• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Penggunaan Building Information Modeling (BIM) untuk Pelaksanaan Audit Probity

N/A
N/A
Agung Pramudya

Academic year: 2024

Membagikan "Studi Potensi Penggunaan Building Information Modeling (BIM) untuk Pelaksanaan Audit Probity"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

STUDI POTENSI PENGGUNAAN BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM) ARSITEKTUR UNTUK PELAKSANAAN PROBITY

AUDIT

(STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR KOTA BUKITTINGGI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata-1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andalas

Oleh:

AGUNG PRAMUDYA 2010922020

Pembimbing:

Ir AKHMAD SURAJI, M.T, Ph.D, IPM

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2023

(3)

3

ABSTRAK

Pelaksanaan audit di bidang pemerintah memiliki peran penting untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan menggunakan anggaran negara/daerah sesuai dengan yang seharusnya, salah satu jenis kegiatan yang diawasi oleh auditor adalah pekerjaan konstruksi. Secara umum, pengadaan dimulai dari perencanaan, persiapan pengadaan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak dan serah terima barang/jasa. Auditor dapat melakukan pengawasan sepanjang kegiatan yang biasa disebut dengan probity audit. Probity audit juga merupakan upaya untuk memperkuat pengendalian intern dan manajemen risiko pengadaan barang/jasa melalui peran APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah). BIM adalah representasi digital dari karakter fisik dan karakter fungsional suatu bangunan (atau obyek BIM). Karena itu, di dalamnya terkandung semua informasi yang terintegrasi mengenai elemen-elemen bangunan tersebut yang digunakan sebagai basis pengambilan keputusan dalam kurun waktu siklus umur bangunan, sejak konsep hingga demolisi. Potensi yang timbul atas transformasi digital konstruksi dengan penerapan BIM dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan Probity Audit, karena Auditor dapat segera mendeteksi permasalahan yang akan mengganggu kuantitas, kualitas dan waktu pada pelaksanaan konstruksi dengan memanfaatkan segala informasi yang telah tersedia dengan penerapan BIM.

Hasil yang nantinya didapatkan berupa informasi dari BIM yaitu pemodelan arsitektur menggunakan software Autodesk Revit, data arsitektur berupa perubahan kegiatan, pemantauan pelaksanaan kegiatan, pembayaran hasil dan prestasi pekerjaan menggunakan software Microsoft Project serta integrasi data dan model menggunakan software Autodesk Navisworks, dimana semua software tersebut dapat membantu dan menunjang dalam pelaksanaan Probity Audit dari Lembaga Inspektorat sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Dari hasil tersebut dapat dilihat nantinya jika BIM efektif dan efisiensi serta sangat berpotensi dalam pelaksanaan Probity Audit suatu proyek konstruksi.

Kata Kunci : Probity Audit, Building Information Modelling (BIM)

(4)

4

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 3

DAFTAR GAMBAR ... 6

DAFTAR TABEL... 9

BAB I PENDAHULUAN ... 10

1.1 Latar Belakang ... 10

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 12

1.3 Batasan Masalah ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Probity Audit ... 5

2.2 Building Information Modelling (BIM) ... 6

2.2.1 Dimensi BIM ... 6

2.2.2 Manfaat Building Information Modelling (BIM) ... 10

2.2.3 Software Building Information Modelling (BIM) ... 11

2.2.3.1 Revit ... 11

2.2.3.2 Autodesk Navisworks Manage ... 11

2.2.3.3 Microsoft Project ... 11

2.1.3.4 Microsoft Office ... 12

2.3Hubungan BIM dengan Probity Audit ... 12

2.4Pekerjaan Arsitektur... 13

2.4.1 Pekerjaan Dinding ... 13

2.4.2 Pekerjaan Pintu dan Jendela ... 14

2.4.3 Pekerjaan Plafond / Ceiling ... 14

2.4.4 Pekerjaan Lantai ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1Metodologi ... 13

3.1.1 Deskripsi Objek Bangunan ... 13

3.1.2 Diagram Alir Prosedur Pengerjaan ... 13

3.1.3 Prosedur Penelitian... 14

3.1.3.1 Tinjauan Pustaka ... 14

3.1.3.2 Pengumpulan Data ... 14

3.1.3.3 Interview dan FGD Pra Kegiatan BIMisasi PA dengan para auditor ... 14

3.1.3.4 Pemodelan dan Pemasukkan Data Arsitektur Bangunan Menggunakan BIM ... 14

3.1.3.5 Uji Coba PA Oleh Para Auditor Menggunakan BIM ... 14

3.1.3.6 FGD Validasi Hasil Potensi Penggunaan BIM Arsitektur Dalam PA ... 14

3.2Kerangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

(5)

5

4.1Penerapan Building Information Modeling (BIM) Arsitektur Untuk Pelaksanaan Probity

Audit pada Pembangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi ... 13

4.2Permodelan Arsitektur Bangunan ... 13

4.2.1 Pengoperasian Awal ... 13

4.2.2 Setting Grid dan Level ... 15

4.2.3 Permodelan Dinding ... 19

4.2.4 Permodelan Lantai ... 21

4.2.5 Permodelan Pintu ... 22

4.2.6 Permodelan Jendela ... 29

4.2.7 Permodelan Plafon ... 33

4.2.8 Permodelan Cat ... 37

4.2.9 Permodelan Atap ... 40

4.2.10 Permodelan Façade ... 42

4.3Data Arsitektur ... 44

4.3.1 Pengoperasian Awal Microsoft Project ... 45

4.3.2 Pengaturan Microsoft Project ... 46

4.3.3 Pengoperasian Microsoft Project ... 50

4.3.4 Perubahan Kegiatan ... 51

4.3.5 Pemantauan Hasil Pekerjaan dan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan ... 54

4.3.6 Pembayaran Prestasi Pekerjaan dan Pembayaran Hasil Pekerjaan ... 57

4.4 Integrasi data dan model ... 59

4.4.1 Pengoperasian Awal Autodesk Navisworks ... 60

4.4.2 Integrasi BIM... 61

4.5 FGD Validasi Hasil BIM Struktur Dalam PA ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(6)

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram Alir Prosedur Penelitian ... 13

Gambar 4. 1 Tampilan Autodesk Revit Home ... 14

Gambar 4. 2 Lembar Kerja Autodesk Revit ... 14

Gambar 4. 3 Proses import file IFC pada Autodesk Revit 2024 ... 15

Gambar 4. 4 Hasil import file IFC pada Autodesk Revit 2024 ... 15

Gambar 4. 5 Proses menghapus grid dan level di Autodesk Revit 2024 ... 16

Gambar 4. 6 Proses mengatur panjang grid di Autodesk Revit 2024 ... 16

Gambar 4. 7 Mengatur posisi keterangan grid di Autodesk Revit 2024 ... 17

Gambar 4. 8 Hasil setting grid di Autodesk Revit 2024... 17

Gambar 4. 9 Proses mengatur panjang level pada Autodesk Revit 2024 ... 18

Gambar 4. 10 Proses mengatur posisi keterangan level di Autodesk Revit 2024 ... 18

Gambar 4. 11 Hasil setting level pada Autodesk Revit 2024 ... 19

Gambar 4. 12 Proses setting dinding di Autodesk Revit 2024 ... 20

Gambar 4. 13 Proses membuat dinding pada Autodesk Revit 2024 ... 20

Gambar 4. 14 Hasil permodelan dinding di Autodesk Revit 2024 ... 21

Gambar 4. 15 Proses setting komponen lantai di Autodesk Revit 2024 ... 21

Gambar 4. 16 Proses membuat sketsa untuk komponen lantai di Autodesk Revit 2024 ... 22

Gambar 4. 17 Hasil permodelan lantai pada Autodesk Revit 2024 ... 22

Gambar 4. 18 Proses memilih file family pada Autodesk Revit 2024 ... 23

Gambar 4. 19 Proses menghapus frame pintu di Autodesk Revit 2024 ... 23

Gambar 4. 20 Proses mengatur lebar pintu di Autodesk Revit 2024 ... 24

Gambar 4. 21 Proses mengubah tinggi pintu di Autodesk Revit 2024 ... 24

Gambar 4. 22 Proses membuat sketsa kusen pintu di Autodesk Revit 2024 ... 25

Gambar 4. 23 Proses mengatur ketebalan kusen pintu di Autodesk Revit 2024 ... 25

Gambar 4. 24 Proses permodelan daun pintu di Autodesk Revit 2024 ... 26

Gambar 4. 25 Hasil permodelan pintu menggunakan Extrusion di Autodesk Revit 2024 ... 26

