• Tidak ada hasil yang ditemukan

studi difusi meloksikam sediaan patch transdermal ... - SIMAKIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "studi difusi meloksikam sediaan patch transdermal ... - SIMAKIP"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Salah satu bahan pembantu penting dalam formulasi patch transdermal yang dapat mengatasi keterbatasan ini adalah peningkat penetrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan membandingkan profil difusi meloxicam pada sediaan patch transdermal dengan peningkat penetrasi dari berbagai kelompok senyawa yaitu asam oleat, isopropil miristat dan natrium lauril sulfat, sehingga diperoleh formulasi terbaik. Salah satu bahan pembantu penting dalam formulasi patch transdermal yang dapat mengatasi keterbatasan ini adalah peningkat penetrasi.

Peningkat penetrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkat penetrasi kimia dari berbagai golongan senyawa. Isopropil miristat adalah gugus ester asam lemak yang paling umum digunakan sebagai penambah penetrasi untuk formulasi transdermal (Lane, 2013; Rowe et al., 2009). Sodium lauryl sulfate merupakan penambah penetrasi yang termasuk dalam surfaktan anionik dan dapat digunakan pada patch transdermal (Annisa, 2020).

Penghantaran obat melalui penggunaan transdermal terbatas karena adanya penghalang dari stratum korneum sehingga memerlukan zat tambahan yaitu peningkat penetrasi. Peningkat penetrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah isopropil miristat, asam oleat, dan natrium lauril sulfat.

Tujuan Khusus

Urgensi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • State of The Art
  • Meloksikam
  • Dispersi Padat
  • Isopropil Miristat
  • Asam Oleat
  • Laju Difusi
  • Roadmap Penelitian

Transdermal patch merupakan formulasi sediaan dengan bahan perekat yang di dalamnya terdapat zat aktif dengan dosis obat tertentu, yang dioleskan pada kulit dan masuk ke dalam peredaran darah (Arhewoh et al., 2014). Sistem ini dapat diformulasikan dalam obat satu lapis dalam sistem perekat atau obat multilayer dalam sistem perekat (Jhawat et al., 2013). Komponen sediaan patch transdermal 1) Obat. Kriteria TDDS yang paling penting adalah obat yang mempunyai sifat fisikokimia dan farmakokinetik yang tepat (Saroha et al., 2011).

Selain itu, obat harus merupakan senyawa yang efektif pada dosis rendah (Kakar et al. Polimer. Pemilihan dan desain polimer harus dipertimbangkan sehingga memenuhi kriteria pembuatan transdermal dengan sistem penghantaran yang efektif (Saroha et al., 2011 .Jenis sintetik dan semisintetik, misalnya turunan selulosa dapat digunakan sebagai polimer (Kakar et al. Penetration Enhancer.

Peningkatan penyerapan obat terjadi karena pelunakan struktur lipid epidermis oleh peningkat penetrasi, sehingga menghasilkan kondisi yang lebih baik dan lembab pada kulit untuk penetrasi transepidermal dan transfollicular (Saroha et al. Perekat. Perekat harus memungkinkan sistem transdermal mudah menempel pada kulit dan tidak menyebabkan iritasi atau alergen pada kulit (Kakar et al., 2016).Plastisizer umumnya merupakan cairan atau padatan organik yang tidak mudah menguap dengan suhu leleh yang rendah dan bila ditambahkan ke polimer dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dan mekanik tertentu pada bahan tersebut. (Kakar dkk., 2016).

Contoh bahan pemlastis yaitu dibutil ftalat, trietil sitrat, polietilen glikol dan propilen glikol (Saroha et al. Pelarut. Isopropil miristat adalah ester asam lemak yang paling umum diselidiki sebagai penambah penetrasi dalam formulasi topikal dan transdermal (Lane, 2013; Rowe et al ., 2009) Mekanisme kerja isopropil miristat yaitu melalui integrasi ke dalam lapisan lipid, sehingga dapat meningkatkan fluiditas kulit, melunakkan struktur kulit yang kaku, serta meningkatkan koefisien difusi dan permeasi obat (Dragicevic et al., 2015; Ita, 2020).

Asam oleat atau asam -octadec-9-enoic merupakan asam lemak tak jenuh omega-9 yang merupakan komponen alami lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani (Rogers et al., 2001). Sodium lauryl sulfate dapat bertindak sebagai surfaktan anionik, deterjen, penetran kulit (Rowe et al., 2009). Sampel kemudian diencerkan secukupnya dan ditentukan absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Malvey et al., 2019).

Urutan pertama menggambarkan penyerapan atau eliminasi beberapa obat, dimana laju pelepasan obat bergantung pada konsentrasi. Jika nilai n = 0,89 menunjukkan bahwa profil pelepasan obat pada sediaan mendekati kinetika orde nol, sedangkan nilai > 0,89 menunjukkan bahwa profil pelepasan juga didasarkan pada mekanisme difusi non-Fickian (Dash et al., 2010). ; Permanadewi dkk., 2019; Syaikh dkk., 2015).

Gambar 1. Struktur Meloksikam (Sweetman, 2009)
Gambar 1. Struktur Meloksikam (Sweetman, 2009)

METODE PENELITIAN

  • Diagram Alir
  • Alat dan Bahan
  • Pengujian FTIR Dispersi Padat Meloksikam
  • Penetapan Kadar Meloksikam dalam Dispersi Padat (a) Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7,4
  • Pengujian Kelarutan Meloksikam dan Dispersi Padat Meloksikam
  • Pembuatan Sediaan Patch
  • Penetapan Kadar Meloksikam dalam Sediaan Patch
    • Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Patch (a) Organoleptis
  • Evaluasi Laju Difusi Sediaan

Pengujian dispersi padat meloxicam-PEG 6000 menggunakan FTIR dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke dalam tempat sampel kemudian dikompres. Penentuan kandungan meloxicam dalam dispersi padat (a) Pembuatan buffer fosfat pH 7,4 (a) Pembuatan larutan buffer fosfat pH 7,4. Siapkan larutan buffer fosfat pH 7,4 dengan cara mencampurkan 50 mL kalium fosfat monobasa 0,2 M ke dalam labu takar 200 mL, kemudian menambahkan 39,1 mL natrium hidroksida 0,2 M, kemudian menambahkan air hingga tanda tera (Depkes RI, 20). b) Penentuan panjang gelombang meloxicam dalam buffer fosfat pH 7,4.

Timbang 50,0 mg meloxicam dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan pH 7,4 fosfat sampai tanda batas (larutan standar 500 ppm). Selanjutnya larutan standar dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, kemudian diencerkan hingga tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 10 ppm. Meloksikam dispersi padat yang setara dengan 25,0 mg meloxicam ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat pH 7,4 hingga tanda batas.

Selanjutnya larutan standar dipipet sebanyak 2 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, kemudian diencerkan hingga tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 20 ppm. Kemudian diamati serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (Jafar et al., 2010; Asyarie et al., 2006). Timbang 50,0 mg meloxicam dan meloxicam dispersi padat setara dengan 50,0 mg meloxicam, kemudian masukkan masing-masing ke dalam labu takar 100 ml, kemudian tambahkan larutan buffer fosfat pH 7,4 sampai tanda tera.

Timbang 50,0 mg meloxicam dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan etanol 96% sampai tanda batas (larutan standar 500 ppm). Kemudian dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, kemudian encerkan sampai tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya larutan dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan etanol 96%.

Larutan hasil ekstraksi kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan etanol 96% sampai tanda batas. Kemudian 1 mL larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan etanol 96% hingga tanda batas. Konsentrasi yang dihasilkan dimasukkan ke dalam persamaan model kinetik untuk menentukan model laju difusi dan nilai laju difusi.

Tabel 1. Formula Sediaan Patch
Tabel 1. Formula Sediaan Patch

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa meloxicam dalam larutan buffer fosfat pH 7,4 memiliki panjang gelombang maksimal pada 362 nm (Mwagi et al., 2021). Konsentrasi meloxicam dalam dispersi padat ditentukan dengan menimbang dispersi padat meloxicam setara dengan 25 mg meloxicam yaitu 225 mg kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi 20 ppm dalam buffer fosfat pH 7,4. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kisaran kadar yang memenuhi syarat adalah pada larutan uji dengan konsentrasi 20 ppm masing-masing 80-110% (Huber, 2007).

Selain itu, persentase rata-rata konsentrasi ini digunakan untuk mengukur dispersi padat meloxicam agar setara dengan 7,5 mg meloxicam untuk formulasi tempelan. Sediaan patch dibuat dalam 10 formula dengan konsentrasi asam oleat, isopropil miristat dan natrium lauril sulfat yang berbeda pada masing-masing formula. Berbagai jenis dan konsentrasi peningkat penetrasi bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan penetrasi meloxicam dalam sediaan tempel.

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa meloxicam dalam etanol 96% mempunyai panjang gelombang puncak pada 363 nm (Siddharth dan Sunny, 2014). Pengujian pengaruh basa terhadap serapan meloxicam pada sediaan tempelan dilakukan dengan mengekstraksi tempelan dengan meloxicam dan tempelan tanpa meloxicam dalam etanol 96% dengan pengaduk magnet hot plate selama 60 menit kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan 96% etanol sesuai tanda. Lapisan tersebut berbentuk persegi panjang, tidak berbau, dengan kondisi permukaan kering dan tidak retak serta mempunyai warna kuning yang tersebar di seluruh permukaan.

Hal ini sejalan dengan literatur yang menyatakan bahwa keseragaman bobot memenuhi syarat yaitu koefisien variasi <2% (Auliya et al., 2019). Tambalan mempunyai nilai ketahanan lipat lebih dari 300 kali lipat, kondisi tambalan dalam keadaan baik, tidak rusak dan tidak retak. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa ketahanan lipatan memenuhi syarat yaitu >300 kali (Nuramanto dkk., 2017).

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kisaran ketebalan yang memenuhi syarat adalah 0,5-1 mm. Pada formula 4, 7 dan 10 rata-rata ketebalannya mempunyai yang paling tinggi dibandingkan dengan formula yang lain, hal ini disebabkan adanya peningkatan berat jenis pada formula tersebut yang menggunakan konsentrasi penambah penetrasi yang paling tinggi sehingga berat jenis yang lebih banyak akan meningkatkan ketebalan sediaan tambalan. (Patel dkk., 2014). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kisaran pH yang memenuhi syarat adalah 4,5-6,5 (Nuramanto et al., 2017).

Formula 4 dan 7 rata-rata memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan formula lainnya, hal ini disebabkan karena isopropil miristat dan asam oleat mempunyai pH yang asam, sedangkan formula 4 dan 7 menggunakan konsentrasi isopropil miristat dan asam oleat yang paling tinggi sehingga menurunkan nilai pH. dari tambalan. (Borges dkk., 2013). Hal ini disebabkan karena asam oleat mempunyai sifat yang sama dengan stratum korneum, yaitu membuat asam oleat lebih mudah menembus sawar kulit, sehingga semakin tinggi konsentrasi asam oleat maka asam oleat lebih mudah berpenetrasi di kulit (Barry et al. ., 1987).

Gambar 6. Hasil pengujian FTIR (a) meloksikam (b) PEG 6000 (c) DPM  Tabel 2. Hasil Pengujian FTIR
Gambar 6. Hasil pengujian FTIR (a) meloksikam (b) PEG 6000 (c) DPM Tabel 2. Hasil Pengujian FTIR

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI

Luaran Wajib

IDENTITAS JURNAL

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Pengaruh propilen glikol dalam patch dispersi padat ketoprofen terhadap sifat fisikokimia dan laju penetrasi. Pemodelan kinetik pelepasan obat dari sistem penghantaran obat terkontrol Acta Poloniae Pharmaceutica - Penelitian Obat. Desain dan pengembangan patch transdermal meloxicam berbasis dendrimer untuk pengobatan arthritis.

Efektivitas Peningkat Penetrasi, Isopropil Miristat dalam Krim Antioksidan Ekstrak Biji Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.). Jurnal Ilmu Farmasi dan Kedokteran. Dispersi Padat Meloxicam-PEG6000 dalam Tablet yang Terdisintegrasi Cepat: Persiapan, Karakterisasi In Vitro dan In Vivo.

Gambar

Gambar 1. Struktur Meloksikam (Sweetman, 2009)
Gambar 2. Struktur Isopropil Miristat (Rowe et al., 2009).
Gambar 3. Struktur kimia Natrium Lauril Sulfat. (Rowe et al., 2009)
Gambar 4. Roadmap Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait