l, nitrate 0.0542- 0.0611 mg/l and phosphate 0.0863-0.0878 mg/l.
Keywords: Copepods, Community Structure, West Sumatera, Zooplankton
1. PENDAHULUAN
Zooplankton adalah plankton hewani yang hidupnya mengapung dan melayang di perairan mengikuti arus air. Zooplankton merupakan salah satu biota yang mempunyai peranan penting karena sebagai mata rantai penghubung produser primer dengan biota yang berada pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan zooplankton berperan ganda baik sebagai konsumen tingkat pertama maupun konsumen tingkat kedua, dimana merupakan penghubung antar plankton (Pranoto et al., 2005). Selain berfungsi sebagai penyedia makanan dalam daur energi di perairan, keberadaan zooplankton juga dapat dijadikan sebagai kualitas perairan, sehingga diketahui kondisi perairan pada saat ini.
Perubahan dari struktur ekologi suatu perairan (kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi) dapat mengindikasikan perairan tersebut telah terjadi perubahan kondisi. Kesuburan dan kestabilan suatu perairan dapat dilihat dari keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton (Wahyudi et al., 2017). Kondisi perairan seperti itu sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat baik kegiatan di darat maupun perairan. Demikian halnya keberadaan zooplankton
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang dilakukan disekitar perairan pesisir Sungai Pisang.
Beragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal maupun wisatawan juga memberikan dampak yang merugikan terhadap kelestarian lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan oleh faktor alam maupun manusia dapat terjadi di Sungai Pisang.
Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang struktur komunitas zooplankton di perairan pesisir Sungai Pisang Kota Padang. Informasi mengenai kondisi struktur komunitas zooplankton di perairan pesisir Sungai Pisang Kota Padang sangat diperlukan untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang kondisi perairan tersebut dan sebagai dasar pengelolaan dimasa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis zooplankton dan jumlah spesies yang terdapat pada perairan Sungai Pisang Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang, serta menganalisa struktur komunitas zooplankton yang meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominansi dan indeks keseragaman.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021 bertempat di perairan pesisir Sungai Pisang Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Identifikasi sampel zooplankton dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan melalui metode survey. Data yang diperoleh terdiri dari data jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi zooplankton serta kualitas air yang langsung diambil di lapangan ataupun hasil analisis sampel di laboratorium.
Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel ditentukan menjadi 3 stasiun yaitu: 1) sampling 1 berada pada posisi koordinat 1o6'5" LS 100o23' BT merupakan area yang berada dekat dengan pemukiman penduduk, wisata dengan tipe substrat pasir dan kerikil 2) sampling 2 dengan posisi koordinat 1o7'1" LS 100o23' BT merupakan kawasan yang berdekatan dengan muara sungai serta aktivitas kapal nelayan dan rumah-rumah penduduk, stasiun II mewakili daerah muara sungai dengan tipe substrat pasir berlumpur 3) sampling 3 dengan posisi koordinat 1o7'2" LS 100o23' BT merupakan area yang berdekatan dengan hutan (mangrove) dan aktifitas penduduk, dimana wilayah pantai dengan tipe substrat lumpur.
Pengambilan air sampel dilakukan dipermukaan perairan (memasukkan plankton net sedalam 30-50 cm) dengan cara menyaring air dengan menggunakan plankton net dengan volume air yang disaring 100 L menggunakan ember yang memiliki volume 10 L. Volume air yang tersaring kemudian dipindahkan ke dalam botol sampel 125 mL.
Kemudian sampel plankton diberi pengawet lugol 5% sebanyak 3–4 tetes dan diberi tanda waktu pengambilan pada setiap sampel, lalu disimpan di dalam ice box selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Parameter kualitas perairan yang diukur meliputi suhu, kecepatan arus, pH, salinitas, oksigen terlarut, nitrat dan fosfat.
