1
Hubungan Kelimpahan Zooplankton Dengan Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
Sahirn Amira, Chandra Joei Koenawan, Yales Veva Jaya Syahrinamira14@gmail.com
Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian mengenai Hubungan Kelimpahan Zooplankton Dengan Parameter Fisika dan Kimia telah dilakukan di Perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan zooplankton serta menunjukkan hubungannya dengan kualitas air di perairan Teluk Riau. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling sebanyak 30 titik. Hasil penelitian komposisi jenis yang diperoleh sebanyak 33 genus zooplankton yang terdiri dari 27 ordo/family dan 11 kelas. Genus yang banyak dijumpai adalah Acartia sebanyak 12. Kelimpahan zooplankton tertinggi pada genus Acartia 0,24 ind/ ml, total kelimpahan zooplankton 1,5 ind/ml. Nilai indeks keanekaragaman 3,10, indeks keseragaman 0,88 dan indeks dominasi 0,06. Untuk menggambarkan hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan kualitas air dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan uji analisis regresi linier berganda dua parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton yaitu arus dan oksigen terlarut. Sedangkan untuk parameter suhu, derajat keasaman
2
dan salinitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton.
Kata kunci: kelimpahan, teluk riau, parameter lingkungan, zooplankton.
PENDAHULUAN
Perairan Teluk Riau terletak di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dimana perairan ini merupakan wilayah pesisir yang diduga banyak mendapat pengaruh negatif akibat adanya berbagai aktivitas seperti aktivitas jalur transportasi laut, pemukiman, pelabuhan serta aktivitas manusia lainnya. Aktivitas tersebut akan membeikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas perairan seperti faktor fisika dan kimia. Keadaan yang demikian dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi zooplankton yang hidup di perairan Teluk Riau tersebut.
Fungsi perairan dapat berubah akibat adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif plankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa kematian masal organisme perairan akibat persaingan penggunaan oksigen terlarut seperti terjadi di berbagai perairan di dunia dan di beberapa perairan Indonesia, (Thoha 2004).
Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peranan yang sangat penting dalam menopong rantai makanan di laut. Walaupun daya geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan oleh keadaan makanannya, zooplankton berperan pada tingkat kedua yang menghubungkan produsen utama (fitoplankton)
3
dengan konsumen dalam tingkat makanan yang lebih tinggi. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan dan ekosistem perairan, (Handayani dan Patria 2005).
Pentingnya kehadiran zooplankton dalam ekosistem perairan, menyebabkan organisme ini dapat digunakan sebagai indikator terhadap tingkat produktivitas perikanan suatu perairan.
Menurut Fachrul (2007), menyatakan bahwa salah satu indikator pencemaran perairan yaitu besar kecilnya nilai kelimpahan zooplankton.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang, serta mempelajari hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan beberapa parameter fisika dan kimia perairan
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2017 dengan melakukan pengamatan dan pengukuran diperairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Marine Biology Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Lokasi penelitian dan titik sampling dapat dilihat pada Gambar berikut.
4
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel zooplankton antara lain: Planktonet 20 µm, Botol sampel 250 ml dan Lugol 4 % sebagai pengawet. Identifikasi sampel plankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan glass object. Pengukuran suhu, oksigen terlarut diukur dengan menggunakan alat Water quality checker, salinitas diukur dengan menggunakan alat Handefraktometer, arus diukur dengan menggunakan alat Current meter dan pH diukur dengan menggunakan kertas pH Indikator Universal.
Metode Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi atau pengamatan
5
langsung kelapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada serta dari berbagai instansi terkait.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purvosive sampling yaitu, penentuan titik sampling di tentukan berdasarkan kondisi wilayah yang dianggap dapat mewakili keseluruhan. Penentuan titik sampling sebanyak 30 titik, setiap penentuan titik sampling ditandai titik koordinatnya dengan menggunakan GPS.