Gambar 4. 26 Proses setting material pintu di Autodesk Revit 2024 ... 27

Gambar 4. 27 Hasil permodelan pintu setelah perubahan material di Autodesk Revit 2024 ... 27

Gambar 4. 28 Proses export family pintu ke dalam permodelan bangunan ... 28

Gambar 4. 29 Hasil permodelan pintu di bangunan ... 28

Gambar 4. 30 Proses memilih file family pada Autodesk Revit 2024 ... 29

Gambar 4. 31 Proses mengatur lebar jendela di Autodesk Revit 2024 ... 29

Gambar 4. 32 Proses mengubah tinggi jendela pada Autodesk Revit 2024 ... 30

Gambar 4. 33 Proses membuat sketsa model kusen jendela ... 30

Gambar 4. 34 Proses mengatur tebal kusen jendela ... 31

Gambar 4. 35 Proses membuat sketsa kaca jendela ... 31

Gambar 4. 36 Proses mengubah material jendela ... 32

Gambar 4. 37 Hasil permodelan jendela di Autodesk Revit 2024 ... 32

Gambar 4. 38 Hasil export family jendela ... 33

Gambar 4. 39 Menambahkan level untuk plafon di Autodesk Revit 2024 ... 34

Gambar 4. 40 Sketsa pembuatan rangka plafon di Autodesk Revit 2024 ... 34

Gambar 4. 41 Hasil permodelan rangka plafon di Autodesk Revit 2024 ... 35

Gambar 4. 42 Type Properties untuk plafon ... 35

Gambar 4. 43 Setting untuk jenis, material, dan ketebalan plafon ... 36

Gambar 4. 44 Menu Ceiling pada Revit ... 36

Gambar 4. 45 Sketsa plafon pada Revit ... 36

Gambar 4. 46 Hasil Permodelan Plafon di Revit ... 37

(7)

7

Gambar 4. 47 Menu Model In-Place pada Revit 2024 ... 37

Gambar 4. 48 Kotak dialog Family Category and Parameters pada Revit ... 38

Gambar 4. 49 Menu Forms pada Revit 2024 ... 38

Gambar 4. 50 Sketsa untuk permodelan cat pada Revit ... 38

Gambar 4. 51 Mengatur ketebalan model cat pada Revit 2024 ... 39

Gambar 4. 52 Pemilihan material model cat di Revit ... 39

Gambar 4. 53 Plan Views pada aplikasi Revit 2024 ... 40

Gambar 4. 54 Kotak dialog New Floor Plan pada Revit 2024 ... 41

Gambar 4. 55 Shorcut Roof untuk permodelan atap di Revit ... 41

Gambar 4. 56 Sketsa untuk permodelan atap pada Revit 2024... 42

Gambar 4. 57 Hasil permodelan atap pada Revit 2024 ... 42

Gambar 4. 58 Sketsa untuk permodelan facade di Revit 2024 ... 43

Gambar 4. 59 Mengatur tinggi dari facade di Revit 2024 ... 43

Gambar 4. 60 Material facade yang sudah diubah menjadi material kayu ... 44

Gambar 4. 61 Hasil permodelan facade di Revit 2024 ... 44

Gambar 4. 62 Tampilan Awal Microsoft Project ... 45

Gambar 4. 63 Tampilan Lembar Kerja Microsoft Project ... 45

Gambar 4. 64 Tampilan Options ... 46

Gambar 4. 65 Tampilan Tab Display ... 46

Gambar 4. 66 Tampilan Tab Schedule ... 47

Gambar 4. 67 Tampilan Gantt Chart Format ... 48

Gambar 4. 68 Tampilan Change Working Times ... 48

Gambar 4. 69 Tampilan Work Weeks ... 49

Gambar 4. 70 Tampilan Pengaturan Jam Kerja ... 49

Gambar 4. 71 Tampilan Data Arsitektur dalam Aplikasi Microsoft Project ... 50

Gambar 4. 72 Tampilan Schedule Rencana Data Arsitektur ... 50

Gambar 4. 73 Tampilan Set Baseline ... 51

Gambar 4. 74 Tampilan Task Usage ... 51

Gambar 4. 75 Tampilan Biaya Awal Pekerjaan Arsitektur ... 52

Gambar 4. 76 Tampilan Biaya Pada Saat Addendum Pertama ... 52

Gambar 4. 77 Tampilan Task Usage ... 53

Gambar 4. 78 Tampilan Biaya Setelah Addendum Pertama ... 53

Gambar 4. 79 Tampilan Biaya Setelah Addendum Kedua ... 54

Gambar 4. 80 Tampilan Custom Field Number ... 54

Gambar 4. 81 Tampilan Tables ... 55

Gambar 4. 82 Tampilan Gantt Chart ... 55

Gambar 4. 83 Tampilan Task Usage ... 56

Gambar 4. 84 Tampilan Tables ... 56

Gambar 4. 85 Tampilan Progres Setelah Addendum Pertama ... 57

Gambar 4. 86 Tampilan Progres Setelah Addendum Kedua ... 57

Gambar 4. 87 Tampilan Tables ... 58

Gambar 4. 88 Tampilan Gantt Chart Setelah Addendum Pertama ... 58

Gambar 4. 89 Tampilan Gantt Chart Setelah Addendum Kedua ... 59

Gambar 4. 90 Tampilan Tabel Progres dan Biaya ... 59

Gambar 4. 91 Tampilan Autodesk Navisworks ... 60

Gambar 4. 92 Tampilan Awal Autodesk Navisworks ... 60

Gambar 4. 93 Tampilan Ekspor File Dari Format .rvt Ke .ifc ... 61

Gambar 4. 94 Tampilan Application Button... 61

Gambar 4. 95 Tampilan 3D Pemodelan Arsitektur ... 62

Gambar 4. 96 Tampilan Selection Tree ... 62

(8)

8

Gambar 4. 97 Tampilan Sets Object ... 63

Gambar 4. 98 Import File Microsoft Project ... 63

Gambar 4. 99 Letak File Microsoft Project... 64

Gambar 4. 100 Field Selector Data Arsitektur Rencana ... 64

Gambar 4. 101 Field Selector Data Arsitektur Addendum ... 65

Gambar 4. 102 Refresh Microsoft Project ... 65

Gambar 4. 103 Tampilan Refresh From Data Source ... 66

Gambar 4. 104 Tampilan Timeliner ... 66

Gambar 4. 105 Fill Down Item Pekerjaan Arsitektur ... 67

Gambar 4. 106 Pengaturan Simulasi Data Arsitektur dan Pemodelan Arsitektur ... 67

Gambar 4. 107 Simulasi Integrasi BIM ... 68

Gambar 4. 108 Tampilan Integrasi BIM Rencana ... 68

Gambar 4. 109 Tampilan Integrasi BIM Addendum Pertama ... 69

Gambar 4. 110 Tampilan Integrasi BIM Addendum Kedua ... 69

Gambar 4. 111 FGD Validasi BIM dalam PA ... 71

(9)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Probity Audit dengan BIM ... 12 Tabel 3.1 Kerangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ... 15

(10)

10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJ) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, sehingga pengadaan barang/jasa pemerintah turut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pemerintahan (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2019). Oleh karena itu, pengadaan jasa konstruksi merupakan kegiatan penting, karena merupakan salah satu upaya dalam pemenuhan barang publik yang menjadi tugas pemerintah, serta turut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pemerintahan. Secara prinsip, pengadaan jasa konstruksi pemerintah, seharusnya dilakukan dengan proses yang efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Dengan demikian konstruksi yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan pemerintah secara ekonomis, efisien dan efektif (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2019)

Upaya untuk menjadikan proses pengadaan jasa konstruksi menjadi proses yang dikelola dan dilaksanakan dengan baik terus diupayakan oleh pemerintah, diantaranya dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) nomor 16 tahun 2018. Peraturan ini juga dengan jelas menegaskan bahwa pengadaan jasa konstruksi harus menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Penerapan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat menghasilkan proses pengadaan jasa konstruksi yang beretika diantaranya dengan mengurangi gejala fraud seperti mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, mencegah kebocoran keuangan negara, mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dan suap dalam bentuk apapun (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2019).