Kelimpahan Zooplankton
Kelimpahan zooplankton dihitung menggunakan rumus (Sachlan, 1982). sebagai berikut:
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
𝑁 = 1 𝐴𝑥𝐵
𝐶 𝑥 𝑛 Keterangan:
N = Kelimpahan zooplankton (ind/L) A = Voume air yang disaring (L) B = Volume air konsentrasi (ml) C = Volume air satu tetes pipet (ml) n = Jumlah individu yang ditemukan Indeks Keanekaragaman (H’)
Indeks keanekaragaman (H’) zooplankton berdasarkan rumus Shannon-Wienner dalam Shannon – Wienner dalam Odum (1993) dengan rumus :
𝐻′ = − ∑ 𝑝𝑖 log 2 𝑝𝑖
𝑛𝑖
𝑖=1
Keterangan :
H’ = Keragaman Jenis
ni = Jumlah Individu pada jenis ke i
pi = Perbandingan jumlah individu dari jenis ke i terhadap jumlah total individu (pi = ni/N)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks keseragaman zoobenthos dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993) sebagai berikut:
𝐸 = 𝐻′ 𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠 Keterangan:
E = Indeks Keseragaman H′ = Indeks Keragaman jenis Hmaks′ = ln2 S
S = Jumlah Spesies Indeks Dominansi (C)
Indeks dominansi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya suatu spesies yang mendominasi dengan rumus indeks dominansi Simpson:
C = ∑(𝑛𝑖/𝑁)2
𝑛
𝑖=1
Keterangan :
C = Indeks dominasi jenis ni = Jumlah individu ke –i N = Total individu
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Sungai Pisang terletak di wilayah administratif Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Titik koordinat, wilayah administrasi terletak pada 01o06’56” - 01o07’24” LS dan 100o23’03” - 100o23’08” BT. Kawasan Sungai Pisang berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Pantai Barat Sumatera atau Samudera Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Jenis dan Kelimpahan Zooplankton
Berdasarkan hasil identifikasi pada semua stasiun penelitian menunjukkan bahwa di perairan Sungai Pisang terdapat 10 kelas yaitu Globothalamea, Tubothalamea, Tubulinea, Imbricatea, Monogononta, Polychaeta, Gastropoda, Copepoda, Arachnida dan Insecta. Kelas yang paling banyak ditemukan adalah dari kelas Copepoda. Hal ini diduga karena beberapa jenis dari zooplankton ini dapat mentoleransi perubahan kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Jenis-jenis zooplankton yang mempunyai toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan akan lebih bisa bertahan (Rahayu et al., 2013).
Kelimpahan seluruh jenis zooplankton yang ditemukan selama penelitian dimasing-masing stasiun berkisar antara 175-402,5 ind/L. Kelimpahan zooplankton tertinggi ditemukan pada stasiun III sebesar 402,5 ind/L dan terendah terdapat di stasiun I yaitu 175 ind/L. Kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat pada stasiun III hal ini diduga karena perairan ini merupakan wilayah dengan pinggiran berupa hutan mangrove, sehingga perairan tersebut cukup teraliri bahan organik. Selain itu, stasiun III merupakan stasiun yang memiliki nilai suhu yang lebih tinggi dibanding stasiun lain, yang dapat mendukung laju perkembangbiakan zooplankton. Meskipun memiliki nilai rata-rata DO yang rendah dari stasiun lainnya, namun kelimpahan zooplankton pada stasiun III adalah yang paling tinggi dibanding stasiun lainnya.
Tabel 1. Kelimpahan Zooplankton yang Ditemukan Selama Penelitian Stasiun Ulangan Total Kelimpahan
(ind/L) Rata-Rata
I
1 47,5
58,33
2 71,25
3 56,25
Total 175
II
1 216,25
122,50
2 48,75
3 102,5
Total 367,5
III
1 105
134,17
2 120
3 177,5
Total 402,5
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
Stasiun I merupakan stasiun yang memiliki kelimpahan zooplankton yang paling rendah dibanding stasiun lainnya. Hal tersebut diduga karena migrasi zooplankton dipengaruhi oleh arus terutama arus pasang. Kecepatan arus yang tidak besar dipermukaan perairan dapat mendorong tingginya kelimpahan plankton pada suatu perairan, demikian juga sebaliknya. Kelimpahan zooplankton mengalami kenaikan dan penurunan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan, kematian, migrasi dan perubahan kualitas perairan.
Faktor lainnya yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sore-malam hari diduga ikut berpengaruh, dimana cahaya matahari relatif rendah (teduh) sehingga zooplankton cenderung mendekati permukaan perairan. Zooplankton akan melakukan migrasi, dimana zooplankton akan bergerak ke permukaan saat intensitas cahaya matahari menurun dan menjauhi permukaan apabila intensitas cahaya matahari meningkat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa intensitas cahaya matahari dapat menyebabkan respon negatif bagi organisme yang melakukan migrasi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sari et al., (2014) bahwa kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat pada waktu sore hari sedangkan kelimpahan terendah terjadi pada waktu siang hari.