Tujuan tersebut dilakukan pada daerah yang dianggap sesuai sebagai lokasi pengambilan sampel. Pengamatan akan diambil hanya 1 waktu dalam sehari, yaitu pada saat malam hari. Pengambilan sampel zooplankton pada malam hari karena pada saat malam hari zooplankton naik ke atas menuju permukaan laut sedangkan pada siang hari zooplankton turun ke dasar laut. Zooplankton memiliki sifat fototaksis negatif, tidak menyenangi sinar dan cenderung menjauhi cahaya.
Sampel zooplankton yang telah diawetkan di analisis di laboratorium Marine Biology Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Pengamatan sampel zooplankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop Binokuler Nikon Eclipse E-100 yang dilengkapi dengan kamera Microtix Maticcom 3 dengan resolusi 3.0 MP di bantu dengan software yang di hubungkan ke laptop sehingga mempermudah dan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam melakukan pengamatan identifikasi zooplankton dilaboratoriun. Zooplankton akan diamati di bawah mikroskop, kemudian sampel zooplankton diteteskan ke atas gelas objek (object glass) sebanyak 0,5 ml kemudian ditutup dengan gelas penutup (cover slip) yang tipis.
6
Zooplankton yang sudah tercacah diidentifikasi dengan melihat bentuk tubuh, bentuk sel, warna, dan dicocokkan dengan buku identifikasi The Marine and Fresh Water Plankton Michigan State University serta situs www.marinespecies.org (World Register of Marine Species).
Pengolahan Data
Kelimpahan Zooplankton
Kelimpahan zooplankton dapat dihitung secara kuantitatif dalam jumlah ind/ml, berdasarkan rumus, (Fachrul 2007).
N = 𝑛 𝑥 𝑉𝑟 𝑉𝑜𝑥
1 𝑉𝑠 Dimana:
N = Jumlah sel / ml (individu/ ml) N = Jumlah sel yang diamati (ind) Vr = Volume air yang tersaring (ml) Vo = Volume air yang diamati (0,5 ml) Vs = Volume air yang disaring (liter)
Indeks Keanekaragaman
Indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman zooplankton digunakan persamaan indeks Shannon-Wiener berdasarkan rumus,(Fachrul 2007).
𝐻′= Pi In Pi
s
𝑡=1
Dimana:
H' = merupakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (nits/individu)
7 Pi = Merupakan ni/ N
ni = merupakan jumlah individu jenis ke-i N = merupakan jumlah total individu
Indeks Keseragaman (E)
Indeks keseragaman digunakan untuk menunjukkan pola sebaran zooplankton dalam suatu komunitas berdasarkan rumus, (Fachrul 2007).
E = 𝐻′ 𝐻𝑚𝑎𝑥 Dimana:
E = merupakan indeks keseragaman
H' = merupakan indeks keanekaragaman Shannom-Wiener Hmaks / LnS = merupakan LnS (indeks keanikaragaman maksimum) S = Jumlah genus/spesies yang ditemukan
Indeks Dominasi
Indeks dominansi digunakan untuk melihat adanya dominansi oleh jenis tertentu pada populasi zooplankton dengan menggunakan Indeks Dominansi Simpson berdasarkan rumus, (Fachrul 2007).
𝐷 = s niN
𝑖=1 2
Dimana:
C = merupakan indeks dominansi Simpson Ni = merupakan jumlah individu ke-i N = merupakan jumlah total individu S = merupakan jumlah jenis
8 Analisis Hubungan
Untuk melihat korelasi atau hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan parameter kualitas peraiaran digunakan regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). dimana bertujuan untuk
melakukan prediksi terhadap variabel terikat kelimpahan zooplankton (Y) dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau variabel bebas adalah parameter kulaitas perairan (Xi dan X2), (Setiawan 2015).
