• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Teluk Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Teluk Jakarta"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON

DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

SUHERMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2005

(3)

ABSTRAK

SUHERMAN. Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Teluk Jakarta. Dibimbing oleh Johan Basmi dan Sri Turni Hartati.

Waktu pengambilan data dilakukan tiga kali yaitu bulan Oktober 2003, Mei dan Oktober 2004. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 23 titik stasiun yang terbagi dalam empat Zona, yaitu Zona A, B, C, dan D. Masing-masing Zona berjarak 5 Km, 10 Km, 15 Km dan 20 Km.

Dari hasil pengamatan didapat 52 jenis Zooplankton yang termasuk dalam Filum Protozoa, Coelenterata, Ctenophora, Annelida, Chaetognata, Arthoropoda, Protochordata, Mollusca, Echinodermata dan beberapa stadia Larvae. Dari Filum diatas terbagi dalam 12 Kelas yaitu Crustacea, Cilliata, Mollusca, Urochordata, Polychaeta, Sarcodina, Echinodermata, Hydrozoa, Sagittoidea, Larvae, Actyropyga dan Tentaculata.

Dari pengambilan contoh zooplankton pada keempat Zona maka kelimpahan tertinggi ditemukan pada stasiun C5 (Zona C) dengan nilai 94.884

ind/m3 dan kelimpahan terendah pada stasiun A3 dan A4 (Zona A) dengan nilai

3.346 ind/m3. Apabila nilai kelimpahan total di rata-ratakan maka Zona D memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 63.833 ind/m3 dan Zona A memiliki nilai terendah yaitu 8.810 ind/m3. Komposisi jenis di dominasi oleh kelas Crustacea dengan persentase tertinggi pada Zona C sebesar 50 %. Kelimpahan total rata-rata Zooplankton semakin jauh ke pantai semakin meningkat.

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi selama pengamatan didapat nilai sebagai berikut; nilai indeks keanekaragaman rata-rata 1,457 atau berkisar antara 1,341 1,581, nilai indeks keseragaman rata-rata 0,478 atau berkisar antara 0,438 0,518, sedangkan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,267 – 0,342. Secara umum bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman zooplankton yang rendah (< 2,30), keseragaman yang terjadi relatif sedang dalam arti bahwa jumlah individu setiap jenis tidak jauh berbeda atau dengan kata lain tidak ada individu yang mendominasi.

(4)

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON

DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

SUHERMAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(5)

Judul : STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Nama : Suherman

NRP : C02400301

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Johan Basmi, MS.

NIP 130345016

Dra. Sri Turni Hartati, M.Sc.

NIP 080069535

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DR. Ir. Kadarwan Suwandi

NIP. 130805031

(6)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berbagai nikmat

dan karunia-Nya yang begitu banyak penulis rasakan mulai dari mengikuti

perkuliahan, penelitian dan dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang kepala

rumah tangga. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW sebagai tauladan dalam kehidupan.

Penulis mengambil judul skripsi “Struktur Komunitas Zooplankton di

Perairan Teluk Jakarta” dikarenakan saat itu perairan Teluk Jakarta sedang ramai

dibicarakan akibat kematian ikan. Zooplankton sebagai konsumen produktifitas

primer di perairan dapat dijadikan indikator biologis dalam penilaian kualitas

perairan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya

kepada:

1. Bapak Ir. H. Johan Basmi, MS selaku dosen pembimbing I atas segala

petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran

dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Sri Turni Hartati, MSc selaku dosen pembimbing II atas

masukan-masukan yang sangat berarti untuk mengarahkan, membimbing

dengan penuh kesabaran dan perhatian.

3. Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku Ketua Program Pendidikan

S-1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc atas kesediaannya sebagai dosen

penguji dari departemen dan Bapak Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc

sebagai dosen penguji tamu.

5. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas

saran, bimbingan dan masukan selama penulis mengikuti perkuliahan dan

penelitian.

6. Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru dan Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah DKI Jakarta yang telah mengizinkan penulis dalam

(7)

7. Seluruh karyawan laboratorium Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru

dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah DKI Jakarta, atas

kerjasamanya baik ketika di lapangan maupun dalam pengamatan.

8. Kepada isteri tercinta yang begitu penuh kesabaran dan perhatian dalam

mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

9. Rekan sepenelitian, Tedi Gumelar, S.Pi atas kerjasama dan

persahabatannya.

10.Sahabat Prihatiningsih, S.Pi, Khairul, S.Pi, Deni Gembira dan rekan-rekan

MSP yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik moril, materil baik secara langsung maupun tidak

langsung, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna. Meskipun demikian penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat

bagi pembaca.

Bogor, September 2005

(8)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..…… 1

C. Tujuan Penelitian ……..………..……… 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Umum Perairan Teluk Jakarta ………..……… 3

B. Struktur Komunitas ….…….……… 3

C. Zooplankton ………….……… 4

D. Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton …..….……… 4

E. Hubungan Zooplankton dengan Lingkungan ……….……… 5

1. Parameter Fisika ..……… 5

III. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian……….……… 8

B. Alat dan Bahan……… 8

C. Penentuan Stasiun……… 9

D. Pengumpulan Data……..……… 11

E. Analisa Data……… 12

1. Kelimpahan Zooplankton…………..……… 12

2. Keanekaragaman Zooplankton……..……… 12

3. Indeks Keseragaman……….……… 13

4 Dominansi Jenis……….……… 13

5. Indeks Similaritas Antar Stasiun Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton…………..……… 14

(9)

halaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Zooplankton………..………..……….…………..…… 16

1. Jenis Zooplankton…………..……….……… 16

2. Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton…………...………… 16

a. Komposisi Zooplankton ……… 16

b. Kelimpahan Zooplankton……….……….……… 20

3. Analisa Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C) Zooplankton……….………. 23

B. Kesamaan Antar Stasiun Pengamatan Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton……….……… 24

C. Kondisi Fisika dan Kimia……….……….… ……… 28

1. Kecerahan…………...……….…… 29

2 Suhu air………..……….……… 30

3. Salinitas………..……….……… 30

4. Oksigen Terlarut……….…….……… 31

5 pH………….……….………. 31

6. BOD ………...……… 32

D. Analisis Regresi Hubungan Kelimpahan dengan Kondisi Fisika Kimia…………...……… 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….……….……… 35

B. Saran……….……… 37

VI. DAFTAR PUSTAKA….……… 38

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi

dalam Air serta Alat/metode yang digunakan ……….. 9

Tabel 2. Posisi Koordinat Stasiun di Teluk Jakarta…. ……….. 11

Tabel 3. Jenis Zooplankton yang ditemukan

di Perairan Teluk Jakarta pada bulan Oktober 2003,

Mei dan Oktober 2004……….……. 19

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

di Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2003……….…… . 16

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

di Perairan Teluk Jakarta, Mei 2004……….……… 20

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

(11)

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON

DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

SUHERMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2005

(13)

ABSTRAK

SUHERMAN. Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Teluk Jakarta. Dibimbing oleh Johan Basmi dan Sri Turni Hartati.

Waktu pengambilan data dilakukan tiga kali yaitu bulan Oktober 2003, Mei dan Oktober 2004. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 23 titik stasiun yang terbagi dalam empat Zona, yaitu Zona A, B, C, dan D. Masing-masing Zona berjarak 5 Km, 10 Km, 15 Km dan 20 Km.

Dari hasil pengamatan didapat 52 jenis Zooplankton yang termasuk dalam Filum Protozoa, Coelenterata, Ctenophora, Annelida, Chaetognata, Arthoropoda, Protochordata, Mollusca, Echinodermata dan beberapa stadia Larvae. Dari Filum diatas terbagi dalam 12 Kelas yaitu Crustacea, Cilliata, Mollusca, Urochordata, Polychaeta, Sarcodina, Echinodermata, Hydrozoa, Sagittoidea, Larvae, Actyropyga dan Tentaculata.

Dari pengambilan contoh zooplankton pada keempat Zona maka kelimpahan tertinggi ditemukan pada stasiun C5 (Zona C) dengan nilai 94.884

ind/m3 dan kelimpahan terendah pada stasiun A3 dan A4 (Zona A) dengan nilai

3.346 ind/m3. Apabila nilai kelimpahan total di rata-ratakan maka Zona D memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 63.833 ind/m3 dan Zona A memiliki nilai terendah yaitu 8.810 ind/m3. Komposisi jenis di dominasi oleh kelas Crustacea dengan persentase tertinggi pada Zona C sebesar 50 %. Kelimpahan total rata-rata Zooplankton semakin jauh ke pantai semakin meningkat.

