• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subarsyah Tugas Hukum Unpas

N/A
N/A
Elsa Ayu Lestari

Academic year: 2023

Membagikan "Subarsyah Tugas Hukum Unpas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN PASCA UNDANG- UNDANG NO.17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN

(OMNIBUS LAW KESEHATAN)

(Bab V Upaya Kesehatan Bagian ke Empat – Bagian ke Delapan)

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

Disusun oleh:

Nama : Agustine Hakim Santoso NPM : 218040057

Konsentrasi : Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu:

Dr. T. Subarsyah, S.H.,S.Sos.,Sp.I.,M.M

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM KONSENTRASI HUKUM KESEHATAN

FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN

(2)

BANDUNG 2023

PEMBAHASAN

Undang-Undang No.17 Tahun 2023 tentang Kesehatan disahkan oleh presiden Jokowi pada tanggal 8 Agustus 2023. Undang-undang tersebut merupakan merupakan bagian dari upaya pemerintah mewujudkan transformasi kesehatan. Undang-Undang No.17 Tahun 2023 tersebut merupakan hasil dari rancangan UUD metode omnibus law dimana omnibus law sendiri merupakan metode yang berfokus pada penyederhanaan jumlah produk hukum karena sifatnya merevisi atau mencabut banyak peraturan hukum sekaligus.1

Pengesahan Undang-Undang No.17 Tahun 2023 berarti bahwa terdapat 11 UU yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Ordonansi Obat Keras 2. UU No. 4 Th 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

3. UU No. 29 Th 2004 tentang Praktik Kedokteran 4. UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan

5. UU No. 44 Th 2009 tentang Rumah Sakit 6. UU No. 18 Th 2014 tentang Kesehatan Jiwa 7. UU No. 36 Th 2014 tentangTenagaKesehatan 8. UU No. 38 Th 2014 tentangKeperawatan

9. UU No. 6 Th 2018 tentangKekarantinaanKesehatan 10. UU No. 20 Th 2013 tentangPendidikanKedokteran 11. UU No. 4 Th 2019 tentang Kebidanan

1 Benyamin Dicson Tungga. 2023. Peranan dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pelayanan Kesehatan Pasca Disahkannya Omnibus Law tentang Kesehatan. Universitas Ngurah Rai Denpasar

(3)

Undang-Undang No.17 Tahun 2023 BAB V membahas mengenai upaya kesehatan. Terdapat 24 upaya kesehatan yang tercantum dalam UU tersebut diantara adalah sebagai berikut:

1. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dewasa dan lanjut usia.

2. Kesehatan penyandang disabilitas.

3. Kesehatan reproduksi.

4. keluarga berencana 5. Gizi

6. Kesehatan gigi dan mulut

7. Kesehatan penglihatan dan pendengaran 8. Kesehatan jiwa

9. Penanggulangan penyakit menular dan tidak menular 10. Kesehatan keluarga

11. Kesehatan sekolah 12. Kesehatan kerja 13. Kesehatan olahraga 14. Kesehatan lingkungan 15. Kesehatan matra 16. Kesehatan bencana 17. Pelayanan darah

18. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, terapi berbasis sel dan/atau sel punca, dan bedah plastik rekonstruksi dan estetika

19. Pengamanan dan penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, dan PKRT

20. Pengamanan makanan dan minuman 21. Pengamanan zat adiktif

22. Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum 23. Pelayanan Kesehatan tradisional

24. Upaya Kesehatan lainnya yang ditetapkan Menteri

Penulisan ini akan berfokus pada Undang-Undang No.17 Tahun 2023 BAB V mengenai Upaya kesehatan khususnya pada bagian ke empat – bagian ke delapan yang membahas kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dewasa dan lanjut usia, kesehatan penyandang disabilitas, kesehatan reproduksi, kesehatan keluarga berencana, dan gizi. Berdasarkan hasil analisis, tidak banyak perubahan

(4)

dari Undang-Undang sebelumnya. Namun, ada beberapa penambahan yang berkaitan dengan kesehatan dewasa dan kesehatan keluarga. UU ini menegaskan setiap orang berhak atas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum

Upaya Kesehatan ibu ditujukan untuk melahirkan anak yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta menurunkan angka kematian ibu yang dilakukan pada masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Pada UUD tersebut juga ditegaskan dengan sangat jelas bahwa setiap ibu berhak memperoleh akses ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau. Namun dalam ketentuan ini tidak terdapat jaminan pengambilan keputusan untuk memutuskan tindakan medis kepada Ibu hamil.2 Studi kasus yang dikutip dari tribunnews menjelaskan bahwa seorang bayi tidak bisa terselamatkan akibat mertua bersih keras menolak menantunya yang hendak melahirkan dirujuk kerumah sakit.3 Keterlambatan pengambilan keputusan dalam tindakan medis menjadi hal yang perlu disoroti. Studi kasus tersebut menggambarkan bahwa perempuan tidak memiliki kuasa untuk mengambil keputusan sendiri atas keselamatan dirinya dan bayinya. Keputusan persalinan ditentukan oleh pihak-pihak di luar perempuan, di antaranya suami, mertua, keluarga besar sampai pada pemangku adat yang berpotensi ibu terlambat untuk ditangani.