Secara statistik hubungan yang umum digunakan adalah sebagai berikut: 𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1+ 𝑏2𝑋2+ 𝑏3𝑋3+ 𝑏4𝑋4+ 𝑏5𝑋5
dimana :
Y = merupakan kelimpahan zoopankton (ind/ml) X1 = merupakan suhu X2 = Merupakansalinitas X3 = merupakankecepatan arus X4 = merupakanderajat keasaman X5 = merupakanoksigen terlarut A = merupakan konstasnta B = merupakan koefiesin regresi
HASIL DAN PEMBAHASA Komposisi Jenis Zooplankton
Jenis zooplankton yang telah diindentifikasi berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jenis dan kelimpahan zooplankton yang ditemukan di perairan Teluk Riau
9
No Kelas Family/ Ordo Genus Jumlah Kelimpahan
1 Actinopterygii Megalopidae Megalops 1 0.02
2 Hexanauplia Aetideidae Euchirella 1 0.02
Paracalanidae Paracalanus 1 0.02
Pontellidae Labidocera 1 0.02
Pentellopsis 2 0.04
Eucalanidae Eucalanus 2 0.04
3 Hydrozoa Aequoreidae Aequorea 1 0.02
Physaliidae Physalia 1 0.02
Zancleidae Zanclea 1 0.02
4 Magnoliopsida Compositae Nauplius 3 0.06
5 Malacostraca Decapoda Zoea 1 0.02
Euphausiidae Euphausia 1 0.02 Thysanopoda 3 0.06 Hyperiidae Hyperia 1 0.02 Mysidae Hemimysis 1 0.02 Palaemonidae Palaemon 2 0.04 Phronimidae Phronima 1 0.02
6 Maxillopoda Acartiidae Acartia 12 0.24
Calanidae Calanus 4 0.08 Neocalanus 2 0.04 Undinula 1 0.02 Canthocamptidae Attheyella 1 0.02 Cyclopidae Cyclops 2 0.04 Diaptomidae Diaptomus 8 0.16 Onychodiaptomus 1 0.02 Oithonidae Oithona 5 0.1 Oncaeidae Canthocampus 4 0.08 Oncaea 1 0.02
7 Ostracoda Cypridoidea Cypris 6 0.12
8 Spirotrichea Xystonellidae Favella 1 0.02
9 Thaliacea Doliolidae Doliolum 1 0.02
10 Polychaeta Nereidae Neresis 1 0.02
11 Polyzoa Fedicellinidae Loxosomatoides 1 0.02
Total 11 27 33 75 1.5
Tabel diatas menunjukan bahwa dari hasil identifikasi yang telah dilakukan di perairan Teluk Riau diperoleh hasil sebanyak 33 genus zooplankton yang terdiri dari 27 ordo/family dan 11 kelas. Sedangkan genus yang banyak dijumpai adalah Acartia sebanyak 12.
10
Dalam penelitian ini filum yang paling banyak ditemukan yaitu filum Arthopoda dari kelas Maxillopoda, sub kelas copepoda. Hal ini diduga karena Copepoda merupakan omnivora yaitu pemakan fitoplankton, detritus dan zooplankton lainnya sehingga mudah mendapatkan makanan. Selain itu Copepoda mampu bertahan dengan perubahan salinitas.
Menurut Nybbaken (1992), menyatakan Copepoda adalah crustacea haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi zooplankton disemua perairan.
Sedangkan menurut Pranoto et al. (2005), Kelas crustacea komposisinya lebih tinggi karena umumnya bersifat euryhalin atau lebih mampu bertahan dengan perubahan salinitas yang luas atau beruaya lebih jauh ke muara sungai.
Kemudian menurut Mulyadi et al. (2015) menyatakan bahwa adanya dinamika atau variasi komposisi zooplankton secara umum dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, kondisi lingkungan yang sesuai, faktor persaingan dan pemangsaan serta pengaruh migrasi vertikal zooplankton.
Faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan zooplankton di perairan adalah faktor lingkungan dan makanan, (Yuliana 2013).
Kelimpahan Zooplankton
Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan zooplankton yang terdapat di perairan Teluk Riau dapat dilihat pada Tabel 1 diatas.
Tabel 1 menunjukan bahwa kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau tertinggi pada genus Acartia dengan jumlah 0,24 ind/ml, dengan total kelimpahan zooplankton yang 1,5 ind/ ml.
