KOMUNIKASI PENDIDIKAN Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi Dalam Pembelajaran
Book · August 2016
CITATIONS
13
READS
37,768
1 author:
Nofrion Dr
State University of Padang 18PUBLICATIONS 85CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nofrion Dr on 29 October 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi
DALAM PEMBELAJARAN
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi seba gai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud da lam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipida- na dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dila ku kan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).
Nofrion, S.Pd., M.Pd.
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi
DALAM PEMBELAJARAN
Edisi Pertama Copyright © 2018
ISBN 978-602-422-111-9 13,5 x 20,5 cm
xii, 218 hlm Cetakan ke-1, Agustus 2018
Kencana. 2018.0943
Penulis Nofrion, S.Pd., M.Pd.
Desain Sampul Irfan Fahmi
Penata Letak Endang Wahyudin
Penerbit PRENADAMEDIA GROUP
(Divisi Kencana)
Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220 Telp: (021) 478-64657 Faks: (021) 475-4134
e-mail: [email protected] www.prenadamedia.com
INDONESIA
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas semua karunia dan nikmat-Nya sehingga dengan hal itu semua, penulis mampu menyelesaikan penulisan buku teks yang ber- judul Komunikasi Pendidikan: Penerapan Teori dan Konsep Ko- munikasi dalam Pembelajaran. Penulisan buku teks ini dibiayai oleh Program Rekonstruksi Penulisan Buku Teks dan Bahan Ajar bagi Dosen UNP BOPTN 2014 dan diterbitkan dengan dukungan Dana dari Program IDB-UNP 2016.
Buku teks Komunikasi Pendidikan: Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi dalam Pembelajaran ditulis untuk menja- wab tantangan pentingnya keterampilan berkomunikasi bagi guru/pendidik. Masih banyak ditemui keluhan orangtua dan permasalahan di sekolah yang disebabkan oleh rendahnya kua- litas berkomunikasi guru. Permasalahan ini tidak saja akan me- rugikan peserta didik dan pendidik tapi juga bisa menyebabkan masalah lain yang lebih serius seperti memburuknya hubungan sosial bahkan sampai pada terjadinya konflik fisik. Tentunya hal ini akan menurunkan kualitas pembelajaran dan mengancam tujuan pembelajaran.
Secara umum, buku teks Komunikasi Pendidikan ini terdiri dari enam bab. Bab I membahas tentang Pengantar Komunikasi, Bab II Hakikat Komunikasi Pendidikan. Adapun Bab III memba- has tentang Bahasa, Logika serta Komunikasi Verbal dan Non- verbal. Lalu, Bab IV Format Interaksi Komunikasi dalam Pembel-
vi
ajaran, Bab V Kesantunan Berkomunikasi dalam Pembelajaran dan Bab VI menyajikan topik Teknik Public Speaking untuk Pen- didik dan Peserta Didik.
Penulis berharap, buku sederhana ini bisa memberikan kon- tribusi bagi masyarakat terutama para pendidik dalam rangka meningkatkan profesionalitas dan mutu pembelajaran di kelas.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pi- hak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun mate- riel sehingga penulisan buku teks ini dapat diselesaikan. Teruta- ma penulis sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Padang beserta jajaran pimpinan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menulis buku teks ini.
2. Panitia Rekonstruksi Penulisan Buku Teks dan Bahan Ajar bagi Dosen UNP BOPTN Tahun 2014 dan 2016 yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menulis buku teks dalam program ini.
3. Dekan FIS UNP beserta jajaran, Pimpinan Jurusan Geografi dan rekan-rekan sejawat yang senantiasa memberikan du- kungan dan motivasi.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa buku ini memerlukan penyempurnaan di berbagai segi. Untuk itu, saran dan kritikan demi perbaikan sangat penulis harapkan. Sebelumnya, penulis sampaikan terima kasih.
Padang, 17 Oktober 2016 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENGANTAR KOMUNIKASI A. Pengertian Komunikasi ... 1
B. Pentingnya Komunikasi ... 4
C. Konseptualisasi Komunikasi ... 8
D. Komponen Komunikasi ... 15
E. Konteks Komunikasi ... 20
F. Fungsi Komunikasi ... 23
G. Prinsip Komunikasi ... 28
H. Model Komunikasi ... 30
BAB 2 HAKIKAT KOMUNIKASI PENDIDIKAN A. Pengantar ... 39
B. Hakikat Komunikasi Pendidikan ... 40
C. Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi... 46
D. Komponen Komunikasi Pendidikan ... 63
E. Urgensi Komunikasi Pendidikan ... 66
BAB 3 BAHASA, LOGIKA, SERTA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL A. Bahasa, Logika, dan Komunikasi ... 77
B. Kode dan Simbol dalam Komunikasi ... 86
C. Komunikasi Verbal ... 87
viii
D. Komunikasi Nonverbal ... 90
E. Implikasi dalam Pembelajaran ... 109
BAB 4 FORMAT INTERAKSI KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN A. Komunikasi Intrapersonal ... 116
B. Komunikasi Interpersonal ... 123
C. Komunikasi Kelompok Kecil ... 129
BAB 5 KESANTUNAN BERKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN A. Pengertian Kesantunan Berkomunikasi ... 135
B. Komunikasi Efektif ... 137
C. Komunikasi Ekspresif ... 142
D. Komunikasi Respektif ... 146
E. Implementasi dalam Pembelajaran... 148
BAB 6 TEKNIK PUBLIC SPEAKING UNTUK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK A. Pengertian dan Urgensi Soft Skills ... 169
B. Hakikat Public Speaking ... 175
C. Teknik Dasar Public Speaking ... 182
DAFTAR PUSTAKA ... 215
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tinjauan Model Komunikasi Joseph DeVito ... 62
Tabel 2 Contoh Bahasa Kelompok Tertentu ... 84
Tabel 3 Kategori Ekspresi Tomkins dan McCarter ... 102
Tabel 4 Kategori Sentuhan Menurut Heslin ...103
Tabel 5 Warna dan Suasana Hati ...108
Tabel 6 Perbandingan Kalimat Pembuka Pelajaran ... 111
Tabel 7 Jumlah Kemungkinan Interaksi yang Terjadi Menurut Jumlah Anggota Kelompok ... 133
Tabel 8 Rumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran ...149
Tabel 9 Contoh Kalimat Santun Menurut Lakoff ... 157
Tabel 10 Perbandingan Kalimat Santun dengan Kalimat yang Kurang Santun ... 162
Tabel 11 Teknik Presentasi “Sa-Jel-Co-Ku-S” ...166
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Prinsip Komunikasi dalam Model. ... 30
Gambar 2 Model Komunikasi S-R ...33
Gambar 3 Model Komunikasi Aristoteles ...33
Gambar 4 Model Komunikasi Harold Laswel ... 34
Gambar 5 Model Komunikasi Berlo ... 36
Gambar 6 Model Komunikasi Tubbs ...37
Gambar 7 Zone of Proximal Development (Vygotsky) ... 51
Gambar 8 Model Komunikasi Joseph A. DeVito ...61
Gambar 9 Area Wernicke dan Broca pada Otak Manusia ... 80
Gambar 10 Proses Komunikasi dan Anatomi Bahasa ...81
Gambar 11 Jarak Komunikasi Informal dan Formal ...105
Gambar 12 Tipe Postur Badan Manusia ...105
Gambar 13 Komunikasi Intrapersonal ...117
Gambar 14 Proses Komunikasi Intrapersonal ... 123
Gambar 15 Komunikasi Interpersonal ... 124
Gambar 16 Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow ... 125
Gambar 17 Komunikasi Kelompok Kecil ...130
Gambar 18 Proses Zone of Proximal Development/ZPD ... 132
Gambar 19 Hukum Komunikasi ...140
Gambar 20 Komunikasi Ekspresif ... 143
Gambar 21 Three Magical Words ... 162
Gambar 22 Kontribusi Hard Skills dan Soft Skills ...170
Gambar 24 Three V of Communication ... 182
Gambar 25 Dampak Teknik Voice ...183
Gambar 26 Jenis-jenis Sepatu Pantofel ...199
xii
Gambar 27 Sepatu Jenis Wedges dan Heels ... 200
Gambar 28 Baju Formal untuk Guru Laki-laki dan Perempuan ... 201
Gambar 29 Celana Formal Guru ...202
Gambar 30 Aksesoris Formal Guru ...205
Gambar 31 Penampilan ... 209
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi sebagai suatu proses pertukaran ide, pesan dan kontak, serta interaksi sosial termasuk aktivitas pokok dalam ke- hidupan manusia. Melalui komunikasi, manusia bisa mengenal satu sama lain, menjalin hubungan, membina kerja sama, saling memengaruhi, bertukar ide dan pendapat, serta mengembang- kan suatu masyarakat dan budaya. Bisa dikatakan bahwa komu- nikasi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan manusia yang tidak berkomunikasi akan sulit berkembang dan bertahan.
Sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan, minimal ada dua makna yang bisa diambil dari komu- nikasi yaitu: 1) komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Dengan demiki- an, proses komunikasi bukan sesuatu yang terjadi secara kebe- tulan namun suatu proses yang disengaja dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan; 2) secara sederhana dalam komunikasi terdapat tiga komponen penting yang harus ada, yaitu sumber pesan, pesan, dan penerima pesan. Hilang salah satu komponen tersebut, maka hilang pulalah makna komunikasi tersebut (San- jaya, 2014: 80). Seiring dengan perkembangan ilmu komunikasi maka komponen-komponen komunikasi pun berkembang dan bertambah.
PENGANTAR KOMUNIKASI 1
2
Merujuk kepada pendapat Ruben dan Stewart (2013: 10) menjelaskan bawah dalam konteks keilmuan, komunikasi saat ini adalah suatu ilmu perilaku atau ilmu sosial dan pengetahu- an budaya terapan. Disiplin ilmu ini berbagi dengan psikologi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik dalam mengejar penge- tahuan tentang individu manusia dan kegiatan sosial. Bidang komunikasi juga berdekatan dengan tradisi humaniora dan pro- fesi. Ilmu komunikasi telah menjadi sebuah ilmu yang memiliki posisi yang srategis dalam kancah keilmuan global serta berkem- bang pesat. Bahkan, ilmu komunikasi menjadi ilmu yang sangat diminati oleh banyak orang. Sebagai contoh, program studi atau jurusan Ilmu Komunikasi termasuk pilihan favorit bagi tamatan SLTA ketika memilih perguruan tinggi.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Ing- gris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti
“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (commu- nis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang me- rupakan akar dari bahasa Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara bersama (Mulyana, 2009: 46). Akan tetapi, beberapa definisi kontemporer menyarankan bahwa komunika- si merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersama- an. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dan mereka ber- bagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komu- nitas dan tanpa komunitas tidak akan berlangsung komunikasi.
Jadi, komunikasi adalah proses dan tindakan manusia dalam suatu kelompok masyarakat dan masyarakat membutuhkan ko- munikasi sebagai penguat struktur mereka.
Sampai tahun 1976, setidaknya sudah ada 126 definisi ko- munikasi yang dibuat oleh banyak pakar yang berasal dari latar
3
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
belakang dan perspektif yang berbeda. Melihat ilmu komunikasi yang begitu dinamis, kemungkinan definisi-definisi baru akan terus lahir dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Definisi-definisi komunikasi menurut para pakar akan dipaparkan pada subbab berikutnya, yaitu konseptualisasi ko- munikasi. Karena ketika berbicara definisi komunikasi kita juga harus memahami, di mana konsep tersebut berada. Sebagai pengikat pemahaman dasar tentang komunikasi berikut definisi komunikasi dari kelompok sarjana komunikasi yang fokus pada komunikasi antarmanusia (Human Communication) membuat definisi, sebagai berikut:
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang meng
hendaki orangorang mengatur lingkungannya dengan (1) mem
bangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; dan (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book dalam Cangara [2011: 20]).
Komunikasi yang dimaksud dalam buku ini adalah komuni- kasi antarmanusia (human communication). Penulis perlu mene- gaskan di sini karena di tengah masyarakat berkembang berbagai pemahaman tentang ruang lingkup komunikasi, seperti komuni- kasi hewan (animal communication), dan komunikasi anatomi tubuh (cell communication). Komunikasi insani (human commu- nication) adalah komunikasi yang dilakukan oleh sese orang.
Secara lebih detail, komunikasi antarmanusia yang dimak- sud adalah komunikasi yang menggambarkan bagaimana sese- orang menyampaikan sesuatu pesan/informasi lewat simbol- simbol verbal dan/atau nonverbal kepada orang lain sehingga si penerima pesan/informasi menafsirkan pesan tersebut dan ter- jadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai de- ngan tujuan dan maksud si pengirim pesan. Prosesnya bisa satu arah, interaksi, maupun transaksi. Karena begitu luasnya komu- nikasi yang dilakukan oleh manusia dan agar tidak tumpang-tin- dih dengan bidang kajian yang lain, maka jenis komunikasi ma-
4
nusia (human communication) yang dimaksud dalam buku ini adalah komunikasi dalam praktik pendidikan dan pembelajaran.
B. PENTINGNYA KOMUNIKASI
Komunikasi adalah hal fundamental dalam kehidupan ma- nusia. Sepanjang manusia hidup, ia perlu berkomunikasi. Ter- bentuknya masyarakat sebagai suatu kesatuan juga diawali de ngan adanya komunikasi antarpribadi dalam masyarakat ter- sebut. Komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab, tanpa komuni- kasi tidak mungkin suatu masyarakat terbentuk, sebaliknya tan- pa masyarakat, manusia tidak akan dapat mengembangkan ko- munikasinya (Schramm dalam Cangara, 2011: 1-2). Disadari atau tidak, komunikasi adalah kebutuhan bagi setiap manusia dan merupakan bagian kekal dari kehidupan sepanjang manusia itu ingin tetap bertahan dan meningkatkan kualitas kehidupannya.
Menurut pakar ilmu komunikasi, Harold D. Lasswell ada tiga hal yang menyebabkan manusia perlu berkomunikasi dalam kehidupannya.
a. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia bisa mempelajari, memelihara, me- manfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkunganya serta menghindari hal-hal yang mengancam kehidupannya.
b. Upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan. Da- lam kacamata ilmu geografi pernah dijelaskan bahwa keber- lanjutan kehidupan manusia di muka bumi ini sangat diten- tukan oleh kemampuan mereka bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Baik beradaptasi dengan aspek fisik, seperti cuaca dan iklim, topografi/relief, gejala dan benca- na geologi maupun beradaptasi dan bertahan dalam iklim kompetisi dengan sesama manusia.
c. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi.
Keberlanjutan suatu masyarakat dari satu generasi ke ge- nerasi berikutnya harus dilakukan dengan pertukaran dan
5
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
pewarisan pengetahuan, budaya, nilai, norma, perilaku, dan peranan. Bisa melalui saluran-saluran informal, formal, dan nonformal. Pendidikan di sekolah-sekolah sebagai upaya pewarisan budaya (transmitting of culture) akan mengalami kesulitan jika dilaksanakan tanpa komunikasi antarkompo- nen yang ada. Karena komunikasi adalah instrumen inter- aksi sosial yang sangat penting dalam menciptakan keseim- bangan dalam masyarakat (Byrnes dalam Cangara, 2011: 3).
