SUBSTANSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN REMBANG YANG TIDAK SESUAI REALITA
Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Dyah Lituhayu, M.Si.
Disusun Oleh:
1. Khoirul Anam (14020222120003)
2. Zakiyya Husna Faradisa (14020222136019)
3. Irma Yunita (14020222136038)
4. Dessalma Ayu Ningtias (14020222146048) 5. Novita Dwi Ramadlani (14020222146063)
6. Ahmad Lazim (14020222146067)
7. Dewi Laksmi Kusuma Wardani (14020222146075)
8. Kita Abilla (14020222146077)
PROGRAM STUDI PSDKU ADMINISTRASI PUBLIK K.REMBANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Substansi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang yang Tidak Sesuai Realita” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Organisasi Publik.
Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata bukan hanya sebagai nilai tugas, tetapi juga sebagai sumber informasi bagi pembacanya. Pembuatan makalah ini tidaklah mudah, namun berkat bimbingan, tantangan dan bantuan dari berbagai pihak, pada akhirnya makalah ini terselesaikan dengan cukup baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.
Nina Widowati, M.Si.,, selaku dosen mata kuliah Komunikasi Organisasi Politik yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. kami berharap semoga makalah yang dibuat dapat membuat kami mencapai kehidupan yang lebih baik lagi dan semoga bermanfaat bagi para pembacanya.
Rembang, 4 Maret 2024
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah tempat tinggal sekaligus menjadi tempat menampung limbah hasil aktivitas manusia. Eksploitasi lingkungan yang berlebihan dan tidak memperdulikan dampak yang akan terjadi dapat membahayakan lingkungan hidup. Berbagai aktivitas manusia yang menggunakan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak tepat akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan ekosistem yang mengakibatkan pencemaran lingkungan udara, air dan hutan.
Menurut pasal 1 angka 14 Undang-undang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2008 pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain di lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dengan demikian melebihi standar kualitas lingkungan yang ditetapkan.
Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks di mana lingkungan lebih banyak bergantung kepada tingkah laku manusia yang semakin lama semakin menurun, baik dalam kualitas maupun kuantitas dalam menunjang kehidupan manusia. Ditambah lagi dengan melonjaknya pertambahan penduduk yang tidak terkendali, maka keadaan lingkungan menjadi semakin semrawut (Imam, 2003). Berdasarkan target tata kelola yang berkelanjutan untuk mendukung kesuksesan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030, tingkat pelayanan persampahan ditargetkan mencapai 80%. Tetapi di Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2020, hanya 60,28% sampah yang dibuang ke lokasi tempat pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 10% di daur ulang dan sisanya tidak dapat dikelola dan mencemari lingkungan. Berdasarkan kondisi ini jika tidak dilakukan upaya pengelolaan sampah dengan baik maka tingkat pelayanan berdasarkan target nasional akan sulit tercapai.
Pemantauan adalah proses operasi yang penting untuk dilakukan, untuk realisasi tujuan semoga sesuai keinginan sehingga tidak melukai atau menjurus sesuatu hal yang negatif terhadap satu elemen maupun orang lain.
Selanjutnya pada kasus kabupaten Rembang, sampah-sampah di Kabupaten Rembang dari tahun 2020-2022 selalu meningkat. Data terakhir yakni pada tahun 2022 yang setiap harinya timbulan sampah mencapai 252,63 ton, sedangkan timbulan sampah tahunan mencapai 92,209.49 ton. Sampah-sampah tersebut banyak ditemukan di muara sungai, bantaran pesisir pantai, serta ditempat-tempat yang dijadikan penumpukan sampah liar.
Kondisi ini menjadi perhatian penting bagi masyarakat dan aktor kepentingan kabupaten Rembang terhadap permasalahan sampah, terutama yang dibutuhkan yaitu upaya dan usaha
dari Dinas Lingkungan Hidup dalam bergerak cepat mengatasi permasalahan tata kelola sampah tersebut.
Gambar 1. Data Pengelolaan Sampah & RTH
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah penting sebagai berikut :
1. Apa saja permasalahan lingkungan yang timbul akibat kurang optimalnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang?
2. Bagaimana analisis organisasi DLH berdasarkan konsep organisasi?
3. Bagaimana analisis permasalahan organisasi berdasarkan sistem?
4. Bagaimana analisis tujuan DLH dengan fungsi dan unsur manajemen berdasarkan permasalahan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai penulis bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk Menganalisis permasalahan lingkungan yang timbul akibat kurang optimalnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang.
2. Untuk Menganalisis organisasi Dinas Lingkungan Hidup berdasarkan konsep organisasi.
3. Untuk Menganalisis permasalahan organisasi berdasarkan sistem.
4. Untuk Menganalisis tujuan Dinas Lingkungan Hidup dengan fungsi dan unsur manajeman berdasarkan permasalahan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Permasalahan
Pelaksanaan kewenangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup termasuk dalam bentuk pelayanan publik yang menjadi hak masyarakat di Kabupaten Rembang. Dalam melakukan pelayanan publik harus selalu mengutamakan dan memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagai perwujudan good governance supaya masyarakat merasa bahwa jalannya pemerintahan didasarkan pada kehendak masyarakat dan tidak sepihak saja.
Pada tahun 2022, Kabupaten Rembang menjadi daerah penghasil timbulan sampah sebanyak 252,63 ton per harinya dan 92,209.49 ton per tahun. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, sebanyak 244,53 ton per harinya. Sebagaimana hal ini juga terjadi di kota/kabupaten lain, timbulan sampah di Kabupaten Rembang mengalami tren yang terus meningkat dari tahun 2019 hingga 2022. Jika di komparasikan antara tahun 2021 dan 2022 Kabupaten Rembang telah mengalami peningkatan timbulan sampah sebanyak 8,1 ton. Data ini menunjukkan kurang berhasilnya program pengelolaan dan pengolahan sampah di Kabupaten Rembang. Jumlah ini bersumber dari data besar timbulan sampah Provinsi Jawa Tengah pada Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup.
Permasalahan sampah di Kabupaten Rembang masih belum terselesaikan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi, masih banyak sampah yang menumpuk dan berserakan di pinggir jalan, tumpukan sampah tersebut didominasi oleh sampah plastik. Mengutip dari misi yang ditetapkan oleh Kabupaten Rembang, terdapat salah satu misi yang bisa dijalankan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang yaitu “Mengembangkan Profesionalisasi, Modernisasi Organisasi dan Tata Kerja Birokrasi”. Jika dilihat dari misi tersebut, khususnya pada aspek profesionalisasi dalam Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang masih terdapat ketidakoptimalan penerapannya yang ditunjukkan dengan banyaknya tumpukan sampah di Pantai Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang.
Selain itu, terdapat salah satu permasalahan lain yang berkaitan dengan kinerja Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang yaitu dalam pengelolaan sampah di berbagai pasar tradisional Kabupaten Rembang belakangan ikut 'carut-marut'. Indikatornya adalah, sampah di sejumlah pasar tradisional di berbagai kecamatan menggunung sejak beberapa hari
terakhir. Armada truk pengangkut sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tidak bisa beroperasi lantaran ketiadaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Truk-truk tersebut tidak bisa mengambil BBM dari SPBU milik PT RBSJ selaku pihak ketiga yang bekerja sama, lantaran DLH statusnya menunggak pembayaran dua bulan. Tunggakan pembayaran BBM April dan Mei tersebut nilainya hingga sekira Rp 156 juta. Kepala UPT Pengelola Sampah DLH Kabupaten Rembang, Wahyudi Setiayanto mengakui, menumpuknya sampah di berbagai pasar dikarenakan pihaknya belum membayar tunggakan BBM ke PT RBSJ. Lantaran tunggakan tersebut, sementara ini PT RBSJ tidak bisa melayani permintaan BBM untuk truk pengangkut sampah.Jumlah truk pengangkut sampah DLH sejauh ini yang operasional adalah 15 unit. Ia menyebutkan, rata-rata kebutuhan BBM untuk truk pengangkut sampah setiap bulan mencapai sekira Rp 85 juta. Sementara ini, sampah yang sudah diangkut baru di kawasan Pasar Kota Rembang.
2.2 Analisis Organisasi DLH Berdasarkan Konsep Organisasi
Organisasi didefinisikan sebagai kumpulan individu yang terkoordinasi secara sadar sehingga bisa juga dinyatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai kegiatan yang saling berhubungan (Barnard, 1938). Organisasi juga diartikan sebagai kelompok individu, yang bekerja sama di bawah seorang pimpinan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Davis, 1951). Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan Suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing, dan sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu, dan juga mempunyai batas-batas yang jelas sehingga Organisasi dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya ( Daft, Richard L,1983). Teori yang digunakan dalam analisis ini adalah berpedoman pada pendekatan modern yang memberikan perhatian khusus pada aspek lingkungannya ( Hari Lubis, 2019). Seperti halnya Dinas Lingkungan Hidup sebagai suatu sistem yang terbuka dimana kesuksesan DLH dipengaruhi oleh aspek lingkungannya. Sehingga aspek lingkungan menjadi salah satu aspek yang penting dalam kesuksesan organisasi.
Dalam menganalisis organisasi perlu ditemukan Karakteristik dari organisasi itu sendiri. Karakteristik ini dapat ditemukan ketika telah diketahui dimensinya, setelah menganalisis dimensi baru diketahui karakteristik organisasi tersebut. Apabila kita menganalisis Dinas Lingkungan Hidup berdasarkan Dimensi Struktural (Internal Organisasi) sebagai berikut:
1. Formalisasi: DLH memiliki karakteristik formalisasi karena segala yang berkaitan dengan organisasi berpegangan pada Peraturan Perundang-Undangan misal berpegangan pada Perbup Kabupaten Rembang Nomor 68 Tahun 2021 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup.
2. Spesialisasi: Dinas Lingkungan Hidup memiliki pembagian kerja dan tugas yang telah tertulis dalam Perbup Kabupaten Rembang Nomor 68 Tahun 2021.
3. Standarisasi: Dinas Lingkungan Hidup memiliki Standar Operasional Prosedur yang harus ditaati oleh anggotanya dalam melaksanakan tugas.
4. Sentralisasi: Dinas Lingkungan Hidup memiliki Pembagian Tugas yang terstruktur sesuai dengan tingkatan dan jabatan yang dimiliki.
5. Hierarki Kekuasaan (Otoritas): Dinas Lingkungan Hidup memiliki pola pembagian kekuasaan yang jelas dan dikendalikan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang.
6. Kompleksitas: DLH dapat dianalisis dari 2 kompleksitas yakni kompleksitas horizontal mengacu pada kolaborasi antara staff yang memiliki tugas yang sejajar misal kolaborasi pada pengelolaan limbah atau pemantauan kualitas udara.
Sedangkan kompleksitas vertikal melibatkan aliraan wewenang dari atas ke bawah (tingkatan) contohnya saja adanya tingkatan antara kepala dinas dengan sub koordinator.
7. Profesionalisme: Dilihat dari Website Resmi DLH, Pegawai memiliki pendidikan yang bervariasi yakni Pascasarjana sebanyak 6 orang, Sarjana sebanyak 32 orang, D3 2 orang, SMA 96 orang, SMP 51 orang, serta SD 35 orang.
8. Konfigurasi: Pada Dinas Lingkungan Hidup memiliki pembagian anggota yang terstruktur sesuai dengan bagan yang disajikan dalam website resmi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang dan dalam Perbup Kabupaten Rembang Nomor 68 Tahun 2021.
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang
Sedangkan apabila dianalisis menggunakan Dimensi Kontekstual (Keseluruhan organisasi), maka:
Ukuran Organisasi: Dinas Lingkungan Hidup tergolong organisasi yang besar karena memiliki 217 orang pegawai dengan rincian 122 PNS dan 95 non PNS.
Teknologi Organisasi: DLH telah menerapkan Teknologi yang cukup baik dalam pengendalian lingkungan misalkan saja penggunaan teknologi pengelolaan limbah, penggunaan teknologi RDF untuk pengelolaan sampah dan sebagainya.
Lingkungan: Bagian luar dari organisasi termasuk masyarakat sekitar yang berpengaruh terhadap keberjalanan organisasi dan ketercapaian organisasi.
2.3 Analisis Permasalahan Organisasi berdasarkan sistem 2.3.1 Lingkungan organisasi
Melihat dari kondisi kabupaten Rembang yang membutuhkan sebuah lembaga Dinas yang menaungi di bidang lingkungan maka DLH diberikan sebuah tanggung jawab mengenai pengelolaan lingkungan. Dan juga terkait tugas pokok dan fungsinya adalah menjaga lingkungan di kabupaten Rembang untuk itu lingkungan organisasi ini mencakup dalam aspek pengelolaan sampah, pengelolaan limbah, stabilisasi lingkungan dan juga pemberdayaan serta memberikan pengetahuan lingkungan kepada masyarakat.
2.3.2 Organisasi keseluruhan
Organisasi ini di bawah kepemimpinan daerah yakni Pemkab Rembang yang bekerja sama dengan dinas kehutanan untuk bagaimana mengelola lingkungan terkait aspek aspek yang menjadi peluang dan kelemahan di daerah kabupaten Rembang,
dengan menjembatani antara keresahan publik mengenai lingkungan dengan kepentingan daerah melalui pengelolaan lingkungan di daerah. Organisasi ini menindak ancaman ancaman lingkungan yang terjadi dan memberdayakan lingkungan yang mempunyai potensi. Efektivitas organisasi ini lebih kepada pengelolaan limbah, penanganan permasalahan persampahan, dan juga nantinya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai lingkungan. Namun sangat di sayangkan bahwasanya efektivitas kehadiran organisasi ini tidak berjalan bagaimana tujuan awal dibuatnya organisasi tersebut. Seperti masih maraknya kasus limbah yang tidak diolah, masalah sampah yang belum teratasi dan juga banyaknya lingkungan kumuh terutama di wilayah pesisir yang masih menjadi tolak ukur efektivitas organisasi tersebut.
2.3.3 Bagian organisasi
Di dalam dinas dlh terbagi beberapa sektor yang menaungi bidangnya masing masing namun tentu dinas tidak lepas dari kepala dinas sekretaris dan juga kepegawaian dan keuangan namun sektor utama.yang dinaungi DLH kabupaten Rembang antara lain Kabid pengaduan dan kepegawaian lingkungan yang diketuai oleh Budi priyanggono, bidang pengelolaan sampah dan peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan yang diketuai oleh Farid Mudhofir, dan yang terakhir terkait pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diketuai oleh Taufik Darmawan. Pada masa di periode 2020 DLH. Masih terdiri dari bidang Penataan &
Penaatan Pplh, Pengendalian Pencemaran & Kerusakan Lh, Pengelolaan Sampah, Limbah B3 Dan Peningkatan Kapasitas perkembangan yang tidak masif ini dikarenakan memang urgensi dari kabupaten Rembang terkait permasalah lingkungan terfokus dari ketiga aspek tersebut. Dan melihat dari ukuranya Dinas Lingkungan Hidup tergolong organisasi yang besar karena memiliki 217 orang pegawai dengan rincian 122 PNS dan 95 non PNS.
2.3.4 Kumpulan individu (Kelompok atau group)
Organisasi ini terdiri dari beberapa individu yang di kelompok menjadi beberapa kelompok yang bekerja menaungi di bidangnya masing- masing kelompok tersebut menaungi di bidang Penataan & Penaatan Pplh, Pengendalian Pencemaran &
Kerusakan Lh, Pengelolaan Sampah, Limbah B3 Dan Peningkatan Kapasitas dalam bidang bidang tersebut sebuah kinerja dapat dirincikan yang menjadikan fokus kinerja tidak terbagi bagi lalu juga terdapat kepala inti yang disebut kepala dinas yang mengintegrasikan antara kepentingan dari kelompok kelompok kerja tersebut yang
membuat Kinerja organisasi bisa terintegrasi dengan baik lingkungan eksternal juga mempengaruhi bagaimana pola kebiasaan masyarakat dalam.menjaga lingkungannya, kepekaan masyarakat terhadap masalah masalah lingkungan dan juga kemauan masyarakat dalam memelihara lingkungan juga sangat penting untuk bisa membuat permasalahan lingkungan cepat teratasi.
2.4 Analisis Tujuan DLH dengan Fungsi dan Unsur Manajemen Berdasarkan Permasalahan
2.4.1 Keterkaitan Antara Tujuan dan Fungsi-Fungsi Manajemen di DLH (Salma) 1. Perencanaan merupakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa
depan, dengan didasarkan pada pertimbangan yang seksama atas potensi faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam fungsi ini prinsip perencanaan salah satunya yaitu jabaran dari visi dan misi.
a. Pada website Dinas Lingkungan Hidup rembang menyebutkan bahwasanya mengadopsi dari Visi Kabupaten Rembang dan yang belum terwujud dalam pencapaianya yakni “Gamblang adalah terwujudnya regulasi yang mampu mendukung peningkatan pelayanan dan kehidupan sosial ekonomi yang didasari atas prinsip yang gamblang, cetho, transparan, terukur dan akuntabel sehingga dapat dipahami oleh semua pihak.” Point yang disebutkan tidak sesuai dengan kinerja di lapangan di dalam visi contohnya adalah regulasi yang dibuat tidak dilaksanakan dengan apa yang sudah di nomenklatur kan di dalam perda. Karena seperti kasus sampah yang berada di Desa Tasikagung padahal uang kebersihan sudah diberikan masyarakat disana, menurut kesaksian warga sekitar yang menuturkan bahwasanya sampah sering kali mangkrak sampai dua hari lebih padahal pembayaran tidak menunggak.
Transparansi yang diberikan Dinas Lingkungan Hidup tidak serta merta transparan terkait mekanisme pengambilan sampah dengan pembayaran iuran warga. malahan pemkab Rembang membantu menengahi permasalahan tersebut dengan memberikan sogokan dengan gerobak sampah sesuai dengan berita di Nur FM Rembang.
Rembang-Pemerintah Desa Tasikagung Kecamatan kota Rembang
mendapatkan satu unit gerobak dan satu unit becak sampah. Sarana tersebut merupakan pemberian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang, Jum’at (2/3/2018)
b. Misi Kabupaten Rembang adalah Mengembangkan profesionalisasi, Modernisasi organisasi dan tata kerja birokrasi.
Lalu permasalahan selanjutnya sebagai contoh ketidak berjalannya misi apalagi di aspek di tata kerja birokrasinya yang masih rumit dan masih menggunakan old fashion jika ditelisik di dalamnya banyak kita melihat rumitnya pelaporan dalam permasalahan lingkungan seperti banyak dilihat dalam masalah persampahan di rembang yang masih berantakan dan juga penyiapan SDM yang masih saja tidak berjalan karena sosialisasi yang tidak efektif dan siklus pelaporan masalah yang sering kali mengalami mal administrasi dan pelaporan masalah limbah di dekat pelabuhan yang berada di kecamatan sluke dari salah satu pabrik yang laporannya tidak dilanjuti dan tidak ada perubahan sampai sekarang. dan yang lebih urgen adalah permasalahan operasional yang kemarin sempat mandek dikarenakan telat dalam pembayaran BBM seperti yang diungkapkan Detik jateng.com DLH Rembang Akui Telat Bayar BBM Truk Angkut Sampah Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang, Wahyudi Setiyanto membenarkan soal gunungan sampah di wilayahnya. Dia menyebut peristiwa ini terjadi karena truk pengangkut sampah tidak memiliki bahan bakar gegara nunggak bayar.
2. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Dalam DLH terdapat tugas pokok dan fungsi dari penyusunan struktur organisasi, namun masih terdapat permasalahan yang tidak sesuai dengan realita di lapangan.
Dalam bagian fungsi DLH lebih rincinya di bagian Sub Koordinator tertulis di dalamnya Pengendalian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan, pengoordinasian,pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi:
a. Verifikasi lapangan untuk memastikan pemenuhan persyaratan administrasi dan teknis penyimpanan sementara 1 limbah B3.
b. Sinkronisasi pengelolaan limbah B3 dengan pemerintah provinsi dalam rangka pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan.
Perbandingan dengan keadaan di lapangan secara langsung di bagian pengelolaan limbah masih banyak permasalahan di dalam pengolahan limbah industri yang banyak di dapatkan dari kegiatan pengolahan ikan di sekitar pesisir terutama yang paling parah di bagian kecamatan Sluke tepatnya di pabrik HOLI, DLH tidak melakukan tindakan terhadap kegiatan pembuangan limbah yang langsung diarahkan ke arah laut.
padahal jelas jelas pabrik di sampingnya yakni BLK melakukan pengolahan limbah secara rutin namun HOLI tetap melakukan tindakan kegiatan illegal tersebut.
Di dalam fungsi DLH dibagian sub koordinator pengelolaan Sampah di bagian pengurangan sampah dengan melaksanakan pembatasan, pendaurulangan dan pemanfaatan kembali:
a. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
b. Koordinasi dan sinkronisasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan.
Dalam bagian fungsi DLH melaksanakan secara maksimal terkait point yang sudah di sebutkan di atas bahwasanya masyarakat belum sepenuhnya diberikan edukasi tentang pengelolaan sampah apalagi di daerah yang terpelosok seperti di kecamatan Bulu, Gunem, Sluke, Sarang dan masih banyak lagi di sepanjang pesisir kota rembang yang menjadikan gunungan sampah adalah hal yang biasa serta masyarakat tidak mengetahui bagaimana pengolahan sampah organik dan anorganik, masyarakat hanya bisa menghilangkan sampah dengan dibakar.
Di dalam bagian fungsi dlh lebih rincinya di bagian Sub Koordinator Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan, pengoordinasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi:
a. Sinkronisasi, penyediaan data dan informasi pengaduan keberadaan kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional yang terkait Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
b. Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM bidang lingkungan hidup untuk lembaga kemasyarakatan.
3. Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja supaya setiap pegawai memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Dalam fungsi penyusunan pegawai, terdapat indikator penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya yang berarti melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai yang mempunyai ahli di bidangnya.
a. Jumlah pegawai yang berada di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang masih sangat kurang. Berdasarkan perolehan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah pegawai yang ada di Dinas Lingkungan Hidup saat ini ada 94 Pegawai dari SLTA ke bawah, 1 Pegawai dari Diploma, 21 Pegawai dari Sarjana, dan 6 Pegawai dari Pasca Sarjana. Dengan total keseluruhan 122 Pegawai Negeri Sipil (PNS).
b. Berdasarkan data pegawai tersebut, masih banyak yang belum memiliki latar belakang keahliannya dalam bidang pengelolaan sampah terutama pegawai di dalam internal dinas dan masih kurangnya sumber daya manusia seperti petugas pengangkut sampah dan penyapu jalanan yang ada di Kabupaten Rembang.
Sehingga, kesimpulan dari permasalahan tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang masih kurang kompeten karena jumlah pegawai yang ada di dalam internal dinas masih banyak yang tidak memiliki latar belakang keahlian sesuai dengan bidangnya.
4. Pengarahan (Directing) merupakan salah satu fungsi manajemen yang membuat pegawai untuk mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan dan memotivasinya untuk mencapai tujuan organisasi, ada yang mengatur, dan
mengarahkan serta memotivasi. Akan tetapi DLH masih kurangnya dalam pengarahan salah satunya yaitu :
a. Pimpinan atau manajer perlu mengarahkan, perlu mendorong dengan memberikan tuntunan agar pegawai mengerjakan dengan usaha dan cara yang sesuai dengan keinginan organisasi. Namun DLH saat ini masih kurangnya pengarahan kepada anggota DLH, Selain masalah tunggakan hutang, DLH Rembang juga dihadapkan pada tantangan lain dalam mengoptimalkan kinerjanya. Beberapa anggota DLH mungkin tidak bekerja secara optimal, yang dapat menghambat kemampuan lembaga ini untuk mencapai tujuannya.
5. Pengendalian (Controlling) merupakan fungsi manajemen, pengendalian yang memiliki peran penting untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai atau tidak. DlH saat ini masih belum perencanaan dari awal, masih harus dievaluasi sehingga pemerintah perlu melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa tugas-tugas DLH dilaksanakan dengan baik dan efisien. Dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah daerah dapat memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki DLH digunakan secara optimal untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup.
2.4.2 Keterkaitan Antara Tujuan dan Unsur-Unsur Manajemen di DLH 1. Man (Manusia)
Unsur Man (Manusia) merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi, artinya sumberdaya manusia ini sudah memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi. Manusia yang dimaksud dalam analisis ini telah merujuk pada pegawai dan petugas yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang supaya bisa mengatur, mengorganisir dan berperan dalam mengelola sampah di Kabupaten Rembang.
Keterkaitan antara unsur manusia dengan tujuan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang terletak pada kualitas pengelolaan sampah oleh DLH berdasarkan kemampuan, kompetensi, dan motivasi para pegawai dan petugas yang bekerja di dalamnya. Permasalahannya adalah pegawai dan petugas yang bekerja di DLH Kabupaten Rembang masih kurang kompeten unsur sumber daya manusianya dalam melakukan pengelolaan terhadap sampah di Kabupaten Rembang. Oleh karena itu, DLH harus segera melakukan evaluasi
supaya dapat mengoptimalkan kinerjanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Money (Uang)
Unsur uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional karena berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. Money (Uang) yang dimaksud dalam analisis ini merujuk kepada dana atau anggaran yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang untuk menjalankan program yang sudah direncanakan dan untuk menggaji pegawai dan petugas yang sudah berperan lebih untuk mensejahterakan masyarakat dalam lingkungan yang bersih dan nyaman.
Permasalahannya adalah di tahun 2023, truk pengangkut sampah DLH tidak dapat beroperasi karena menunggak pembayaran selama dua bulan, sehingga tidak bisa mengambil BBM dari SPBU milik PT. RBSJ. Sehingga, sampah-sampah menumpuk pada beberapa pasar tradisional di Kabupaten Rembang. Seharusnya, ketika DLH memperhitungkan anggaran harus disiapkan dengan baik. Hal ini supaya dapat sesuai dengan kegiatan yang dijalankan oleh DLH dan anggaran yang dikelola dengan baik dapat digunakan untuk pengelolaan sampah-sampah dan lingkungan hidup.
Anggaran yang tersedia harus dialokasikan secara terstruktur untuk memastikan pencapaian tujuan perlindungan lingkungan hidup yang dijalankan oleh DLH, termasuk pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengendalian dampak lingkungan. Oleh karena itu, unsur manajemen uang yang baik sangat penting untuk pencapaian tujuan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang.
3. Materials (Bahan-Bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Selain manusia yang ahli dalam bidangnya, mereka juga harus dapat menggunakan bahan/materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Materials (Materi) yang dimaksud dalam analisis ini merujuk pada ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Rembang untuk mempermudah masyarakat dan menambah kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya.
Keterkaitan unsur ini dengan tujuan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang salah satunya terletak pada pemusatan sampah di TPA Landoh. Namun, terdapat data dua bulan lalu menunjukkan bahwa di TPA tersebut mengalami kelebihan kapasitas tumpukan sampah. Sehingga, sampah- sampah menjadi meluber hingga ke jalanan. Oleh karena itu, DLH dengan koordinasi bersama Pemkab Rembang harus bisa mengantisipasi kejadian yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah TPA di Kabupaten Rembang. Sehingga unsur ini dapat diimplementasikan secara optimal oleh pegawai dan petugas DLH Kabupaten Rembang supaya tidak menyimpang dari tujuan organisasi.
4. Machines (Mesin)
Mesin sangat diperlukan dalam kegiatan perusahaan. Penggunaan mesin dapat membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja. Machines (Mesin) yang dimaksud dalam analisis ini yaitu dinas memiliki sarana pengangkut sampah dan mesin mendaur ulang sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang mana dapat meminimalisir sampah yang terus bertambah setiap harinya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang memiliki 16 armada truk pengangkut sampah, dengan 8 arm roll dan 8 truk dam. Akan tetapi, jumlah armada tersebut masih menghambat kinerja dari DLH yang seringkali kewalahan dalam menangani permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang. Sehingga, masalah ini tidak dapat terus-menerus dibiarkan begitu saja. DLH Kabupaten Rembang perlu meningkatkan pengoptimalan armada supaya mampu melakukan pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang tanpa kewalahan.
5. Methods (Metode)
Metode merupakan unsur yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja. Suatu tata cara kerja yang baik dapat memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan.
Salah satu permasalahan adalah adanya aktivitas pembuangan sampah yang dilakukan di sepanjang pantai Plawangan oleh Pemerintah Desa Plawangan karena tidak memiliki bak penampungan sampah. Tumpukan sampah yang menggunung tersebut memenuhi bibir pantai dengan jenis sampah organik maupun sampah anorganik sepanjang pantai Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Sampah tersebut menimbulkan bau tidak sedap dan merusak panorama pantai. Warga setempat mengaku tumpukan sampah yang mengular hingga sepanjang 200 meter tersebut sudah berlangsung selama 5 tahun silam dan tidak ada penanganan oleh pihak pemerintah desa serta pemerintah daerah setempat. Hal ini berarti bahwa DLH masih kurang peduli terhadap permasalahan sampah di Kabupaten Rembang, bahkan tidak meninjau lokasi secara langsung dan memberikan solusi yang tepat hingga merata dalam mengatasi permasalahan tumpukan sampah di pantai Palawangan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kepedulian dalam lingkungan DLH supaya mampu memberikan solusi yang tepat dalam upaya meminimalisir timbulnya permasalahan terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang mempunyai tantangan yang dihadapi meliputi masalah struktural dan perilaku anggota yang kurang bertanggung jawab.
Masalah struktural mencakup manajemen yang kurang efektif dan pengawasan yang tidak memadai, yang berkontribusi pada akumulasi utang yang signifikan. Di sisi lain, perilaku anggota yang kurang tanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka juga merupakan faktor penting yang memperburuk situasi. Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah perbaikan yang komprehensif diperlukan. Dalam konteks manajemen, fungsi-fungsi manajemen berperan penting dalam memperbaiki situasi di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang.
Perencanaan yang tepat dapat membantu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam menetapkan tujuan yang jelas dan merumuskan strategi untuk mencapainya. Hal ini juga termasuk menetapkan prioritas yang tepat dalam pengelolaan keuangan dan administrasi,
sehingga dapat mengurangi risiko akumulasi hutang yang tidak terkendali. Selain itu, pengorganisasian yang efektif juga krusial. Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) perlu direvisi agar mendukung efisiensi dan koordinasi yang lebih baik antara berbagai unit kerja. Pembagian kerja yang jelas dan penempatan sumber daya yang optimal akan membantu memastikan bahwa setiap anggota tim dapat bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan bersama. Pengarahan juga merupakan aspek penting dalam upaya perbaikan.
Manajemen Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang perlu memberikan arahan yang jelas kepada anggota tim tentang apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi dan dukungan yang tepat juga perlu diberikan untuk meningkatkan kinerja dan tanggung jawab anggota tim.
3.2 Saran
Perlu dilakukan perbaikan, pengaturan dan pengawasan di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang. Hal ini dapat melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap sistem manajemen, peningkatan koordinasi antara berbagai unit kerja, dan penerapan proses pengawasan yang lebih ketat. Selain itu, pembinaan dan pelatihan juga perlu diberikan kepada pegawai untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya tanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka. Pelatihan dapat mencakup pengembangan keterampilan manajemen waktu, pemahaman tentang prosedur operasional yang benar, dan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Musthofa, Ilyas. (2023). Darurat! DLH Rembang Nunggak BBM Rp 156 Juta, Sampah Menggunung di Sejumlah Pasar Tradisonal. Rembang: Suara Merdeka. Diunduh pada 1 Maret 2023 melalui https://muria.suaramerdeka.com/muria- raya/079195205/darurat-dlh-rembang-nung
Barnard, Chester I. (1983). The Functions of the Executive. CambridgeMassachusetts:
Harvard University Press.
Davis, Ralph. (1951). The Fundamentals of Top Management. New York: Harper & Brothers Publishers.
Daft, Richard L. (1983). Organization Theory and Design. St. PaulMinnesota, West Publishing Company.
Terry, G. R. (2000). Pengantar ManajemenI. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani, N. A., & Ramdhani, A. (2019). Teori Organisasi. Bandung: Karima.
Kasih, J. H. G., Hanani, R., & Rostyaningsih, D. (2023). Budaya Kolaboratif Di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang. Journal of Public Policy and Management Review, 13(1), 1-14.
Mahiza. (2022). Pengelolaan Sampah di Rembang, Masalah dan Solusi. Rembang: Kalasela.
Diunduh pada 1 Maret 2023 melalui https://kalasela.id/pengelolaan-sampah-di- rembang-masalah-dan-solusi/
Mansur, M., Ali, A. K., & Kamis, Y. (2023). Efektivitas Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Terhadap Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. JOEL: Journal of Educational and Language Research, 2(9), 1121-1128.
Lubis, H. (2019). Organisasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Mulia, R. A. (2023). Peran Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Padang. JAPan: Jurnal Administrasi Dan Pemerintahan, 1(2), 113-122.
Nurasa, H. (2013). Analisis Organisasi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Sebuah Sistem Terbuka. Sosiohumaniora, 15(1), 80-90.
Peraturan Bupati Rembang Nomor 31 Tahun 2023 Tentang Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan Kabupaten Rembang Tahun 2024-2038.
Sawir, M. (2020). Birokrasi Pelayanan Publik Konsep, Teori, Dan Aplikasi. Deepublish.
Siswanto, H. B. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press.