Scanned by CamScanner
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
Scanned by CamScanner
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
Scanned by CamScanner
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
AJARAN SUBUD DAN KONSEP SPIRITUAL MODERN Farahdhia Tiesta Achilla1, Prapto Yuwono2
1Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
2Departemen Kewilayahan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membuktikan bahwa aliran kebatinan Subud menerapkan konsep spiritual modern dalam ajarannya untuk mempertahankan dan memperkuat aliran Subud di era modern sehingga ia mampu menarik anggota dari kaum intelektual, rasional, logis, dan modern. Subud merupakan aliran kebatinan yang berkembang pesat di Jakarta bahkan di tujuh puluh delapan Negara yang menunjukkan bahwa ia berada di tengah tengah masyarakat modern.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat awam yang belum mengetahui atau mengenal aliran Subud. Penelitian ini akan menerapkan teori Konsep Spiritual Modern dari Dr. H. Abdul Muhaya. Penelitian ini menggunakan prosedur dan tata cara paradigma penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar Subud memakai konsep spiritual modern dalam penerapan tujuh simbol lingkaran yang dimiliki Subud karena sudah tidak menggunakan ritual dan tata cara nenek moyang atau ortodoks seperti ajaran aliran kebatinan lain yang ada di Jawa. Melalui penelitian deskriptif kualitatif dapat disimpulkan dari berbagai pendapat narasumber penganut Subud bahwa Subud merupakan latihan pengolahan jiwa dan memberikan ajaran tentang moral dalam kehidupan dan penerapan moral dalam kehidupan sehari-hari. Moral yang dimaksud juga mengingatkan kembali manusia agar senantiasa menjadi manusia yang sadar bahwa ada kuasa yang sangat besar yaitu kuasa Tuhan, moral ini diajarkan secara bertahap dan melalui tingkatan dari ketujuh lingkaran Subud yang pada akhirnya manusia akan kembali menyatu jiwanya dengan Tuhan.
Kata kunci: Ajaran kebatinan, Konsep Spiritual Modern, Subud.
Abstract
This research proves that the Subud kebatinan school applies modern spiritual concepts in its teachings to maintain and strengthen the Subud school in the modern era so that it is able to attract members of the intellectual, rational, logical, and modern. Subud is a mystical school that developed rapidly in Jakarta even in seventy-eight countries which shows that it is in the midst of modern society. The purpose of this study is to provide understanding and knowledge to ordinary people who do not know or know the Subud stream. This study will apply the theory of Modern Spiritual Concepts from Dr. H. Abdul Muhaya. This study uses procedures and procedures for qualitative research paradigms. The results of this study indicate that it is true that Subud used modern spiritual concepts in the application of seven circle symbols possessed by Subud because he had not used ancestral or orthodox rituals and procedures like the teachings of other mystical schools in Java. Through qualitative descriptive research, it can be concluded from the various opinions of Subud adherents that Subud is a mental processing exercise and provides teachings about morals in life and moral application in daily life. The moral in question also reminds humans to always be human beings who are aware that there is a very large power, namely the power of God, this moral is taught in stages and through the levels of the seven Subud circles that in the end humans will re-unite their souls with God.
Keyword: Spiritual teachings, Spiritual Modern Concept, Subud.
2 1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara beragam tradisi dan budaya yang masih terjaga hingga saat ini, baik terlihat maupun tidak terlihat. Salah satunya adalah aliran kebatinan. Aliran kebatinan merupakan kepercayaan peninggalan leluhur sebelum adanya agama seperti Hindu, Islam, Kristen.
Dengan masuknya agama-agama tersebut, maka terjadi perpadunan antara agama dan kepercayaan animisme dan dinamisme. Dalam proses percampuran, agama yang baru masuk akan diterima dengan terbuka. Akan tetapi, budaya kepercayaan yang sudah tertanam jauh sebelum adanya agama, tidak pernah dihilangkan dan akan tetap dipakai sebagai pedoman dalam kehidupan masyarakat berbudaya. Contohnya pada masyarakat Jawa terdapat istilah Islam abangan yaitu golongan muslim yang tetap melakukan ritual upacara yang tidak ada di syariat Islam, termasuk tidak mengerjakan ibadah yang diajarkan Islam seperti shalat, puasa.
Sejak zaman dahulu hingga kini, aliran kebatinan mampu bertahan karena banyaknya orang-orang yang merasa tidak menemukan kepuasaan dan tetap merasa hampa dengan ajaran agama yang ia jalankan secara terkonsep sejak ia lahir. Pada akhirnya, mereka kembali menggali ajaran-ajaran kebatinan untuk mencari jati diri yang mereka anggap hilang.
Secara harfiah (KBBI), kata „batin‟ dalam kebatinan diartikan sebagai “sesuatu yang terdapat di dalam hati”. Kebatinan bukan sekedar ritual agama, seperti yang dilakukan umat muslim pada saat shalat atau umat kristiani pada saat ia beribadah di Gereja. Namun, penganut aliran kebatinan selalu percaya bahwa ada kekuataan dan kuasa yang diluar kemampuan manusia yaitu Tuhan.
Penganut aliran kebatinan percaya bahwa Tuhan ada bersama dirinya, maka tidak perlu menjalankan ritual-ritual yang dilakukan oleh agama pada umumnya. Hanya dengan selalu dia sadar dan mengetahui bahwa Tuhan selalu bersamanya dalam keadaan apapun, maka itu yang disebut dengan terbukalah jiwa dan rasanya, karena sesungguhnya rasa menembus pada ruang dan waktu. Kebatinan merupakan suatu pembelajaran bagi individu untuk mengarungi jalan mistik, bukan seperti agama yang sudah terkonsep apa saja yang harus dilakukan, dilarang, dan segala kewajiban yang harus dijalankan.
Kebatinan melatih individu untuk dapat mengendalikan emosi, nafsu, dan berbagai hal keduniawian agar batinnya bebas untuk bersatu kembali pencipta dengan yang diciptakan. Pada dasarnya kebatinan merupakan usaha perseorangan yang menginginkan “manunggal” dengan asal usulnya, sehingga ia merasa sangat dekat dengan penciptaNya, menyempurnakan penyerahan dirinya dengan melatih dan mengolah rasa. Tahun 1955 BKKI mengulas hal-hal inti mengenai aliran kebatinan.
Pada kongres I BKKI (Badan Kongres Kebatinan Indonesia) Semarang, 1955, terdapat tiga unsur kebatinan yaitu; (1) sepi ing pamrih (tidak mementingkan diri), (2) rame ing gawe
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
(giat bekerja), dan (3) memayu hayuning bawana (memilihara keindahan dunia). Unsur kebatinan sepi ing pamrih adalah titik tolak bagi individu melawan hawa nafsu dalam usaha mencapai ketenangan hati yang berkaitan erat dengan aliran kebatinan.