11
Berdasarkan Tabel 1 kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau tergolong sangat rendah hal ini di duga adanya predasi ikan dan kurangnya ketersediaan makanan, dimana kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya.
Menurut Augusta (2013), kelimpahan zooplankton tergolong sangat rendah hal ini di duga adanya pemangsa oleh ikan dari zooplankton karnivora dan predator zooplankton lainnya yang dapat mempengaruhi kelimpahan zooplankton di perairan tersebut.
Sedangkan menurut Pranoto et al. (2005), penurunan kelimpahan zooplankton mengalami penurunan disebabkan oleh faktor dari masing-masing zooplankton itu sendiri, seperti pertumbuhan, kematian, distribusi vertikal, dan migrasi yang berbeda dan perubahan kualitas air di perairan yang berubah dari waktu ke waktu.
Indeks Keanekaragaman (H'), Keseragaman (C), Dominansi (D)
Berdasarkan data yang didapatkan kisaran nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi zooplankton di Perairan Teluk Riau dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 3. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi
Indeks Ekologi Nilai Kategori Keanekaragaman (H') 3,10 Tinggi
Keseragaman (E ) 0,88 Tinggi
12
Hasil perhitungan pada Tabel 2 terlihat keanekaragaman zooplankton tinggi dengan nilai 3,10 begituhalnya dengan keseragaman zooplankton dengan nilai 0,88, namun indeks dominasi sangat rendah 0,06 hal ini menunjukan perairan Teluk Riau sangatlah tinggi keanekaragaman dan keseragamannya dengan dominasi genus yang rendah.
Menurut Fachrul (2007), kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Wiener adalah apabila H’ > 3 menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Tingginya nilai indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa berbagai jenis zooplankton dapat tumbuh dengan baik, penyebaran jenisnya merata dan banyaknya jenis yang ditemukan. Hal ini dikarenakan faktor parameter fisika-kimia yang masih mendukung pertumbuhan zooplankton dimana kecerahan yang masih dapat meningkatkan fotosintesis fitoplankton yang merupakan makanan dari zooplankton. Suhu, Oksigen terlarut, pH, salinitas juga masih mendukung keberadaan dari zooplankton tersebut. Selain itu juga, arus dapat mempengaruhi keberadaan zooplankton.
Menurut Nontji (2008), bahwa kemampuan renang plankton sangat terbatas sehingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya.
Apabila nilai indeks keseragaman relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata, (Fachrul 2007).
Kategori nilai indeks keseragaman termasuk pada keseragaman tinggi, kategori tersebut secara umum menunjukkan bahwa komposisi disemua lokasi penelitian tidak memperlihatkan adanya dominasi species.
Menurut Odum (1971) in Fachrul (2007), nilai indeks dominasi berkisar antara 0-1, apabila nilai dominasi mendekati 0 berarti tidak terdapat jenis yang
13
mendominasi dan apabila nilai dominasi mendeati 1 berarti terdapat salah satu jenis yang mendominasi.
Redahnya nilai indeks dominasi menunjukkan bahwa individu-individu dalam pengamatan tidak ada jenis yang mendominasi diduga disebabkan kondisi perairan Teluk Riau tersebut memiliki daya dukung yang baik, sehingga zooplankton dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Nilai indeks dominasi yang diperoleh mendekati 0 berarti komunitas biota perairan yang diamati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Begitu halnya Odum (1997) in Fachrul (2007), yang menyatakan bahwa apabila nilai indeks dominasi mendekati 0 berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil.
Parameter Lingkungan
Rata-rata pengukuran parameter perairan di Teluk Riau dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata pengukuran parameter lingkungan pada setiap titik Parameter Satuan Kisaran Rata-rata
Suhu 0C 30,4 - 31,7 30,86
Salinitas Ppm 28-29 28,7
Arus m/s 0,069 - 0,335 0,181
pH - 7 - 8 7,7
DO mg/l 16,5 - 20,8 18,57
Berdasarkan Tabel 3 pengukuran parameter perairan suhu air menunjukkan rata-rata 30,86 ˚C. Menurut Tambaru (2014), kisaran suhu bagi perkembangan
14
plankton ialah 28˚C-32˚C. Kisaran tersebut cukup stabil dan masih dalam batas kelayakan kehidupan plankton.
Berdasarkan Tabel 3 pengukuran parameter perairan salinitas yang terukur pada lokasi penelitian di perairan teluk riau yaitu dengan rata-rata 28,7. Menurut Nybakken (1992), salinitas perairan muara sungai yaitu berkisar antara 5-30 0/00.
Dengan demikian salinitas di perairan Teluk Riau masih cukup stabil untuk kehidupan zooplankton dan organisme yang terdapat di perairan tersebut.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa arus di perairan Teluk Riau rata-rata 0,181 m/s. Menurut Mason (1981) in Tambaru (2014), menjelaskan bahwa kecepatan arus yang lebih kecil dari 0,5 m/s tergolong arus yang sangat lambat. Kecepatan arus seperti itu memungkinkan aktifitas plankton berjalan dengan baik.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa DO di perairan Teluk Riau berkisar antara 16,5 - 20,8 mg/ L dengan rata-rata yang mewakili setiap titik yaitu 18,57 mg/ L. Menurut Sastrawijaya (1991) in Hidayatun (2016), kehidupan di air dapat bertahan jika DO perairan minimum 5 mg/L.
Sedangkan menurut Wibowo et al. (2004), kadar oksigen dalam air laut atau oksigen terlarut sangat mempengaruhi keberadaan zooplankton. Jika kadar oksigen menurun maka jumlah zooplankton akan melimpah. Hal ini terjadi karena jumlah zooplankton yang banyak memerlukan banyak oksigen, sehingga kadar oksigen yang tersisa di air laut sedikit
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pH di perairan Teluk Riau berkisar antara 7 – 8 dengan rata-rata yang mewakili semua titik yaitu 7,7. Menurut Putra et al. (2012), derajat keasaman perairan berkisar antara 7 – 8 masih ideal untuk
15
kehidupan zooplankton dan memungkinkan perkembangan hewan-hewan yang ada di perairan tersebut.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Elijonnahdi et la. (2012), bahwa kisaran pH perairan laut berkisar 7 – 8, kisaran ini memungkinkan perkembangan hewan-hewan yang ada perairan termasuk zooplankton.
Hubungan Kelimpahan Zooplankton Dengan Parameter Lingkungan
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan software SPSS, maka didapatkah hasil korelasi statistik antara kelimpahan zooplankton dengan kualitas air. Untuk menggambarkan hubungan antara kelimpahan zooplankton dengan kualitas air, maka harus dilakukan analisis regresi linier berganda untuk melihat keeratan korelasi data. Tingkat hubungan antara variabel kualitas air dengan kelimpahan zooplankton dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4.Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .210 .193 1.090 .286 Suhu (X1) .003 .004 .153 .932 .361 .796 1.257 Oksigen Terlarut (X2) -.003 .001 -.391 -2.541 .018 .906 1.104 Derajat Keasaman (X3) -.006 .005 -.270 -1.158 .258 .395 2.531 Arus (X4) -.093 .029 -.760 -3.214 .004 .385 2.600 Salinitas (X5) -.006 .005 -.305 -1.187 .247 .325 3.077 a. Dependent Variable: Kelimpahan (Y)
16
Model persamaan linier berganda dengan tetap memasukan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan dalam model sebagai berikut:
Y= 0,210 + 0,003X1 – 0,003X2 – 0,006X3 – 0,093X4 – 0,006X5
Kelimpahan zooplankton = 0,210 + 0,003 Suhu – 0,003 Oksigen terlarut –
0,006 Derajat keasaman – 0,093 Arus – 0,006 Salinitas.
Mengacu pada output Tabel coeffieients, diketahui bahwa variabel-variabel bebasnya tidak signifikan apabila nilai Sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua parameter berpengaruh terhadap kelimpahan zooplankton, tetapi hanya terdapat dua parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton yaitu arus dan oksigen terlarut. Sedangkan untuk parameter suhu, derajat keasaman dan salinitas diperoleh nilai signifikan > 0,05 yang artinya perubahan parameter suhu, derajat keasaman dan salinitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan di perairan Teluk Riau, komposisi jenis yang diperoleh sebanyak 33 genus zooplankton yang terdiri dari 27 ordo/family dan 11 kelas. Sedangkan genus yang banyak dijumpai adalah Acartia sebanyak 12.
Kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau tertinggi pada genus Acartia dengan jumlah 0,24 ind/ml, dengan total kelimpahan zooplankton yang 1,5 ind/ml. sedangkan nilai indeks keanekaragaman zooplankton yang di dapat adalah 3,10. Hal ini menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman zooplankton di perairan Teluk Riau dikategorikan tinggi. Nilai indeks keseragaman digunakan
17
untuk menggambarkan keadaan jumlah spesies atau genus yang mendominasi dan bervariasi yang mempunyai kisaran nilai 0-1. Nilai indeks keseragaman zooplankton yang di dapat masuk ke dalam kategori tinggi yaitu 0,88, untuk indeks dominasi zooplankton di perairan Teluk Riau yaitu 0,06. Hal ini dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Riau memiliki indeks dominasi yang rendah.
Berdasarkan uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa hanya terdapat dua parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton yaitu arus dan oksigen terlarut. Sedangkan untuk parameter suhu, derajat keasaman dan salinitas diperoleh nilai signifikan > 0,05 yang artinya perubahan parameter suhu, derajat keasaman dan salinitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelimpahan zooplankton.
DAFTAR PUSTAKA
Augusta, T.S. 2013. Struktur Komunitas Zooplankton Di Danau Hanjalutung Berdasarkan Jenis Tutupan Vegetasi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 2 (2): 68 – 74.
Elijonnahdi., Miswan., Prawita, R. 2012. Studi Komunitas Zooplankton Sebagai Gambaran Kualitas Perairan di Teluk Palu Sulawesi Tengah. Biocelebes, 6 (2): 101 – 112
18
Handayani, S., M.P. Patria. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng, Ciligon, Banten. Makara Sains, 9 (2): 75 – 80.
Hidayatun, R. 2016. Nilai Penting dan Kemerataan Plankton di Perairan Sungai Bedog. Jurnal Biologi. 5 (4): 41 – 50.
Mulyadi, H.A., Radjab A.W. 2015. Dinamika Spasial Kelimpahan Zooplankton Pada Musim Timur di Perairan Pesisir Morella Maluku Tengah, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7 (1), 109 – 122.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press,anggotaIkapi. Jakarta: Menteng.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta. 459 hal.
Pranoto, B.A., Ambariyanto., Zainuri., M. 2005. Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta. lmu Kelautan, 10 (2) : 90 – 97.
Putra, A.W., Zahidah., Lili, W. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Dan Perikanan, 3 (4): 313 – 325.
Setiawan, B. 2015. Teknik Praktis Analisis Data Penelitian Sosial Dan Bisnis, Yogyakarta
19
Tambaru, R. 2014. Analisis Perubahan Kepadatan Zooplankton Berdasarkan Kelimpahan Fitoplankton Pada Berbagai Waktu dan Kedalaman di Perairan Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Torani, 24 (3) : 40 – 48.
Thoha, H. 2004. Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan, Sumatera. Makara, Sains, 8 (3): 96 – 102.
Wibowo, A., Wiryanto., Sutomo,A.B. 2003. Keanekaragaman, Kemelimpahan, Dan Sebaran Zooplankton Di Perairan Digul Laut Arafura Papua. Bio Smart. 6 (1): 51 – 56.
Yuliana, 2014. Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Maspari Journal, 6 (1): 25 – 31.