• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI CADANGAN KARBON TERSIIVIPAN PADA LAHAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI CADANGAN KARBON TERSIIVIPAN PADA LAHAN "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI CADANGAN KARBON TERSIIVIPAN PADA LAHAN

PERI(EBTTNAN

KARET NAGARI LUBUK TAROK KECAMATAIY LUBUK TAROK

KABUPATEN SIJUNJI.'}IG

JURNAT

Diajukan

Sebagai

Salah

Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Stara Satu

(S-fi

TIARA GUSLINDA

11030312

Pembimbflng

I

Erna Juit

s.Pd,

M.si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAI\

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PAI}ANG

2016

Pembimbing II

Farida,

S,Si, M.Sc

(2)

Tiara Guslinda (NIM : 11030312), The Study of Carbon Stok Stored on an Rubber Land at Nagari Lubuk Tarok Lubuk Tarok District Sijunjung

Regency, Thesis, Geography Department Of STKIP (PGRI) West Sumatera, Padang 2016

Oleh :

Tiara Guslinda ¹, Erna Juita ², Farida ³ E-mail : [email protected]

* The Geography Department Student of STKIP PGRI West Sumatera

* The Geography Staff of Geography Department of STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT

Global warming is causing an increase in the temperature or earth’s atmosphere, dimate change, so the causing the dry season and rising temperatures. The prevention efrorts of global warming by absorbing carbon plants. The rubber plan has a hight porential for carbon stock. This is study aims to determine the amount or carbon stock on a rubber platation in Nagari Lubuk Tarok Lubuk Tarok District Sijunjung Regency.

The type or this research is classified as descriptive quantitative research. The sampel was taken at the use or rubber plantation by the number or sampel are 10 sampel. The data collection was done by colleching the data of the field and calculation or the data that obrained in the field.

The result or this study showed the total or carbon stock on rubber plantation that the highest was 98,22 ton C/ha, while the lowest was 13,08 ton C/ha. With an average carbon stock as big as 64,37 ton C/ha. The rubber crop land has the potential for store the carbon if land cover can maintained properly.

Key words : Rubber Plants, Forest, Carbon, Soil Organic Carbon.

(3)

PENDAHULUAN

Pemanasan global telah terjadi yang diindikasikan oleh peningkatan suhu udara rata-rata selama 30 tahun terakhir (IPCC, dalam Indrajaya, 2007:99). Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim, antara lain dengan meningkatnya frekuensi maupun intensitas terjadinya cuaca ekstrim seperti badai tropis, El-Nino La-Nia, perubahan pola hujan, perubahan pola angin, perubahan salinitas air laut dan lain-lain.

Selain itu, perubahan iklim dapat pula berdampak pada perubahan masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan penyakit, serta berbagai perubahan pada ekosistem di daerah lintang yang tinggi dan ekosistem pantai (IPCC, dalam Indrajaya, 2007:99).

Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan, hingga paling insentif seperti sistem pertanian semusim monokultor.

Indonesia juga merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas (Heriyanto dan Garsetiasih, dalam Syam’ani, dkk, 2004:148).

Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Perkiraan tingkat kepunahan spesies di seluruh dunia berkisar 100.000 setiap tahun, atau beberapa ratus setiap hari. Kepunahan akibat beberapa jenis tekanan dan kegiatan, terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam yang kaya dengan keanekaragaman hayati, seperti hutan tropik daratan rendah. Bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang diperkirakan sebanyak 25% kehidupan akan hilang dari permukaan bumi. Hal tersebut disebabkan oleh aktvitas manusia yang mengarah pada kerusakan habitat maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai peranan penting sebagai penyedia bahan makana, obat-

obatan dan berbagai komoditi lain penghasil devisa negara, juga beperan dalam melindungi sumber daya air, tanah serta berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan (Budiman, dalam Syam’ani, dkk, 2004:149).

Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas- gas asam arang atau karbondioksida (CO2). Beralihnya sistem penggunaan lahan dari hutan alam menjadi lahan pertanian, perkebunan atau hutan produksi atau hutan tanaman industri mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan komposisi spesies di lahan tersebut.

Isu peningkatan suhu bumi menunjukkan pentingnya fungsi ekologis hutan sebagai penyerap karbon di atmosfer, dan menambah arti penting konservasi hutan selain untuk menyelamatkan keanekargaman hayati. Dalam melihat fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai karbon tersimpan oleh suatu kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting.

Setiap karbon yang tersimpan pada lahan berbeda, tergantung keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta pengelolaanya. Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah karbon tersimpan diatas tanah (biomssa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah) untuk itu pengukuran banyaknya karbon yang di timbun dalam setiap lahan perlu dilakukan, (Hairiah dan Rahayu, 2007:1).

Menurut (Herlin, 2015:3) untuk mengurangi dampak perubahan iklim, upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah menngkatkan penyerapan karbon dan menurunkan emis karbon dapat dilakukan dengan mempertahankan cadangan karbon yang telah ada, meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu, dan mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbarui secara langsung

(4)

maupun tidak langsung, radiasi matahari, atau aktivitas panas bumi.

Peningkatan penyerapan cadangan karbon dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan biomssa hutan secara alami, menambah cadangan kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanen kayu, dan mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh. Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomssa kayu, sehingga cara yang paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon adalah dengan memelihara pohon.

Menurut (Supriadi, 2012:80) tanaman karet terpilih dalam kegiatan RAN-GRK, karena tanaman ini mempunyai biomassa yang tinggi dan menghasilkan biji yang dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel yang ramah lingkungan. Biomassa yang dihasilkan sebanding dengan jumlah CO2 yang ditambat oleh tanaman semakin tinggi biomassa maka CO2ditambat semakin besar dan sebaliknya.

Berdasarkan observasi awal peneliti yang dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016, bahwa Nagari Lubuk Tarok terletak di Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Nagari Lubuk Tarok merupakan wilayah dataran tinggi yang ditutupi oleh hutan alam. Tetapi sebagian besar di Nagari Lubuk Tarok terdapat kebun campuran ataupun kebun khusus satu jenis tanaman seperti sawit dan coklat. Pemukiman penduduk hampir merata diseluruh wilayah, kebanyakan masyarakat bertumpu pada hasil hutan seperti berladang dan juga ada sebagai petani. Peneliti melakukan penelitian tentang cadangan karbon yang tersimpan pada lahan perkebunan karet yang terdapat di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sjunjung.

Menurut Unit Pelaksanaan Teknis Badan Balai Penyuluhan Kecamatan Lubuk Tarok tahun 2015 perkebunan keret terletak pada wilayah dataran tinggi dengan luas lahan 3.378 ha, jumlah masyarakat yang memiliki tanaman karet ± 2.465 orang. Sedangkan rata-rata luas lahan perorangan ± 2 ha, dan yang akan dijadikan sampel sebanyak 10 plot. Pemilihan lahan karet yang peneliti lakukan, hal ini berdasarkan bahwa penelitian sebelumnya telah menggunakan lahan perkebunan

campuran, lahan alang-alang dan semak belukar, lahan mangrove dan lahan tanaman jati sebagai objek utama dalam penelitian cadangan karbon.

HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian

Perhitungan kandungan karbon di perkebunan karet Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabuppaten Sijunjung didekati dengan kajian cadangan (stock) karbon dalam ekosistem tanaman karet.

Perhitungan cadangan karbon meliputi pembuatan model penduga biomassa dan karbon tegakan karet, dan perhitungan cadangan karbon seluruh tegakan tanaman karet, karbon serasah dan karbon tanah dari ekosistem pertanaman karet.

a. Biomassa Pohon

Proses pengukuran biomassa pohon di awali dengan menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan variabel bebas yang sama pada persamaan alometrik dengan persamaan model yang berbeda. Dari hasil pengukuran dan perhitungan biomassa pohon dan karbon pada lahan tanaman karet pada lokasi penelitian dapatkan hasil sebagai berikut :

Tiap plot dibedakan dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel, agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Biomassa dan karbon pohon total tiap plot berbeda-beda, tergantung diameter dan umur tiap batang pohon yang ada. Biomassa pada plot 1 sebesar 139,94 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 64,37 ton C/ha. Biomassa pada plot 2 sebesar 32,86 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 15,12 ton C/ha. Biomassa pada plot 3 sebesar 129,03 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 59,35 ton C/ha. Biomassa pada plot 4 sebesar 124,63 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 57,33 ton C/ha.

Biomassa pada plot 5 sebesar 23,19 ton/ha sedangkan total karbon pohon sebesar 10,67 ton C/ha. Biomassa pada plot 6 sebesar 168,11 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 77,33 ton C/ha. Biomassa pada plot 7 sebesar 209,53 ton/ha sedangkan karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha. Biomassa pada plot 8

(5)

sebesar 198,33 ton/ha sedangkan karbon total 91,23 ton C/ha. Biomassa pada plot 9 sebesar 137,45 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 63,23 ton C/ha. Pada plot 10 biomassa sebesar 182,58 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 83,99. Total biomassa sbesar 1.345,65 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 619,00 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon sebesar 134,57 ton/ha sedangkan rata-rata karbon total sebesar 61,90 ton C/ha. Jadi apabila biomassa pohon dan karbon pohon tinggi maka hal ini di pengaruhi oleh diameter dan umur pohon karet, begitu juga dengan sebaliknya.

Dapat kita simpulkan bahwa biomassa pohon dan cadangan karbon pohon yang tertinggi terdapat pada plot 7 dengan biomssa pohon sebesar 209,53 ton C/ha dan cadangan karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha.

Sedangkan yang terendah terdaat pada plot 5 dengan biomssa pohon sebesar 23,19 ton C/ha dan cadangan karbon pohon sebesar 10,67 ton C/ha. Total biomassa pohon 1.345,57 ton C/ha dengan rata-rata 134,57 ton C/ha. Total karbon pohon 619,00 ton C/ha dengan rata-rata 61,19 ton C/ha. Jadi apabila jumlah biomssa pohon semakin tinggi maka total karbon pohon akan semakin tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah jumlah biomssa pohon, maka akan semakin rendah pula total karbon pohon.

Maka dari itu, biomassa sebuah pohon dapat mempengaruhi total karbon pohon.

b. Biomassa dan Karbon Serasah Proses pengukuran biomassa dan karbon serasah menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan variabel bebas yang sama pada persamaan alometrik dengan persamaan model yang berbeda. Dari hasil pengukuran dan penghitungan biomssa dan karbon serasah pada lahan tanaman karet di dapatkan hasil sebagai berikut :

Dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel, agar mempermudah penelti dalam melakukan penelitian. Biomassa serasah dan karbon serasah tiap plot berbeda, tergantung terhadap hasil analisis labor dan sampel tanah yang peneliti ambil di lapangan. Biomassa serasah pada plot 1 4,83 ton C/ha sedangkan karbon

serasah sebesar 2,22 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 2 sebesar 5,30 toon C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,44 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 3 sebesar 4,50 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,70 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 4 sebesar 4,40 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,03 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 5 sebesar 5,03 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,31 ton C/ha. Bomassa serasah pada plot 6 sebesar 5,66 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,60 ton C/ha. Biomassa sesarah pada plot 7 sebesar 3,98 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 1,83 ton C/ha. Pada plot 8 biomassa karbon sebesar 6,39 ton C/ha sedangkan pada karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha. Pada plot 9 biomassa karbon serasarah sebesar 6,51 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,99 ton C/ha. Pada plot 10 biomassa karbon serasah sebesar 6,39 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha. Total biomassa karbon serasah sebesar 52,99 ton C/ha sedangkan total karbon serasah sebesar 24,38 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon serasah sebesar 5,30 ton C/ha sedangkan rata-rata karbon serasah sebesar 2,44 ton C/ha. Jadi apabila biomassa serasah dan karon serasah tinggi hal ini di pengaruhi oleh hasil analisa labor dan berat sampel yang di teliti.