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi selama pengamatan didapat nilai sebagai berikut; nilai indeks keanekaragaman rata-rata 1,457 atau berkisar antara 1,341 1,581, nilai indeks keseragaman rata-rata 0,478 atau berkisar antara 0,438 0,518, sedangkan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,267 – 0,342. Secara umum bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman zooplankton yang rendah (< 2,30), keseragaman yang terjadi relatif sedang dalam arti bahwa jumlah individu setiap jenis tidak jauh berbeda atau dengan kata lain tidak ada individu yang mendominasi.

(14)

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON

DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

SUHERMAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(15)

Judul : STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Nama : Suherman

NRP : C02400301

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Johan Basmi, MS.

NIP 130345016

Dra. Sri Turni Hartati, M.Sc.

NIP 080069535

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DR. Ir. Kadarwan Suwandi

NIP. 130805031

(16)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berbagai nikmat

dan karunia-Nya yang begitu banyak penulis rasakan mulai dari mengikuti

perkuliahan, penelitian dan dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang kepala

rumah tangga. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW sebagai tauladan dalam kehidupan.

Penulis mengambil judul skripsi “Struktur Komunitas Zooplankton di

Perairan Teluk Jakarta” dikarenakan saat itu perairan Teluk Jakarta sedang ramai

dibicarakan akibat kematian ikan. Zooplankton sebagai konsumen produktifitas

primer di perairan dapat dijadikan indikator biologis dalam penilaian kualitas

perairan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya

kepada:

1. Bapak Ir. H. Johan Basmi, MS selaku dosen pembimbing I atas segala

petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran

dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Sri Turni Hartati, MSc selaku dosen pembimbing II atas

masukan-masukan yang sangat berarti untuk mengarahkan, membimbing

dengan penuh kesabaran dan perhatian.

3. Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku Ketua Program Pendidikan

S-1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc atas kesediaannya sebagai dosen

penguji dari departemen dan Bapak Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc

sebagai dosen penguji tamu.

5. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas

saran, bimbingan dan masukan selama penulis mengikuti perkuliahan dan

penelitian.

6. Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru dan Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah DKI Jakarta yang telah mengizinkan penulis dalam

(17)

7. Seluruh karyawan laboratorium Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru

dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah DKI Jakarta, atas

kerjasamanya baik ketika di lapangan maupun dalam pengamatan.

8. Kepada isteri tercinta yang begitu penuh kesabaran dan perhatian dalam

mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

9. Rekan sepenelitian, Tedi Gumelar, S.Pi atas kerjasama dan

persahabatannya.

10.Sahabat Prihatiningsih, S.Pi, Khairul, S.Pi, Deni Gembira dan rekan-rekan

MSP yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik moril, materil baik secara langsung maupun tidak

langsung, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna. Meskipun demikian penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat

bagi pembaca.

Bogor, September 2005

(18)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..…… 1

C. Tujuan Penelitian ……..………..……… 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Umum Perairan Teluk Jakarta ………..……… 3

B. Struktur Komunitas ….…….……… 3

C. Zooplankton ………….……… 4

D. Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton …..….……… 4

E. Hubungan Zooplankton dengan Lingkungan ……….……… 5

1. Parameter Fisika ..……… 5

III. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian……….……… 8

B. Alat dan Bahan……… 8

C. Penentuan Stasiun……… 9

D. Pengumpulan Data……..……… 11

E. Analisa Data……… 12

1. Kelimpahan Zooplankton…………..……… 12

2. Keanekaragaman Zooplankton……..……… 12

3. Indeks Keseragaman……….……… 13

4 Dominansi Jenis……….……… 13

5. Indeks Similaritas Antar Stasiun Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton…………..……… 14

(19)

halaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Zooplankton………..………..……….…………..…… 16

1. Jenis Zooplankton…………..……….……… 16

2. Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton…………...………… 16

a. Komposisi Zooplankton ……… 16

b. Kelimpahan Zooplankton……….……….……… 20

3. Analisa Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C) Zooplankton……….………. 23

B. Kesamaan Antar Stasiun Pengamatan Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton……….……… 24

C. Kondisi Fisika dan Kimia……….……….… ……… 28

1. Kecerahan…………...……….…… 29

2 Suhu air………..……….……… 30

3. Salinitas………..……….……… 30

4. Oksigen Terlarut……….…….……… 31

5 pH………….……….………. 31

6. BOD ………...……… 32

D. Analisis Regresi Hubungan Kelimpahan dengan Kondisi Fisika Kimia…………...……… 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….……….……… 35

B. Saran……….……… 37

VI. DAFTAR PUSTAKA….……… 38

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi

dalam Air serta Alat/metode yang digunakan ……….. 9

Tabel 2. Posisi Koordinat Stasiun di Teluk Jakarta…. ……….. 11

Tabel 3. Jenis Zooplankton yang ditemukan

di Perairan Teluk Jakarta pada bulan Oktober 2003,

Mei dan Oktober 2004……….……. 19

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

di Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2003……….…… . 16

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

di Perairan Teluk Jakarta, Mei 2004……….……… 20

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C)

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Peta Lokasi dan Letak Stasiun Penelitian ……….. 10

Gambar 2 Komposisi Jenis Zooplankton pada Zona A……….…….. 17

Gambar 3 Komposisi Jenis Zooplankton pada Zona B………..……. 17

Gambar 4 Komposisi Jenis Zooplankton pada Zona C…………..… 18

Gambar 5 Komposisi Jenis Zooplankton pada Zona D…………..… 18

Gambar 6 Histogram Kelimpahan Total Zooplankton

pada seluruh Pengamatan……….……… 20

Gambar 7 Histogram Kelimpahan Total Zooplankton

pada Zona A……….……….……… 21

Gambar 8 Histogram Kelimpahan Total Zooplankton

pada Zona B……….……….……… 21

Gambar 9 Histogram Kelimpahan Total Zooplankton

pada Zona C……….……….……… 21

Gambar 10 Histogram Kelimpahan Total Zooplankton

pada Zona D……….……….……… 22

Gambar 11 Histogram Kelimpahan Total Rata-rata

Zooplankton pada Seluruh Pengamatan...……… 22

Gambar 12 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (H’) Dan Dominansi (C)

pada setiap Stasiun Pengamatan………..… 23

Gambar 13 Dendrogram Indeks Bray-Curtis berdasarkan Kelimpahan Zooplankton,

pada bulan Oktober 2003………..……….. 25

Gambar 14 Dendrogram Indeks Bray-Curtis berdasarkan Kelimpahan Zooplankton,

(22)

Halaman

Gambar 15 Dendrogram Indeks Bray-Curtis

Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton,

Pada bulan Oktober 2004……….………… 27

Gambar 16 Kondisi Parameter Fisika dan Kimia

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kelimpahan Zooplankton di Stasiun

Teluk Jakarta, Oktober 2003……… 41

Lampiran 2. Kelimpahan Zooplankton di Stasiun

Teluk Jakarta, Mei 2004 . ……….. 42

Lampiran 3. Kelimpahan Zooplankton di Stasiun

Teluk Jakarta, Oktober 2004……….. 44

Lampiran 4. Pengelompokan Stasiun bulan, Oktober 2003……… 45

Lampiran 5. Pengelompokan Stasiun bulan, Mei 2004…………..……… 48

Lampiran 6. Pengelompokan Stasiun bulan, Oktober 2004……… 51

Lampiran 7. Kondisi Parameter Fisika Kimia

Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2003……… 54

Lampiran 8. Kondisi Parameter Fisika Kimia

Perairan Teluk Jakarta, Mei 2004………..… 55

Lampiran 9. Kondisi Parameter Fisika Kimia

Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2004……… 56

Lampiran 10. Persamaan Regresi Linear Berganda, Oktober 2003……… 57

Lampiran 11. Persamaan Regresi Linear Berganda, Mei 2004………..… 58

Lampiran 12. Persamaan Regresi Linear Berganda, Oktober 2004……… 59

(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan Teluk Jakarta berdasarkan kondisi suhu dan salinitasnya

dikatagorikan sebagai perairan pantai (Coastal Water). Sebagai perairan pantai,

Teluk Jakarta sangat dipengaruhi oleh keadaan daratan, terutama kandungan zat

hara dan pola sebarannya, melalui proses pelarutan berbagai jenis partikel yang

terbawa bersama aliran sungai (BPRL 2000).