Menteri/kepala Lembaga/Kepala Daerah wajib melakukan pengawasan pengadaan jasa konstruksi melalui Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Pengawasan tersebut dilakukan melalui kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi dan/atau penyelenggaraan whistleblowing system. Pengawasan yang dilakukan oleh APIP tersebut dilaksanakan sejak perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima pekerjaan (Peraturan Presiden, 2018).

Salah satu upaya untuk mewujudkan peran APIP dalam melakukan pengawasan pengadaan jasa konstruksi adalah melaksanakan audit selama proses pengadaan jasa konstruksi berlangsung (real time audit) dengan mendasarkan pada prinsip- prinsip probity, yang disebut sebagai Probity Audit (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2019).

(11)

11

Probity Audit bertujuan untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan sesuai dengan probity requirement yaitu mentaati prosedur pengadaan sesuai ketentuan, sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa (efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel) serta sesuai dengan etika pengadaan barang/jasa berdasarkan hasil audit atas data/dokumen/informasi yang diterima auditor. Audit probity juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi/saran perbaikan atas proses pengadaan barang/jasa yang sedang berlangsung terkait dengan isu-isu probity (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2019).

Probity Audit diterapkan selama proses pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi (real time) untuk memastikan bahwa seluruh ketentuan telah diikuti dengan benar, jujur dan penuh integritas, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa (early warning). Probity audit ini juga merupakan bagian dari proses manajemen risiko dalam rangka mencapai tujuan pengadaan jasa konstruksi yang terdiri atas kesesuaian biaya, kesesuaian mutu dan kesesuaian waktu pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, penggunaan inovasi teknologi mutlak diperlukan dalam upaya menuju transformasi digital konstruksi untuk mewujudkan peningkatan mutu metode pelaksanaan, percepatan pembangunan, pelaksanaan yang efisien, dan kualitas bangunan infrastruktur yang baik sehingga dapat meningkatkan daya saing nasional di era industri 4.0. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi yang salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Building Information Modelling (BIM) pada pelaksanaan proyek konstruksi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dimana Building Information Modelling (BIM) saat ini telah diharuskan penggunaannya sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Republik Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Gedung Negara.

Dapat diketahui bahwa adanya potensi yang timbul atas transformasi digital konstruksi dengan penerapan BIM dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan Probity Audit, karena Auditor dapat segera mendeteksi permasalahan yang akan mengganggu kuantitas, kualitas dan waktu pada pelaksanaan konstruksi dengan memanfaatkan segala informasi yang telah tersedia dengan penerapan BIM. Oleh karena itu, diperlukan studi dalam menggali potensi-potensi yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan Probity Audit akibat penerapan BIM dalam suatu proyek konstruksi.

Dalam pendahuluan telah dilakukan interview dengan Badan Pengawasan Keuangan dan juga Inspektorat sebagai yang melaksanakan audit dalam hal eksternal dan internal audit. Interview yang dilakukan terhadap pihak eksternal mendapatkan hasil dimana pihak eksternal melakukan audit setelah pembangunan

(12)

12

konstruksi selesai. Badan Pengawasan Keuangan sangat membutuhkan data audit dari pihak internal agar mengetahui apa saja pekerjaan terutama pekerjaan kritis dari suatu konstruksi yang akan diaudit. Building Information Modelling ini sangat bermanfaat dari pihak eksternal untuk mempermudah dalam audit yang mereka lakukan setelah dilakukannya serah terima pekerjaan kembali oleh kontraktor.

Sedangkan dari pihak internal, audit yang dilakukan yaitu pada saat PPK menyerahkan lokasi pekerjaan kepada penyedia barang/jasa, dimana pihak internal melakukan audit dengan tujuan agar pekerjaan konstruksi dilaksanakan sesuai dengan kontrak termasuk dengan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ada dalam kontrak. BIM nantinya sangat membantu audit dari pihak internal untuk mempermudah pekerjaan pihak auditor untuk melakukan audit tanpa harus melaksanakannya secara langsung dan juga dapat menjadi early warning system sehingga minim nantinya terjadin kesalahan pada saat konstruksi.

1.2 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi pengunaan BIM pada arsitektur bangunan Gedung untuk efektivitas pelaksanaan Probity Audit.

2. Memodelkan informasi menggunakan BIM untuk pelaksanaan Probity Audit.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan probity audit dengan menggunakan BIM pada arsitektur bangunan gedung.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan tugas akhir ini semakin fokus dan terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang dilakukan yaitu:

1. Menggunakan software BIM yang mendukung untuk pemodelan 3D hingga 5D Bangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi.

2. Pemodelan arsitektur bangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi dibuat sesuai dengan Detail Engineering Design (DED).

3. Untuk scheduling menggunakan data aplikasi MS Project, dimana data yang dibutuhkan didapat dari perencanaan proyek dan juga didapat dari data realisasi proyek tersebut.

4. Untuk Probity Audit hanya dilaksanakan pada tahap pelaksanaan.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probity Audit

Probity audit dapat mengarah pada proses penilaian yang independen yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai dan independen bahwa kegiatan penyediaan barang dan jasa telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip penegakan kejujuran, kebenaran, dan integritas (Ramadhan dkk, 2019) . Selain itu, kegiatan penyediaan harus dipastikan telah memenuhi ketentuan peraturan dan perundangan demi meningkatkan akuntabilitas dalam penggunaan dana sektor publik.

Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2012) praktik probity audit pada penyediaan barang dan jasa oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diawasi oleh Inspektorat dari awal perencanaan kebutuhan hingga pemanfaatan untuk menghindari konflik dan permasalahan serta praktik korupsi, peningkatan integritas pada lembaga sektor publik yang dapat diupayakan baik melalui perubahan perilaku maupun perubahan organisasi, peningkatan keyakinan kepada masyarakat bahwa pelayanan masyarakat dilaksanakan dengan proses yang terpercaya, dan terintegritas, pemberian keyakinan secara objektif, terpercaya dan independen atas transparansi dalam proses penyediaan barang dan jasa, serta penurunan potensi masalah hukum.

Probity Audit utamanya dilakukan terhadap paket pekerjaan yang bersifat strategis (melibatkan kepentingan masyarakat, merupakan pelayanan dasar masyarakat, dan terkait dengan isu politis). Dalam pelaksanaannya, Probity audit terutama dilakukan bersamaan dengan proses pengadaan barang/jasa atau segera setelah proses pengadaan barang/jasa terjadi (real time audit). Dengan demikian, teknik Probity Audit yang lebih diutamakan adalah peninjauan fisik, observasi atas proses tahapan pengadaan barang/jasa, analisis, konfirmasi, diskusi, dan klarifikasi tanpa mengesampingkan teknik-teknik audit yang lainnya.

Langkah-langkah pelaksanaan Probity audit mengacu pada pedoman pelaksanaan probity audit yang mencakup:

1. Audit atas Tahap Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Barang/Jasa;

2. Audit atas Tahap Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

3. Audit atas Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

4. Audit atas Tahap Pelaksanaan Kontrak Jasa Konstruksi;

5. Audit atas Tahap Pelaksanaan dan Kontrak Jasa Konsultansi Badan Usaha;

6. Audit atas Tahap Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa lainnya;

7. Audit atas Swakelola

(14)

6

2.2 Building Information Modelling (BIM)

BIM berfungsi sebagai sumber informasi bersama yang dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan selama siklus hidup bangunan, digunakan sebagai suatu metoda untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang spesifik. BIM menyediakan sistem integritas dari keseluruhan desain serta konstruksi dan mampu mengkoordinasi proses secara digital dari tahap pra konstruksi sampai dengan tahap konstruksi. Sehinga, dengan adanya BIM, ketiga sektor (Architecture, Engineering, and Construction) dapat berkolaborasi dalam satu sistem, yaitu BIM. Dasar pemikiran BIM adalah kolaborasi oleh pemangku kepentingan yang berbeda pada berbagai fase siklus hidup pelaksanaannya dari mulai memasukkan data, mengekstrak, memperbaharui atau memodifikasi informasi dalam BIM untuk mendukung dan mewakili peran dari pemangku kepentingan tersebut. Manfaat paling besar dalam penggunaan BIM adalah pengurangan biaya, penghematan waktu, dan kontrol yang lebih efisien di seluruh siklus hidup proyek (Bryde, Broquetas dan Volm 2013).