Dapat kita simpulkan bahwa biomassa serasah dan cadangan karbon serasah yang tertinggi terdapat pada plot 9 dengan biomssa serasah sebesar 6,51 ton C/ha dan cadangan karbon serasah sebesar 2,99 ton C/ha.

Sedangkan yang terendah terdapat pada plot 7 dengan bimassa serasah sebesar 3,98 ton C/ha dan cadangan karbon serasah sebesar 1,83 ton C/ha. Total biomassa serasah 52,99 ton C/ha dengan rata-rata 5,30 ton C/ha. Total karbon serasah 24,38 ton C/ha dengan rata-rata 2,44 ton C/ha. Jadi apabila jumlah biomassa serasah semakin tinggi maka total karbon serasah akan semakin tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah jumlah biomassa serasah maka akan semakin rendah pula total karbon serasah. Maka dari itu, biomassa serasah dapat mempengaruhi total karbon serasah.

(6)

c. Karbon Tanah

Proses penghitungan karbon tanah dilakukan melalui dua tahap, yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan sampel dilapangan dan dianalisis di labor dan tahap kedua setelah hasil labor di dapatkan maka dilakukan penghitungan terhadap analisis tersebut.

Dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel, agar mempermudah dalam penelitian. Biomassa karbon tanah di dapat dari hasil analisis labor yang di lakukan oleh peneliti dengan mengambil sampel tanah di lapangan. Pada plot 1 C organik sebesar 0,03 ton C/ha, pada plot 2 C organik sebesar 0,02 ton C/ha, pada plot 3 C organik sebesar 0,05 ton C/ha, pada plot 4 C organik sebesar 0,02 ton C/ha, pada plot 5 C organik sebesar 0,10 ton C/ha, pada plot 6 C organik sebesar 0,01 ton C/ha, pada plot 7 C organik sebesar 0,01 ton C/ha, pada plot 8 C organik sebesar 0,02 ton C/ha, pada plot 9 C organik sebesar 0,01 ton C/ha, dan pada plot 10 C organik sebesar 0,02 ton C/ha.

Total C organik sebesar 0,29nton C/ha sedangkan rata-rata C organik sebesar 0,03 ton C/ha. Jadi C organik bisa tinggi tergantung kandungan yang terdapat di dalam dan ketinggian wilayah yang di teliti.

Dapat kita simpulkan bahwa C organik yang tertinggi terdapat pada plot 5 yaitu mendekati angka sebesar 0,10 ton C/ha.

Sedangkan yang terendah terdapat pada plot 6, 7 dan 9 yaitu sebesar 0,01 ton C/ha. Total C organik sebesar 0,29 ton C/ha dengan rata-rata 0,03 ton C/ha. Jadi, berdasarkan hasil labor dan dengan menggunakan rumus yang sudah ada jika nilai % karbon tanah dari labor tertinggi maka jumlah C organik akan akan semakin rendah. Dan jika nilai % karbon tanah dari labor rendah, maka jumlah C organik akan semakin meningkat.

d. Total Cadangan Karbon

Proses pengukuran karbon pohon total plot, karbon serasah, C organik dan karbon total menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan variabel bebas yang sama pada persamaan alometrik dengan persamaan model yang berbeda.

Dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel, agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon pohon total, karbon serasah dan C organik, dijumlahkan menjadi satu variabel. Dengan hasil karbon plot 1 sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot 2 karbon sebesar 17,58 ton C/ha, pada plot 3 karbon sebesar 61,47 ton C/ha, pada plot 4 karbon sebesar 59,38 ton C/ha, pada plot 5 karbon sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 karbon sebesar 79,94 ton C/ha, pada plot 7 karbon sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 karbon sebesar 94,19 ton C/ha, pada plot 9 karbon sebesar 66,23 ton C/ha dan pada plot 10 karbon sebesar 86,95. Total karbon sebesar 643,66 ton C/ha sedangkan rata-rata karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi karbon total bisa tinggi di karenakan penjumlahan karbon pohon, karbon serasah dan C organik, di jadikan satu variabel.

Dapat kita simpulkan bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan karbon yang terendah terdapat pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha. Hal ini disebabkan karena data diameter pohon yang terkecil dan tutupan lahan yang sedikit. Total cadangan karbon sebesar 643,66 ton C/ha dengan rata-rata sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi, tingginya cadangan karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh karbon pohon, karbon serasah, dan C organik. Akan tetapi yang lebih mempengaruhi tingginya cadangan karbon adalah jumlah karbon pohon. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan hasil cadangan karbon pada plot 2 dengan plot 6.

e. Cadangan Karbon Pada Lahan Tanaman Karet

Proses pengukuran cadangan karbon Dari hasil perhitungan biomassa dan karbon pohon pada lahan tanaman karet di lokasi penelitian maka di dapatlah hasil sebagai berikut :

Dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel, agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon total menggunakan

(7)

persamaan rumus alometrik dengan menggunakan variabel bebas yang sama, sehingga di dapat karbon pada plot 1 sebesar sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot 2 sebesar 17,58 ton C/ha, pada plot 3 sebesar 61,47 ton C/ha, pada plot 4 sebesar 59,38 ton C/ha, pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 sebesar 79,94 ton C/ha, pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 sebesar 94,19 ton C/ha, pada plot 9 sebesar 66,23 ton C/ha, dan pada plot 10 sebesar 86,95 ton C/ha.

Berdasarkan tabel cadangan karbon di atas menunjukkan total cadangan karbon pada lahan tanaman karet adalah 609,17 ton C/ha sedangkan rata-rata cadangan karbon sebesar 60,92 ton C/ha.

Dapat kita simpulkan bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan karbon yang terendah terdapat pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha. Hal ini disebabkan karena data diameter pohon yang terkecil dan tutupan lahan yang sedikit. Total cadangan karbon sebesar 643,66 ton C/ha dengan rata-rata sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi, tingginya cadangan karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh karbon pohon, karbon serasah, dan C organik.

B. Pembahasan

Cadangan karbon yang tertinggi terdapat pada lahan perkebunan karet, hal ini dipengaruhi oleh jenis tumbuhan atau vegetasi di suatu jenis penggunaan lahan. Semakin banyak tumbuhan maka akan semakin banyak cadangan carbon yang tersimpan. Berdasarkan hasil penelitian pendugaan cadangan karbon menggunakan metode persamaan alometrik adalah sebagai berikut:

Studi cadangan karbon pada lahan tanaman karet didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan potensi cadangan karbon sebesar 98,22 ton C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 13,08 ton C/ha. Dengan rata-rata cadangan karbon sebesar 64,37 ton C/ha.

Karbon yang tersimpan pada Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung berpotensi dalam menyimpan karbon, apabila tutupan lahan dapat di pengaruhi dengan baik.

Menurut hasil penelitian Lia Cesylia (2009) dengan judul “Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Heave Brasiliensis) Di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pangdeglang Banten” menunjukkan hasil potensi biomassa tegakan karet di pertanaman karet perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah sebesar 96,73 ton/ha, sehingga dengan luas areal 3.292,47 ha cadangan biomassa di pertanaman karet perkebunan Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Banten adalah sebesar 318.480,62 ton, sedangkan cadangan karbon sebesar 39,13 ton/ha,sehingga cadangan karbon untuk luasan areal tanaman karet seluas 3.292,47 ha adalah sebesar 128.834,35 ton C.