Zooplankton merupakan suatu organisme perairan yang hidupnya terombang ambing oleh pergerakan arus atau pergerakan air dengan kemampuan gerak yang minim. Pada ekosistem laut, kecepatan arus berperan penting dalam penyebaran zooplankton. Menurut Arshad et al., (2010) diantara semua parameter lingkungan, arus merupakan salah satu faktor utama yang mengendalikan genus, distibusi dan kelimpahan dari banyak organisme perairan termasuk zooplankton. Pengukuran nilai kecepatan arus pada ketiga stasiun memiliki rata-rata antara 0,06-0,19 m/s. Dimana kecepatan arus di stasiun I mempunyai nilai rata-rata 0,19 m/s, sedangkan stasiun III memiliki nilai rata-rata kecepatan arus 0,06 m/s. Stasiun III memiliki nilai kelimpahan yang cukup tinggi dibandingkan stasiun I dan II dengan nilai kelimpahan yaitu 402,5 ind/L. Seperti pernyatan Widianingsih et al., (2007) bahwa kecepatan arus yang tidak besar di permukaan perairan dapat mendorong tingginya kelimpahan plankton (zooplankton) pada suatu perairan.
Indeks Biologi Zooplankton
Indeks keanekaragaman menggambarkan kekayaan jenis plankton yang terdapat disuatu perairan. Indeks keseragaman menggambarkan tingkat keseimbangan komposisi jenis dan indeks dominansi merupakan gambaran ada atau tidaknya suatu jenis atau kelompok plankton yang mendominasi (Odum, 1971 dalam Junaidi et al., 2018).
Indeks keanekaragaman setiap stasiun penelitian memiliki nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 1,14-3,22. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada stasiun I minggu ketiga sebesar 3,22 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun II minggu pertama sebesar 1,14. Nilai indeks keanekaragaman berdasarkan kisaran dan rata-rata tiap stasiun pengamatan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa komunitas zooplankton disemua stasiun penelitian dalam kategori tinggi hingga sedang dengan keterangan indeks keanekaragaman H’ ≥ 3 yang menunjukkan keanekaragaman tinggi dengan sebaran individu tinggi dan kestabilan komunitas tinggi serta nilai indeks 1≤H’≤3 yang menunjukkan jumlah keanekaragaman zooplankton sedang dan jumlah individu setiap jenis seragam dan tidak ada yang mendominasi. Tingginya keanekaragaman pada stasiun I diduga karena kondisi perairan di perairan Sungai Pisang masih tergolong baik dan stabil. Menurut Shannon-winner dalam Syamsurisal
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
(2011), menyatakan bahwa kriteria indeks keanekaragaman H’ ≥ 3, berarti sebaran individu tinggi atau keragamannya tinggi dikarenakan lingkungan tersebut belum mengalami gangguan serta organisme yang ada berada dalam keadaan yang baik.
Tabel 2. Nilai Indeks Biologi Zooplankton di Sungai Pisang
Stasiun Minggu H' E C
I
1 2,20 0,73 0,31
2 2,53 0,71 0,27
3 3,22 0,87 0,14
Rata-rata 2,65 0,77 0,24
II
1 1,14 0,36 0,64
2 2,07 0,65 0,36
3 1,96 0,59 0,43
Rata-rata 1,73 0,53 0,48
III
1 1,84 0,58 0,36
2 3,05 0,78 0,18
3 2,52 0,65 0,29
Rata-rata 2,47 0,67 0,28
Nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh selama penelitian di perairan Sungai Pisang berkisar 0,36-0,87. Nilai rata-rata indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun I minggu ketiga dengan nilai 0,87 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun II minggu pertama sebesar 0,36. Nilai indeks keseragaman yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat keseragaman jenis yang berbeda antar stasiun. Indeks yang mendekati 0 menunjukkan adanya jumlah individu yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis biota yang memiliki jumlah individu yang relatif sedikit. Sedangkan nilai indeks yang mendekati 1 menunjukkan bahwa jumlah individu disetiap spesies adalah sama atau hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fachrul dalam Lilis et al., (2019) yang menyatakan bahwa nilai indeks keseragaman ini berkisar dari 0-1. Jika indeks keseragaman mendekati 1 (>.0,5) berarti keseragamaan organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan seimbang, berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadap makanan, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan indeks dominansi zooplankton selama penelitian (Tabel 1) berkisar antara 0,14-0,64. Nilai rata-rata indeks dominasi (C) tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 0,48 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun I adala 0,24. Nilai indeks dominansi berdasarkan rata-rata tiap stasiun selama penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian dapat dikatakan tidak ada jenis zooplankton yang dominan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basmi (2000) apabila nilai indeks dominansi mendekati 0, berarti di dalam struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat jenis yang secara ekstrim mendominansi jenis lainnya.