Mengenai upaya kesehatan bayi dan anak, sama seperti UUD sebelumnya, dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2023 pasal 46 menyebutkan bahwa:

“Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatan bayi dan anak”

Hal tersebut tentu menjadi aturan yang sangat baik dalam upaya melindungi kesehatan bayi dan anak dimana saat ini kasus “bullying” marak terjadi di Indonesia. Akan tetapi, dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan dengan jelas bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan seperti apa yang dapat mengganggu kesehatan bayi dan anak tersebut.

Pada pasal selanjutnya, hanya dijelaskan mengenai standar dan/ atau kriteria kesehatan bayi dan anak yang juga tidak dijelaskan dengan jelas, yakni berbunyi sebagai berikut:

2 Komnas Perempuan. 2023. Lembar Fakta Catatan Komnas Perempuan terhadap Omnibus Law UU Kesehatan. Jakarta.

3 Siti Nawiroh, Mertua Kekeh Tak Mau Menantunya Dirujuk ke RS Meski Sudah Pecah Ketuban, Alasannya Bikin Bidan Heran”, Tribunnews.com, 18 Juni 2023, diakses dari

https://jakarta.tribunnews.com/2023/06/18/mertua-kekeh-tak-mau-menantunya-dirujuk-ke-rs- meski-sudah-pecah-ketuban-alasannya-bikin-bidan-heran?page=3 pada tanggal 15 September 2023

(5)

“Standar dan/atau kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselenggarakan sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Selain itu, dalam perlindungan diskriminasi bayi dan anak tidak ada penjelasan mengenai ancaman pidana terhadap tindak diskriminasi dan kekerasan yang dilakukan.4

Mengenai upaya kesehatan remaja, dalam UUD sebelumnya upaya kesehatan remaja hanya sebatas jaminan agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab. Sedangkan dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2023 Pasal 50 ayat 3 dan 4 upaya kesehatan remaja menjadi lebih luas, yakni sebagai berikut:

Ayat (3) “Setiap remaja berhak memperoleh akses ke Fasilitas Pelayanan Kesahatan dan Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau”

Ayat (4) “ Upaya kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk skrining kesehatan, kesehatan reproduksi remaja, dan kesehatan jiwa remaja”

Kesehatan jiwa remaja dalam UUD tersebut merupakan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mempersiapkan kondisi remaja agar dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga remaja tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat dimana kebijakan tersebut sangat baik dalam upaya kesehatan remaja. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa kesehatan jiwa ini hanya terdapat dalam upaya kesehatan remaja dan tidak terdapat dalam upaya kesehatan dewasa dan lanjut usia. Pelayanan kesehatan dewasa hanya mencakup pelayanan kesehatan reproduksi dan skrining berkala untuk deteksi dini penyakit. Sementara untuk upaya kesehatan lanjut usia tidak disebutkan secara khusus cakupan layanannya. Padahal, Kesehatan jiwa juga dibutuhkan bagi orang dewasa dan lanjut usia untuk mengatasi tekanan-tekanan yang dihadapinya yang berbeda dengan tekanan pada usia remaja. Orang dewasa dan lanjut usia yang sehat jiwanya tentunya akan tetap produktif dan berkontribusi terhadap masyarakat.5

Undang-Undang No.17 Tahun 2023 memberikan perhatian serius terhadap kesehatan penyandang disabilitas. Kesehatan penyandang disabilitas memiliki bagian pembahasan sendiri dalam Pasal 53. Hal ini tentu sangat baik mengingat ketentuan tentang kesehatan penyandang disabilitas ini ditujukan untuk menjaga

4 Komnas Perempuan. 2023. Lembar Fakta Catatan Komnas Perempuan terhadap Omnibus Law UU Kesehatan. Jakarta

5 Komnas Perempuan. 2023. Lembar Fakta Catatan Komnas Perempuan terhadap Omnibus Law

(6)

agar penyandang disabilitas tetap hidup sehat, produktif, dan bermartabat seperti yang disebutkan dalam Pasal 53 ayat (1). Dalam Pasal tersebut juga ditegaskan dengan sangat jelas bahwa setiap penyandang disabilitas berhak memperoleh akses ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau. Terlebih lagi dalam peraturan ini juga ditegaskan adanya larangan perlakuan terhadap penyandang disabilitas mental sebagai berikut:

Setiap Orang yang melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan, dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap penderita gangguan jiwa atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi penderita gangguan jiwa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

Upaya Kesehatan reproduksi ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Salah satu hak yang diberikan pada kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

Pasal 55 “setiap orang berhak ……. menerima pelayanan dan pemulihan kesehatan akibat tindak pidana kekerasan seksual” .

Hal tersebut merupakan kemajuan terkait dengan upaya mencegah kekerasan, layanan bagi perempuan korban kekerasan seksual, dan layanan kesehatan reproduksi remaja Ketentuan ini menegaskan jaminan hak korban tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana diatur dalam UU No.12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) untuk mendapatkan pemulihan kesehatan, baik secara fisik maupun psikis. 6

Pada UUD sebelumnya ketentuan mengenai reproduksi dengan bantuan tidak diatur dengan jelas dan hanya diatur dari Peraturan Pemerintah. Pada Undang-Undang No.17 Tahun 2023 ketentuan mengenai reproduksi bantuan diatur dengan jelas terkait batasannya yakni sebagai berikut:

Reproduksi dengan bantuan hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri yang sah dengan ketentuan:

a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

b. dilakukan oleh tenaga medis yang mempunyai keahlian dan kewenangan;

dan

c. dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu

Pembahasan paling sensitif dalam bab ini adalah mengenai layanan aborsi.

Dalam Pasal 60 ayat dua (2) disebutkan jika aborsi hanya boleh dilakukan oleh:

“(a) tenaga medis dan dibantu tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan;

6 Ibid

(7)

(b) di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat dan ditetapkan oleh Menteri serta

(c) dengan persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan dan dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan”

Dalam Pasal 61 “ pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat bertanggung jawab melindungi dan mencegah perempuan dari tindakan aborsi yang tidak aman.

serta bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Walaupun ketentuan tentang aborsi telah dijamin namun sampai saat ini negara tidak menentukan dan tidak menunjuk rumah sakit atau fasilitas Kesehatan mana yang berkewajiban memberikan layanan aborsi aman sehingga jaminan keamanan tersebut belum terpenuhi. Hal ini juga tentunya bertentangan dengan hak dan kewajiban yang setiap orang yang diatur dalam Pasal (4) dimana

setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman”

Tindakan Afirmasi Upaya Pemenuhan Gizi. Omnibus law UU Kesehatan memberikan Tindakan afirmasi untuk upaya pemenuhan gizi yang dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia. Upaya pemenuhan gizi dilakukan dengan memberikan perhatian khusus kepada: ibu hamil dan menyusui; bayi dan balita; dan remaja perempuan.

Demikian halnya untuk suplementasi gizi ditujukan untuk memenuhi kecukupan gizi masyarakat dengan prioritas kepada bayi dan balita, anak sekolah, remaja perempuan, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan pekerja wanita. Tindakan afirmasi ini pada tatanan ideal untuk meningkatkan kualitas Kesehatan perempuan dan ibu, yang akan mempengaruhi Kesehatan anak, misal: mencegah stunting. Namun kebijakan upaya pemenuhan gizi ini tidak dapat berjalan sendiri di sektor Kesehatan, melainkan juga pada peningkatan upah pekerja dan Pendidikan Kesehatan sendiri. 7

7 Komnas Perempuan. 2023. Lembar Fakta Catatan Komnas Perempuan terhadap Omnibus Law

Referensi

Dokumen terkait

Menyuruh orang yang tidak berhak memilih pada saat pemungutan suara memberikan suaranya lebih dari satu kali di satu atau lebih TPS (Pasal 178C ayat (3)), Memberi

Melihat dalam Pasal 73 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Restorative justice adalah hanya sebagai upaya untuk mendukung dan melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Undang-Undang Nomor 35

A. Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 1, memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan

Dengan demikian pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di tempat kerja berhak memperoleh apa yang menjadi haknya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dan

Pada kesempatan ini kami mengangkat beberapa tema “ Upaya Penyelesaian Konflik Ketentuan Pasal 3 Ayat 3 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara “, “ Pelaksanaan , Pengawasan Post

Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia di dalam pasal 3 ayat 3 menegaskan bahwa: “Setiap orang berhak atas perlindungan Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar

Dalam ketentuan itu, ditentukan empat cara dalam penyelesaian sengketa dalam penanaman modal yang masing-masing terdapat dalam Pasal 32 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 25