Berkat komunikasi, jarak yang jauh menjadi dekat, hemat biaya dan mampu menembus ruang dan waktu. Dahulu, Mar- copolo harus menghabiskan waktu empat tahun berjalan kaki untuk melakukan petualangan dari Venesia menembus Gurun Gobi menuju Tembok Raksasa (the Great Wall) di China. Begitu juga upaya keras Charles Havas menerbangkan burung merpati untuk menyampaikan berita dari Paris ke London. Tentunya de- ngan berbagai kemajuan di dunia komunikasi seperti saat ini, su- atu berita dapat sampai dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya hanya dalam hitungan detik. Komunikasi juga berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan sese- orang dengan dunia luarnya. Nyaris tidak ada lagi masyarakat yang terisolasi berkat kemajuan komunikasi. Kita bisa mengeta- hui perkembangan detik-detik pergolakan di Tunisia, Mesir, Lib- ya dan Suriah, kerasnya perjuangan panjang bangsa Palestina di Jalur Gaza akibat agresi Israel, bahkan kondisi riil kehidupan et- nis Uighur di China dan etnis Rohingya di Myanmar yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan yang super ketat serta wabah ebola yang mengancam dunia dapat kita ketahui berkat tajam- nya pisau komunikasi menembus batas-batas yang ada.
Komunikasi tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia.
Komunikasi diperlukan untuk mengatur irama pergaulan antar- manusia. Cara manusia berkomunikasi akan sangat menentu- kan posisi dan keseimbangannya di tengah masyarakat. Tidak berlebihan jika pakar public speaking dunia, Dale Carnegei me- ngatakan “seseorang yang terpelajar atau kurang ajar sangat bisa
6
dinilai dari caranya berbicara atau berkomunikasi.” Komunikasi akan menjadi satu di antara indikator penting kualitas seseorang.
Pribadi yang mampu berkomunikasi dengan baik akan bisa me- raih kesuksesan dan meniti karier dengan cepat dan mudah dite- rima serta disenangi orang banyak dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang memadai.
Walaupun perkembangan ilmu komunikasi di dunia sangat pesat, namun masih ada juga sebagian masyarakat yang ber- pendapat bahwa komunikasi adalah hal alamiah yang sudah bisa dilakukan oleh manusia dengan sendirinya seperti halnya bernapas. Hal tersebut memang ada benarnya, karena mampu berbicara adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia yang mampu berbicara. Namun, mampu berbicara saja tentu tidaklah cukup bukan?.
Cangara (2011: 11-12) menyatakan bahwa sebaiknya semua manusia mempelajari ilmu komunikasi karena hal tersebut akan mendatangkan manfaat bagi manusia, di antaranya:
a. Komunikasi yang baik dengan orang lain akan membantu orang tersebut dalam karier dan pergaulan. Karyawan yang bisa berkomunikasi dengan baik akan lebih mudah menda- patkan promosi di tempat kerja. Orang yang berkomunikasi dengan baik akan mudah diterima dan disenangi banyak orang. Singkat kata, terampil berkomunikasi akan membu- ka pintu silaturahmi dan persahabatan.
b. Komunikasi yang baik akan menempatkan seseorang pada posisi yang dihormati dan dihargai.
c. Komunikasi yang baik akan memberikan peluang dan po- tensi keberhasilan yang lebih besar kepada seseorang untuk berkarier di berbagai bidang.
d. Penguasaan keterampilan berkomunikasi, komputer, dan bahasa asing adalah tiga ranking teratas dalam penilaian dalam hampir semua lamaran pekerjaan.
Di samping itu, ternyata komunikasi juga memberikan
7
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
efek positif terhadap kesehatan. Menurut dokter jiwa (psiki- ater), orang yang kurang berkomunikasi dalam arti terisolasi dari masyarakatnya akan mudah terkena gangguan kejiwaan seperti depresi dan kurang percaya diri, sehingga memiliki ke- cenderungan cepat mati dibanding dengan orang yang senang berkomunikasi dengan baik. Ini tentunya sejalan dengan pesan Rasulullah Muhammad SAW, yang menganjurkan umatnya un- tuk rajin bersilaturahmi yang di dalamnya terdapat kegiatan ber- komunikasi. Bahkan terdapat begitu banyak manfaatnya, seperti memanjangkan usia, menyenangkan hati manusia dan malaikat, membuka pintu rezeki, serta memupuk rasa cinta dan kasih sa- yang sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Pentingnya berkomunikasi juga ditekankan oleh Ruben dan Stewart (2013: 3-21) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan mendasar bagi seseorang untuk kehidupan pribadi, so- sial, dan profesional. Komunikasi perlu dipelajari agar komuni- kasi itu berjalan efektif. Bisa berkomunikasi bagi seseorang yang normal sama dengan bernapas yang terjadi serta-merta jika ada halangan kesehatan/cacat. Namun komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang mampu menempatkan diri sese- orang dengan baik dalam suatu pergaulan dan kehidupan.
Satu fakta yang perlu dipahami bersama adalah bahwa be- lum ada jaminan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin bagus kualitas komunikasinya. Malah, banyak orang yang “dikenal” pintar dengan gelar seabrek justru berma- salah dengan cara berkomunikasi. Hal ini bisa dimaklumi kare- na materi komunikasi ini tidak diajarkan di level sekolahan. Di tingkat perguruan tinggi pun demikian. Kelemahan kurikulum selama ini terletak pada hal-hal berikut ini:
a. Kurikulum sekolah 90 persen bersifat cognitive oriented atau hard skills.
b. Pendidik belum terbiasa mengajar dengan menjadikan ko- munikasi sebagai tindakan yang menginspirasi.
c. Aspek-aspek dasar komunikasi tidak diajarkan dan tidak ter-
8
tera dengan tegas apa bagian atau subbab komunikasi pen- didikan yang perlu diberi penguatan.
d. Walaupun komunikasi dipraktikkan setiap jam di kelas na- mun masih sangat terbatas tempat belajar komunikasi yang bisa diakses oleh masyarakat luas.
e. Banyak anggapan bahwa komunikasi adalah hal alamiah yang akan berkembang dengan sendirinya layaknya “berna- pas”. Anggapan ini menjadikan komunikasi sebagai tindak- an yang bisa dilakukan oleh siapa pun dan faktanya memang semua manusia normal akan bisa berkomunikasi. Hanya saja, belum banyak juga yang mau mengakui bahwa begitu banyak permasalahan hidup, konflik, pertikaian bahkan tin- dakan kekerasan dan kriminalitas yang justru berawal dari komunikasi. Jika ada dua sekolah yang melakukan tawuran, maka yang akan turun adalah guru BK, guru olahraga, guru PPKn, dan lain-lain. Padahal, tawuran itu hanya disebabkan oleh masalah “salah menatap” atau tatapan yang diartikan sebuah tantangan oleh siswa yang ditatap atau bisa juga karena saling ejek. Jelas di sini, akar permasalahan bermu- la dari komunikasi. Sudahkah aspek ini dikaji ketika terjadi tawuran antarsiswa? Jawabnya belum. Jika saja semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan mau memberikan perhatian akan pentingnya mengembangkan komunikasi di kalangan peserta didik, maka ini akan menjadi satu solusi dan langkah antisipasi tawuran antarsiswa.
C. KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Deddy Mulyana (2009: 67-77) dalam bukunya Ilmu Komu- nikasi: Suatu Pengantar mengutip pendapat beberapa pakar komunikasi, seperti John R. Wenburg, William W. Wilmot, Ken- neth K. Sereno, dan Edward M. Bodaken untuk menjelaskan tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
9
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
1. Komunikasi sebagai Tindakan Satu Arah
Konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah dapat dipa- hami sebagai suatu proses linier yang dimulai dengan sumber informasi atau pengirim informasi dan berakhir pada penerima informasi, sasaran, dan tujuannya. Konsep ini dimaklumi seba- gai proses penyampaian informasi satu arah dari seseorang atau lembaga kepada orang lain atau sekelompok orang, baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media seperti selebaran, su- rat kabar, radio, dan televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgon disebut source-oriented definition. Komunikasi dianggap sebagai tindakan yang disengaja (intentional act) yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan informasi demi me- menuhi kebutuhan si penyampai informasi seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Dapat disarikan bahwa komunikasi sebagai tindak- an satu arah adalah penyampaian informasi secara efektif dan mengisyaratkan bahwa komunikasi bersifat instrumental dan persuasif.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut di- kutip beberapa definisi komunikasi yang berada dalam kerang- ka pemahaman komunikasi sebagai tindakan satu arah. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner menjelaskan bahwa “komunikasi:
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagai- nya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, fi- gur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.” Transmisi dari asal katanya dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau penyebaran.