Parameter Kualitas Perairan
Kondisi kualitas perairan di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 2. Kondisi kualitas perairan umumnya masih dalam kondisi yang baik untuk mendukung biota laut.
Hasil pengamatan suhu menunjukkan kisaran 31-33 oC dengan suhu terendah pada stasiun I yaitu 31oC sedangkan suhu tertinggi pada stasiun III yaitu 33oC. Kondisi suhu
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
ini masih tergolong dalam kategori baik untuk biota laut. Menurut Wyrtki dalam Asih, (2014), suhu optimum untuk pertumbuhan plankton berkisar antara 25 – 32 oC.
Pengukuran kecepatan arus selama penelitian memiliki kisaran 0,06-0,19 m/s dengan rata-rata 0,12 m/s. Hasil nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa arus di perairan pesisir Sungai Pisang selama penelitian terrmasuk dalam kategori rendah sampai dengan sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf et al., (2012), yang menyatakan bahwa kecepatan arus di bawah 0,5 m/s dikategorikan dalam arus rendah sampai dengan sedang.
Tabel 3. Rata-rata Pengukuran Kualitas Perairan
No. Parameter Stasiun
Rata-rata
I II III
1. Suhu (̊C) 31 32 33 32
2. Arus (m/s) 0,19 0,11 0,06 0,12
3. Salinitas (‰) 32 27 29 29
4. pH Air 7 7 7 7
5. Oksigen Terlarut (mg/L) 6,90 6,24 5,85 6,3
6. Nitrat (mg/L) 0,0611 0,0542 0,0542 0,0565
7. Fosfat (mg/L) 0,0878 0,0863 0,0878 0,0873
Hasil pengukuran salinitas menunjukkan bahwa salinitas tertinggi pada stasiun I 32‰. Sedangkan salinitas terendah terdapat pada stasiun II yaitu 27‰. Rata-rata salinitas perairan Sungai Pisang adalah 29‰. Hasil pengukuran salinitas ini masih berada dalam kisaran salinitas yang normal. Menurut Nontji (2008), pada umumnya kisaran salinitas yang baik untuk kehidupan plankton adalah 11-40‰. Berdasarkan hal ini, hasil salinitas di perairan Sungai Pisang ini masih tergolong baik untuk menunjang kehidupan zooplankton.
Hasil pengukuran pH air disemua stasiun penelitian menunjukkan nilai pH 7.
Kondisi derajat keasaman (pH) hasil pengukuran menggambarkan bahwa kondisi pH di lokasi penelitian merupakan perairan yang cenderung netral. Nilai ini termasuk dalam kisaran normal untuk perairan laut dan sebagian besar akuatik disuatu perairan menyukai nilai pH dengan kisaran 7-8.5. Hal ini sesuai dengan penjelasan Barus (2001), yang menyatakan kisaran pH yang ideal untuk kehidupan organisme perairan adalah antara 6-8.5.
Oksigen terlarut tercatat dengan kisaran 5,85-6,90 mg/L dengan nilai rata-rata 6,2 mg/L. Kadar oksigen tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 6,90 mg/L. Sedangkan kadar oksigen terendah terdapat pada stasiun III yaitu 5,85 mg/L. Nilai oksigen tersebut masih dikategorikan sesuai untuk perkembangan biota laut. Plankton dapat hidup baik pada konsentrasi oksigen lebih dari 3 mg/L (Wijayanti, 2011). Nitrat dan fosfat merupakan unsur hara yang memiliki peran sangat penting terhadap pembentukan sel jaringan jasad hidup organisme laut dan juga proses fotosintesis oleh fitoplankton (Paiki dan Kalor, 2017). Nitrat dan fosfat merupakan unsur hara terpenting untuk pertumbuhan fitoplankton. Dimana fitoplankton sendiri merupakan makanan bagi zooplankton. Rata- rata kadar nitrat dan fosfat yang ditemukan di lokasi penelitian berturut-turut adalah 0,056 mg/L dan 0,087 mg/L.