Menurut Pantiaga (2021) Pada dalam penelitian Telaga tahun 2018 menemukan bahwa artikel pertama tentang BIM di Indonesia diterbitkan pada 2013 yang menjelaskan pengalaman implementasi BIM di beberapa proyek konstruksi di Indonesia, dan penggunaan BIM pertama yang didokumentasikan dalam industri konstruksi Indonesia adalah pada tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa adopsi BIM di Indonesia tertinggal dengan negara maju yang telah menggunakan BIM sejak tahun 2000.

Berdasarkan Standar Protokol BIM Kementerian PUPR tahun 2020 proyek pekerjaan konstruksi yang harus menerapkan BIM antara lain:

1. Pekerjaan kontruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (desain and build), meliputi pekerjaan kompleks dan pekerjaan mendesak, dengan kriteria dan ketentuan sesuai diatur dalam Permen PUPR No. 1 Tahun 2020, dan / atau;

2. Pekerjaan kontruksi yang bernilai di atas Rp.100.000.000.000,00 (Seratus Milyar Rupiah), dan / atau;

3. Proyek Strategis Nasional (PSN), dan atau;

4. Pekerjaan konstruksi bangunan gedung tidak sederhana dengan kriteria luas di atas 2000 m2 (dua ribu meter persegi) dan di atas 2 (dua) lantai, dan atau;

5. Pekerjaan konstruksi Bangunan Gedung Negara dengan klasifikasi khusus, dengan kriteria dan ketentuan sesuai diatur dalam Permen PUPR No. 22 Tahun 2018.

2.2.1 Dimensi BIM a. 1D BIM

Fondasi awal BIM adalah dokumentasi seluruh persyaratan yang terkait dengan konstruksi siklus hidup proyek. Informasi yang tersebar dari pemangku

(15)

7

kepentingan dan kerja tim diintegrasikan ke dalam platform BIM untuk membentuk dasar untuk mengelola perubahan konfigurasi dan dokumen.

Dokumentasi menjelaskan proses produksi dan berbagi informasi penting selama masa commissioning proyek pembangunan infrastruktur. Itu kumpulan dokumen proyek yang terstruktur memfasilitasi proses manajemen informasi dan memungkinkan manajer proyek untuk melakukannya bertukar informasi di antara anggota tim proyek dan menjaga mereka tetap pada jalurnya dengan akses yang konsisten terhadap Teknik spesifikasi, gambar arsitektur, fitur peralatan, dan persyaratan produk. Dokumen yang tepat manajemen adalah prasyarat untuk memproses perubahan dan menyimpan catatan berbagai versi dokumen. Akses pemangku kepentingan internal dan eksternal terhadap dokumen ditentukan dalam sistem manajemen dokumen, memungkinkan real- time akses ke arsip yang komprehensif. Sentralisasi semua dokumen penting yang penting untuk perencanaan, penyampaian, dan pengelolaan fasilitas membantu pemilik untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang dimensi informasi dan distribusinya pemangku kepentingan. Aspek BIM ini menyederhanakan berbagai tahapan proses pembangunan infrastruktur.

b. 2D BIM

Pemodelan proyek dalam dua dimensi terbatas pada representasi proyek sederhana pada sumbu X dan sumbu Y desain dan gambar. Perencanaan terutama dilakukan dalam dua dimensi dan menghubungkan kendala dan tujuan dengan spesifikasi proyek. BIM 2D, sebagai bentuk model konstruksi paling awal, memungkinkan terjadinya aktivitas perencanaan mendasar dilakukan lebih cepat dan dalam format yang lebih sederhana. Namun, dalam proyek infrastruktur yang besar dan kompleks, perlu dilakukan penjabaran lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa rencana dan desain sempurna yang hemat biaya dihasilkan dan diterapkan untuk mendukung sasaran penyerahan proyek konstruksi. Dengan dimasukkannya lebih banyak variabel dan kendala, perencanaan rinci menjadi lebih banyak rumit dan kebutuhan untuk memvisualisasikan parameter muncul.

c. 3D BIM

Melakukan desain dan perencanaan dalam lingkungan tiga dimensi meningkatkan kejelasan dan ketelitian proses. Ini memerlukan integrasi dan visualisasi informasi grafis dan non-grafis mulai dari ruang angkasa hubungan dan isometrik terhadap kuantitas yang diperkirakan. Kemungkinan bentrokan fisik dalam pembangunannya berbeda-beda komponen disimulasikan dan desainer dapat meningkatkan kualitas hasilnya. Ini adalah semacam jaminan kualitas dokumen desain yang menghilangkan kesalahan dan meningkatkan kepatuhan proyek dengan standar kualitas. Pembaruan apa pun seperti

(16)

8

pengembangan lebih lanjut, perubahan, dan pembongkaran dapat dikelola secara lebih terorganisir. BIM 3D adalah bantuan bagi pemangku kepentingan untuk mengoordinasikan kegiatan multidisiplin mereka dan menganalisis fitur struktural komponen. Data akurat tentang tiga aspek model dikumpulkan dan disimpan dalam database untuk digunakan dalam tahapan siklus hidup. BIM 3D menambah ruang pada gambar CAD (Computer-Aided Design) 2D tradisional dan memberikan gambaran yang lebih mendalam. wawasan tentang fitur grafis suatu fasilitas. Sebagai representasi virtual dari detail visual suatu fasilitas, BIM 3D membantu arsitek untuk mengidentifikasi konflik dalam dokumen desain. Visualisasi pra-konstruksi adalah penghindaran risiko terbaik strategi untuk mengurangi konflik besar fitur desain selama tahap pembangunan fasilitas baru.

d. 4D BIM

Penggabungan jadwal ke dalam model 3D suatu fasilitas memungkinkan pendeteksian kesalahan dalam waktu dan urutan kegiatan. Jadwal proyek harus diperiksa secara ketat terhadap setiap konflik dan gangguan dalam logika keras atau lunak ketergantungan aktivitas yang tampaknya bermasalah. Kemajuan kegiatan yang dijadwalkan disimulasikan menggunakan Alat analisis BIM sehingga jaringan aktivitas dapat dioptimalkan dan ditingkatkan.

Perkembangan berurutan dari instalasi, penggalian, dan aktivitas konstruksi lainnya, serta keterlambatan seperti waktu perawatan, ditunjukkan seluruh proses ini untuk memastikan konstruksi dan konsistensi jadwal. Menambahkan dimensi lain ke model grafis 3D fasilitas, jadwal yang lebih akurat dikembangkan setelah simulasi pentahapan konstruksi dan memperbaiki inefisiensi operasional serta masalah logistic.

e. 5D BIM

Dimensi BIM ini menggabungkan perkiraan biaya ke dalam BIM 4D untuk memungkinkan perencanaan biaya terintegrasi dan penganggaran proyek.

Perangkat lunak anggaran, perangkat lunak penjadwalan, dan model BIM 3D saling beroperasi secara mulus estimator dapat menganalisis modal dan biaya operasional selama tahap konstruksi. Sensitivitas biaya yang terlibat pelaksanaan setiap aktivitas dianalisis secara visual dari waktu ke waktu, yang memungkinkan dilakukannya survei kuantitas secara otomatis mencapai anggaran yang realistis. Alat ini dapat digunakan pada tahap pembangunan infrastruktur dengan melakukan pencatatan penyimpangan anggaran dari target awal. Elemen BIM 5D harus mampu mengekstraksi dan memvisualisasikan informasi terkait biaya yang akurat yang dapat dibagikan kepada estimator, pemilik, investor, dan kontraktor.