Senada dengan pendapat di atas, Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa “setiap tindakan komunikasi dipandang se- bagai suatu proses transmisi, terdiri dari rangsangan yang diskri- minatif dari sumber kepada penerima.” Pendapat ini menjelas- kan bahwa pengirim informasi memiliki kekuasaan yang besar dan bisa dikatakan diskriminatif dalam menyampaikan informa-
10
si karena peran penerima lebih pasif.
Kemudian ada tiga orang pakar yang memberikan pendapat tentang pemahaman komunikasi sebagai tindakan satu arah de- ngan definisi yang menekankan pada adanya upaya, niat, atau keinginan untuk memengaruhi perilaku penerima informasi.
Mereka adalah Gerald R. Mileer, Everett M. Rogers dan Mary B.
Cassata, serta Molefi K. Asante.
Harold Lasswell, adalah pakar komunikasi berikutnya yang memberikan definisi komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Tidak hanya sebatas itu, Harold Lasswell dalam definisinya juga sekaligus menyatakan lima unsur dalam komunikasi yang saling bergantung satu sama lain. Menurutnya, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab perta- nyaan-pertanyaan berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect”. (Siapa mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa dengan Pengaruh Bagaimana). Dari penjelasan Lasswell dapat diturunkan lima unsur komunikasi, yaitu: 1) Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim in- formasi (sender), penyandi (encoder), komunikator (communica- tor), pembicara (speaker) atau originator; 2) Pesan. Pesan adalah apa yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, pikiran atau maksud dari si pengirim pesan; 3) Saluran atau media. Saluran atau media da- lam komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan sum- ber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima pesan; 4) Penerima (receiver). Sering juga disebut sasaran/tujuan (desti- nation), komunikate (communicattee), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (in- terpreter), yakni orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari si pengirim pesan; dan 5) Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah menerima pesan.
11
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
2. Komunikasi sebagai Interaksi
Dalam konsep ini, komunikasi dijelaskan sebagai suatu ben- tuk interaksi yang berarti saling memengaruhi (mutual influen- ce). Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Sese- orang menyampaikan pesan, baik verbal maupun nonverbal, se- seorang penerima bereaksi dengan memberikan jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang ke- dua, dan begitu seterusnya. Antara si pengirim dan si penerima pesan saling memainkan peran yang setara. Adakalanya mereka bertukar posisi.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi ini dianggap le- bih dinamis dari konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah yang diuraikan sebelumnya. Namun pandangan kedua ini masih membedakan pada peserta sebagai pengirim dan penerima pe- san, karena masih berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dapat dilakukan secara bergantian. Oleh karena itu, ada satu unsur komunikasi yang dapat ditambahkan yaitu adanya umpan balik (feedback). Umpan balik (feedback) adalah apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan yang seka- ligus digunakan si pengirim pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang telah disampaikan sebelumnya; apakah sudah dimengerti, dapat dipahami atau diterima, apakah pesan mengalami kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan um- pan balik tersebut, sumber atau si pengirim pesan dapat mengu- bah pesan, mengganti cara penyampaian pesan atau mengganti media/saluran pesan agar tujuan penyampaian pesan tercapai.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh si pengirim pesan adalah bahwa tidak semua respons penerima pesan dapat dika- takan sebagai umpan balik (feedback). Suatu respons dari pene- rima pesan dapat dikatakan sebagai suatu umpan balik jika res- pons tersebut mampu memengaruhi perilaku pengirim pesan selanjutnya. Umpan balik itu bisa disengaja maupun tidak dise-
12
ngaja oleh penerima pesan contoh, dalam menyampaikan mate- ri pelajaran di kelas seorang siswa tertidur. Melihat ada peserta didiknya yang tertidur lalu menyebabkan si guru mengeraskan suara atau memberikan tekanan tertentu sehingga si anak yang tertidur tadi diharapkan bisa kembali belajar seperti temannya yang lain. Jika peserta didik tersebut terbangun lalu menyadari tindakannya dan mengubahnya menjadi fokus mendengarkan guru yang menjelaskan pelajaran dan guru merasa dihargai ser- ta semakin termotivasi dalam melanjutkan pembelajaran, maka hal tersebut bisa dikatakan sebuah umpan balik.
3. Komunikasi sebagai Transaksi
Dalam konteks ini, komunikasi adalah proses personal ka- rena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Menggunakan pandangan ini, terlihat bahwa komunikasi bersifat dinamis. Dalam pemahaman komunika- si sebagai transaksi terjadi penyampaian dan penafsiran pesan serta perubahan atas penyampaian dan penafsiran pesan secara bergantian dan simultan. Komunikasi seperti ini yang lebih tepat disebut sebagai komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Coba Anda bayangkan dalam satu kelompok belajar terjadi diskusi di mana satu orang menyampaikan pesan, lalu yang lain menerima dan menafsirkannya. Kemudian, satu atau dua anggota kelompok pun menyampaikan pesan yang bisa saja menerima atau mengkritisi pesan pertama. Lalu, terjadilah sa- ling menyampaikan pesan, saling menafsirkan dan satu sama lain saling memengaruhi, dan seterusnya.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati.
Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyenga- janya atau tidak dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain
13
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan, semuanya adalah bentuk-bentuk komunikasi karena semuanya mengirimkan sua- tu pesan. Seperti gaya berpakaian, tatanan rambut Anda, ekspre- si wajah Anda, jarak fisik Anda dengan orang lain saat berbicara, nada suara Anda, kata-kata yang Anda gunakan semuanya itu mewakili perasaan dan pikiran Anda dan semuanya itu mengo- munikasikan sikap, kebutuhan, perasaan, pikiran nilai-nilai, pola pikir dan penilaian Anda.
Dalam konsep ini, komunikasi dikatakan berjalan jika sese- orang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Pemahaman ini mirip dengan dengan konsep “receiver-oriented definition” atau definisi bero- rientasi penerima yang menekankan variabel-variabel yang ber- beda yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua arah bukan satu arah. Sebagai contoh, ketika seorang guru dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa, maka komunikasi bukan saja terjadi saat siswa menafsirkan pesan-pesan atau materi yang disampai- kan oleh guru, tetapi guru juga harus menafsirkan perilaku anak didiknya seperti anak yang menggigit kuku dalam belajar, me- nopang kepala, berbicara dengan temannya, dan mengerutkan kening. Dalam proses komunikasi transaksional semuanya ber- langsung simultan dan spontan. Termasuk di dalamnya adalah ketika seorang guru menyampaikan pembelajaran, justru ada peserta didik yang justru fokus pada cara guru berbicara seperti gaya dan pilihan kata guru tersebut yang menarik sehingga da- lam konteks ini, peserta didik tidak hanya memberikan respons terhadap pelajaran yang disampaikan (disengaja) namun juga peserta didik secara tidak langsung memberikan respons positif terhadap gaya berbicara gurunya (tidak disengaja).
Di samping konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi ini lebih bersifat dinamis, konsep ini juga berpandangan bahwa orang-orang yang berkomunikasi adalah komunikator-komu- nikator yang aktif mengirimkan pesan dan menafsirkan pesan.
14
Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.
Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan nonverbal. Pen- dekatan komunikasi transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan.
Untuk menguatkan pemahaman tentang konsep komuni- kasi sebagai transaksi berikut beberapa pendapat pakar komu- nikasi:
John R. Wenburg:
“Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.”
Donald Byker dan Loren J. Anderson:
“Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.”
Diana K. Ivy dan Phil Backlund:
“Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan di- namis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan ber- bagi makna.”
Terkait dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, kon- septualisasi komunikasi yang dipraktikkan dalam aktivitas nya- ta mencakup ketiga konsep yang telah diuraikan sebelumnya.
Adakalanya, komunikasi di dalam kelas berlangsung sebagai komunikasi satu arah seperti saat guru menyampaikan suatu informasi, contoh pengumuman tentang dimulainya jam pela- jaran pertama dimulai. Semua peserta didik mengikuti informa- si tersebut. Konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi lebih banyak terjadi dalam pembelajaran di mana peserta didik dan pendidik saling mengirim pesan dan saling memengaruhi. Na- mun dalam konteks ini, guru lebih sering diposisikan sebagai pengirim pesan utama. Konseptualiasi komunikasi yang diha- rapkan dalam pembelajaran sebenarnya adalah komunikasi se- bagai transaksi di mana proses pengiriman pesan bisa bertukar seiring dengan jalannya proses antara peserta didik dan pen- didik. Tidak hanya sebatas pendidik dengan satu peserta didik
15
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
saja tapi juga peserta didik lain di dalam kelas, contoh saat guru menyampaikan suatu pertanyaan dan mengarahkannya kepada seorang peserta didik. Setelah peserta didik tersebut menjawab, selanjutnya guru meminta juga pendapat dari peserta didik yang lain. Kemudian, peserta didik lainnya juga diperbolehkan mem- berikan pandangan sehingga tercipta lalu lintas pesan yang ber- langsung simultan dan saling merespons. Posisi pengirim pesan pertama bisa saja berubah dan bertukar.
D. KOMPONEN KOMUNIKASI
Secara umum, ada lima komponen dasar komunikasi yang cukup dikenal dan dipahami secara luas oleh masyarakat yang merujuk definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell, yaitu:
a. Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim informasi (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber informasi atau source adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai ke- butuhan untuk berkomunikasi bisa jadi seseorang/individu, kelompok, organisasi, perusahaan bahkan suatu negara.
Ke butuhan untuk berkomunikasi sangat tergantung kepada si pengirim informasi bisa saja hanya sekadar menyampai- kan ucapan selamat, menyampaikan suatu informasi atau pengumuman, menghibur sampai pada kebutuhan yang lebih besar seperti menyampaikan pesan-pesan moral dan agama. Untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati pengirim (perasaan) atau apa yang ada dalam kepala pengi- rim (pikiran), maka si sumber informasi harus mengubah perasaan dan pikiran tersebut menjadi seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang bisa dipahami oleh si pene- rima informasi. Hal inilah yang disebut proses encoding.
b. Pesan. Pesan adalah apa yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai,
16
gagasan, pikiran atau maksud dari pengirim pesan. Pesan mempunyai tiga komponen, yakni: makna, simbol yang di- gunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau or- ganisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek atau benda, gagasan dan perasaan. Melalui kata-kata (bahasa) kita bisa berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan ke dalam simbol-simbol nonverbal melalui tin- dakan atau isyarat anggota tubuh seperti acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, dan tatapan mata. Pesan juga bisa dilahirkan dalam simbol nonverbal lainnya seperti me- lalui lukisan, hasil karya, patung, musik ataupun tarian.
c. Saluran atau media. Saluran atau media dalam komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk me- nyampaikan pesannya kepada penerima pesan. Saluran ini bisa merujuk kepada bentuk pesan yang disampaikan kepa- da penerima apakah saluran verbal maupun saluran non- verbal. Pada dasarnya, komunikasi manusia menggunakan dua saluran yaitu suara dan cahaya, meskipun kita juga bisa menggunakan kelima indra untuk menerima pesan dari se- seorang. Saluran juga merujuk kepada cara penyajian pe- san, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media massa cetak atau elektronik (koran, radio, TV). Surat pribadi, LCD proyektor, sound system multimedia juga merupakan salur- an atau media penyampaian pesan. Pengirim pesan dapat memilih saluran atau media mana yang akan digunakan ter- gantung kepada situasi, tujuan yang hendak dicapai, jum- lah, dan karakteristik penerima pesan.
d. Penerima (receiver). Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicattee), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), pe- nafsir (interpreter), yakni orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari si pengirim pesan. Proses si penerima pesan menafsirkan simbol verbal dan atau nonverbal yang
17
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
diterima dari si pengirim pesan disebut proses penyandian balik (decoding).
e. Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah menerima pesan. Efek ini tergantung kepada sub- stansi pesan yang diterima. Bisa dalam bentuk bertambah- nya pengetahuan dan informasi serta wawasan, terhibur, perubahan sikap dan keterampilan, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan sebagainya. Contoh, seseorang yang telah mendengarkan orasi dalam suatu kampanye bisa saja bersikap sesuai kemauan orator dan memilih par- tai atau calon legislator yang diusung. Seorang ibu rumah tangga yang baru saja mendengarkan pesan pemasaran dari seorang sales marketing bisa saja memutuskan untuk mem- beli produk tersebut atau seorang murid yang sudah men- dengarkan penjelasan seorang guru di kelas akan bertam- bah pengetahuannya tentang materi yang disampaikan.
Lima unsur komunikasi di atas belumlah lengkap jika di- bandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat pada model-model komunikasi yang lebih baru. Unsur-unsur lain yang harus ditambahkan adalah umpan balik (feedback), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi. Sebenarnya dalam peristiwa komu- nikasi begitu banyak unsur yang terlibat dan semuanya saling bergantung atau tumpang-tindih. Namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu model komunikasi.
a. Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah respons pene- rima pesan yang mampu memengaruhi si pengirim pesan untuk komunikasi selanjutnya. Contoh, ketika menjelaskan suatu materi, seorang guru melihat dua orang anak saling berbicara. Melihat respons yang seperti itu, membuat guru untuk melakukan hal baru agar kedua anak tersebut kemba- li ke suasana belajar yang diharapkan. Tindakan guru bisa saja dengan memberikan contoh dalam penjelasan materi
18
dengan menggunakan nama kedua atau salah satu anak ter- sebut atau memberikan pertanyaan ringan atau pertanya- an retoris kepada mereka. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pertanyaan yang diberikan bukan menguji mereka tapi sekadar mengingatkan dan mengembalikan perhatian mereka ke pelajaran.
b. Gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers). Gangguan komunikasiterjadi jika terdapat intervensi yang menggang- gu salah satu komponen komunikasi, sehingga proses ko- munikasi tidak berlangsung efektif (Shannon dan Weaver dalam Cangara, 2012: 167). Setidaknya ada tujuh gangguan/
kendala komunikasi:
1) Gangguan Teknis. Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi meng- alami gangguan, sehingga informasi yang ditrasmisikan melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).
Contohnya, gangguan teknis pada radio atau TV, gang- guan jaringan telepon atau telepon seluler. Contoh lain, microphone storing yang menimbulkan degungan pada speaker saat seorang narasumber berbicara, dan mati lampu saat guru menampilkan slide presentasi.
2) Gangguan Semantik dan Psikologis. Gangguan seman- tik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan kare- na kesalahan pada bahasa yang digunakan, contoh:
a) Terlalu banyak menggunakan istilah-istilah atau jargon-jargon bahasa asing sehingga sulit di me- ngerti oleh pendengar atau hadirin.
b) Bahasa pembicara sulit dimengerti atau berbeda de ngan bahasa penerima pesan, contoh seorang pe nyuluh menggunakan bahasa Indonesia saat mem berikan penyuluhan di daerah terpencil yang ma syarakatnya hanya bisa mengerti bahasa lokal.
c) Kualitas dan struktur bahasa yang digunakan ka- cau. Sehingga rentan menimbulkan kerancuan dan
19
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
ambiguitas bagi pendengar.
d) Latar belakang budaya yang berbeda yang menye- babkan salah persepsi terhadap simbol-simbol ba- hasa yang digunakan.
3) Gangguan Fisik. Dalam komunikasi antarmanusia, gang guan fisik ini mengacu kepada adanya gangguan organik, seperti gangguan pada mata, telinga, kondisi badan yang kurang fit, baik pada pengirim maupun pe- nerima pesan. Contoh, seorang guru yang memaksakan mengajar dalam kondisi kurang sehat atau anak yang mengikuti pelajaran dalam keadaan kurang fit.
4) Gangguan Status. Yaitu gangguan yang disebabkan oleh jarak sosial di antara peserta komunikasi, seperti perbe- daan status antara guru senior dan junior, guru PPLK dan guru pamong, serta atasan dan bawahan. Komuni- kasi dalam kondisi ini menuntut etika dan tata krama yang berlaku di mana komunikasi terjadi.
5) Gangguan Kerangka Berpikir. Gangguan ini disebabkan oleh perbedaan persepsi antara komunikator dan ko- munikan terhadap pesan yang disampaikan. Contoh- nya, komunikasi mahasiswa yang cenderung teoretis dengan kerangka berpikir masyarakat yang cenderung praktis.
6) Gangguan Budaya. Gangguan ini disebabkan oleh ada- nya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunika- si. Contohnya, bagi masyarakat daerah A, memberhen- tikan angkutan kota/angkot bisa saja dengan tangan kiri. Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat di daerah B. Tindakan memberhentikan angkutan kota dengan tangan kiri dianggap tindakan tidak sopan bah- kan bisa mengundang pertengkaran.
7) Konteks atau situasi komunikasi (diuraikan dalam sub- bab berikutnya).
20
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada tujuh kom ponen komunikasi, yaitu: 1) sumber/komunikator; 2) pene- rima/komunikan; 3) saluran/media; 4) informasi/pesan; 5) efek, 6) umpan balik (feedback); dan 7) gangguan/barrier.
E. KONTEKS KOMUNIKASI
Konteks komunikasi secara luas dapat diartikan sebagai se- mua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi (Mulyana, 2009: 77), di antaranya:
1. Faktor fisik, seperti cuaca, iklim, bentuk ruangan, warna dinding, pola tempat duduk, jumlah orang di dalam ruang- an, fasilitas pendukung ruangan seperti AC dan sound sys- tem.
2. Faktor psikologis, seperti sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi.
3. Faktor sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial, dan ka- rakteristik budaya.
4. Faktor waktu, seperti hari apa, pukul berapa, sesi pagi, si- ang, sore atau malam.
Ada dua indikator yang paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya yaitu jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dan level atau tingkatan komunikasi tersebut. Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi, maka dikenallah beberapa is- tilah di antaranya komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komu- nikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.
Adapun jika ditinjau dari level atau tingkatan komunikasi, maka konteks komunikasi dapat diuraikan menjadi empat tingkatan yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komuni- kasi organisasi, dan komunikasi massa. Beberapa ahli juga ada yang menambahkan dengan komunikasi intrapribadi, komuni- kasi diadik (dua-orang), dan komunikasi publik (pidato/orasi).
21
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), ya itu komunikasi dengan diri sendiri, contohnya berpikir.
Komunikasi ini adalah landasan komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi dan komunikasi konteks lainnya.
Sebelum berkomunikasi dengan orang lain, maka seseorang harus memastikan makna pesan orang lain dan memersep- si. Inilah yang disebut komunikasi intrapersonal. Kemam- puan berkomunikasi dengan diri sendiri akan memengaruhi kesuksesan berkomunikasi dengan orang lain/antarpribadi.
2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal commnunication), yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non- verbal. Bentuk khusus komunikasi antarpribadi adalah ko- munikasi diadik (dyadic communication) yaitu komunikasi yang hanya melibatkan dua orang seperti suami dan istri, guru dan murid, serta dua sahabat dekat. Cirinya yaitu ko- munikasi berlangsung dalam jarak dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara si- multan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Satu hal yang perlu dicatat adalah terdapat kemungkinan satu pihak mendominasi dalam komunikasi diadik ini, se- perti suami lebih dominan daripada istri, guru/dosen lebih dominan daripada siswa/mahasiswa.
3. Komunikasi kelompok. Komunikasi ini dilakukan oleh seke- lompok orang yang berinteraksi satu sama lain untuk men- capai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan me- mandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Komunikasi kelompok ini didasari oleh komunikasi yang di- lakukan oleh kelompok kecil (small group communication) dan bersifat tatap muka serta melibatkan juga komunikasi antarpribadi. Sebagai contoh, komunikasi yang terjadi pada suatu kelompok di kelas yang sedang memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Masing-masing anggota
22
kelompok akan mengambil perannya sesuai dengan kebu- tuhan dan kepentingan masing-masing. Ketika satu anggota kelompok memainkan peran, maka yang lain mencoba me- mersepsi dan menafsirkan. Lalu, akan terjadi pergantian pe- ran dan berlangsung secara simultan dan spontan. Komuni- kasi akan berhenti ketika tujuan tercapai.
4. Komunikasi publik. Komunikasi jenis ini adalah jika sese- orang menyampaikan suatu pesan/informasi kepada orang dalam jumlah yang banyak, seperti kegiatan berorasi, ber- kampanye, dan berceramah kuliah umum. Termasuk guru atau dosen yang menggunakan metode ceramah di dalam kelas. Komunikasi ini kadang disebut juga komunikasi ke- lompok besar (large-group communication).
5. Komunikasi organisasi (organizational communication), ya itu komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Da- lam organisasi tentunya ada bidang-bidang. Bidang-bidang tersebut ibaratnya komunikasi kelompok. Kelas juga bisa disebut komunikasi organisasi dan yang dibangun oleh ko- munikasi kelompok (jika kelas dibagi menjadi beberapa ke- lompok oleh guru).
6. Komunikasi massa (mass communication), yaitu komuni- kasi yang menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik. Seorang guru yang menulis sebuah artikel lalu diterbitkan oleh sebuah koran atau dipublikasikan oleh se- buah jurnal merupakan contoh komunikasi massa.
F. FUNGSI KOMUNIKASI
Kemampuan manusia berbicara adalah anugerah Tuhan Yang Mahakuasa. Jalinan huruf, kata, dan kalimat yang keluar dari mulut manusia menjadi dasar komunikasi antarmanusia di samping simbol-simbol nonverbal. Setiap hari, bisa saja seorang manusia dewasa mengeluarkan ribuan, belasan ribu, bahkan
23
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
puluhan ribu kata karena 30 persen waktu orang dewasa diha- biskan untuk berbicara dalam satu hari. Berbicara dalam hal ini adalah berkomunikasi. Lalu, apa fungsinya? Fungsi berkomuni- kasi banyak dirumuskan oleh para ahli komunikasi.
Di antaranya oleh Rudolf F. Verderber dalam Mulyana (2009) yang mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, menunjuk- kan ikatan dengan orang lain, membangun, dan memeliha- ra hubungan.
2. Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak sesuatu pada waktu tertentu seperti apa yang akan dimakan hari ini, pergi kuliah atau tidak, ma- suk kantor atau bolos.
Adapun Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson dalam Mulyana (2009) yang mengutarakan pendapat bahwa fungsi komunikasi ada dua, yaitu:
1. Untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: kese- lamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampil- kan diri kita sendiri kepada orang lain, dan mencapai ambisi pribadi.
2. Untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keber- adaan suatu masyarakat.
Lebih lengkapnya, seperti rumusan yang dibuat oleh Willi- am I. Gorden, di mana dijelaskan ada empat fungsi komunikasi (Mulyana, 2009: 5-38), sebagai berikut:
1. Fungsi Sosial Komunikasi
Jika ada orang yang tidak berkomunikasi dengan orang lain, maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut “tersesat” dalam pergaulan sosial. Dengan berkomunikasilah manusia bisa men- dapatkan rujukan dan pedoman untuk mengartikan situasi apa
24
pun yang ia hadapi dalam kehidupan. Komunikasi juga meru- pakan mekanisme untuk menyosialisasikan norma-norma dan budaya pada suatu masyarakat serta mewariskannya kepada ge- nerasi selanjutnya. Alfred Korzybski (Mulyana, 2009: 7) menya- takan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan manusia sebagai “pengikat waktu” atau time-binder. Ini meru- juk kepada kemampuan manusia mewariskan apa saja kepada generasi selanjutnya, apakah pengetahuan, keterampilan, nilai- nilai, norma, budaya, bahkan keyakinan dan agama.
Dalam fungsi sosial komunikasi terdapat tiga subfungsi, ya- itu:
a. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi oleh orang lain kepada kita. Dengan banyak berkomunikasi sebagai instrumen interaksi sosial kita banyak mendapatkan masukan dan peni- laian dari orang lain yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk membentuk konsep diri. Keluarga dan orang-orang terdekat adalah significant others yang pertama kali memberitahu kita siapa diri kita. Penilaian bahwa kita pintar, cantik, ganteng atau malas, jahat dan sebagainya kita dapatkan dari orang- orang di sekitarnya setelah kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat George Herbert Mead (Mulyana, 2009: 11) yang menyatakan bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Orang lain ibarat cermin yang meman- tulkan diri kita sendiri.
b. Pernyataan Eksistensi Diri
Berkomunikasi juga sebagai ajang untuk menunjukkan ek- sistensi diri. Jika filsuf Perancis, Rene Descartes mengatakan
“Cogito Ergo Sum” (Saya berpikir, maka saya ada), maka dalam konteks komunikasi bisa disesuaikan menjadi “saya berbicara, saya ada”. Begitu jamak kita saksikan, orang-orang mengguna-
25
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
kan fungsi komunikasi ini untuk menunjukkan siapa dia dan keberadaannya. Walaupun terkadang salah dan terkesan dipak- sakan. Seperti perebutan kesempatan berbicara pada sidang- sidang DPR/DPRD apalagi yang disiarkan secara langsung. Se- mua berlomba untuk unjuk gigi, meskipun lupa waktu, aturan, dan etika. Dalam seminar-seminar pun, kadang ada peserta yang bertanya bertele-tele, ke sana kemari, tujuannya agar dia bisa le- bih lama bicara dan perhatian orang akan tertuju padanya. Fe- nomena lain adalah tampilnya anak- anak muda dengan gaya punk dengan simbol verbal dan nonverbal versi mereka seolah- olah mereka ingin menunjukkan inilah kami dan kami hidup dengan cara kami. Fenomena yang sedikit lebih “sopan” adalah masih adanya mahasiswa yang hadir ke kampus dengan meng- gunakan sandal jepit, memakai celana jean robek, kaos oblong warna gelap. Demikian juga dengan fenomena “jilboobs” yang mulai mewabah di kalangan mahasiswi di kampus dan remaja putri umumnya yaitu dengan memakai jilbab sebagai penutup kepala namun memakai baju dan celana super ketat. Tujuan- nya agar civitas akademica lainnya memahami keberadaannya.
Walaupun, sebenarnya gaya seperti itu bagi sebagian orang bisa diartikan sebagai lambang pembangkangan, ketidakpuasan, dan ketidakteraturan atau malah “kebodohan”.
c. Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan, dan Memperoleh Kebahagiaan
Subfungsi dari fungsi sosial komunikasi lainya adalah untuk kepentingan sosial dan penerusan budaya dan norma. Ada sebu- ah penelitian yang mengungkapkan bahwa orang yang terkucil- kan secara sosial akan lebih cepat meninggal dunia. Kemudian, orang dengan kemampuan komunikasi yang buruk akan memi- cu penyakit jantung koroner. Dalam surat kabar The Age, edisi 24 Desember 1998 dengan topik “Get A Wife For a longer life”
melaporkan bahwa di Australia, pria yang menikah hidup lebih lama daripada pria yang tidak menikah atau bercerai. Bahkan jauh sebelumnya, Kaisar Frederick II (Penguasa Romawi abad
26
ke-13) dalam percobaannya menyebabkan banyak bayi mati ka- rena kebijakannya yang melarang ibu-ibu susuan bayi tersebut berbicara atau berkomunikasi dengan mereka.Ternyata, bayi- bayi pun membutuhkan kata-kata dan belaian sayang dari ibu mereka. Eric Berne (1964) menyimpulkan teorinya “If You Are Not Stroked, Your Spinal Cord Will Shrivel Up” (jika engkau tidak mendapatkan belaian, urat saraf tulang belakangmu akan layu).
Sebuah penelitian panjang yang dilakukan oleh Michael Babyak dari Universitas Duke mengungkapkan bahwa orang yang suka memusuhi orang lain, mendominasi pembicaraan, tidak suka berteman ternyata 60 persen lebih cepat meninggal dunia dari- pada orang yang ramah, suka berteman, dan berbicara tenang.
2. Fungsi Ekspresif
Fungsi ekspresif komunikasi adalah untuk menyampaikan dan menyalurkan emosi, perasaan, dan pikiran. Perasaan-pera- saan tersebut bisa disalurkan melalui simbol-simbol verbal dan atau nonverbal. Seorang ibu menunjukkan rasa sayang kepada anaknya dengan membelai kepala anaknya. Seorang guru mem- berikan penghargaan hasil optimal yang diperoleh peserta di- diknya dengan mengacungkan jempol dan memberikan salam selamat. Mahasiswa memprotes kebijakan penguasa dengan ber demo atau seorang mahasiswa mengungkapkan perasaan- nya terhadap seorang dosen melalui status di dinding akun Fa- cebook atau Twitter-nya.
3. Fungsi Ritual
Fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi ekspresif. Biasanya dilakukan secara kolektif atau bersama, seperti upacara, peraya- an, kegiatan keagamaan yang dilakukan pada waktu-waktu ter- tentu oleh komunitas atau umat beragama tertentu yang dalam antropologi disebut “rites of passage”.
4. Fungsi Instrumental
Fungsi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
27
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah si- kap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan bertujuan menghibur. Semua tujuan tersebut ber- sifat persuasif atau membujuk. Sebagai instrumen, komunikasi bisa digunakan untuk membangun atau mempertahankan sua- tu hubungan namun juga bisa sebaliknya. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan hidup baik tu- juan jangka pendek seperti untuk mendapatkan pujian, menum- buhkan kesan positif, memperoleh simpati, dan sebagainya. Hal ini juga bisa dilakukan dengan pengelolaan kesan (impression management), yaitu taktik verbal maupun nonverbal seperti ber- bicara sopan, mengobral janji, dan berpakaian necis. Semua itu dilakukan agar orang lain memiliki pandangan terhadap diri kita sebagaimana yang kita harapkan.
Keterampilan berkomunikasi dapat digunakan sebagai in- strumen untuk meraih tujuan-tujuan jangka panjang seperti ka- rier/pekerjaan. Hal ini didukung oleh fakta dan hasil survei, di antaranya:
a. Pendapat profesor bisnis di Stanford University yang me- ngatakan bahwa faktor kesuksesan dalam karier adalah ke- sukaan berbicara. Senada dengan pendapatnya, John Callen menyatakan bahwa “hal terpenting bagi seorang Chief Exe- cutive Officer/CEO sesudah keahliannya adalah keterampil- an berkomunikasi.”
b. Survei terhadap manajer personalia 175 perusahaan besar di Amerika Serikat menunjukkan bahwa komunikasi lisan dan komunikasi tulisan menempati urutan pertama dan ke- dua yang memengaruhi kesuksesan alumni jurusan bisnis dalam mendapatkan pekerjaan.
c. Hasil pengamatan jangka panjang oleh Schein terhadap sejumlah lulusan Massachusetts Institute of Technology/
MIT membuktikan bahwa komunikasi efektif adalah keah- lian penting dalam kesuksesan kehidupan dan kebahagiaan hidup.
28
d. Survei atas 1.000 manajer personalia di USA membuktikan bahwa tiga keterampilan terpenting bagi kinerja perusaha- an menyangkut komunikasi adalah berbicara, mendengar- kan, dan menulis.
Mencermati fungsi-fungsi komunikasi yang telah diurai- kan di atas, maka dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, penulis merasa perlu menambahkan fungsi komunikasi selain fungsi sosial, fungsi ekspresif, fungsi ritual, dan fungsi instru- mental. Walaupun masih memiliki hubungan dengan keempat fungsi tersebut namun penambahan fungsi komunikasi ini se- bagai bentuk fungsi konkrit dalam konteks pendidikan dan pem- belajaran. Fungsi yang penulis maksud adalah:
a. Fungsi Komunikasi sebagai Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan
Komunikasi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan adalah bentuk pemindahan informasi. Seorang guru yang bertindak sebagai pengirim pesan akan menyampaikan pesan kepada peserta didik. Pesan yang diterima peserta didik lalu di- kembangkan dan dilanjutkan serta dielaborasi secara pribadi maupun berpasangan dan berkelompok. Respon yang diberikan oleh peserta didik menjadi catatan bagi guru termasuk perta- nyaan-pertanyaan kritis peserta didik yang mengharuskan guru mencari informasi baru. Jika proses ini terjadi dalam pembelajar- an maka komunikasi memainkan fungsi sebagai pengembangan pengetahuan tidak hanya bagi peserta didik tapi juga pendidik sendiri. Fungsi komunikasi sebagai pengembangan pengetahu- an lebih banyak ditemukan dalam pembelajaran langsung (di- rect learning) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
b. Fungsi Komunikasi sebagai Pembentukkan Sikap dan Nilai
Pendidikan merupakan agenda mulia di semua negara kare- na melalui pendidikanlah negara tersebut bisa mempersiapkan
29
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme dan patriotis- me serta memiliki kemampuan untuk bertahan dan bersaing dalam pergaulan global. Pendidikan juga cara yang paling tepat untuk meneruskan dan mewariskan nilai-nilai luhur yang men- jadi identitas dan kepribadian bangsa serta pewarisan budaya (The transmitting of social-culture) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan juga merupakan cara ampuh untuk me- nanamkan nilai-nilai dan etika serta sikap/kepribadian yang re- levan dengan nilai-nilai filosofis bangsa (Pancasila) dan agama.
Semua agenda mulia pendidikan tersebut tidak akan bisa terwu- jud tanpa adanya komunikasi diantara para pelaku pendidikan.
Oleh sebab itulah, penulis menekankan bahwa dalam konteks pendidikan, komunikasi juga berfungsi sebagai pengembangan sikap dan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus suatu bang- sa. Dalam praktiknya, pengembangan sikap dan nilai-nilai ini lebih banyak dilakukan melalui pembelajaran tidak langsung (indirect learning) dan keteladanan.
G. PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan pen- jabaran lebih jauh definisi atau hakikat komunikasi. Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menun- jukkan adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa dan simbol. (lihat pada Gambar 1)
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan tiga prinsip dasar komuni- kasi, yaitu;
a. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat da- lam proses komunikasi (sharing similar experience).
b. Jika daerah tumpang-tindih (the field of experience) menye- bar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya su- atu lingkaran yang sama, maka makin besar kemungkinan
30
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
tercipta suatu proses komunikasi yang efektif/mengena.
Demikian juga berlaku sebaliknya.
c. Kedua lingkaran tersebut tidak akan bisa saling menutup se- cara penuh (100 persen) karena dalam konteks komunikasi antarmanusia tidak pernah ada manusia di atas bumi ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat-sifat yang persis sama sekalipun mereka dilahirkan secara kembar.
Secara lebih luas, Mulyana (2009: 92-126) menjelaskan bah- wa terdapat 12 prinsip komunikasi, yaitu:
a. Komunikasi adalah proses simbolik.
b. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
c. Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubung- an.
d. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesenga- jaan.
e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
f. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
g. Komunikasi bersifat sistemik.
h. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efek- tiflah komunikasi.
pengembangan sikap dan nilai-nilai ini lebih banyak dilakukan melalui pembelajaran tidak langsung (indirect learning) dan keteladanan.
G. PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh definisi atau hakikat komunikasi. Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa dan simbol.
Gambar 1 . Prinsip Komunikasi dalam Model
Sumber : ngejurnal.wordpress.com
Dari gambar di atas dapat dijelaskan tiga prinsip dasar komunikasi, yaitu;
a. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experience).
b. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya suatu lingkaran yang sama, maka makin besar kemungkinan tercipta suatu proses komunikasi yang efektif/mengena. Demikian juga berlaku sebaliknya.
Komunikasi terjadi pada dua orang.
Ketika terjadi proses komunikasi, infor- masi tidak sepenuhunya dapat diterima, informasi diterima sebagai sebuah insan, bukan hal yang utuh.
Ketika Informasi diterima utuh, apa yang disampaikan komunikator, diterima 100 persen oleh komunikan.
Gambar 1 Prinsip Komunikasi dalam Model Sumber: ngejurnal.wordpress.com
31
BAB 1 ◾ PENGANTAR KOMUNIKASI
i. Komunikasi bersifat nonsekuensional.
j. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional.
k. Komunikasi bersifat irreversible.
l. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya Human Comu- nication (1994) dan Essential of Human Communication (1996) terdapat sembilan prinsip komunikasi, yaitu komunikasi:
a. Merupakan “kemasan dari tanda-tanda”.
b. Merupakan proses penyesuaian diri.
c. Mempunyai dimensi isi dan hubungan.
d. Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer.
e. Merupakan proses transaksional.
f. Urutan peristiwa komunikasi dapat dijelaskan.
g. Tidak dapat dihindari.
h. Tidak dapat diubah dan diulang.
i. Mempunyai tujuan tertentu.
H. MODEL KOMUNIKASI
Adakalanya pembaca sulit memahami suatu pengertian atau definisi bahkan teori termasuk komunikasi yang dijelaskan dengan kata-kata. Karena penjelasan tulisan sering memasuk- kan berbagai hal tentang sesuatu yang begitu perinci yang sebe- narnya tidak begitu diperlukan dalam kenyataannya. Untuk itu, diperlukan suatu model yang menjadi semacam ringkasan teori atau definisi yang mewakili hal-hal penting dan operasional saja dalam teori atau definisi tersebut. Dapat dikatakan suatu model atau suatu ringkasan teori atau definisi.
Terkait dengan komunikasi, model komunikasi adalah re- presentasi dari komponen-komponen penting dalam komuni- kasi tersebut. Sereno dan Mortensen dalam Mulyasa (2009: 132) menyatakan bahwa model komunikasi merupakan deskripsi
32
ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komuni- kasi. Para pakar bisa saja menggunakan kata-kata, angka, sim- bol, dan gambar dalam melukiskan suatu model komunikasi.
Sebagai suatu proses yang dinamis, model komunikasi dibuat untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaima- na unsur-unsur komunikasi tersebut berhubungan.
Berdasarkan tujuan dan kebutuhan penulisan buku ini, ber- ikut dipilih beberapa model komunikasi dari sekitar ratusan mo- del komunikasi yang telah dikenal dan terus berkembang dalam ilmu komunikasi sampai saat ini.
1. Model S-R
Model stimulus-respons atau S-R adalah model komunika- si yang paling sederhana dan menggambarkan komunikasi se- bagai proses aksi dan reaksi. Dalam model ini, kata-kata verbal (lisan atau tulisan), isyarat nonverbal, gambar-gambar atau tin- dakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons tertentu. Komunikasi dalam model ini dapat berlang- sung positif maupun negatif. Contoh, seorang guru yang menya- pa siswanya saat bertemu di pagi hari sambil berkata “selamat pagi, budi?” maka budi akan membalas dengan senyuman pula dan perasaan bahagia seraya berkata “baik bu”. Demikian juga jika seorang guru marah atau membentak siswanya, maka siswa tersebut akan menjadi takut atau tertekan. Hanya saja model ini kurang mewakili komunikasi sebagai suatu proses karena mo- del ini sangat statis dan menganggap manusia sebagai individu yang berperilaku sesuai kekuatan dari luar. Bukan berdasarkan