Perairan Teluk Jakarta sebagai pintu masuk ibukota, perananya sangat

besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Berbagai sektor telah

memanfaatkan wilayah ini, baik wilayah laut maupun pantai, antara lain

sektor-sektor industri, pertambangan, perhubungan, perdagangan, kependudukan dan

pertanian serta pariwisata. Berbagai kegiatan yang tidak terkendali tentunya akan

mengakibatkan menurunnya kualitas perairan terutama adalah sektor pertanian

(sub sektor perikanan) yaitu dengan semakin menurunnya kuantitas sumberdaya

perikanan.

Di dalam suatu perairan, zooplankton merupakan konsumen pertama yang

memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan oleh fitoplankton. Peranan

zooplankton sebagai konsumen pertama yang menghubungkan fitoplankton

dengan karnivora kecil maupun besar, dapat mempengaruhi kompleks atau

tidaknya rantai makanan di dalam ekosistem perairan. Keberadaan zooplankton di

dalam perairan banyak ditentukan oleh interaksi terhadap faktor fisika (cahaya,

suhu, kecerahan, kekeruhan dan total padatan tersuspensi), faktor kimia (pH,

oksigen terlarut, BOD5) serta faktor biologi (fitoplankton dan tumbuhan air).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Menurut UNEP (1990) diacu dalam Ivana 2002 sebagian besar (80%)

bahan pencemar yang ditemukan di laut berasal dari kegiatan manusia di daratan.

Kegiatan yang makin intensif ini mengakibatkan perairan Teluk Jakarta telah

mengalami perubahan dan kemungkinan telah menyebabkan kerusakan pada

lingkungan perairan yang disertai dengan menurunnya kualitas air laut yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan

(25)

Zooplankton seperti halnya organisme lain, hanya hidup dan berkembang

dengan baik pada kondisi perairan yang serasi. Pola penyebaran dan struktur

komunitas zooplankton dalam suatu perairan dapat dipakai sebagai salah satu

indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi suatu perairan.

Aktivitas manusia yang membawa dampak perubahan alam sehingga akan

mempengaruhi kondisi fisika, kimia dan biologi perairan, yang akhirnya

menyebabkan perubahan kelimpahan dan keanekaragaman zooplankton.

Kelimpahan dan keanakaragaman yang tinggi dapat menunjukkan kondisi

kesuburan dan kestabilan suatu perairan, yang menunjukkan kehidupan di dalam

perairan tersebut tidak dalam keadaan tertekan.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan perairan dengan menurunnya

kualitas air laut perlu dilakukan pemantauan Kondisi fisika, kimia dan biologi

(plankton), secara dini dan periodik, sehingga upaya penanggulangan segera bisa

dilakukan dan kerusakan lingkungan yang lebih parah tidak akan terjadi.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kondisi perairan Teluk

Jakarta dengan melihat struktur komunitas zooplankton yang meliputi : komposisi

jenis, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi serta kondisi parameter

fisika dan kimia perairan antara lain : suhu, salinitas, kecerahan, pH, oksigen

terlarut, dan BOD5. Yang mana data-data tersebut kemungkinan dapat

dipergunakan untuk proses pengelolaan dan pemanfaatan secara

berkesinambungan oleh pihak-pihak terkait.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Perairan Teluk Jakarta

Teluk Jakarta adalah perairan yang terletak di sebelah Utara Jakarta yang

memiliki luas + 514 km2, dengan garis pantai sepanjang 80 km (Pariwono et al,

1988). Menurut Pardjaman (1977) posisi geografis Teluk Jakarta dibatasi oleh

garis 106040’45” - 10701’19” Bujur Timur dan garis 600’40” - 5054’40” Lintang

Selatan.

Teluk Jakarta mempunyai panjang pantai + 89 km membentang dari

Tanjung Kait di bagian Barat hingga Tanjung Karawang di bagian Timur. Pada

wilayah perairan ini mengalir beberapa sungai antara lain sungai Cisadane

dibagian Barat, sungai Ciliwung di bagian Tengah serta sungai Citarum dan

sungai Bekasi di bagian Timur. Dari dasar perairannya tumbuh pulau-pulau

karang yang sebagian besar terletak di sebelah Barat membujur dari arah Utara ke

Selatan, diantaranya pulau Bidadari, pulau Damar, pulau Anyer, pulau Lancang

dan sebagainya. Pulau-pulau tersebut muncul dari kedalaman 5 – 50 m. Berdasar

analisis peta Batimetri, sudut lereng perairan bagian Timur lebih landai

dibandingkan lereng dasar di perairan sebelah Barat (Suyarso 1995).

Kedalaman perairan Teluk Jakarta umumnya kurang dari 30 meter sehingga dapat

dikatagorikan sebagai perairan dangkal. Dasar perairannya melandai kearah utara

menuju Laut Jawa. Kedalaman perairan dekat pantai kurang dari 10 meter, tetapi

kearah tengah kedalamannya kurang lebih menjadi 10 sampai 30 meter. Kondisi

geografis perairan Teluk Jakarta yang dangkal dan sempit menyebabkan pasang

surut yang terjadi merupakan pasang surut rambatan dari Samudera Pasifik dan

Samudera Hindia bukan pasang surut astronomis langsung (Ariyanti 2003).

B. Struktur Komunitas

Struktur komunitas adalah susunan individu dari beberapa jenis atau spesies

yang terorganisir membentuk komunitas. Struktur komunitas dapat dipelajari

dengan mengetahui satu atau dua aspek khusus tentang organisme komunitas yang

(27)

Menurut Krebs (1972) struktur komunitas mempunyai 5 karakteristik, yaitu :

(1) keanekaragaman jenis; (2) bentuk petumbuhan dan struktur; (3) dominansi; (4)

kelimpahan relatif; dan (5) struktur trofik.

Kelayakan suatu habitat untuk sebuah komunitas dapat diukur secara

matematis dengan analisis spesies diversitas. Hal ini didasarkan atas pemikiran

bahwa baik populasi maupun komunitas dari waktu ke waktu dan antar habitat

yang satu dengan yang lainnya akan mempunyai pola (struktur) komunitas yang

spesifik sesuai dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Perbedaan

tersebut pada dasarnya dicirikan oleh komposisi spesies dan kelimpahan individu

penyusun populasi yang bersangkutan (Basmi 1988). Suwignyo (1986) dalam

Basmi (1988) menambahkan bahwa dari berbagai teori tentang indeks diversitas

yang dikembangkan oleh para ahli yang paling sering digunakan dan yang paling

realistis adalah indeks diversitas oleh Shannon-Wienner.

C. Zooplankton

Zooplankton adalah hewan air yang renik yang gerakannya aktif.

Zooplankton dibedakan menjadi dua, berdasarkan siklus hidupnya antara lain :

Holoplankton dan Meroplankton. Holoplankton merupakan kelompok organisme

yang seluruh hidupnya berupa plankton, sedangkan Meroplankton merupakan

kelompok organisme yang sebagian fase hidupnya berupa plankton, seperti

berbagai larva ikan, crustacea dan moluska (Newell dan Newell 1977).

Kelompok zooplankton meliputi hewan Protozoa, Coelenterata,

Ctenophiera, Chaetognatha, Annelicla, Artropeda, Urochordata dan Moluska,

serta berbagai larva hewan-hewan vertebrata. Kelas-kelas yang ada pada

zooplankton adalah Chcysomonodea, Rhizopodea, Ciliata, Hidrozoa, Scyphozoa,

Crinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea dan Holothuroidea dan

Clidominan oleh Crustacea baik jumlah maupun spesies (Newell dan Newell

1977).

D. Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton

Meskipun jumlah dan jenis kepadatan lebih rendah dari pada fitoplankton,

(28)

sembilan filum yang mewakili kelompok zooplankton ini dan ukurannya sangat

beragam (Kasijan 2001).

Di laut terbuka banyak zooplankton yang dapat melakukan gerakan naik

turun secara berkala atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam hari

zooplankton naik ke atas menuju permukaan sedangkan pada siang hari turun ke

lapisan bawah (Nontji 1993). Gerakan naik turun ini dapat menyebabkan

perbedaan kelimpahan dan komposisi zooplankton antara lapisan dasar dan

permukaan dari suatu perairan.

Tingkat produksi dari zooplankton lebih rendah dibandingkan dengan

fitoplankton sehingga puncak produksi zooplankton berada dibawah dan terjadi

setelah puncak fitoplankton (Basmi 2000).

E. Hubungan Zooplankton dengan Lingkungan

Zooplankton seperti halnya hewan lain, dapat hidup dan berkembang biak

dengan baik hanya pada lingkungan yang cocok. Parameter lingkungan perairan,

seperti : suhu, kecerahan dan oksigen terlarut serta unsur hara yang terdapat dalam

perairan sangat mempengaruhi kehidupan zooplankton (Wickstead 1965).

