Adanya tata kelola perusahaan yang baik akan menciptakan ketahanan finansial dalam perusahaan, membawa perusahaan pada hasil yang lebih baik dan juga akan melindungi suara dan kepentingan pemegang saham minoritas. 2002), menemukan bahwa perlindungan investor berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang efektif. Beberapa indikasi buruknya praktik tata kelola perusahaan di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Indriantoro (2000), yaitu karena: struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia masih didominasi oleh keluarga, fungsi dewan direksi masih sangat rendah, sehingga perlindungan terhadap investor kecil juga sangat rendah, namun terdapat komite audit yang menjamin kualitas laporan keuangan yang disajikan perusahaan, lemahnya praktik bisnis yang adil di Indonesia, transparansi dan pengungkapan yang masih rendah, buruknya manajemen risiko di Indonesia. perusahaan dan lemahnya perlindungan terhadap kreditor. Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan Coombes dan Watson (2000) menunjukkan bahwa investor bersedia memberikan premi yang lebih tinggi kepada perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Ada beberapa indikator mekanisme tata kelola perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini dan akan diuji terhadap empat hal, yaitu: keberadaan dewan. Hal ini bertujuan karena tata kelola perusahaan yang baik memberikan kendali kepada masyarakat untuk memantau perusahaan dan juga agar investor dapat mengetahui dengan baik kinerja laporan keuangan perusahaan karena prinsip keterbukaan telah diterapkan sehingga investor juga dapat memahami nilai perusahaan. untuk mengetahui perusahaan tersebut. perusahaan yang ada sudah benar. Seperti penelitian Shleifer dan Vishny (1997); John dan Senbet (1998); dan Hermalin dan Weisbach (2003) memberikan bukti bahwa tata kelola perusahaan yang baik akan memberikan nilai lebih besar bagi perusahaan, meningkatkan produktivitas perusahaan, dan memiliki risiko kegagalan keuangan sistematis yang lebih rendah.
Studi lain yang dilakukan Mitton (2002), dengan sampel 398 perusahaan di berbagai negara seperti Korea, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand, menemukan bahwa pada saat krisis Asia tahun 1997 dan 1998, perusahaan dengan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi), secara publik perusahaan milik sendiri dan perusahaan yang fokus pada bisnisnya memiliki kinerja yang lebih baik. Selain itu, penelitian Brown dan Caylor (2004) terhadap 2.327 perusahaan di Amerika juga menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik relatif lebih menguntungkan dan bernilai serta memberikan dividen yang lebih banyak kepada pemegang saham. Penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu berupa nilai bisnis yang dinyatakan dalam bentuk Tobin’s Q.
Anderson dan Reeb (2003) juga meneliti bahwa perusahaan yang diwakili oleh keluarga mempunyai kinerja nilai perusahaan yang diungkapkan dalam Tobin’s Q lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak diwakili oleh keluarga.