(17)

9

f. 6D BIM

BIM 6D mengoptimalkan konsumsi energi dan mengurangi biaya jangka panjang yang terkait dengan pengoperasiannya fasilitas dan meningkatkan kinerja. Dimensi BIM ini berkontribusi signifikan terhadap tujuan keberlanjutan dan menciptakan infrastruktur ramah lingkungan dengan melakukan konservasi energi di sektor pembangunan infrastruktur. Prediksi akurat tentang kebutuhan konstruksi energi dan biaya proyek di muka memberikan wawasan tentang keseluruhan biaya pengelolaan fasilitas, yang membantu desainer untuk mengadopsi pandangan jangka panjang tentang spesifikasi teknik. Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk meminimalkan konsumsi energi suatu fasilitas untuk memastikan kinerja energi bangunan yang optimal dan efektif. Alat manajemen energi mensimulasikan perilaku energi suatu fasilitas dalam jangka panjang.

g. 7D BIM

Literatur tidak memberikan batasan ketat antara 6D dan 7D. Elaborasi lebih lanjut tentang alat terkait menunjukkan bahwa BIM 7D mencakup lebih banyak informasi terkait siklus hidup yang diperlukan untuk mencapai efisiensi energi dan keberlanjutan sepanjang siklus hidup. Segala informasi yang penting untuk pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas mulai dari desain hingga pembongkaran diintegrasikan ke dalam 6D BIM untuk membentuk 7D BIM.

Informasi tersebut mencakup asset atribut, rincian operasi dan pemeliharaan selama periode commissioning proyek, spesifikasi fasilitas, rincian pemasangan dan garansi, jadwal pemeliharaan, manual, dan konfigurasi peralatan yang ada diperlukan untuk kinerja yang optimal. Pemilik dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengoptimalkan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur untuk mencapai tujuan keberlanjutan. BIM 7D membantu manajer memvisualisasikan biaya seumur hidup fasilitas dan membuat keputusan berdasarkan informasi dengan mempertimbangkan semua dampak seumur hidup dari keputusan mereka terhadap pengembangan atau perubahan di fasilitas tersebut. Informasi siklus hidup digunakan untuk memungkinkan desainer mempertimbangkan Total Biaya Kepemilikan (TCO) di perencanaan infrastruktur.

h. 8D BIM

Dimensi kedelapan BIM berkaitan dengan integrasi persyaratan kesehatan dan keselamatan di lokasi ke dalam BIM 7D untuk menjamin keselamatan seluruh personel baik selama tahap konstruksi dan pengoperasian fasilitas. Ini dimensi memungkinkan manajer untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan dan berkomunikasi dengan lancar untuk melaksanakan rencana keselamatan tahap awal dalam siklus hidup fasilitas. Perancang teknik dapat mengantisipasi

(18)

10

seluruh tindakan pencegahan dan komponen utama dalam desain fasilitas sehingga risiko keselamatan diminimalkan. Dimensi ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan masalah keselamatan terkait desain pada awal tahap perencanaan dan desain. Namun, aspek sistem BIM ini belum sepenuhnya terpenuhi diimplementasikan dalam praktiknya, dan masih diperlukan alat dan perangkat lunak yang lebih efektif untuk melakukan integrasi ini. BIM 8D dapat mendeteksi dan menghilangkan risiko keselamatan melalui analisis visual fasilitas dan komponennya.

i. 9D BIM

Integrasi persyaratan konstruksi ramping ke dalam BIM 8D membentuk BIM 9D sebagai alat potensial yang kuat untuk pengiriman dan pengoperasian fasilitas yang lebih efektif dengan penggunaan sumber daya dan modal yang optimal. Dimensi ini menekankan teknik pengelolaan sumber daya untuk meningkatkan alokasi dan penggunaan bahan, tenaga kerja, peralatan, dan peralatan selama umur fasilitas. 9D BIM menganalisis semua sumber daya yang terlibat dalam proses konstruksi dan pengoperasian infrastruktur.

Misalnya, wawasan yang berguna dapat diperoleh untuk penggunaan truk yang optimal untuk pengangkutan material, mengurangi jumlah kendaraan di lokasi dan jalan sirkulasi, menghilangkan tugas-tugas berulang yang tidak memberikan nilai tambah, dan mengurangi waktu siklus.

j. 10D BIM

BIM 10D adalah dimensi prospektif lain dari sistem BIM yang bertujuan untuk dimanfaatkan konstruksi industri dan menggabungkan rencana manajemen bencana. Dimensi ini mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan terhadap produktivitas selama desain, konstruksi, dan penyediaan fasilitas. Untuk meningkatkan produktivitas Pada tingkat tertentu, dimensi ini mendorong penggunaan drone dan mesin manufaktur. Kecerdasan buatan berperan peran penting dalam domain ini untuk mengotomatisasi perencanaan teknik dan prosedur pengendalian. Dimensi ini telah terjadi diperkenalkan baru-baru ini dan penerapannya belum dieksplorasi dan diuji lebih lanjut. Menggabungkan tingkat yang lebih tinggi otomatisasi dan pengendalian sistematis dalam pembangunan infrastruktur meningkatkan ketelitian proses ini dan meminimalkan risiko dampak berbahaya terhadap lingkungan dengan menggunakan manajemen informasi instan.

2.2.2 Manfaat Building Information Modelling (BIM)

BIM memberikan manfaat yang dapat mempermudah pekerjaan perencanaan maupun pengecekan dari suatu proyek konstruksi. Salah satu nya yaitu memperbaiki serta meningkatkan kualitas dari desain konstruksi, informasi yang

(19)

11

didapat akan lebih singkat untuk dipelajari mulai dari jadwal, anggaran dan volume yang dihasilkan akan lebih akurat. Selain itu, BIM dapat menyimpan seluruh informasi dari sebuah konstruksi dari mulai perencanaan, pemeliharaan, hingga pembongkaran dari konstruksi serta BIM juga dapat memperlihatkan virtualisasi dari sebuah proyek konstruksi tersebut.

2.2.3 Software Building Information Modelling (BIM) 2.2.3.1 Revit

Revit sedang membangun pemodelan informasi (BIM) perangkat lunak yang diproduksi oleh Autodesk. Kemiripannya ke perangkat lunak seperti AutoCAD atau SketchUp ada dalam kemampuannya untuk membangun simulasi model tiga dimensi bangunan. Tapi sementara AutoCAD dan SketchUp berhenti pada simulasi geometri suatu bangunan, Revit memungkinkan elemen di dalam bangunan model yang akan dihubungkan secara parametrik: komponen model seperti itu didefinisikan dan ditandai dengan parameter yang dapat disesuaikan.

2.2.3.2 Autodesk Navisworks Manage

Autodesk Navisworks Manage paling tepat digambarkan sebagai agregator model yang dirancang untuk menghadirkan menyatukan model 3D dan data desain terkait ke dalam satu lingkungan kerja review desain, analisis koordinasi, simulasi dan presentasi. Navisworks memiliki beberapa alat khusus seperti Clash Detective, TimeLiner, Animator, Quantification Workbook, dll. Mesin geometri 3D yang sangat optimal yang memungkinkan model proyek virtual komposit ini menjadi ditinjau secara interaktif, divisualisasikan dan dianalisis dalam berbagai cara untuk memvalidasi desain dan memberikan prediktabilitas untuk konstruksi dan operasi.

Penting juga untuk memahami apa yang bukan Navisworks. Navisworks tidak menyediakan apa pun kemampuan untuk membuat elemen model 3D atau memodifikasi data dalam model desain Anda. Tidak ada fasilitas apa pun untuk bekerja dengan elemen 2D. Dalam alur kerja Navisworks, penulisan data desain benar-benar terpisah dari tinjauan, analisis, dan koordinasi data tersebut. Itu fokus utama kelas ini adalah tentang praktik terbaik tinjauan model bentrokan dengan beberapa tips dan trik, tantangan dan peluang baru.

2.2.3.3 Microsoft Project

Microsoft Project adalah produk perangkat lunak manajemen proyek, dikembangkan dan dijual oleh Microsoft. Ini dirancang untuk membantu manajer proyek dalam mengembangkan rencana, menugaskan sumber daya untuk tugas, melacak kemajuan, mengelola anggaran, dan menganalisis beban kerja.

(20)

12

2.1.3.4 Microsoft Office

Microsoft Office adalah platform produktivitas yang menyertakan aplikasi seperti Microsoft Teams, Word, Excel, PowerPoint, Outlook, dan OneDrive, serta layanan cloud cerdas dan keamanan tingkat lanjut. Mulai gunakan aplikasi web dan seluler gratis atau tingkatkan ke paket premium untuk mendapatkan akses ke aplikasi, penyimpanan, dan fitur lainnya.