1. Parameter Fisika a. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses kehidupan. Antara lain suhu berpengaruh terhadap laju fotosintesa, proses

fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme, siklus reproduksi dan

mempengaruhi daya larut oksigen yang dibutuhkan oleh hewan untuk proses

respirasi (Effendi 2000).

Suhu dapat mempengaruhi keberadaan zooplankton, suhu yang sesuai dapat

mengatur migrasi, pemijahan, food habit, kecepatan renang, perkembangan larva,

laju metabolisme, dan laju respirasi (Basmi 2000).

Menurut Nontji (1993) suhu air permukaan dipengaruhi oleh kondisi

meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan ialah curah hujan,

penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi

(29)

b. Salinitas

Salinitas merupakan faktor pembatas penyebaran zooplankton di perairan

estuary. Spesies holoplankton dan meroplankton pada tahapan daur hidup tertentu

mempunyai cara yang berbeda-beda dalam beradaptasi terhadap perubahan

salinitas (Kennish 1990). Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.

Perairan Estuari dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain

merupakan pertemuan antara air tawar dan air laut, juga ditentukan oleh proses

pengadukan air (Nontji 1993).

Salinitas rendah di estuaria menyebabkan 90 % ikan ekonomis penting

bertelur dan mengasuh anaknya, hal ini dapat diduga zooplankton memiliki

kelimpahan yang banyak disekitar wilayah tersebut.

c. Kecerahan

Nilai kecerahan yang diungkapkan dalam satuan meter sangat dipengaruhi

oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta

ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi 2000).

Kondisi perairan yang kecerahannya rendah dan kecerahan yang terlalu

tinggi akan menurunkan kelimpahan zooplankton, hal ini disebabkan karena

penurunan kecerahan akan berkurangnya fitoplankton sehingga menyebabkan

makanan untuk zooplankton berkurang, serta sifat dari zooplankton yang

fototaksis negatif (Goldman dan Horme 1984).

2. Parameter Kimia a. pH

Perairan yang baik bagi kehidupan organisme adalah perairan dengan pH

6,5 sampai 9. Keasaman pH mempunyai peranan penting baik pada proses kimia

maupun biologi yang menentukan kualitas perairan alami, pada perairan yang

asam yaitu kurang dari 6, organisme seperti zooplankton tidak akan hidup dengan

baik (Swingle 1968). Kondisi pH yang kurang dari 6 maupun lebih dari 9 dapat

(30)

b. Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Hutagalung (1981) oksogen terlarut di atas 5,0 ppm cukup layak

bagi kehidupan larva planktonik (zooplankton) akan tetapi menurut Pescod (1973)

kelarutan oksigen 2 ppm sudah cukup mendukung kehidupan zooplankton, selama

perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat toksik.

c. BOD5

BOD5 merupakan jumlah 02 yang digunakan mikroorganisme untuk

menguraikan bahan organik yang terdapat di dalam air selama 5 hari pada suhu

200. Menurut Abel (1989) dalam pengukuran BOD5, ada empat hal yang saling

berhubungan yaitu kandungan bahan organic, suhu, mikroorganisme dan

ketersediaan 02.

BOD5 berpengaruh terhadap kondisi zooplankton pada perairan, hal ini

dimungkinkan karena adanya bahan organik yang diuraikan oleh mikroba aerob

yang memerlukan oksigen sebagai makanan alami zooplankton. Kondisi BOD

yang kecil dapat menghambat pertumbuhan zooplankton sedangkan BOD yang

(31)

III. BAHAN DAN METODE

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data dilakukan tiga kali yaitu bulan Oktober 2003, Mei

2004 dan Oktober 2004. Batas wilayah perairan Teluk Jakarta dibatasi oleh

106040’45” - 10701’19” Bujur Timur dan garis 600’40” - 5054’40” Lintang

Selatan. Pengambilan contoh zooplankton dilakukan pada 23 stasiun dengan

menggunakan Kapal Baruna II berukuran 3 GT. Perairan Teluk Jakarta

membentang dari Tanjung Kait di sebelah Barat, Tanjung Karawang di sebelah

Timur, jarak 5 km dari pantai di sebelah Selatan dan jarak 20 km dari pantai di

sebelah Utara (gambar 1).

Stasiun pengambilan contoh dibuat berdasarkan adanya pengaruh

muara/daratan yang masuk ke perairan Teluk Jakarta seperti Muara Kamal, Muara

Cengkareng, Muara Angke, Muara Karang, Muara Ancol, Muara Sunter dan

Muara Marunda. Stasiun-stasiun ini berjarak sekitar 5 sampai 10 Km dari pantai,

selain itu ada stasiun yang jauh dari daratan/muara yang berjarak 15 sampai 20

Km dari pantai.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penentuan stasiun pengambilan contoh adalah

GPS (Global Positioning System). Pengambilan contoh air digunakan botol

Nansen sedangkan zooplankton dikumpulkan dengan zooplankton net yang

berukuran diameter mulut 45 cm, panjang 180 cm dan mata jaring 0,30 mm (300

um). Sebuah flowmeter TSK dilekatkan ditengah mulut jarring. Cara pengambilan

sampel dengan horizontal, sampel plankton yang diperoleh kemudian disimpan

dalam botol dan diawetkan dengan formalin. Sampel kemudian diidentifikasi

jenisnya berdasarkan Yamaji (1977) dan Mori (1955), kelimpahan zooplankton

dalam individu/m3.

Analisa kualitas air dilakukan in situ dan laboratorium, yaitu Laboratorium

Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru Jakarta. Bahan yang digunakan adalah air

contoh, aquades, formalin 4%, MnSO4, H2SO4, Na-thiosulfat, amilum, KMNO4

dan asam oksalat. Sedangkan alat yang digunakan adalah planktonnet, botol

(32)

berskala, Refraktometer, Secchi disk, termometer, pH meter dan buku identifikasi

plankton. (Tabel 1).

Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi dalam air serta alat/metode yang digunakan.

Parameter Unit Alat/Metode Keterangan

Fisika

Zooplankton Ind/m3 Zooplankton net Lab

C. Penentuan Stasiun

Penelitian ini merupakan kegiatan pemantauan Teluk Jakarta yang dilakukan

oleh BAPELDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) DKI

Jakarta bekerjsama dengan BRPL (Balai Riset Perikanan Laut) Jakarta. Posisi

koordinat tiap stasiun pengambilan contoh berdasarkan letak geografisnya. (Tabel

2).

Stasiun-stasiun pengamatan dibagi menjadi empat zona perairan yaitu :

1. Zona A yaitu perairan berjarak 15 – 20 km dari pantai sebanyak 7 stasiun

terdiri dari stasiun A1, A2, A3, A4, A5, A6 dan A7.

2. Zona B yaitu perairan berjarak 10 – 15 km dari pantai sebanyak 7 stasiun

terdiri dari stasiun B1, B2, B3, B4, B5, B6 dan B7.

3. Zona C yaitu perairan berjarak 5 – 10 km dari pantai sebanyak 5 stasiun terdiri

dari C2, C3, C4, C5 dan C6.

4. Zona D yaitu perairan berjarak 5 km dari pantai sebanyak 4 stasiun terdiri dari

(33)
(34)

Tabel 2. Posisi koordinat stasiun penelitian di perairan teluk Jakarta

Posisi Stasiun

Bujur Timur Lintang Selatan A1 106o42’20” 05o59’40”

Pengukuran beberapa parameter fisika – kimia air seperti : suhu, salinitas,

kecerahan, dan pH dilakukan secara in situ dalam satu kali ulangan, sedangkan

BOD dan oksigen terlarut dilakukan dilaboratorium BAPEDALDA DKI

Jakarta. Parameter-parameter tersebut diukur pada permukaan perairan.

2. Zooplankton

Zooplankton dikumpulkan dengan zooplankton net yang berukuran

diameter mulut 45 cm, panjang 180 cm dan mata jarring 0,30 mm (300 um).

Di tengah mulut jaring dipasang flowmeter TSK untuk mengukur volume air

(35)

horizontal. Pengambilan dengan cara horizontal dilakukan sekitar 3 – 5 menit

di dekat permukaan air. Contoh plankton yang diperoleh kemudian disimpan

dalam botol dan diawetkan dengan formalin. Sampel kemudian diidentifikasi

jenisnya berdasarkan Yamaji (1977) dan Mori (1955), kelimpahan

zooplankton dalam individu/m3.