Persamaan allometrik yang telah berhasil dibangun untuk menduga potensi Biomassa total tanaman karet di perkebunan karet kebun Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan variabel bebas diameter adalah Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), sedangkan untuk penduga cadangan karbon adalah Y=101.72- 2.783D+0.07077D2 (R2=70,50%). Nilai ekonomi karbon tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal 3.292,47 ha adalah Rp.59.466.030.281, dengan rata-rata per ha adalah Rp.18.124.357.

Penerimaan devisa negara dari perkebunan karet dapat mencapai 5,27 miliar dolar AS. Selain berperan besar dalam perekonomian, perkebunan karet juga berkontribusi penting dalam peningkatan cadangan karbon. Jumlah penyerapan karbon di perkebunan karet dapat mencapai 4,65 ton CO2/ha tiap tahunnya. Artinya jumlah karbon yang diserap dalam areal perkebunan karet selama satu siklus penanaman (± 21 tahun) dapat mencapa 97,65 ton CO2/ha. Penyerapan tersebut bersumber dari serasah tanaman karet (64,99 ton CO2/ha) dan biomassa tanaman (32,59 ton CO2/ha).

Peningkatan penyerapan karbon di perkebunan karet akan sangat potensial karena rata-rata areal perkebuanan karet sekitar 24.700 ha/tahun. Selain itu, peningkatan karbon dapat dilakukan dengan sistem intercopping karet dengan tanaman biomassa

(8)

tertinggi seperti tanaman kehutan (jati, mahoni dan trembesi) yang telah dilakukan oleh beberapa perkebunan rakyat. Pola tanaman tersebut diprediksi akan meningkatkan penyerapan CO2. (Ditjenbun dalam Stevanus dkk 2014:363).

Perbedaan jumlah cadangan karbon pada setiap lokasi penelitian disebabkan karena perbedaan kerapatan tumbuhan pada setiap lokasi. Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah (Rahayu dkk, 2007 dalam Bakri, 2009:48).

Nilai karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Jumlah karbon yang semakin meningkat pada saat ini harus diimbangi dengan jumlah serapannya oleh tumbuhan guna menghindari pemanasan global. Dengan demikian dapat diramalkan berapa banyak tumbuhan yang harus ditanam pada suatu lahan untuk mengimbangi jumlah karbon yang terbebas di udara.

Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung 'timeaveraged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem.

Timeaveraged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi (Rahayu dkk, 2007 dalam Bakri 2009:48).

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa karet merupakan tanaman yang ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi CO2. Jenis tanaman karet juga dapat menyimpan karbon lebih lama pada periode tertentu. Jadi tanaman jenis karet harus di budidayakan dan di tanam lebih banyak, agar dapat mengurangi emisi CO2 atau pun yang disebut dengan pemanasan global.

Kardono, dalam Primanika (2014:14), menjelaskan bahwa pasar karbon wajib terbentuk oleh peraturan penurunan emisi

karbon baik peraturan yang bersifat nasional, regional, dan internasional. Pasar voluntary (sukarela) terbentuk karena adanya upaya koperasi dan masyarakat di Negara maju untuk mengurangi karbon footprint mereka. Pasar karbon sukarela memungkinkan Negara atau perusahaan, ataupun orang perorangan untuk berperan dalam mengurangi emisi dunia dengan membeli offset karbon (dapat berupa CER melalui proyek CDM ataupun VER/Verified or Voluntary Emissions Reduction dalam pasar sukarela). Tidak ada aturan dalam perdagangan sukarel adalah bahwa pasar ini menyediakan ruang inovasi baik prosedur, metodologi dan teknologi yang dalam pasar wajib dibatasi (diatur). Disamping itu pasar sukarela dapat menampung proyek- proyek kecil yang kesulitan masuk dalam CDM/ pasar wajib lainnya. Sisi negatifnya, lemahnya control kualitas proyek menyebabkan penerbitan VER dari proyek- proyek yang cenderung business as usual.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : potensi cadangan karbon tertinggi 98,22 ton C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 13,08 ton C/ha. Dengan rata- rata cadangan karbon sebesar 64,37 ton C/ha.

Pada lahan perkebunan karet cukup tinggi di bandingkan penelitian sebelumnya mengenai semak belukar, alang-alang dan jati hal ini dipengaruhi oleh jenis tumbuhan yang lebih banyak dan beragam.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penelti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Masyarakat diharapkan dapat mengurangi resiko pemanasan global dengan cara memperbanyak penanaman pohon hijau.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membuka peluang bagi peneliti berikutnya tentang hal yang lebih mendalam lagi tentang cadangan karbon yang berkaitan dengan nilai ekonomi cadangan karbon.

(9)

3. Pemerintah lewat dinas kehutanan ataupun dinas terkait lainnya agar mendukung dan menfasilitasi kegiatan rehabilitas lahan sebagai mitigasi terhadap perubahan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Bakri. 2009. Analisis Vegetasi Dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Pohon Di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Cesylia, Lia. 2009. Cadangan Karbon Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran

‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor.

World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p Herlin, Yesi Oktavia. 2015. Analisis Potensi

Cadangan Karbon dan Serapan Karbondioksida (CO2) pada Lahan Tanaman Jati di Kanagarian Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Padang : STKIP PGRI SUMBAR.

Indrajaya, Yonky. 2013. Cadangan Karbon Hutan Lindung Long Ketrok DiKabupaten Malinau, Kalimantan Timur Untuk Mendukung Mekanisme REDD+.http://forda-

mof.org/files/Jurnal_Sosek_vol_10-2- 2013-3/karbon-hutan-lindung.

Diaskes pada tanggal 28 Mei 2015.

Primanika, Aries. 2014. Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Alang-alang dan Semak Belukar di Nagari

Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. Padang:

STKIP PGRI SUMBAR.

Supriadi, Handi. 2012. Peranan Tanaman Karet dalam Mitigasi Perubahan

Iklim. Sukabumi.

http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/0 69/916/cadangan-karbon-pada-karet.

Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.

Syam’ani, dkk. 2012. Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah Pada Berbagai Sistem Penutupan Lahan Di

Sub-sub Das Admandit.

http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.i d/2015/09/28/cadangan-karbon-emisi- karbon. Diaskes pada tanggal 10 Februari.

Referensi

Dokumen terkait

Cadangan karbon biomassa pada kelapa sawit yang terdapat di Kebun Meranti Paham, PT Perkebunan Nusantara IV berdasarkan pengukuran destruktif yang didapatkan dari

Cadangan karbon yang hilang akibat keterbukaan wilayah pada lokasi penelitian didapatkan dengan mengalikan total luas areal terbuka akibat PWH dengan potensi biomassa karbon

Telah dilakukan penelitian tentang cadangan karbon tanah gambut pada lahan yang telah direklamasi yang terdiri dari lahan perkebunan kelapa sawit dan lahan

Selain itu, dilakukan analisis korelasi pearson antara ketinggian tempat dengan biomassa, cadangan karbon, dan serapan karbon dioksida tanaman teh, serta cadangan

Selisih jumlah karbon tersimpan pada kedua kawasan suaka margasatwa tersebut adalah sebesar 26.85 ton/ha dan nilai total cadangan karbon pada lokasi penelitian, yaitu tambak, lahan

Pada kondisi semak belukar dengan cadangan rendah seperti di lokasi penelitaian di Kalimantan Barat, perubahan penggunaan lahan ke tanaman nenas tidak menyebabkan terjadinya defisit

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat hasil yang diperoleh untuk uji rata-rata kadar karbon pada setiap bagian tanaman karet memperlihatkan pada batang terdapat

Dinamika cadangan karbon di Kota Padang yang mempunyai tipe linear negatif, dimana cadangan karbon pada setiap tutupan lahan selalu cenderung menurun disebabkan oleh semakin