2.3 Hubungan BIM dengan Probity Audit

Secara umum, BIM dapat menyajikan seluruh data informasi terkait proyek konstruksi seperti time schedule, volume, mutu, hingga proses manajemen konstruksi. Pelaksanaan Probity Audit yang dilaksanakan secara berkala membuat auditor membutuhkan perkembangan data serta visualisasi lapangan yang sesuai.

Dengan adanya BIM, auditor akan lebih mudah untuk menentukan titik kritis dan memudahkan membaca keadaan di lapangan. Sehingga apabila ada indikasi fraud atau ketidaksesuaian dengan kriteria, maka dapat dicegah terlebih dahulu. Peran auditor sebagai early warning sangat dibutuhkan agar pekerjaan dapat tepat waktu,mutu, dan biaya.

Tabel 2.1 Hubungan Probity Audit dengan BIM

No Hubungan PA dengan BIM

Aspek Tujuan Probity Audit BIM yang Digunakan Output

1 Pemantauan Pelaksanaan Pekerjaan

Memastikan bahwa konsultan pengawas atau konsultan manajemen konstruksi telah melakukan pemantauan pelaksanaan dengan maksimal

- Microsoft Project - Penjadwalan kegiatan pemantauan pelaksanaan - Progress dari

kegiatan pemantauan 2 Perubahan

Kegiatan

Memastikan bahwa perubahan kegiatan pekerjaan dan prosedurnya sesuai kontrak

- Microsoft Project - Autodesk Naviswork

Manager

- Penjadwalan yang sudah berubah - Simulasi

penjadwalan yang telah berubah 3 Penilaian

Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan

Memastikan bahwa kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang disepakati oleh Penyedia dan PPK telah sesuai dengan kemajuan fisik dilapangan dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam kontrak.

- Autodesk Revit - Microsoft Project - Autodesk Naviswork

Manager

- Simulasi permodelan dan sesuai dengan penjadwalan - Simulasi biaya

sesuai dengan penjadwalan - Kurva S

(21)

13 4 Pembayaran

Prestasi Kerja

memastikan bahwa pembayaran pekerjaan tidak

melebihi prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.

- Microsoft Excel - Microsoft Project - Autodesk Naviswork

Manager

- Dokumentasi bukti pembayaran - Cost yang telah

dikeluarkan - Simulasi biaya

sesuai penjadwalan 5 Perpanjangan

Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Memastiakn bahwa perpanjangan waktu pelaksanaan diberikan sesuai

ketentuan dalam kontrak.

- Microsoft Project - Penjadwalan sesuai dengan perpanjangan waktu

6 Pembayaran Hasil Pekerjaan

Memastikan : 1. Pembayaran hasil

pekerjaan dilakukan setelah pekerjaan selesai yang dilaksanakan sesuai dengan kontrak.

2. Diterimanya jaminan pemeliharaan atau retensi.

3. Telah

diperhitungkan dengan uang muka, pajak, ganti rugi, denda.

4. Perhitungan denda, ganti rugi sesuai dengan kontrak.

- Microsoft Excel - Microsoft Project - Autodesk Naviswork

Manager

- Dokumentasi Pembayaran - Biaya yang

sudah dikeluarkan - Simulasi biaya

yang telah dikeluarkan sesuai penjadwalan

7 Penyesuaian Harga

Memastikan bahwa penyesuaian harga sesuai ketentuan dalam kontrak

- Microsoft Project - Perbandingan harga dengan kontrak

2.4 Pekerjaan Arsitektur 2.4.1 Pekerjaan Dinding

Pada item pekerjaan ini, dinding dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Dinding permanen, berupa dinding dalam bangunan yang tidak bisa dibongkar pasang dan umumnya langsung dipasang ditempat, seperti: pasangan bata, celcon, paton dan lain - lain. Umumnya setelah dinding terpasang dilanjutkan dengan finishing-nya, seperti: plesteran, pengacian dan pengecatan. Selain di cat, adapula yang dilapisi wallpaper, fabric, keramik, batu alam (seperti:

marmer, granit, dan sebagainya), panel - panel kayu, kaca, dan sebagainya.

2. Dinding tidak permanent / partisi, berupa dinding dalam bangunan yang mudah dibongkar pasang dan umumnya metode pemasangannya terdiri dari dua

(22)

14

tahapan utama, yaitu: pemasangan rangka dan pemasangan partisi. Tahap akhir biasanya berupa finishing. Material rangka dapat berupa kayu, hollow, besi dan sebagainya, sedangkan material partisi, dapat terdiri dari gypsum, kayu, kaca, GRC, dan lain – lain. Untuk finishing dapat berupa pengecatan, wall paper, fabric, kaca, dan sebagainya.

2.4.2 Pekerjaan Pintu dan Jendela

Jenis pintu dan jendela yang digunakan dapat bervariasi, seperti: alumunium, upvc, kaca, kayu, besi, dan lain - lain. Pemilihan jenis materialnya, dapat ditentukan dari beberapa hal, seperti: disain, fungsi, karakter bangunan, dan lain - lain. Secari garis besar tahapan pekerjaannya terdiri dari: pemasangan kusen, pemasangan daun pintu / jendela dan finishing. Pekerjaan ini dikerjakan setelah pekerjaan dinding / partisi selesai. Umumnya pada bangunan gedung terdapat beberapa tipe pintu dan jendela dengan metodenya masing - masing. Untuk proyek besar, umumnya pekerjaan ini di subkon-kan dan bisa terdapat beberapa subkon, tergantung jenis pintu / jendelanya.

2.4.3 Pekerjaan Plafond / Ceiling

Pekerjaan plafond pada dasarnya dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar,yaitu:

a. Exposed ceiling Dimana tidak menggunakan penutup plafond sehingga struktur lantai diatasnya atau struktur atap serta jaringan utilitas-nya dapat terlihat.

Sebagai finishing, umumnya hanya dilakukan pengecatan atau tidak sama sekali melainkan hanya dilapisi oleh skim coat. Selain finishing tersebut adapula yang dilapisi oleh fabric berwarna hitam. Exposed ceiling, umumnya terdapat pada basement, void atrium, dan sebagainya.

b. Suspended ceiling Pada tipe ini pemasangan plafond dilakukan di bawah struktur lantai atau struktur atap dimana plafond digantung pada struktur tersebut. Metode pemasangannya, secara umum terdiri dari dua tahapan metode pemasangan, yaitu pemasangan rangka dan penutup ceiling dengan berbagai material, seperti: gypsum, metal, glass,PVC, dan lain - lain. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya terdapat space pada ceiling untuk tempat jaringan utilitas, seperti: listrik, pipa spinkler, ducting, dan sebagainya.

2.4.4 Pekerjaan Lantai

Pada item pekerjaan ini, yang dikerjakan adalah finishing lantai atau material penutup lantai, seperti: marmer, keramik, parket, floor harderner, dan lain - lain.

Sedangkan struktur lantai, seperti: plat lantai dan pembalokannya masuk dalam pekerjaan struktur. Pada bangunan- bangunan yang bersifat komersial ( seperti:

(23)

15

hotel, mall, apartemen, dan sebagainya ), umumnya setiap material yang berbeda, berbeda juga metode pemasangannnya. Pekerjaan lantai menjadi penting dan dikerjakan dengan lebih teliti,rapih dan ditail, karena hasilnya akan sangat jelas terlihat serta berpengaruh terhadap unsur estetika bangunan. Untuk proyek besar, seperti multi-used building, hotel, apartemen, umumnya pekerjaan ini di subkonkan, untuk mendapatkan hasil dengan kualitas yang baik. Pemasangan lantai umumnya dikerjakan setelah pekerjaan dinding, pekerjaan plafond serta pekerjaan pintu dan jendela selesai sehingga terhindar dari resiko kerusakan atau gangguan kerja.

(24)

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi

3.1.1 Deskripsi Objek Bangunan

Objek pekerjaan yang akan dilakukan probity audit pada penelitian ini adalah bangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar yang berlokasi di Kota Bukittinggi.

Gedung ini memiliki ketinggian 7,83 m dan hanya 1 lantai bangunan.

3.1.2 Diagram Alir Prosedur Pengerjaan

Gambar 3. 1 Diagram Alir Prosedur Penelitian

(25)

14

3.1.3 Prosedur Penelitian 3.1.3.1 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan tinjauan pustaka yang dipersiapkan secara seksama agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

Hal hal yang dilakukan selama tahap persiapan yaitu:

• Meninjau lebih lanjut tentang probity audit

• Melakukan studi literatur yang berkaitan dangn topik yang diangkat

• Meninjau tentang BIM struktur lebih dalam

• Meninjau hubungan antara probity audit dan BIM 3.1.3.2 Pengumpulan Data

Pada tugas akhir ini studi kasusnya yaitu Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah gambar Detail Engineering Design (DED), data BoQ, spesifikasi teknis, schedule rencana dan schedule aktual proyek. Data yang dibutuhkan diperoleh dalam bentuk file pdf.

3.1.3.3 Interview dan FGD Pra Kegiatan BIMisasi PA dengan para auditor FGD ini dilakukan untuk mendapatkan kesepahaman antara pihak auditor dan auditi sebelum dimulainya penelitian ini. Pada saat interview di gali data-data untuk digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan menghindari penelitian yang mengambang.

3.1.3.4 Pemodelan dan Pemasukkan Data Arsitektur Bangunan Menggunakan BIM

Memodelkan struktur bangunan dari gambar 2D menjadi 3D dan memasukkan data yang diperlukan yang nantinya dilihat perbandingan rencana dan realisasi dari bangunan. Untuk permodelan arsitektur ini digunakan aplikasi Autodesk Revit

3.1.3.5 Uji Coba PA Oleh Para Auditor Menggunakan BIM

Para auditor akan mengujicobakan BIM yang telah dibuat untuk kebutuhan PA dan nantinya dilihat apakah potensi penggunaan BIM dapat membantu audit dalam proyek konstruksi.

3.1.3.6 FGD Validasi Hasil Potensi Penggunaan BIM Arsitektur Dalam PA FGD dilaksanakan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai hipotesis-hipotesis yang telah didapatkan sehingga dapat disepakati apa saja yang menjadi potensi dalam peningkatan efektifitas dan efisiensi sebagai dampak penerapan BIM dalam pelaksanaan Probity Audit pada proyek konstruksi.

(26)

15

3.2 Kerangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir

Rangkaian waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Kerangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tinjauan Pustaka dan Studi Kasus PA menggunakan BIM di

2 Interview dan FGD Pra Kegiatan BIMisasi PA 3 Pemodelan Struktur Bangunan Menggunakan BIM 4 Praktek Lapangan PA oleh para auditor menggunakan BIM 5 FGD Validasi Hasil Potensi Pengunaan BIM Struktur dalam PA

No Uraian

2023 2024

November Desember Januari

(27)

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Building Information Modeling (BIM) Arsitektur Untuk Pelaksanaan Probity Audit pada Pembangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi

Penerapan BIM untuk pelaksanaan probity audit pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Achmad Mochtar Kota Bukittinggi dikerjakan dengan menggunakan software Autodesk Revit, Microsoft Project, dan Autodesk Navisworks Manage.

Pada penelitian ini dilakukan penerapan BIM hingga level 5D. Dimana BIM 3D meliputi pemodelan Arsitektur. Penerapan BIM 4D dibuat dengan penambahan informasi jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek. Penerapan 5D dibuat dengan penambahan informasi biaya proyek dan nantinya akan diintegrasikan dalam bentuk simulasi pada software Autodesk Naviswork.

4.2 Permodelan Arsitektur Bangunan

Komponen arsitektur bangunan yang dimodelkan yaitu dinding, pintu, jendela, lantai, rangka plafon beserta plafon, atap, cat, dan façade. Permodelan dilakukan berdasarkan Detail Engineering Design (DED). Permodelan dibuat menggunakan software Autodesk Revit 2024.

4.2.1 Pengoperasian Awal

1. Buka aplikasi Autodesk Revit 2024 dengan cara double klik pada icon Autodesk Revit 2024 di taskbar.

2. Lalu pada menu Models klik New kemudian pada menu New Project dibagian Template File pilih Construction Template dan pada bagian Create New pilih Project lalu ok.

(28)

14

Gambar 4. 1 Tampilan Autodesk Revit Home

3. Berikut tampilan lembar kerja software Autodesk Revit 2024.

Gambar 4. 2 Lembar Kerja Autodesk Revit

(29)

15

4. Kemudian, import file permodelan struktur yang sudah dibuat dengan cara pada tab Insert pilih link IFC. Setelah itu, pilih file IFC permodelan strukturnya. Lalu, klik Open.

Gambar 4. 3 Proses import file IFC pada Autodesk Revit 2024

5. Berikut hasil import file IFC yang telah dilakukan

Gambar 4. 4 Hasil import file IFC pada Autodesk Revit 2024

4.2.2 Setting Grid dan Level

Setelah import file IFC, grid pada lembar kerja masih ada yang belum teratur.

Grid berfungsi sebagai garis acuan dalam membuat permodelan konstruksi.

Sedangkan level berfungsi sebagai tinggi acuan permodelan yang akan dibuat.

Berikut tahapan untuk mengatur grid yang tidak teratur.

(30)

16

1. Pertama yang dilakukan yaitu menghapus grid-grid yang tidak diperlukan dengan cara select semua grid yang ingin dihapus pada view samping bangunan yang lalu tekan delete.

Gambar 4. 5 Proses menghapus grid dan level di Autodesk Revit 2024

2. Setelah itu, atur panjang grid agar memudahkan untuk melihat grid dengan cara drag bagian lingkaran kecil pada keterangan grid sampai ke posisi yang diinginkan.

Gambar 4. 6 Proses mengatur panjang grid di Autodesk Revit 2024

(31)

17

3. Setelah itu, bagian keterangan grid yang overlap dirapikan dengan cara klik add elbow pada keterangannya lalu atur posisi grid.

Gambar 4. 7 Mengatur posisi keterangan grid di Autodesk Revit 2024

4. Berikut hasil grid yang sudah diperbaiki.

Gambar 4. 8 Hasil setting grid di Autodesk Revit 2024

Setelah mengatur grid. Kemudian mengatur level yang belum teratur. Berikut tahapan setting level pada software Autodesk Revit 2024.

(32)

18

1. Untuk tahapan awal dalam setting level di Autodesk Revit 2024 yaitu mengatur panjang levelnya dengan cara yang sama saat mengatur grid.

Yaitu drag bagian lingkaran kecil pada keterangan levelnya.

Gambar 4. 9 Proses mengatur panjang level pada Autodesk Revit 2024

2. Setelah itu, atur bagian keterangan level yang overlap dengan cara klik icon add elbow pada keterangan levelnya kemudian atur posisi keterangan levelnya.

Gambar 4. 10 Proses mengatur posisi keterangan level di Autodesk Revit 2024

(33)

19

3. Berikut level yang sudah diatur posisi dan panjangnya.

Gambar 4. 11 Hasil setting level pada Autodesk Revit 2024

4.2.3 Permodelan Dinding

Dinding adalah elemen arsitektural dan struktural yang berbentuk vertikal, biasanya memanjang dari fondasi hingga ke atap, yang digunakan untuk mendefinisikan ruang dalam dan luar bangunan. Dinding dapat terbuat dari berbagai bahan, seperti batu bata, beton, kayu, logam, atau bahan komposit, tergantung pada fungsi dan desain bangunan. Berikut tahapan permodelan dinding pada Autodesk Revit 2024.

1. Pertama, pada bagian tab Architecture, pilih Wall. Setelah itu, pada bagian Properties, klik Edit Type. Kemudian klik Duplicate, lalu ketik nama dinding sesuai dinding apa yang mau dibuat. Lalu pada menu Construction, dibagian Structure klik Edit. Kemudian atur lapisan dindingnya dengan cara klik bagian Function untuk jenis lapisannya, lalu Material untuk mengatur jenis material yang mau dipake. Lalu Thickness untuk mengatur ketebalannya. Sesuaikan dengan DED yang ada. Setelah itu klik Ok untuk mengkonfirmasi nya setekah itu klik Ok lagi untuk menutup menu setting dindingnya.

(34)

20

Gambar 4. 12 Proses setting dinding di Autodesk Revit 2024

2. Setelah di setting, buat dinding pada bangunannya dengan cara drag pointer kearah titik dimana ujung dinding dibuat. Setelah itu, klik lagi pada titik dimana ujung dinding yang lain akan dibuat.

Gambar 4. 13 Proses membuat dinding pada Autodesk Revit 2024

(35)

21

3. Berikut hasil dinding yang sudah dimodelkan.

Gambar 4. 14 Hasil permodelan dinding di Autodesk Revit 2024

4.2.4 Permodelan Lantai

1. Tahap pertama untuk membuat dinding yaitu pada menu Architectural klik floor. Kemudian di bagian Properties klik Edit Types. Selanjutkan klik Duplicate kemudian ubah nama dari lantainya. Selanjutnya pada bagian structure klik Edit. Lalu pada kolom Function, set bagian Core Boundary nya Structure dan untuk materialnya pilih Concrete – In Situ Cast serta untuk ketebalannya buat 10 mm. Selanjutnya dibagian atas Core Boundary pilih Finishing lalu ubah materialnya menjadi Keramik kemudian buat ketebalannya 10 mm.

Gambar 4. 15 Proses setting komponen lantai di Autodesk Revit 2024

(36)

22

2. Setelah disetting, buat sketa lantai yang pada permodelan bangunannya.

Setelah itu pada menu Mode, klik centang.

Gambar 4. 16 Proses membuat sketsa untuk komponen lantai di Autodesk Revit 2024

3. Berikut hasil permodelan dari lantai.

Gambar 4. 17 Hasil permodelan lantai pada Autodesk Revit 2024

4.2.5 Permodelan Pintu

Berikut tahapan dalam permodelan pintu di Autodesk Revit 2024.

1. Tahapan pertama dalam permodelan pintu di Autodesk Revit 2024 yaitu pada tab File geser kursor kearah New, kemudian klik Family. Pada menu Select Template File, klik Metric Door kemudian Open.

(37)

23

Gambar 4. 18 Proses memilih file family pada Autodesk Revit 2024

2. Setelah tampil permodelan dinding beserta frame pintu, hapus bagian frame pintu dengan cara select frame pintu dikedua sisi kemudian tekan delete.

Gambar 4. 19 Proses menghapus frame pintu di Autodesk Revit 2024

(38)

24

3. Kemudian, pada view Ref. Level, ubah lebar dari pintu sesuai dengan pintu yang ingin dimodelkan dengan cara klik dimensi pada Widht lalu ubah lebar dimensinya ke’mudian enter.

Gambar 4. 20 Proses mengatur lebar pintu di Autodesk Revit 2024

4. Setelah itu, pada view Eksterior, ubah tinggi pintu dengan cara klik bagian dimensi tinggi lalu ubah ketinggian pintunya sesuai model pintu yang akan dibuat.

Gambar 4. 21 Proses mengubah tinggi pintu di Autodesk Revit 2024

(39)

25

5. Kemudian, pada view Ekterior klik Extrusion pada tab Create. Setelah itu buat sketsa untuk bagian kusen pintu. Lalu klik centang pada menu Mode.

Gambar 4. 22 Proses membuat sketsa kusen pintu di Autodesk Revit 2024

6. Setelah itu, atur ketebalan kusennya dengan cara drag bagian tanda panah dari permodelan kusennya. Geser sampai sejajar dengan dindingnya.

Gambar 4. 23 Proses mengatur ketebalan kusen pintu di Autodesk Revit 2024

7. Kemudian, buat permodelan daun pintu dengan cara yang sama dengan permodelan kusen pintu dengan menggunakan Extrusion. Buat sketsa pintu lalu drag tanda panah di permodelan untuk mengatur dimensi pintunya.

(40)

26

Gambar 4. 24 Proses permodelan daun pintu di Autodesk Revit 2024

8. Berikut hasil dari permodelan daun pintu menggunakan Extrusion di Revit.

Gambar 4. 25 Hasil permodelan pintu menggunakan Extrusion di Autodesk Revit 2024

(41)

27

9. Selanjutnya yaitu mengubah material pintu dengan cara klik titik tiga pada menu material. Kemudian pilih material yang akan digunakan.

Kemudian klik Ok.

Gambar 4. 26 Proses setting material pintu di Autodesk Revit 2024

10. Berikut hasil permodelan pintu setelah materialnya diubah.

Gambar 4. 27 Hasil permodelan pintu setelah perubahan material di Autodesk Revit 2024

(42)

28

11. Selanjutnya, family pintu yang sudah dibuat tadi di ekspor ke permodelan bangunannya dengan cara pada menu Family Editor klik Load into Project. Lalu letakkan pintu pada dinding yang sudah dibuat.

Gambar 4. 28 Proses export family pintu ke dalam permodelan bangunan

12. Setelah diletakkan pada dinding, berikut hasil permodelannya.

Gambar 4. 29 Hasil permodelan pintu di bangunan

(43)

29

4.2.6 Permodelan Jendela

Berikut tahapan permodelan jendela pada Autodesk Revit 2024.

1. Tahapan pertama dalam permodelan jendela pada Autodesk Revit 2024 yaitu sama dengan permodelan pintu. Pertama pada bagian menu File, drag kursor kearah New kemudian klik Family. Kemudian, pada menu Select Template File, klik Metric Window lalu Open.

Gambar 4. 30 Proses memilih file family pada Autodesk Revit 2024

2. Setelah itu, pada view Ref. Level ubah lebar dari jendela dengan cara klik dimensi Widht kemudian ketik sesuai berapa dimensi jendela akan dibuat.

Gambar 4. 31 Proses mengatur lebar jendela di Autodesk Revit 2024

(44)

30

3. Selanjutnya, atur tinggi dari jendela dengan cara pada view Exterior klik dimensi Height lalu ubah dimensi sesuai dengan tinggi permodelan yang akan dibuat.

Gambar 4. 32 Proses mengubah tinggi jendela pada Autodesk Revit 2024

4. Setelah itu, buat permodelan kusen jendela menggunakan Extrusion dengan cara klik Extrusion pada menu Create. Selanjutnya buat sketsa kusen jendelanya.

Gambar 4. 33 Proses membuat sketsa model kusen jendela

(45)

<

Gambar

Tabel 2.1 Hubungan Probity Audit dengan BIM
3.1.2  Diagram Alir Prosedur Pengerjaan
Tabel 3. 2 Kerangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir
Gambar 4. 1 Tampilan Autodesk Revit Home
+7

Referensi

Dokumen terkait

Project based evaluation dilakukan pada proyek konstruksi yaitu struktur gedung yang meliputi pekerjaan pondasi yang menggunakan bored pile, pile cap, pelat lantai, shear

Desain Penelitian Metode dilakukan dengan mengaplikasikan sistem Building Information Modeling BIM pada struktur bangunan gedung hotel 10 lantai dengan luas area 2000 m2 menggunakan

2019: Kajian potensi implementasi Building Information Modeling pada industri konstruksi di indonesia, Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.. Diperoleh

Tugas Akhir Efisiensi Penggunaan 5D-BIM Terhadap Volume Material Dan Estimasi Biaya Pada Proyek Konstruksi A.. 2019: The role of contractors’ Building Information Modeling BIM

Series: Earth and Environmental Science 498 2020 012086 IOP Publishing doi:10.1088/1755-1315/498/1/012086 1 Assessing Strategies of Building Information Modeling BIM Implementation

Series: Earth and Environmental Science 498 2020 012090 IOP Publishing doi:10.1088/1755-1315/498/1/012090 1 Exploring Building Information Modeling BIM Awareness in Sarawak

SOSIALISASI PLATFORM DIGITAL BIM BUILDING INFORMATION MODELLING BAGI GURU SMKN 1 TANARA BANTEN Rindu Twidi Bethary1, Nanang Krisdianto2, Soelarso1, Dwi Esti Intari1, Nuniek

Dari hasil perhitungan volume untuk penerapan quantity take off dengan metode Building Information Modeling BIM pekerjaan struktur Balok sebesar 14.441 kg, pekerjaan struktur kolom