Pengukuran volume air tersaring dihitung dengan rumus :

Vd = R x a x p

Keterangan : Vd : Volume air yang disaring

R : Jumlah rotasi baling-baling flowmeter

a : Luas mulut jaring (m2)

p : Panjang kolam air (m) yang ditempuh untuk satu

rotasi

Dari rumus diatas maka didapat Vd = 3,14 x (0,225 m)2 x 10 m

= 1,5896 liter

E. Analisa Data

1. Kelimpahan Zooplankton

Kelimpahan zooplankton dinyatakan dalam individu/m3. Rumus

perhitungan kelimpahan zooplankton adalah sebagai berikut (Apha, 1979).

Keterangan : N = jumlah individu zooplankton per liter

Vd = volume air yang disaring (l)

Vt = volume air yang tersaring (ml)

Vs = volume air pada Sedgwick – Rafter

Ja = jumlah total kolom pada Sedgwick – Rafter

Jb = jumlah kolom yang diamati

F = jumlah zooplankton 1 = N a J x Vt x x F

(36)

2. Keanekaragaman Zooplankton

Keanekaragaman zooplankton dengan indeks keanekaragaman Shannon –

Wienner (Legendre dan Legendre, 1983) diformulasikan sebagai berikut :

Keterangan : H’ = indeks keanekaragaman Shannon – Wienner

pi = ni

N

ni = jumlah taxa ke i

N = jumlah total individu

Berdasarkan rumus di atas criteria dari indeks keanekaragaman Shannon –

Wienner : H’ < 2,30 = keanekaragaman rendah

2,30 < H’ < 6,08 = keanekaragaman sedang

H’ > 6,08 = keanekaragaman tinggi

Nilai H’ akan maksimum jika semua genera memiliki jumlah individ u

yang sama dan akan memperoleh nilai sebesar : H’ maks = ln S, dimana S

adalah jumlah jenis.

3. Indeks Keseragaman

Untuk mengetahui penyebaran individu tiap genera yang mendominasi

populasi maka digunakan indeks keseragaman (E) yang diformulasikan

sebagai berikut :

Keterangan : E = indeks keseragaman

H’ = indeks keanekaragaman

H’ maks = nilai keanekaragaman maksimum

Kisaran nilai E antara 0 sampai 1, semakin nilai E mendekati 0 maka

keseragaman semakin kecil dan sebaliknya semakin nilai E mendekati 1 maka

keseragaman semakin besar, yaitu bahwa jumlah individu setiap genera dapat

dikatakan sama atau tidak jauh berbeda (Odum,1971). H’ = - ∑ pi ln pi

’ H = E

(37)

Dominasi Jenis

Untuk melihat adanya dominasi oleh jenis tertentu pada populasi

zooplankton digunakan indeks dominasi Sympson (Odum, 1971) yang

dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan : C = indeks dominasi

ni = jumlah individu

N = jumlah total individu

Nilai C berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai C mendekati 0 berarti hampir

tidak ada individu yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti

ada salah satu genera yang mendominasi (Odum,1971).

5. Indeks Similaritas antar Stasiun berdasarkan kelimpahan Zooplankton

Analisis pengelompokan stasiun dapat dilakukan berdasarkan parameter

biologi dan parameter fisika kimia. Pengelompokan stasiun berdasarkan

parameter biologi (kelimpahan jenis zooplankton) dapat dilakukan dengan

cara menentukan kesamaan antar stasiun pengamatan dengan menggunakan

indeks Bray-Curtis yang diperoleh melalui rumus :

(38)

6. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk melihat hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan kondisi

fisika kimia yang diamati dipergunakan pendekatan analisis regresi linear

berganda sehingga diketahui apakah kondisi parameter fisika kimia yang

menyebabkan kelimpahan jenis zooplankton. Adapun persamaan analisis

regresi linear dengan persamaan umum sebagai berikut :

Keterangan : Y = peubah terikat (kelimpahan jenis zooplankton)

Bo = konstanta

Xi = peubah bebas ke i (kondisi fisika kimia yang diukur)

Untuk melihat keeratan hubungan dengan nilai koefisien determinasi (r2)

berkisar antara 0-1. Hubungan antara peubah bebas & peubah terikat

dikatakan kuat jika nilai koefiseien determinasi semakin mendekati 1 dan

keeratan berkurang jika r2 mendekati 0.

Hipotesa yang digunakan adalah :

1. Ho = tidak ada pengaruh nyata antara parameter fisika-kimia yang diukur

dengan kelimpahan zooplankton

2. H1 = ada pengaruh nyata antara parameter fisika-kimia yang diukur dengan

kelimpahan zooplankton

Apabila hasilnya : Fhitung > Ftabel = tolak Ho

Fhitung < Ftabel = terima Ho

(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Zooplankton

Dari hasil pengamatan pada bulan Oktober 2003, Mei 2004 dan Oktober

2004 pada 23 stasiun pengamatan didapat 52 jenis Zooplankton yang termasuk

dalam Filum Protozoa, Coelenterata, Ctenophora, Annelida, Chaetognata,

Arthoropoda, Protochordata, Mollusca, Echinodermata dan beberapa stadia

Larvae.(Lampiran 1,2 dan 3).

Filum Arthropoda paling banyak ditemukan diperairan Teluk Jakarta

diikuti Filum Protozoa, Protochordata dan Echinodermata. Filum Arthropoda

yang ditemukan dari kelas Crustacea yang terdiri dari sub kelas Branchiopoda

dengan ordo Cladocera, sub kelas Copepoda dengan ordo Calanoida,Cyclopoda

dan Harpacticoida, sub kelas Malacostraca dengan ordo Decapoda,

Mesogastropoda dan Heteropoda.

Jenis Zooplankton yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Acartia sp.,

Calanus sp. dari sub kelas Copepoda dengan ordo Calanoida. Jenis Evadne sp.

dan Nauplius sp. juga hampir ditemukan disetiap stasiun pengamatan .

B. Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton 1. Komposisi Zooplankton

Komposisi zooplankton di perairan Teluk Jakarta pada bulan

pengamatan yaitu Oktober 2003, Mei 2004 dan Oktober 2004 di 23 stasiun

dapat ditemukan 12 Kelas yaitu Crustacea, Cilliata, Mollusca, Urochordata,

Polychaeta, Sarcodina, Echinodermata, Hydrozoa, Sagittoidea, Larvae,

Actyropyga dan Tentaculata (Tabel 3).

Pada Gambar 2, 3, 4 dan 5 terlihat bahwa komposisi jenis zooplankton

pada semua stasiun pengamatan didominasi Kelas Crustacea dengan rata-rata

persentase jenis 44 %, sedangkan Kelas Tentaculata memiliki komposisi jenis

terendah dengan rata-rata persentase jenis 1 %.

Komposisi jenis Kelas Crustacea terbesar terdapat pada Zona C dengan

persentase 50 % sedangkan Kelas Tentaculata hanya ditemukan pada Zona C

(40)

oleh jenis Acartia sp. yaitu dengan kelimpahan 51.097 ind/m3 dan Nauplius

sp. dengan kelimpahan 20.314 ind/m3 kedua jenis tersebut sering ditemukan

pada Zona C.

Gambar 2 Komposisi jenis Zooplankton pada Zona A

Zona B

Gambar 3 Komposisi jenis Zooplankton pada Zona B

(41)

Gambar 4 Komposisi jenis Zooplankton pada Zona C

Zona D

Gambar 5 Komposisi jenis Zooplankton pada Zona D

Pada Gambar 2, 3, 4 dan 5 terlihat bahwa komposisi jenis Crustacea

lebih besar dibandingkan dengan kelas yang lain, hal ini menunjukan bahwa

kelas Crustacea memiliki adaptasi yang lebih baik dengan perairan tersebut.