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pada perairan Sungai Pisang ditemukan 35 jenis zooplankton yang terdiri dari 10 kelas yaitu Globothalamea, Tubothalamea, Tubulinea, Imbricatea, Monogononta, Polychaeta, Gastropoda, Copepoda, Arachnida dan Insecta. Kelas zooplankton yang paling banyak ditemukan adalah dari kelas Copepoda. Kelimpahan total zooplankton perairan pesisir Sungai Pisang berkisar antara 175-402,5 ind/L. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,73-2,65, indeks keseragaman (E) berkisar 0,53- 0,77 dan indeks dominansi berkisar 0,24-0,48. Perairan Sungai Pisang masih tergolong baik dan kualitas perairan yang masih mendukung bagi kehidupan zooplankton.
Saran
Saran pada penelitian lebih lanjut mengenai komposisi sebaran, kepadatan dan pola migrasi zooplankton di perairan Sungai Pisang khususnya secara vertikal
diberbagai kedalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arshad, A., Amin, S. M. N., & Osman, N. (2010). Population Parameters of Planktonic Shrimp, Lucifer intermedius (Decapoda: Sergestidae) from Sungai Pulai Seagrass Area Johor, Peninsular Malaysia. Sains Malaysiana. 39 (6), 877-882.
Asih, P. (2014). Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi. FKIP. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Barus, T. (2001). Organisme Perairan (Benthos dan Plankton). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Basmi, J. (2000). Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lilis, Nurgayah, W., & Irawati, N. (2019). Struktur Komunitas dan Pola Sebaran Zooplankton di Perairan Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.
Sapa Laut. 4 (3), 205-217.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta. 331 hal.
Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta. 480p.
Odum, E. P. (1998). Dasar-Dasar Ekologi (Fundamentals of Ecology). Diterjemahkan oleh Tj. Samingan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Paiki, K., & Kalor, J. D. (2017). Distribusi Nitrat dan Fosfat Terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pesisir Yapen Timur, Papua. Journal of Fisheries and Marine Science. 1 (2), 65-71.
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.3, No.2, Oktober 2022
ISSN:2722-6026
Pranoto, B. A., Ambariyanto & Zainuri, M. (2005). Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jakarta. Ilmu Kelautan: Indonesia Journal of Marine Sciences. 10 (2), 90-97. DOI: https://doi.org/10.14710/ik.ijms.10.2.90-97
Rahayu, S., Setyawati, T. R., & Turnip, M. (2013). Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Mempawah Kabupaten Pontianak Berdasarkan Pasang Surut Air Laut. Protobiont. 2 (2), 49-55.
Sachlan, M. (1982). Planktonologi. UNDIP: Semarang.
Sari, A. N., Hutabarat, S., & Soedarsono, P. (2014). Struktur Komunitas Plankton pada Padang Lamun di Pantai Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro. Journal of Maquares. Management of Aquatic Resources. 3 (2), 82-91.
Syamsurisal. (2011). Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos di Hutan Mangrove Kelurahan Coppo Kabupaten Baru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wahyudi, N. W. D., Arthana, I. W., & Kartika. G. R. A. (2017). Struktur Komunitas Zooplankton di Bendungan Telaga Tunjung, Kabupaten Tabanan-Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 3 (1), 115-122.
Widianingsih, W., Hartati, R., Djamali, A., & Sugestiningsih, S. (2007). Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton di Perairan Pantai Timur Pulau Belitung.
Indonesia Journal of Marine Sciences. 12 (1), 6-11.
Wijayanti. (2011). Keanekaragaman Jenis Plankton Pada Tempat YANG Berbeda Kondisi Lingkungannya di Rawa Pening Kabupaten Semarang. Skripsi. IKIP.
PGRI Semarang.
Yamaji, I. (1976). Illustration of Marine Plankton. Japan: Hoikusha Publishing Co Ltd.
371p.
Yusuf, M., Handoyo, G., Muslim, Wulandari, S. Y., & Setiyono, H. (2012).
Karakteristik Pola Arus dalam Kaitannya dengan Kondisi Kualitas Perairan dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa. Bulatin Oseanografi Marina. 1 (1), 63-74.