Dalam bahasa Indonesia, pamrih sering dikatakan sebagai kepentingan diri, munculnya keegoisan dalam diri dan ambisi pribadi yang harus diatasi. Unsur sepi ing pamrih sebagai benteng sifat tersebut dan akan mengakibatkan sikap penuh kebaikan. Bila hal itu sudah dilakukan melalui kebatinan pada diri, maka akan tercapainya kebaikan dunia dan kemurnian hidup. Terdapat pula nilai-nilai kebatinan yaitu rila, nrima, dan sabar yang diterapkan dengan cara tapa (konsentrasi dengan mengurangi aktivitas nafsu) sehingga dilakukan usaha memperbaiki diri. Kebatinan individu juga menyadarkan bahwa darimana seorang individu berasal sehingga individu akan tersadarkan bahwa dirinya bukan siapa-siapa, dirinya tidak dapat apa-apa, dirinya tidak punya apa-apa dan menyerahkan segala sesuatu kepada sang pencipta.
Sama halnya seperti yang dikatakan pada kongres II BKKI Solo, 1956, yaitu kebatinan dikatakan sebagai sumber asas dan sila ketuhanan yang maha esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.
Sumantri Mertodipuro seorang ahli kebatinan berpendapat: Kebatinan adalah cara ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan. Di Indonesia, kebatinan, apapun namanya: tasawuf, ilmu kesempurnaan, teosofi, dan mistik, adalah gejala umum.
Kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani. Maka itulah, selama bangsa Indonesia tetap berwujud Indonesia, beridentitas asli, maka kebatinan akan tetap di Indonesia, baik di dalam agama-agama atau diluarnya”. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa segala peraturan yang ada di Indonesia, sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola pikir dan cara pandang dari semua unsur yang ada dalam masyarakat, termasuk cara pandang aliran kebatinan.
Secara De Facto, berdasarkan aliran kebatinan sudah diakui sejajar dengan agama pada tahun 1973, dalam dua alenia pertama tentang “agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa” yang berisikan sebagai berikut: Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka peri kehidupan beragama dan peri kehidupan berkepercayaan terhadap Tuhan yang Mahaesa didasarkan atas kebeasan menghayati dan mengamalkan Ketuhanan Yang Mahaesa sesuai dengan falsafah pancasila. Pembangunan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditujukan untuk pembinaan suasana hidup rukun di antara sesama umat beragama sesama penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa dan antara semua umat beragama dan semua penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa serta meningkatkan amal dalam bersama-sama membangun masyarakat. (MPR,1973:73)
Namun putusan itu mendapat tentangan yang keras dari kaum muslim dan nampaknya tidak terlalu banyak perubahan pada penganut kebatinan. Hal ini dikarenakan putusan tersebut tetap berlaku, namun tidak diterima dengan baik oleh masyakarat luas. Namun di zaman modern,
4 pemerintah telah menetapkan bahwa berlakunya kesetaraan antara agama dan aliran kebatinan Indonesia yang membuat masyarakat modern, intelektual, rasional, dan logis menerima bahkan dapat masuk ke dalam aliran kebatinan seperti Subud.
Penelitian ini adalah upaya untuk menjelaskan bahwa aliran Subud merupakan kebatinan yang mengambil ranah pada kalangan masyarakat intelektual, rasional, dan logis karena peneliti mempunyai opini bahwa Subud mampu bertahan hingga saat ini bahkan di tujuh puluh delapan Negara karena memiliki konsep spiritual modern, dimana mereka para penganut Subud memberikan arahan dan ajaran melalui kegiatan yang rasional dan masuk akal, karena Subud sudah tidak sama dengan kebatinan lainnya yang masih ortodoks dan menjalani upacara serta tata cara dari hal yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut masing-masing individu pada umumnya sehingga Subud mampu menarik orang orang yang berada pada kalangan atas.
Memperlihatkan gambaran setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi bahwa aliran kebatinan sudah disetarakkan dengan agama yang ada di Indonesia, dengan begitu aliran kebatinan Subud semakin terbuka dalam melaksanakan kegiatan kegiatan mereka yang sudah ada sejak dahulu. Setelah adanya putusan tersebut para penganut Subud semakin unjuk gigi untuk memperlihatkan identitas mereka yang sebenarnya kepada masyarakat umum, ia tidak lagi merasa takut tidak diterima setelah keputusan pemerintah di keluarkan.
Pada zaman dahulu sebelum diakui, mereka harus melakukan kegiatan dan prosesi yang ada dengan cara berkumpul di satu rumah anggota penganut dan melakukan latihan olah jiwa dengan beberapa orang saja yang terbagi di beberapa tempat agar tidak membuat resah masyarakat beragama. Seiring berjalannya waktu, dengan tetap tertutup, penganut Subud semakin bertambah pengikutnya.
Kegiatan pendalaman kebatinan melalui ritual olah jiwa dan rasa, selalu dilakukan pada hari minggu siang secara tertutup di Wisma Subud dan berlaku hanya kepada kalangan sendiri.
Pengakuan oleh Mahkamah Konstitusi atas kesetaraan aliran kebatinan dalam KTP bermakna luas sebagai pengakuan aliran kebatinan sederajat dengan agama yang dianut oleh masyarakat.
Hal ini berdampak terhadap penentuan kebijakan pemerintah dan lembaga lembaga lainnya dalam menyikapi kesetaraan tersebut, salah satunya adalah dengan dapat diterimanya penganut aliran kebatinan sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) maupun dalam kepolisian dan TNI (menurut anggota Subud yang merasakan bahwa ia dipersulit), maka dalam bidang kependidikan mulai dirancang penerapan pendidikan mengenai aliran kebatinan dalam pendidikan dasar di sekolah. (Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup sehari-hari Orang Jawa).
Beberapa penelitian penting tentang sikap, harapan, dan pandangan penganut aliran kebatinan Subud, sudah pernah dilakukan yaitu „Aliran Kebatinan Subud dalam Tinjauan Teologi‟ oleh Iji Jaelani tahun 2016, UIN. Dalam penelitian itu, dibahas tentang awal mulanya Subud hingga menjadi suatu aliran yang memiliki penganut besar, serta ritual dan prosesi apa saja yang dilakukan dan diajarkan dalam kegiatannya dilakukan mereka setiap kali pertemuan,
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
sehingga akan menjadikan orang penganut Subud seperti apa setelah melakukan ritual dan prosesi itu di hari kedepannya.
Selanjutnya, aliran kebatinan Subud pernah diteliti dengan judul „Motivasi dan Makna Latihan Kejiwaan Penghayat PPK Subud cabang Yogyakarta‟ oleh Wartini Syila Syafi, 2016, UIN. Fokus penelitian itu terletak pada motivasi dan hal apa saja yang mendasari penghayat dalam mengikuti aliran kebatinan Subud di Yogyakarta dari sekian banyaknya aliran kebatinan yang ada di Indonesia bahkan dunia. Penelitian yang terakhir adalah „Is Susila Budhi Dharma (Subud) a Religion?‟ oleh Watini, 2017, UGM. Penelitian itu membahas secara fokus tentang permasalahan penggolongan aliran kebatinan Subud menjadi suatu agama berdasarkan banyaknya pengikut yang ada, dan seberapa mampu aliran ini bertahan pada zaman yang semakin modern hingga bersaing di antara agama yang ada.
Penelitian itu juga menyebutkan betapa universal aliran tersebut mengingat penganut yang ada di dalamnya terdiri dari berbagai suku dan agama, sebagai bahan dasar pertimbangan penelitian. Ketiga penilitian tentang aliran kebatinan Subud di atas, belum dilakukan penelitian lebih dalam tentang bagaimana sikap, pandangan, serta harapan penganut Subud setelah berlakunya putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2017, yang menyebutkan bahwa telah adanya hak kesetaraan antara agama dan penganut aliran kebatinan yang ada di seluruh Indonesia, sehingga meraka tidak lagi diasingkan dan dianggap sama dengan masyarakat beragama.
Penelitian itu adalah upaya untuk menjelaskan pandangan sikap penganut aliran kebatinan Subud yang dapat menarik berbagai masyarakat modern,intelektual dan rasional aliran ini tetap dapat bertahan hampir diseluruh Negara, Subud tidak menggunakan bahasa jawa dalam ajaran kebatinannya sehingga masyarkat intelektual di luar Jawa pun sangat menerima ajaran Subud. Penelitian itu sangat baik untuk di teliti karena dari penelitian penelitian sebelumnya tidak ada yang menjelaskan apakah Subud memakai konsep spiritual modern dalam proses membuat masyarakat umum tertarik untuk menjadi anggota.
Hal tersebut yang membuat pula Subud menjadi salah satu kebatinan yang paling popular dikalangan masyarakat modern khususnya di daerah Jakarta karena ia tidak melakukan upacara dengan cara-cara nenek moyang zaman dahulu yang menyembah animisme dan dinamisme, melainkan Subud sudah terkonsep dan mengerti setiap agama mengajarkan kebaikan sehingga ia terapkan dalam satu ajaran Subud dimana setiap agama yang berbeda tidak berpengaruh dengan ajaran Subud yang mengajarkan satu nilai moral dalam penerapan hidup sehari-hari. Penelitian ini merupakan studi pustaka dan penelitian kualitatif sastra dan budaya. Metode yang dilakukan adalah dengan cara mewawancarai 8 penganut aliran kebatinan Subud yang sudah memilik KTP sehingga informasi yang ia berikan adalah akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dengan begitu, dapat diketahui hal apa saja yang akan penganut Subud lakukan untuk ke depannya sesuai konsep ajarannya terhadap masyarakat luas, serta apa saja yang dialami penganut Subud setelah adanya kesetaraan antara kebatinan dengan agama.
6 2. Metode penelitian
Dalam penelusuran untuk mengetahui data ataupun masalah tentu peneliti menggunakan berbagai macam metode penelitian untuk melihat apakah data tersebut akurat dan sesuai dengan kenyataan yang ada, dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif dan melakukan metode wawancara. Wawancara dilakukan 6 kali di Wisma Subud dengan 8 narasumber yaitu anggota, pelatih kejiwaan, dan pembina tatap muka. Kualitatif adalah tipe metode yang berfokuskan pada hasil data bukan pada hasil angka (Endraswara 2006, 84) seorang ahli metode Kualitatif. Data data tidak mengarah atau mengacu kepada angka sama sekali, data berbentuk kata-kata narasumber, kalimat yang berasal dari narasumber, dan beberapa buku sebagai pendukung dalam analisis.
Data yang sudah ada kemudian di analisis dengan konsep sikap religi Koentjaraningrat (1987, 58) yang telah menggolongkan asas asas religi ke dalam tiga golongan yaitu:
• Teori yang dalam pendekatannya berorientasi pada keyakinan dalam religi
• Teori yang dalam pendekatannya manusia dengan alam gaib
• Teori yang dalam pendekatannya melalui upacara religi
Namun peneliti tidak melakukan penelitian melalui teori manusia dengan alam gaib ataupun teori upacara religi hal itu dikarenakan penelitian ini hanya sebatas membuktikan bahwa Subud menggunakan konsep spiritual modern untuk dapat bertahan di masa sekarang dan semakin populer. Penelitian ini juga mengacu pada Konsep Spiritual modern menurut Dr. H.
Abdul Muhaya yang ia ambil juga dari beberapa pendapat yaitu; tasawuf mampu berfungsi sebagai terapi krisis spiritual dengan beberapa sebab yaitu secara psikologis, merupakan hasil dari berbagai pengalaman spiritual merupakan bentuk dari pengetahuan langsung mengenai realitas ketuhanan. Pengalaman ini memberikan sugesti dan pemuasan (pemenuhan kebutuhan) yang luar biasa, sehingga pemahaman demikian dapat terasa bagi kaum intelektual, rasional, dan logis karena ajaran berdasarkan hal demikian.
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
Tiga unsur konsep spiritual modern menurut Dr. H. Abdul Muhaya
Tasawuf Pengalaman
Spiritual Psikologis
Alam dan Daya Hidup / Roh Nabati (Daya Hidup Tumbuhan)
Pembuktian unsur-unsur konsep spiritual modern di dalam 7 simbol lingkaran subud
Alam dan Daya Hidup / Roh Hewani (Daya Hidup Binatang)
Alam dan Daya Hidup / Roh Jasmani (Daya Hidup Manusia)
Alam dan Daya Hidup / Roh Rohani (Daya Hidup Insan Kamil)
Alam dan Daya Hidup / Roh Rahmani (Daya Hidup Para Utusan) Alam dan Daya Hidup / Roh Rabani (Daya Hidup Para Ciptaan Tuhan)
Alam dan Daya Hidup / Roh Rewani (Daya Hidup Kebendaan)
8
Pustaka Narasumber
tujuh simbol lingkaran Subud mempunyai tahapan yang sedikit berbeda dari pendapat narasumber.
Dalam buku Dari khayalan ke kenyataan (penjelasan dan ulasan tentang Subud oleh H. Hardjono K), bahwa roh rewani, roh nabati, roh hewani, dan roh jasmani merupakan nafsu, akal pikiran manusia yang dapat di kendalikan dan di latih agar menghilang.
Sedangkan roh rohani, roh rahmani, roh robani tidak semua manusia setelah mempelajari olah jiwa dapat sampai tahapan tersebut. Karena berdasarkan data pustaka hanya dapat terjadi apabila Tuhan berkenan untuk memberikan kepada manusia tersebut.
Menurut anggota subud masing- masing individu memiliki nilai spiritual dalam diri berbeda, dengan begitu pencapaian realitas moral tertinggi juga berbeda-beda. Banyak pula anggota Subud yang tawakal serta sabar namun hingga saat ini belum dapat terbuka batinnya. Hal ini juga terjadi karena faktor orang tersebut.
Menurut pelatih kejiwaan setiap manusia pada akhirnya akan bisa mencapai titik terakhir pada tujuh simbol lingkaran Subud dengan menyatunya diri dengan Tuhan, tanpa harus individu tersebut memiliki spiritual yang tinggi, karena semua itu perlu diolah dan dilatih. Selama orang tersebut sabar dan ikhlas pasti dengan sendirinya ia akan merasakan hal-hal luar biasa dalam hidupnya.
Menurut pembina (tatap muka) manusia yang akan mendapatkan batin dan jiwa yang terbuka yaitu manusia yang sudah sadar dan mengenali dirinya sendiri, dengan manusia tersebut mengenali dirinya maka dengan jelas ia juga mengenali Tuhan. Pada zaman yang modern justru lebih mudah membuka pikiran dan menyadarkan manusia, karena banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dan tujuh simbol lingkaran tersebut hanya dapat dipahami oleh masyarakat intelektual, rasional, dan logis karena ajaran moral tersebut memiliki pencapaian bagi kaum yang sudah terbuka fikirannya.
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bahwa aliran Subud memiliki konsep spiritual modern pada pemaknaan tujuh simbol lingkaran yang menjadikan suatu fenomena dalam masyarakat urban di Jakarta, bahwa semakin kini semakin popular dan semakin marak masyarakat yang bergabung, bahkan tercatat lebih dari 78 negara yang menjadi penganut Subud dan sudah memiliki anggota puluhan ribu, hal itu yang menjadi daya tarik dibandingkan dengan ratusan aliran kebatinan yang dimiliki Indonesia.
Subud salah satu aliran kebatinan yang terdepan dalam arti paling di kenal oleh banyak masyarakat dan dapat berterima oleh masyarakat modern, bahkan oleh pemikiran-pemikiran rasional modern yang terbukti dari anggota Subud yang berada di seluruh dunia dan selalu bertambah, itu semakin menarik untuk dikaji. Setelah dibandingkan melalui data kasar menurut pendapat masyarakat umum yang mengenal tradisi dan budaya mengenai kebatinan dengan aliran kebatinan yang lain, ternyata Subud memang berbeda yang membedakan adalah dari cara memberikan ajaran dan pemahamannya, sedangkan ajaran ajaran kebatinan yang lain masih bersifat mistik spiritual murni dan masuk pada ranah-ranah kebatinan yang sangat metafisika, tetapi Subud sangat rasional dilihat dari simbol lingkaran Subud, ada tujuh garis yang menandakan level itu merupakan peningkatan dari yang paling fisik ke dalam pemahaman metafisik.
Subud sangat berbeda dengan kebatinan-kebatinan yang lain karena Subud hanya mengangkat bagaimana implementasi sebuah kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mengajarkan pemahaman penghayatan moral, pemahaman penanaman moral dan moral itu memang hasil dari penghayatan agama. Subud sudah berhasil membandingkan agama- agama lain dan memang yang paling tinggi adalah ajaran Islam dikatakan oleh penemu Subud, justru keseluruhan dari pemahaman agama itu menjadi dasar ke dalam implementasi kehidupan sehari-hari yaitu masalah moral hal demikian dikatakan secara langsung oleh narasumber.
Konsep spiritual modern pada ajaran Subud mengacu kepada Konsep Spiritual modern menurut Dr. H. Abdul Muhaya yang ia ambil juga dari beberapa pendapat yaitu; Tasawuf mampu berfungsi sebagai terapi krisis spiritual dengan beberapa sebab. Pertama secara psikologis, merupakan hasil dari berbagai pengalaman spiritual dan merupakan bentuk dari pengetahuan langsung mengenai realitas ketuhanan. Pengalaman ini memberikan sugesti dan pemuasan (pemenuhan kebutuhan) yang luar biasa, sehingga pemahaman demikian dapat terasa bagi kaum intelektual, rasional, dan logis karena ajaran berdasarkan hal demikian. Konsep ini kurang lebih memiliki tipe yang sama untuk menarik masyarakat intelektual tinggi menerima berbagai ajaran yang memang tidak berbentrokan atau tidak memakai hal yang masih ortodok seperti bersemedi di atas gunung, di dalam gua.
10 Ajaran Subud dapat dikatakan sebagai ajaran yang dapat memenuhi keinginan masyarakat modern dalam penenaman moral tanpa harus memberikan dogma-dogma dalam perbedaan agama, karena tujuan dan pencapaian yang ingin dilakukan Subud adalah agar manusia dapat tersadarkan bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara untuk setiap umat, sehingga setiap manusia beragama mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu kembali kepada sang pencipta. Konsep itulah yang terdapat di dalam ajaran Subud. Hal tersebut terbukti dengan kentalnya unsur modern dalam tujuh simbol ajaran Subud, yang dikenal dengan “Tujuh Lingkaran Subud”.
Simbol tujuh lingkaran tersebut merupakan simbol-simbol dari tahapan awal dalam pencapaiaan moral seseorang yang akan diajarkan dan dilatih sampai mencapai pemahaman moral yang tertinggi, hal ini lah yang akan diuraikan dari moral yang paling fisik hingga moral metafisik. Hal inilah yang akan di lakukan, dengan memakai satu konsep mengenai spiritual modern, yang rasional, yang intelektual dapat membuktikan bahkan penulis sudah turun secara langsung melihat keadaan secara akurat di lapangan, bahwa anggota Subud merupakan kaum intelektual, ini sangat membuktikan bahwa ajarannya sangat rasional. Oleh karena itu penelitian ini patut untuk diangkat karena tidak diketahui dan dipahami oleh semua orang bahwa kekuatan Subud ada dimana.
Tujuh symbol lingkaran Subud (H. Hardjono K. Dari Khayalan ke Kenyataan)
Berikut uraian dari tujuh simbol lingkaran tersebut.
3.1 1. Alam dan Daya Hidup/ Roh Rewani (Daya Hidup Kebendaan)
Simbol pertama memberikan ajaran tentang daya hidup kebendaan, sebagai manusia tentu tidak selalu menyadari apakah segala perbuatan yang di lakukan selama ini sudah berada pada jalan yang benar dan baik serta tidak menyakiti makhluk lainnya. Pada tahapan ini Subud mengajarkan anggotanya untuk membuka kesadaran pada diri sendiri yang mungkin selama
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
perjalanan hidup belum dapat menyadarinya, untuk dapat menahan nafsu dan ego yang sangat besar serta menghargai setiap hal yang ada di dunia ini.
Sebagai manusia harus sadar bahwa ada makhluk lain di dunia ini selain manusia yang harus di hargai. Tahapan ini memang latihan dasar penganut Subud agar dapat mengendalikan atau mengontrol hawa nafsu yang dimiliki manusia. Kebendaan tentu memilik roh, sehingga membuat manusia tertarik terhadap berbagai kebendaan di dunia ini. Roh benda menghasilkan nafsu kebendaan duniawi, menurut penganut Subud sebelum ia mengikuti ajaran Subud ia masih terbawa arus duniawi, contoh yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari hari yang seringkali dilakukan oleh manusia yaitu; ketika pergi ke suatu tempat seperti mall, lalu melihat segalanya menjadi sesuatu yang sangat menarik. Ketika sudah mencoba menahan nafsu untuk tidak lapar mata, namun pada kenyataannya hampir semua orang mengikuti nafsu untuk mendapatkan keinginannya.
Ketika barang tersebut sudah menjadi milik dia, maka rasa senang bahkan kepuasaan terhadap barang tersebut tidak ada, hal ini yang dikatakan sebagai nafsu kebendaan duniawi.
Seringkali manusia terbelenggu dengan hal seperti itu, karena manusia tersebut belum sadar bahwa semua yang di lakukan di dunia banyak godaan yang menjerumuskan dalam kehidupan yang salah.
Ajaran ini mengajarkan manusia untuk bermoral lebih baik lagi, melihat keselarasan hidup dengan berbagai aspek tidak berdasarkan nafsu semata. Hal utama daya kebendaan yaitu akan memburu tempat, eksistensi, ketenaran, dan akhirnya kekayaan, hal ini yang akan membuat manusia menjadi “tidak pernah puas” dan “kerakusan”. Dengan latihan kejiawaan seperti meditasi, menahan egois, sadar dengan makhluk lain selain manusia di dunia, daya daya rendah yang ada pada setiap diri manusia tidak dibiarkan bekerja sendiri melainkan didayai dengan kebangkitan jiwa mengarah ke nilai hidup manusia yang lebih mulia.
Ketika manusia sudah sadar dan berhasil melatih jiwa dan batin pada tahapan ini maka kita akan bisa membedakan hal apa yang akan menjadi kebutuhan dan hal apa yang menjadi keinginan kita dalam kehidupan. Dengan begitu manusia tidak akan selalu mengeluh, karena Tuhan akan memberikan apa yang ia butuhkan bukan apa yang ia inginkan, ketika ia berdoa untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, namun menurut Tuhan ia tidak membutuhkan hal tersebut dalam hidupnya, maka Tuhan tidak akan memberikan hal tersebut bukan karena beliau tidak dapat, tetapi karena beliau ingin umat manusia dapat sadar bahwa hidup ini hanyalah sementara.
Subud mengajarkan manusia mulai yang paling dasar dapat menghargai segala kebendaan yang hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Daya hidup Rewani berada pada daya hidup manusia, sehingga dapat dikuasai manusia, dikuasai artinya dapat dicapai hati dan akal pikiran manusia, membuat masyarakat
12 dapat menerima ajaran ini dengan sangat cepat karena sesuai dengan hati nurani yang dimiliki oleh setiap manusia.
3.2 2. Alam dan Daya Hidup/ Roh Nabati ( Daya hidup tumbuhan)
Ketika sudah berhasil pada tingkatan awal dalam daya kebendaan, maka selanjutnya pencapaian moral akan meningkat ke daya hidup tumbuhan. Ajaran ini hampir sama seperti daya hidup kebendaan dimana manusia harus sadar bahwa tumbuhan juga memiliki hak yang sama sebagai makhluk hidup, sebagai manusia yang memiliki akal pikiran harus bijaksana terhadap alam sekitar, tidak ada yang membedakan derajat manusia dengan tumbuhan karena segala yang Tuhan ciptakan mempunyai tujuan dan pencapaian peran yang berbeda-beda serta kelebihan yang memberikan manfaat kepada sekitar, karena ajaran ajaran ini memberikan keterbukaan terhadap cara berfikir orang modern untuk dapat menjadi manusia yang bermoral, berakhlak baik agar dapat selamat pada pencapaian terakhir yaitu akhirat.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki naluri dan hati yang sangat baik, peka, di banding dengan makhluk hidup lainnya, namun faktor-faktor keduniawian yang menarik seseorang, sehingga ia lupa terhadap dunia yang ia jalani saat ini. Setiap agama tentu mengajarkan manusia agar senantiasa menjadi manusia yang bermoral dan baik, berisikan aturan agar tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan.
Namun untuk beberapa orang penganut Subud, agama mulai tidak dijalankan karena faktor agama yang turun temurun membuat manusia tidak pernah mempelajari lebih lanjut, sehingga manusia yang mencari pemuas untuk pemenuhan kebutuhan jiwa dan hatinya, seperti aliran Subud. Anggota yang masuk ke dalam Subud bukanlah orang yang tidak beragama, melainkan orang yang beragama namun merasa kurang dengan pelajaran agama yang ia jalankan, sedangkan ajaran Subud memberikan secara jelas dan inti kepada orang yang membutuhkan ajaran ajaran moral dalam kehiudpan sehari-hari di dalam masyarakat modern.
Ajaran itu semakin kuat, karena aliran Subud memang mengambil masyarakat awam untuk menjadi anggota pada kalangan atas berintelektual dan mempunyai cara berfikir yang sangat rasional sehingga anggota Subud tidak ada yang berada pada kalangan bawah, karena tidak akan sampai pada proses berfikir yang lebih rasional tentang kehidupan sehari-hari dalam mempraktekan bagaimana sikap, sifat moral yang terarah dan baik. Tahapan ini memang masih tahapan awal untuk menyadarkan anggota yang baru mengenal Subud agar dapat terbuka jiwanya bahwa pada intinya ia hidup di dunia tentu akan membutuhkan kebendaan, membutuhkan tumbuhan dan ia tidak akan mungkin hidup di dunia ini sendirian sehingga sifat ketamakan, kesombongan, keegoisan, tidak peduli dengan lingkungan akan menghilang dan tidak akan lagi muncul.
Mendapatkan pencapaian yang sempurna dibutuhkan kesabaran dan juga waktu, namun agar lebih cepat untuk menyerap dan menjalankan segala yang diajarkan para pelatih Subud manusia tersebut harus niat dengan tulus hati ingin mengubah diri agar menjadi manusia yang
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
lebih baik lagi, bukan karena ingin meminta kekayaan, kesembuhan, atau jabatan karena Subud adalah ajaran kebatinan yang mengajarkan segala kebaikan dalam melangkah dikehidupan.
3.3 3. Alam dan Daya Hidup/ Roh Hewani ( Daya Hidup Binatang)
Tingkatan yang ketiga yaitu anggota Subud dilatih untuk dapat menahan nafsu Supiah.
Menurut salah seorang pelatih kejiwaan Subud ia mengatakan “Jagalah dirimu dari yang tunduk di dalam dirimu, yang tunduk di dalam diri kita adalah Supiah” sifat negatif dari supiah adalah pengumbar rasa kasih sayah sehingga mengumbar nafsu birahinya sampai diluar batas kesadaran.
Jadi roh hewani itu dapat mempengaruhi nafsu yang sangat besar dalam diri manusia tanpa manusia sadari, namun semua itu dapat dikendalikan melalui pengolahan jiwa Subud, namun tergantung manusia itu dalam menjalankan ajaran dalam kehidupannya untuk menahan segala sesuatu yang tidak pantas dilakukan yang dapat merusak moral.
Setiap manusia berbeda-beda cara menjalankan dan melakukan penerapan ajaran dalam kehidupan. Ada satu penganut Subud yang sudah lama belajar tentang pengolahan jiwa agar dapat melawan sifat negatif dalam dirinya selalu gagal, karena ia tidak berniat dengan sungguh- sungguh, atau ia menjalankan secara terpaksa dan ikut-ikutan dengan orang lain sehingga tidak ada perubahan semakin baik dalam hidupnya.
Manusia sadar dengan cara yang berbeda-beda, mungkin ia butuh teguran yang keras atau hanya dengan sentuhan yang lembut hatinya akan tergerak untuk menjadi manusia yang lebih baik. Namun sesungguhnya menurut pelatih kejiwaan Subud segala sesuatu dalam kehidupan hingga dapat melakukan penelitian terhadap aliran kebatinan Subud memang sudah digariskan oleh Tuhan bahwa semua akan berjalan seperti itu, sehingga dalam hidup manusia tidak perlu cemas, khawatir karena sesungguhnya segala sesuatu yang baik sudah diatur agar manusia senantiasa hidup selamat dan tentram. Tahapan ini memang tidak berbeda jauh dengan tahapan tahapan yang lainnya karena semua yang menggerakan adalah hati nurani manusia tersebut tanpa di sadari atas kehendak Tuhan.
3.4 4. Alam dan Daya Hidup/ Roh Jasmani ( Daya Hidup Manusia)
Latihan kejiwaan sampai dapat mencapai jiwa dan hati yang bersih serta moral yang baik harus dapat terlaksana dan terbuka pada pencapaian roh Jasmani. Mengapa demikian, karena dari tahap kebendaan, tumbuhan, hewan, dan jasmani semua nafsu nafsu keduniawian ini dapat dilatih melalui pengolahan jiwa dan menghilang sehingga bisa kembali menjadi manusia yang bersih. Manusia yang bersih yaitu manusia yang kembali seperti bayi karena menghilang pikiran, nafsu, dan egois keduianwian. Ciri-ciri manusia yang kembali bersih yaitu sudah tidak memikirkan bagaimana hidupnya ke depan, dengan berbagai pertimbangan keduniawian yang terpenting manusia tersebut menjalankan hidup yang di berikan Tuhan sebagai misi dan selebihnya manusia tersebut menjalankan hidupnya untuk Tuhan.
14 Pada tahapan ini manusia diajarkan untuk sampai tahapan Mutmainah, pengertian Mutmainah yaitu Jiwa yang telah mendapatkan ketenangan, telah sanggup dan mampu secara lahir dan batin menerima cahaya kebenaran sang Ilahi, juga jiwa yang telah mampu menolak menikmati kemewahan dunia dan tidak dapat dipengaruhi atau tertarik oleh hal semacam itu.
Nafsu ini merupakan nafsu yang terbaik karena membuat pemiliknya merasa berpuas diri dalam pengabdiannya kepada Tuhan. Pada dasarnya di tahap keempat ajaran yang di ajarkan oleh Subud memiliki pedoman dan kupasan dari ajaran Islam yang diadaptasi untuk melatih moral manusia, siapapun yang ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi, terkhusus dalam kehidupan sehari-hari.
Subud memang mencapai pemahaman secara menyeluruh bahwa agama memiliki pencapaian yang sama dalam kebaikan sehingga anggota Subud dari berbagai agama yang berbeda karena tata cara kejiwaan Subud hanya penyerahan diri sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan, yang kemudian atas kemurahan Tuhan akan membangkitkan gerak rasa diri, bebas dari pengaruh nafsu hati dan akal pikiran.
Pelatih Subud meyakini gerak tersebut merupakan gerak yang dibangkitkan oleh kekuasaan Tuhan dan hanya tinggal dijalankan saja. Hal yang sangat fleksibel ini yang membuat kebatinan Subud semakin di terima oleh masyarakat modern, karena ia tidak memiliki batasan kepada pengikutnya untuk dapat masuk menjadi anggota, karena Subud tidak mengajarkan bagaimana cara berdoa terhadap Tuhan melainkan bagaimana menjadi manusia yang utuh sadar bahwa hidup hanya sementara da nada kekuataan yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun yang berada di dunia ini.
3.5 5. Alam dan Daya Hidup/ Roh Rohani (Daya Hidup Insan Kamil)
Pengertian umum Insan Kamil dalam bahasa Arab yaitu, insan berarti manusia dan kamil yang sempurna. Daya hidup Insan Kamil yaitu Manusia yang sempurna, dalam hidup tentu manusia tidak jauh dari kesalahan dan jauh dari kata sempurna, dengan kehidupan modern manusia semakin sulit untuk menjadi manusia yang sempurna. Pengaruh modern dalam kehidupan membuat manusia lupa diri dan menjadi tamak dalam kehidupan. Akan tetapi Muhammad Subuh pencetus latihan kejiwaan Subud mengatakan kepada para penganutnya bahwa latihan kejiwaan Subud dapat melatih batin manusia untuk mencapai tahapan tahapan ini, membangun kesadaran akan diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya dengan pemahaman dan penyampaian yang modern bukan dengan cara yang ortodoks.
Namun tidak semua anggota dapat berada pada tahap ini, karena menurut penjelasan penganut Subud pada simbol pertama sampat keempat, anggota Subud masih dapat di arahkan untuk mengikuti langkah langkah seperti yang tertera di atas, namun yang mereka katakan adalah pada tahapan ini tergantung yang kuasa bagaimana mau memberikan hidayah terhadap umatnya, umatnya hanya berusaha melakukan semampunya.
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
Semua tahapan yang dilalui lingkaran Subud memang terbukti berdasarkan kejadian dan pengalaman spiritual yang dirasakan oleh anggota Subud dengan cara mimpi bertemu dengan Tuhan dan Tuhan berbicara kepada manusia tersebut dan memberikan kesadaran yang tidak pernah di sangka sebelumnya.
3.6 6. Alam dan Daya Hidup/ Roh Rahmani (Daya Hidup para Utusan)
Pada tahapan ini anggota akan diajarkan bagimana sifat sifat kebaikan yang dimiliki oleh utusan utusan Allah, yang hidupnya selalu sabar, menerima, tawakal dan sebagainya, diantara orang lain yang banyak memiliki penyimpangan dalam hidupnya, para utusan Allah tetap terjaga dan tidak tersentuh oleh hal negatif, para utusan Allah tetap suci tetap taat dan tidak tergoda dengan berbagai kenikmatan yang ada pada dunia ini.
Sebagai manusia yang hidup pada zaman modern dengan berbagai kejahatan tidak lagi dinilai sebagai kejahatan, manusia sulit sekali untuk melakukan atau berada pada jalan yang benar, dengan demikian sebagai manusia yang baik manusia harus senantiasa menjadi manusia yang baik dengan berbagai cara salah satunya dengan bergabung dalam pelatihan kejiwaan yang jelas mengajarkan dan mengeluarkan moral kebaikan yang dimiliki setiap manusia keluar kembali, agar dapat berpegang teguh dalam hal semacam itu. Apabila manusia tersebut larut dalam keduniawian makan dengan begitu manusia tersebut akan menjadi manusia yang hancur.
Karena terjebak oleh kefanaan dunia. Latihan kejiwaan Subud memang bertahap dan melalui proses yang banyak, namun ajaran ini memang sudah di realisasikan dalam kehidupan dengan cara yang modern.
3.7 7. Alam dan Daya Hidup/ Roh Robani (Daya Hidup para Ciptaan Tuhan)
Segala sesuatu yang telah diciptakan di dunia, masing masing memiliki tugas dan tujuan yang berbeda beda, mengapa mereka ada di dunia ini, begitupun dengan diri manusia, ketika manusia melihat semut atau sesuatu yang menurut manusia tidak berarti hal itu yang akan menyadarkan kita tentang kehidupan bahwa segala yang ada di dunia ini mempunyai tugas yang berbeda. Bahkan tumbuhan mempunyai tugas dan misi dalam kehidupan. Lantas mengapa manusia bersikap berlawanan dalam kehidupan justru manusia yang kebanyakan menjadi musuh kehidupan bagi alam sekitarnya. Manusia seringkali diberi kesadaran namun tidak membuka pikirannya bahwa selama manusia hidup belum sebanyak tumbuh dan makhluk hidup lainnya yang berbuat untuk kehidupan selaras.
Ketika manusia sudah menyadari bahwa setiap makhluk mempunyai tujuan dari kehidupannya, maka manusia tidak akan lagi meremehkan makhluk ciptaan Allah walaupun tidak menyukainya, manusia harus percaya bahwa segala sesuatu yang sudah Allah ciptakan itulah yang terbaik. Dengan begitu kita akan dapat menghargai dan mengerti tentang kehidupan sesungguhnya, karena kita hidup selaras dengan batin dan jiwa.
16 Simbol tujuh lingkaran Subud mengacu pada ajaran dan pemahaman Islam sufi yaitu islam yang bukan islam syariat, namun yang menarik masyarakat intelektual, modern, dan rasional, bahkan yang bukan beragama Islam mereka masuk di dalam aliran Subud tanpa melihat agama yang di pegang oleh masing masing anggota Subud dan bukan melihat pada ajaran Islam, akan tetapi bagaimana cara para pelatih kejiwaan Subud dapat menerapkan dengan berbagai cara dan hal yang modern melalui pengalaman seperti yang tertera jelas pada konsep spiritual modern, bahwa konsep ini dapat terjadi bahwa adanya tiga faktor yaitu tasawuf, psikologis, pengalaman spiritual.
Hal demikian dapat terjadi berdasarkan pengalaman hidup yang dirasakan oleh setiap individu yang membuat penarikan dalam diri terhadap kebutuhan dalam pemuasan kebatinan dan kejiwaan, sehingga memudahkan masyarakat awam yang baru mengenal Subud untuk dapat menerima ajaran kebatinan ini tanpa melihat unsur Islam dan sebagainya, karena tujuannya adalah untuk membuka jiwa terhadap moral yang berisikan kebaikan dalam diri dalam penerapan kehidupan sehari-hari yang pada saat ini sudah mulai terbengkalai dan terlupakan oleh kefanaan dunia.
Konsep spiritual modern memang sudah tidak lagi menggunakan cara cara ortodoks seperti bersemedi mandi di goa, bersemedi di atas gunung, mandi bunga dan sebagainya yang jauh dari pemikiran rasional.
Namun spiritual modern memberikan suatu hal yang baru yang dilakukan dengan hal latihan olah jiwa untuk mencapai ketenangan tanpa ritual lama seperti mandi kembang, mandi di pantai yang menjadikan pertentangan bagi masyarakat yang beragama dan Subud tidak menyalahi aturan beragama sehingga kaum intelektual sangat masuk dan berterima dengan ajaran dan pemahaman Subud.
Menurut penganut Subud di Wisma Subud, garis-garis tujuh ini yang akan menyambungkan lingkaran dapat diartikan sebagai penghubung segala alam dan daya hidup ciptaan-Nya. Mereka yang sudah memperoleh pengertian moral karena telah berlatih dengan sungguh-sungguh akan menemukan berbagai hal dalam hidupnya yang sangat menakjubkan yang tidak pernah dirasakan sebelum ia melakukan pelatihan kejiwaan, ia akan merasa bagaimana Tuhan sangat sayang dan dekat kepada manusia.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, aliran kebatinan Subud memang sudah sangat modern karena tahapan yang di lakukan ketika seseorang mendaftar menjadi anggota sangat terkoordinir, dengan proses perkenalan, berbagi cerita hal apa yang menjadi pengalaman spiritual seseorang, dan dapat mendaftar menjadi anggota dan ketika mendaftar ada isian formulir yang resmi dari Kemendikbud, bahkan kegiatan seperti seminar nasional dan internasional juga sangat menunjukan sangat modern aliran tersebut. Subud mempunyai suatu konsep sprirtual modern yang dapat memahamkan masyarakat intelektual dalam menerima ajaran yang terdapat pada
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
aliran Subud. Terlihat dari tata cara dan tahapan ketika seseorang mendaftar menjadi anggota Subud, serta dapat dilihat melalui tujuh simbol lingkaran yang menjadi simbol utama Subud.
Para anggotanya telah membuktikan bahwa tujuh simbol lingkaran telah membuat kesadaran pada diri sendiri secara bertahan dalam kebaikan moral mulai dari hal yang sederhana hingga sudah mencapai ditingkat yang paling atas bahwa hidup ini hanya untuk Tuhan.
Subud memang sudah berdiri sejak lama dan semakin berkembang pada kalangan masyarakat modern, hal ini dikarenakan ajaran Subud sudah tidak seperti ajaran spiritual zaman dahulu, karena para anggotanya diajak berfikir kembali dalam pengolahan jiwa yang dapat diterima dengan akal sehat. Subud hingga kini semakin berkembang sehingga masyarakat berbagai Negara tercatat masyarakat dari tujuh puluh delapan Negara telah menjadi anggota, kurang lebih lima belas ribu anggota.
Subud sangat menarik bagi anggotanya karena memberikan pengalaman pribadi dalam hal kebaikan moral. Subud menyadarkan manusia untuk kembali mengingat bahwa hidup di dunia bukanlah segalanya, melainkan hanyalah sementara, moral memang sangatlah penting dalam kehidupan, manusia akan menjadi orang yang tidak baik apabila ia tidak memiliki moral yang baik, karena persoalan moral adalah untuk menentukan hal hal yang boleh dilakukan dalam kehidupan maupun hal hal yang tidak boleh dilakukan, sehingga ketika manusia hidup di dunia dapat berupaya untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama makhluk hidup, menjadi manusia yang baik dan beradab.
Memang segala sesuatu harus melalui tarikan diri sendiri, ketika manusia itu mulai sadar bahwa ia tidak dapat menjadi manusia yang tamak dan egois. Maka ia akan mencari cara penangkal bagaimana menjadi manusia yang lebih baik, salah satunya dengan masuk keajaran Subud tidak lagi mengajarkan tentang agama dan kewajiban yang harus dilakukan melainkan bagaimana penerapan secara langsung dengan kesadaran dalam kehidupan yang ia jalankan.
Subud sudah mengerti secara benar bahwa pada intinya hidup ini hanyalah sementara, bahwa Tuhan yang mampu melakukan apapun, bahkan ketika Tuhan menghendaki orang itu untuk celaka maka saat itu juga akan celaka. Tuhan maha baik memberikan kesadaran dengan cara yang berbeda-beda tergantung manusia tersebut bagaimana menyikapi sentilan sentilan melalui hati yang diberikan oleh sang pencipta kepada yang diciptakan.
Ketika manusia sudah tersadarkan dan sudah menjadi sifat pribadi dia maka ia sudah dapat menerapkan tata cara ini dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan dari para pelatih kejiwaan. Karena pada dasarnya semua ada pada diri masing-masing tergantung ia melakukannya dengan sungguh-sungguh atau tidak. Ketika ia sedang melakukan pelatihan para anggota Subud juga harus menghilangkan rasa sombong yang ada dalam dirinya, harus sabar, tawakal, dan ikhlas karena apabila dalam dirinya masih banyak kesombongan maka akan sulit jiwanya untuk terbuka.
18 Konsep spiritual modern dapat terlihat berdasarkan laku yang dijalankan penganut Subud dalam keseharian, melalui pengalaman spiritual pribadi seseorang, faktor psikologis dalam menjalankan kehidupan, serta tasawuf. Ketiga hal tersebut sangat mencakup laku yang dijalankan para penganut Subud karena semua dilakukan berdasarkan pengalam spiritual yang membuat hati terbuka, faktor psikologis dan tasawuf (islam sufi) karena ajaran Subud banyak terdapat hadis hadis islam dalam penerapan ajarannya.
Daftar acuan Artikel jurnal:
Ijil Jaelani, (2016). Aliran kebatinan Subud dalam Tinjauan Teologi
Https://www.academia.edu/33408608/Aliran_Kebatinan_Subud_dalam_Tinjauan_teologi
Wartini Syila Syafi, (2016). Motifasi dan Makna Latihan Kejiwaan Penghayat PPK Subud cabang Yogyakarta
https://ejournal.uin-suka.ac.id/.ushuluddin/Religi/article/download/1001-03/943 Watini, (2017). Is Susila Budhi Dharma (Subud) a Religion?
https://www.researchgate.net/publication/323680248_Is_Susila_Budhi_Dharma_Subud_a_Religi on
Buku:
Haryono Sumohadiwidjojo. (2002). Menapaki SUBUD secara Intelektual.
H. Hardjono K. (1994). Dari Khayalan Ke Kenyataan (Penjelasan dan Ulasan Tentang Subud) Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Niels Mulder. (1984). Kebatinan dan Hidup Sehari hari Orang Jawa kelangsungan dan perubahan kulturil.
Niels Mulder. (1985). Pribadi dan Masyarakat di Jawa.
Sumber elektronik:
http://subud.or.id/subudorid_2/ di akses pada tanggal 22 April 2019 pukul 14.55 WIB
Ajaran subud ..., Farahdhia Tiesta Achilla, FIB UI, 2019
https://www.subudbritain.org/ di akses pada tanggal 22 April 2019 pukul 15.20 WIB http://subud.com/spiritual.html di akses pada tanggal 2 Mei 2019 pukul 10.30 WIB
Biodata penulis:
Farahdhia Tiesta Achilla lahir di Jakarta, 25 April 1997. Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di SD Cindera Mata pada tahun 2009, SMP Cindera Mata pada tahun 2012, SMA Negeri 10 Bekasi pada tahun 2015, dan sedang menempuh pendidikan Strata I di Universitas Indonesia, jurusan Sastra Daerah untuk Sastra Jawa sejak tahun 2015 hingga sekarang.
Biodata pembimbing:
Prapto Yuwono lahir di Purwokerto, 18 April 1958, Pembimbing telah menyelesaikan pendidikan S1 nya di Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Universitas Indonesia pada tahun 1986.
Pendidikan strata 2 di Universitas Indonesia, program studi Ilmu Sejarah lulus pada tahun 1998.