Sesuai dengan Wickstead (1965) yang menyatakan bahwa Zooplankton dapat

(42)

Tabel 3 Jenis-jenis Zooplankton yang ditemukan di Perairan Teluk Jakarta pada bulan Oktober 2003, Mei 2004 dan Oktober 2004

Filum Kelas Zona A Zona B Zona C Zona D

Antropoda Crustacea Acarti Acarti Acarti Acarti

Branchionus Balanus Balanus Balanus

Chaetognatha Sagittoidea Sagitta Sagitta Sagitta Sagitta

Annalida Polychaeta Tomopteris Polychora Tomopteris Trochophora

Tomopteris Trochophora

Trochophora

Protochordata Urochordata Oikopleura Lucifer Lucifer Lucifer

Scolionema Oikopleura Pegea Oikopleura

Scolionema Oikopleura Salpa

Protozoa Sarcodina Globigerina Challengeria Challengeria Globigerina

Globigerina Globigerina Globorotalia

Sticholonche

Cilliata Clamydodon Clamydodon Epiplocylis Favella

Epiplocylis Epiplocylis Favella

Favella Favella

Tintinopsis Hastigerina

Leucosolenia

Tintinopsis

Actyropyga Actinothroca Actinothroca Actinothroca

Coelenterata Hydrozoa Solmaris Solmaris Solmaris Solmaris

Ctenophora Tentaculata Notholcha

Echinodermata Echinodermata Ophiopluteus Bipinnaria Bipinnaria

Deliolaria

Ophiopluteus

Mollusca Mollusca Atlanta Atlanta Evadne Evadne

Evadne Evadne Squilla Cerianthus

Squilla Cerianthus

Squilla

Larvae Trocophora Veliger Veliger

(43)

2. Kelimpahan Zooplankton

Dari pengambilan contoh zooplankton pada keempat Zona yaitu Zona

A, Zona B, Zona C dan Zona D maka kelimpahan tertinggi ditemukan pada

stasiun C5 (ZonaC) dengan nilai 94.884 ind/m3 dan kelimpahan terendah pada

stasiun A3 dan A4 (Zona A) dengan nilai 3.346 ind/m3, hal ini dimungkinkan

karena pada stasiun C5 ditemukan jenisAcartia sp. yang banyak sekitar 28.618

ind/m3. Pada stasiun A3 dimana kelimpahan zooplankton terendah karena pada

stasiun ini hanya ditemukan Acartia sp. dengan nilai kelimpahan 2.034 ind/m3

(Lampiran 1, 2, 3 dan Gambar 6 ).

Gambar 6 Histogram kelimpahan total zooplankton pada seluruh

pengamatan

Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai kelimpahan pada seluruh stasiun

sangat bervariasi, stasiun yang jauh dari pantai yaitu pada Zona A nilai

kelimpahan zooplankton rendah dibandingkan stasiun yang dekat dengan

pantai seperti stasiun pada Zona D, Zona C dan Zona B. Apabila nilai

kelimpahan total di rata-ratakan maka Zona D memiliki nilai rata-rata yang

tertinggi yaitu sebesar 63.833 ind/m3 dan Zona A memiliki nilai rata-rata

terendah yaitu 8.810 ind/m3 . Hal ini disebabkan karena pada Zona D jenis 0

10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000

(44)

Nauplius sp., Oithona sp. dan Oikopleura sp. yang cukup banyak sedangkan

pada Zona A jenis-jenis tersebut sangat jarang ditemukan.

Hampir pada setiap Zona nilai kelimpahan dari Kelas Crustacea

sangat dominan dibandingkan dengan yang lain yaitu berkisar antara 55 % -

73 %, menurut Nybakken (1982) bahwa zooplankton yang paling umum

ditemukan dilaut adalah Copepoda dari Kelas Crustacea.

0

Crus tacea S arcodina Larvae Hydrozoa Actynopyga Echinodermata

Urochordat

S agittoide P olychaet Mollus ca Cilliat

T entaculat

Gambar 7 Histogram kelimpahan total zooplankton pada Zona A

0

Crus tacea S arcodina Larvae Hydrozoa Actynopyga Echinodermata Urochordata

S agittoidea

Polychaeta Mollus ca

Cilliata

T entaculata

(45)

0

Crus tacea S arcodina Larvae Hydrozoa Actynopyga E chinodermata Urochordat

Gambar 9 Histogram kelimpahan total zooplankton pada Zona C

0 50000 100000 150000 200000

Crus tacea Ciliata Hydrozoa T entaculata Urochordata

S agittoide P olychaet Mollus ca

Cilliat T entaculat

Gambar 10 Histogram kelimpahan total zooplankton pada Zona D

0

Gambar 11 Histogram kelimpahan total rata-rata zooplankton pada seluruh pengamatan

Pada gambar 7, 8, 9 dan 10 bahwa nilai kelimpahan Crustacea

terendah pada Zona B dikarenakan pada Zona B nilai kelimpahan Kelas lain

(46)

dan Oikopleura yang hampir ditemukan pada seluruh stasiun Zona B sebesar

14.750 ind/m3.

Sedangkan pada Gambar 11 terlihat bahwa kelimpahan total rata-rata

zooplankton semakin menjauh kepantai semakin meningkat. Diduga

dikarenakan nilai kecerahan semakin mendekati pantai semakin rendah,

dengan rendahnya kecerahan akan meningkatkan fitoplankton sebagai sumber

makanan zooplankton, dengan sumber makanan yang meningkat akan

meningkatkan kelimpahan dari zooplankton. Kesuburan pada daerah yang

dekat dengan pantai juga disebabkan karena adanya pengaruh dari daratan

yang membawa zat hara.

C. Analisis Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi Jenis (C) Zooplankton

Keanakaragaman jenis dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran dari suatu

komposisi jenis dalam suatu ekosistem, yang dinyatakan dengan jumlah dan

kelimpahan relatif dari jenis tersebut (Legendre and Legendre 1983). Untuk

mengetahui keanekaragaman jenis tersebut, maka digunakan indeks

keanekaragaman (H’), sedangkan untuk mengetahui penyebaran individu tiap

jenis zooplankton dan juga untuk mengetahui apakah ada jenis yang

mendominasi, maka digunakanin indeks keseragaman (E) dan Dominansi (D)

Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (C) pada seluruh bulan pengamatan di 23 stasiun disajikan pada

Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 12 Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan

(47)

Nilai indeks keanekaragaman selama pengamatan berkisar antara 1,341

sampai 1,581 atau rata-rata sebesar 1,457, dimana nilai tertinggi pada Zona C

sebesar 1,581 dan yang terendah pada Zona A sebesar 1,341. Dengan demikian

perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman zooplankton yang rendah.

Untuk nilai indeks keseragaman selama pengamatan memiliki nilai

rata-rata sebesar 0,478 atau berkisar antara 0,438 sampai 0,518, dimana nilai tertinggi

pada Zona C sebesar 0,518 dan yang terendah pada Zona A sebesar 0,438.

Sedangkan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,267 sampai 0,342, dimana

nilai tertinggi pada Zona A sebesar 0,342 dan yang terendah pada Zona C sebesar

0,267. Disini terlihat untuk nilai indeks keseragaman berbanding terbalik dengan

nilai indeks dominansi yaitu pada zona yang memiliki nilai indeks keseragaman

yang tinggi maka nilai indeks dominansinya memiliki nilai yang rendah. Pada

perairan Teluk Jakarta memiliki nilai keseragaman yang sedang dan nilai

dominansi yang kecil.

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi secara

umum bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman zooplankton yang

rendah (< 2,30), keseragaman yang terjadi relatif sedang dalam arti bahwa jumlah

individu setiap jenis tidak jauh berbeda atau dengan kata lain tidak ada individu

yang mendominasi. Perairan Teluk Jakarta juga dapat dikatagorikan perairan yang

labil, dimana bila terjadi perubahan lingkungan perairan maka beberapa dari

spesies yang kena dampak perubahan lingkungan perairan tersebut.

(48)

Tabel 4 Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C), di Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2003

Stasiun H' E C

A1 1.50 0.55 0.28

A2 1.30 0.48 0.37

A3 1.06 0.39 0.36

A4 1.39 0.51 0.30

A5 1.60 0.59 0.24

A6 1.49 0.55 0.24

A7 1.35 0.50 0.37

B1 1.67 0.62 0.25

B2 1.30 0.48 0.35

B3 1.58 0.58 0.23

B4 1.86 0.69 0.18

B5 1.14 0.42 0.43

B6 1.80 0.67 0.24

B7 1.78 0.66 0.20

C2 1.57 0.58 0.26

C3 1.60 0.59 0.22

C4 1.32 0.49 0.28

C5 1.65 0.61 0.21

C6 1.40 0.52 0.29

D3 1.50 0.55 0.31

D4 0.94 0.35 0.42

D5 1.67 0.62 0.21

D6 1.50 0.55 0.24

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi pada

Oktober 2003 bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman

zooplankton yang rendah karena nilai keanekaragaman berkisar 0,94 – 1,88;

keseragaman yang terjadi relatif sedang berkisar antara 0,35 – 0,69 dalam arti

bahwa jumlah individu setiap jenis tidak jauh berbeda atau dengan kata lain tidak

ada individu yang mendominasi karena nilai indeks dominasi rendah antara 0,18 -

0,37.