Data, dan Variabel
Hasil
Dengan kata lain persentase pengaruh dewan pengawas independen di perusahaan (DKI), jumlah direksi di perusahaan (JDD), porsi kepemilikan manajemen di perusahaan (KM), porsi kepemilikan institusional pada perusahaan (KI), keterwakilan keluarga pemilik usaha dalam kepemilikan institusional (KIK), leverage (LEV) dan Return on Assets (ROA) terhadap nilai perusahaan (Tobin's Q) pada berbagai perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 74,2%. Pada hipotesis yang dikemukakan sebelumnya dikatakan bahwa dewan pengawas yang independen akan memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh Tobin’s Q, namun sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada sektor industri yang beragam dengan jumlah 31 perusahaan dari Dari Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, belum terbukti hipotesis peneliti mempunyai pengaruh positif signifikan. Namun setelah diselidiki ternyata hipotesis tersebut ditolak dan membuahkan hasil signifikan yang berpengaruh positif terhadap nilai bisnis, sejalan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam hal ini peneliti mengalami kesalahan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu peneliti menolak H0 yang ternyata benar yaitu dewan direksi tidak memberikan dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang seharusnya diterima dan dibuktikan. menjadi kenyataan. signifikan pada hasil regresi yang ditunjukkan di atas, namun peneliti menetapkan hipotesis H1 yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Menurut Brickley dan James (1987), dan Weishbach (1988) ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan karena direktur berkontribusi terhadap nilai perusahaan melalui kegiatan evaluasi, keputusan strategis yang berkaitan dengan pertukaran pemikiran dan ide ke tingkat lanjut. perusahaan dan mengurangi inefisiensi kinerja rendah. Dalam penelitian ini peneliti berhipotesis bahwa jumlah dewan direksi bersifat mengakar, artinya hipotesis peneliti didasarkan pada kenyataan bahwa semakin banyak jumlah dewan direksi maka nilai kinerja perusahaan akan semakin menurun, karena semakin direksi akan semakin sulit melakukan koordinasi dalam pengambilan keputusan dan adanya kepentingan pribadi.
Dengan bertambahnya jumlah dewan direksi yang ada dan adanya keterwakilan keluarga, maka nilai perusahaan akan meningkat. H2), hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah direktur maka nilai perusahaan akan semakin meningkat, artinya semakin banyak jumlah direktur, apalagi banyak yang berasal dari keluarga maka manajemen akan dapat bekerja secara efektif. Pada hipotesis yang dikemukakan sebelumnya disebutkan bahwa kepemilikan manajerial akan meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan yang tercermin pada nilai perusahaan.
Temuan ini juga sejalan dengan Sudarma (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t pengaruh proporsi kepemilikan institusional (KI) terhadap Tobin's Q memberikan nilai koefisien regresi sebesar 0,172 dan nilai signifikansi sebesar 0,364, karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka disimpulkan bahwa proporsi kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q. Pada hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya mengatakan bahwa kepemilikan institusional akan meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan yang tercermin pada nilai perusahaan.
Temuan Demsetz dan Villalonga (2001) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan karena kepemilikan institusional tidak bisa menjadi mekanisme peningkatan nilai perusahaan karena tindakan yang diambil atau dilakukan oleh manajer dan manajemen perusahaan. perusahaan belum tentu sepenuhnya dimiliki secara institusional. investor. Selain itu, Thomsen dkk. 2006) juga menemukan dalam penelitiannya di Amerika dan Eropa bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, karena ketika konsentrasi kepemilikan cenderung tinggi (mayoritas), maka terdapat perlindungan terhadap pemegangnya. Hasil uji t pengaruh keterwakilan keluarga terhadap kepemilikan institusional (DKK) pada Tobin's Q memberikan nilai koefisien regresi sebesar 5,204 dan nilai signifikansi sebesar 0,468 karena nilai signifikansi lebih besar dari 5%.
Hipotesis yang dikemukakan sebelumnya menyatakan bahwa keterwakilan keluarga dalam kepemilikan institusional akan meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan yang tercermin pada nilai perusahaan. Slovin dan Suskha (1993) berpendapat bahwa jika pemegang saham pengendali mempunyai kepentingan yang sama dengan manajer, mereka dapat berkolusi untuk mengambil keuntungan dari perusahaan sehingga menurunkan nilai perusahaan.
Kesimpulan
Variabel kontrol utang (leverage) dan profitabilitas (ROA) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menggunakan utang dalam melakukan investasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemampuan profitabilitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh laba juga berpengaruh positif signifikan, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan aset secara efektif dan efisien akan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Tata Kelola Perusahaan di Selandia Baru: Pengaruh Companies Act 1993 terhadap Hubungan antara Komposisi Dewan dan Kinerja Perusahaan.
A cross-company analysis of the impact of corporate governance on the East Asian financial crisis. Ownership concentration, corporate control activity, and corporate value: Evidence from the death of internal blockholders.