(49)

Tabel 5 Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E ), dan Dominansi (C), di Perairan Teluk Jakarta, Mei 2004.

Stasiun H' E C

A1 1.62 0.43 0.33

A2 1.54 0.41 0.30

A3 1.30 0.35 0.36

A4 0.71 0.19 0.68

A5 1.57 0.42 0.33

A6 1.36 0.36 0.37

A7 1.57 0.42 0.24

B1 1.60 0.43 0.26

B2 1.52 0.41 0.35

B3 1.94 0.52 0.21

B4 0.39 0.10 0.82

B5 0.96 0.26 0.46

B6 0.85 0.23 0.66

B7 1.54 0.41 0.30

C2 1.87 0.50 0.29

C3 1.15 0.31 0.38

C4 1.50 0.40 0.27

C5 1.45 0.39 0.28

C6 2.02 0.54 0.15

D3 1.89 0.51 0.19

D4 1.19 0.32 0.38

D5 1.42 0.38 0.35

D6 1.66 0.44 0.24

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi pada Mei

2004 bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman zooplankton yang

rendah karena nilai keanekaragaman berkisar 0,23– 2,02; keseragaman yang

terjadi relatif rendah berkisar antara 0,35 – 0,54 dalam arti bahwa jumlah individu

setiap jenis cukup jauh berbeda sedangkan nilai indeks dominasi antara 0,15 -

0,82 tergolong rendah sampai sedang yang berarti tidak ada individu tertentu

yang mendominasi perairan Teluk Jakarta.

(50)

Tabel 6 Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) , dan Dominansi (C), di Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2004.

Stasiun H' E C

A1 1.92 0.66 0.17

A2 1.52 0.53 0.29

A3 1.32 0.46 0.28

A4 0.64 0.22 0.56

A5 1.01 0.35 0.39

A6 1.24 0.43 0.32

A7 1.16 0.40 0.40

B1 1.91 0.66 0.21

B2 1.54 0.53 0.28

B3 1.69 0.59 0.27

B4 1.03 0.36 0.46

B5 1.28 0.44 0.31

B6 1.66 0.57 0.25

B7 1.79 0.62 0.22

C2 1.33 0.46 0.34

C3 1.88 0.65 0.24

C4 1.69 0.59 0.23

C5 1.70 0.59 0.26

C6 1.59 0.55 0.30

D3 1.34 0.46 0.27

D4 1.12 0.39 0.46

D5 1.45 0.50 0.35

D6 1.58 0.55 0.25

Dari nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi pada

Oktober 2004 bahwa perairan Teluk Jakarta memiliki keanekaragaman

zooplankton yang rendah karena nilai keanekaragaman berkisar 0,64 - 1,92;

keseragaman yang terjadi relatif sedang berkisar antara 0,22 – 0,66 dalam arti

bahwa jumlah individu setiap jenis tidak jauh berbeda sedangkan nilai indeks

dominasi antara 0,17 - 0,46 tergolong rendah yang berarti tidak ada individu

(51)

D. Kesamaan Antar Stasiun Pengamatan Berdasarkan Kelimpahan Zooplankton

Berdasarkan kelimpahan zooplankton dapat juga dilihat pengelompokan

stasiun pengamatan menggunakan indeks Bray-Curtis Similarity. Hasil

pengelompokan dalam bentuk dendrogram dapat dilihat pada Gambar 13, 14, dan

15 serta Lampiran 4, 5 dan 6. Pada Gambar 13 terlihat berdasarkan kelimpahan

zooplankton pada bulan Oktober 2003 pada taraf kesamaan lebih 65 %

stasiun-stasiun pengamatan di perairan Teluk Jakarta dapat dikelompokkan menjadi lima

kelompok, yaitu kelompok pertama terdiri dari stasiun A1, A2, A3, A4, A5, A6,

A7, B1, B2, B3, B4, B6, B7, C2, C3, C4 dan C6 dengan kelimpahan total jenis

zooplankton sekitar 837 ind/m3 – 19.599 ind/m3; kelompok kedua terdiri dari

stasiun B5, D4, dan D6 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 13.614

ind/m3 – 33.000 ind/m3; kelompok ketiga stasiun C5 dengan kelimpahan total

jenis zooplankton sekitar 83.269 ind/m3; kelompok keempat stasiun D3 dengan

kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 73.961 ind/m3 dan kelompok kelima

stasiun D5 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 75.550 ind/m3.

Stasiun C5 membentuk satu kelompok, diduga karena pada stasiun C5

ditemukan kelimpahan jenis Epiplocylis sp 19.920 ind/m3, Favella sp 15.936

ind/m3, Acartia sp 23.504 ind/m3 dan Zoea sp 3.984 ind/m3 paling banyak

dibandingkan stasiun yang lain. Sedangkan stasiun D3 membentuk satu

kelompok, diduga karena pada stasiun D3 ditemukan kelimpahan jenis Nauplius

sp 36.982 ind/m3, Sagitta sp 1.681 ind/m3 dan Lucifer sp 3.362 ind/m3 paling

banyak dibandingkan stasiun yang lain. Begitu pula untuk stasiun D5 membentuk

satu kelompok, diduga karena pada stasiun D5 ditemukan kelimpahan jenis

Oikopleura sp 16.788 ind/m3 dan Oithona sp 6.999 ind/m3 paling banyak

dibandingkan stasiun yang lain.

Pada bulan Mei 2004 Gambar 14 pada taraf kesamaan lebih dari 65 %

dapat dikelompokkan menjadi sebelas kelompok, yaitu kelompok pertama stasiun

A3 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 1.469 ind/m3; kelompok

kedua stasiun A1 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 8.862 ind/m3;

kelompok ketiga stasiun A2, A4, A5, A6, A7, B5, B6, B7, C3, C4, C5, C6 dan D4

(52)

kelompok keempat D5 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 10.048

ind/m3; kelompok kelima stasiun B4 dengan kelimpahan total jenis zooplankton

sekitar 44.225 ind/m3; kelompok keenam stasiun B3 dengan kelimpahan total

jenis zooplankton sekitar 7.718 ind/m3; kelompok ketujuh stasiun D6 dengan

kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 9.607 ind/m3; kelompok kedelapan

stasiun D3 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 8.350 ind/m3;

kelompok kesembilan stasiun B1 dengan kelimpahan total jenis zooplankton

sekitar 20.540 ind/m3; kelompok kesepuluh stasiun B2 dengan kelimpahan total

jenis zooplankton sekitar 16.706 ind/m3 dan kelompok kesebelas stasiun C2

dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 12.371 ind/m3.

Pada stasiun A1, A3, B3 dan D3 membentuk satu kelompok walaupun

jumlah kelimpahan jenisnya berada pada kisaran kelompok ketiga, hal ini diduga

karena pada stasiun A3 ditemukan Brachionus sp sekitar 50 ind/m3 dan Creseis sp

sekitar 148 ind/m3 yang tidak ditemukan pada kelompok ketiga. Stasiun A1

ditemukan Evadne sp sekitar 897 ind/m3, Oithona sp sekitar 549 ind/m3 yang

paling banyak ditemukan dibandingkan dengan kelompok yang lain sedangkan

Centropages sp sekitar 138 ind/m3 yang tidak ditemukan pada kelompok ketiga

dan Ophiopluteus sp sekitar 122 ind/m3 paling banyak dibandingkan dengan

kelompok ketiga.

Sedangkan stasiun B3 ditemukan Cypris sp sekitar 1.948 ind/m3 dan

Sticholonche sp sekitar 163 ind/m3 yang paling banyak ditemukan dibandingkan

dengan kelompok yang lain sedangkan Actinothroca sp sekitar 163 ind/m3 yang

tidak ditemukan pada kelompok ketiga. Pada stasiun D3 begitu pula ditemukan

Corolla sp sekitar 1.277 ind/m3 dan Sapphirina sp sekitar 640 ind/m3 yang paling

banyak ditemukan dibandingkan dengan kelompok yang lain. Ditemukan

Globorotalia sp sekitar 183 ind/m3 pada stasiun D3 sedangkan stasiun lain tidak

ditemukan dan Solmaris sp sekitar 640 ind/m3 paling banyak dibandingkan

dengan kelompok ketiga.

Pada bulan Oktober 2004 Gambar 15 pada taraf kesamaan lebih besar dari

65 % dapat dikelompokkan menjadi empat belas kelompok, yaitu kelompok

pertama terdiri dari stasiun A1, A2, A3, A4, A5, A6, B4, B6, D3 dan D4 dengan

(53)

kedua stasiun C2 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 5.032 ind/m3;

kelompok ketiga stasiun A7 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar

7.257 ind/m3; kelompok keempat stasiun B5 dengan kelimpahan total jenis

zooplankton sekitar 1.085 ind/m3; kelompok kelima stasiun C5 dengan

kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 10.116 ind/m3; kelompok keenam

stasiun C6 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 12.615 ind/m3;

kelompok ketujuh stasiun D6 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar

3.208 ind/m3; kelompok kedelapan stasiun B3 dengan kelimpahan total jenis

zooplankton sekitar 5.256 ind/m3; kelompok kesembilan stasiun B7 dengan

kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 10.124ind/m3; kelompok kesepuluh

stasiun D5 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 7.988 ind/m3;

kelompok kesebelas stasiun C3 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar

9.152 ind/m3; kelompok kedua belas stasiun B1 dengan kelimpahan total jenis

zooplankton sekitar 10.998 ind/m3; kelompok ketiga belas stasiun B2 dengan

kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 5.256 ind/m3 dan kelompok keempat

belas stasiun C4 dengan kelimpahan total jenis zooplankton sekitar 19.515 ind/m3.

Pada stasiun B5 dan D6 walaupun jumlah kelimpahan jenis berada dalam

kisaran kelompok pertama tetapi stasiun B5 dan D6 mengelompok tersendiri

membentuk satu kelompok, hal ini diduga karena pada stasiun B5 ditemukan

Polychora sp sekitar 155 ind/m3 yang tidak ditemukan pada kelompok pertama.

Sedangkan pada stasiun D6 ditemukan Nauplius sp sekitar 1.314 ind/m3 paling

banyak dibandingkan dengan kelompok pertama dan pada stasiun D6 juga

ditemukan Balanus sp sekitar 436 ind/m3 paling banyak dibandingkan kelompok

(54)

D5 D3 C5 D6 D4 B5 C2 B2 B1 C3 B7 B6 B4 B3 A7 C6 A4 A6 C4 A5 A3 A2 A1

0,00

33,33

66,67

100,00

Similarity

Stasiun

Gambar 13 Dendrogram indeks Bray-Curtis Similarity berdasarkan kelimpahan zooplankton, Oktober 20

(55)

C2 B2 B1 D3 D6 B3 B4 D5 B7 D4 C4 A5 B5 C6 B6 C3 A6 A7 C5 A4 A2 A1 A3

10,69

40,46

70,23

100,00

Similarity

Stasiun

Gambar 14 Dendrogram ineks Bray-Curtis Similarity berdasarkan kelimpahan zooplankton, Mei 2004

(56)

C4 B2 B1 C3 D5 B7 B3 D6 C6 C5 B5 A7 C2 D3 A6 A5 B4 A4 A3 A2 D4 B6 A1

15,69

43,79

71,90

100,00

Similarity

Stasiun

65 %

(57)

E. Kondisi Faktor Fisika dan Kimia

Pada Gambar 16 selama pengamatan pada seluruh stasiun, kisaran nilai

rata-rata kecerahan sebesar 3,4 m – 5,8 m; nilai kecerahan terendah pada Zona D

dengan rata-rata sebesar 3,4 m dan tertinggi pada Zona A dengan rata-rata sebesar

5,8 m Hal ini diduga yang meyebabkan kelimpahan zooplankton tertinggi pada

Zona D, dengan kecerahan yang rendah kandungan zat hara banyak sehingga

kelimpahan fitoplankton akan meningkat, dengan peningkatan kelimpahan

fitoplankton dan zat hara maka akan meningkatkan kelimpahan zooplankton.

Kisaran nilai rata-rata suhu sebesar 30,44 0C – 30,79 0C, nilai rata-rata

terendah pada Zona B sebesar 30,44 0C dan tertinggi pada Zona D sebesar 30,79

0

C. Kisaran nilai rata-rata salinitas sebesar 30,83 0/00 – 31,36 0/00, nilai terendah

pada Zona D sebesar 30,83 0/00 dan tertinggi pada Zona A sebesar 31,36 0/00.

Kisaran nilai rata-rata pH sebesar 7,84 – 8,00, nilai rata-rata terendah pada Zona

D sebesar 7,84 dan tertinggi pada Zona A sebesar 8,00 .

S uhu

S alinita S alinit S alinita S alinitas

Gambar 16 Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Pada Setiap Zona

Kisaran nilai rata-rata DO sebesar 4,90 mg/l – 5,55 mg/l, nilai rata-rata

terendah pada Zona D sebesar 4,90 mg/l dan tertinggi pada Zona C sebesar

(58)

rata-rata terendah pada Zona A sebesar 9,34 mg/l dan tertinggi pada Zona C sebesar

14,41 mg/l.

1. Kecerahan

Kecerahan pada bulan Oktober 2003 berkisar antara 1,80 – 9,60 m atau

denganrata-rata 5,23 m. Kecerahan tertinggi pada stasiun pengamatan A4

sebesar 9,60 m. Stasiun A4 terletak + 15 – 20 km dari Tanjuk Priok,

sedangkan kecerahan terendah pada stasiun B1 yang terletak + 5 km dari

Muara Kamal. Kecerahan pada bulan Mei 2004 berkisar antara 2,00 – 6,20 m

atau dengan rata-rata 3,77 m. Kecerahan tertinggi pada stasiun pengamatan A1

sebesar 9,40, yang terletak + 5 km dari Tanjung Kait. Kecerahan terendah

pada stasiun B1 yang terletak + 5 km dari Muara Kamal. Untuk pengamatan

bulan Oktober 2004 kisaran kecerahan antara 2,00 – 12,00 atau dengan

rata-rata 4,81 m. Kecerahan tertinggi pada stasiun A5 sebesar 12,00 m, yang

terletak +15 – 20 km dari Muara Sunter. Kecerahan terendah pada stasiun C6

sebesar 2,00 m, yang terletak + 5 –10 km dari Muara Merunda (Lampiran 7).

Kelimpahan zooplankton tertinggi pada Zona D dan C yang memiliki

nilai kecerahan yang rendah. Wardoyo (1975), menyatakan bahwa

kemampuan daya tembus sinar matahari ke dalam perairan sangat ditentukan

oleh kandungan bahan organik dan anorganik tersuspensi di dalam perairan,

warna perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus.

2. Suhu Air

Kisaran suhu pada bulan Oktober 2003 sebesar 29,79 0C – 31,00 0C di

stasiun-stasiun pengamatan. Suhu terendah dimiliki pada stasiun A1 sebesar

29,79 0C yang terletak + 5 km dari Tanjung Kait. Suhu tertinggi dimiliki pada

stasiun C4 sebesar 31,00 0C, yang terletak + 5-10 km dari Tanjung Priok. Pada

bulan Mei 2004, kisaran suhu pada stasiun pengamatan sebesar 30,12 – 31,90

0

C. Suhu terendah terdapat pada stasiun B5 sebesar 30,12 0C, yang terletak

dari +10-15 km dari Muara Sunter. Suhu tertinggi terdapat pada stasiun A3

sebesar 31,90 0C, yang terletak + 15-20 km dari Muara Ancol. Sedangkan

Gambar

Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi
Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi
Tabel 1. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi dalam air serta alat/metode yang digunakan
Gambar 1. Peta Lokasi dan Letak Stasiun Penelitian (Sumber Balai Riset PerikananLaut, Muara Baru-Jakarta).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penyebab campur kode pada wacana iklan di harian Suara Merdeka edisi September-Oktober 2014 yakni disebabkan oleh sikap penulis, topik yang digunakan

Pemakai dapat membaca penjelasan fungsi setiap tombol (yang disimbolkan dengan ikon) dengan meletakkan kursor pada tombol. Penjelasan fungsi sebagian tombol self-explanatory

o Sensor processing nodes shall process data from a single Imagery collection node o Imagery archive nodes may contain data from one or several Imagery collection nodes o

Hasil penelitian ini sesuai dengan model teoritis Update D&amp;M IS Success Model yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang salah satunya berisi pelayanan dalam hal

Untuk mengetahui hubungan secara simultan variabel motivasi (X1) dan komitmen organisasional (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat ditunjukkan dengan melihat

Jumlah anak- an produktif, jumlah gabah isi, fertilitas, bobot ga- bah total, dan bobot 100 butir digunakan sebagai peubah dalam mengidentifikasi galur-galur yang memiliki

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dosis KCl dan macam pupuk kandang tidak memberikan pengaruh interaksi yang nyata terhadap pertumbuhan yaitu

Pelestarian merupakan sebuah upaya dalam mempertahankan sebuah kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelestarian