Dasar dan Menengah (DIKDASMEN)
2. Implementasi pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa:
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
163
BAB 5 ◾ KESANTUNAN BERKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN
menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
Adapun perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi (Pasal 1 ayat 6). Jika pada pendidikan dasar dan menengah, pendidik dan peserta didik disebut guru dan siswa, maka pada pendidikan tinggi, sebutan untuk pendidik adalah dosen dan sebutan untuk peserta didik adalah mahasiswa dan keduanya menyandang gelar sebagai ci- vitas academica (Pasal 1 ayat 13, 14, dan 15). Pada Pasal 13 dije- laskan bahwa mahasiswa secara aktif mengembangkan poten- sinya dengan melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan, dan pengamalan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk men- jadi ilmuwan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang ber budaya. Pada Pasal 14 dinayatakan bahwa mahasiswa memi- liki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan akhlak mulia serta bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.
Berdasarkan landasan yuridis tentang pendidikan tinggi di atas memberikan informasi bahwa penyelenggaraan pendidikan pada pendidikan tinggi memiliki perbedaan dengan penyeleng- garaan pendidikan pada level dasar dan menengah. Pada pendi- dikan tinggi yang diikuti oleh masyarakat yang secara psikologis berada pada tahapan remaja akhir dan menuju pada tahapan dewasa awal, maka pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran bagi mereka juga harus bedasarkan karakteristik mereka.
Sebagai pendidikan untuk orang dewasa, Malcolm Knowles dalam Fry, dkk. (2013: 16) menyatakan bahwa andragogi memi- liki lima prinsip, yaitu:
a. Ketika seseorang makin dewasa ia lebih dapat mengarahkan dirinya sendiri.
b. Orang dewasa telah mengumpulkan pengalaman yang bisa
164
menjadi sumber yang kaya untuk belajar.
c. Orang dewasa siap untuk belajar ketika mereka mengalami kebutuhan untuk mengetahui sesuatu.
d. Orang dewasa cenderung kurang fokus pada subjek daripa- da anak-anak;mereka semakin fokus kepada masalah.
e. Untuk orang dewasa motivator yang paling kuat adalah ber- sifat internal.
Walaupun peserta didik di perguruan tinggi bisa dikatakan sebagai kelompok orang dewasa namun pada faktanya banyak di antara mahasiswa yang masih bersikap layaknya seorang remaja terutama mahasiswa yang berada pada tahun pertama dan ke- dua. Oleh karena itu, konsep pembelajaran di perguruan tinggi harus didasari oleh kombinasi antara pembelajaran untuk rema- ja dan dewasa awal. Jika mereka diperlakukan seperti orang de- wasa padahal mereka masih banyak yang merasa remaja, maka akan menimbulkan masalah dalam pembelajaran demikian se- baliknya. Maka, seorang dosen harus benar-benar mampu me- ngenali karakteristik mahasiswanya dengan baik dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mereka dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Demikian juga halnya dengan penerapan komunikasi an- tara dosen dengan mahasiswa. Untuk menunjang kegiatan bel- ajar dan pembelajaran mahasiswa yang dituntut secara aktif mengembangkan potensinya melalui pembelajaran, pencarian, pengembangan dan pengamalan ilmu pengetahuan serta men- dukung kebebasan akademik mahasiswa yang didasarkan pe- nalaran dan akhlak mulia maka bentuk komunikasi yang perlu dikembangkan di perguruan tinggi adalah komunikasi yang de- mokratis dan bertanggung jawab. Komunikasi yang demokratis artinya, mahasiswa diberikan kebebasan dalam berpendapat, menyampaikan ide-ide serta gagasan di dalam perkuliahan yang didasari oleh rujukan yang jelas dan argumen yang rasional. Na- mun kebebasan itu adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
165
BAB 5 ◾ KESANTUNAN BERKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Artinya, mahasiswa harus memikirkan dampak dari kebebasan- nya dalam berpendapat, manfaat dan efek buruknya serta kebe- basan berpendapat tersebut harus dilakukan dengan cara-cara yang baik.
Di perguruan tinggi seharusnya mahasiswa mampu me- ngembangkan logika dan bahasa dengan lebih baik. Karena di perguruan tinggi mahasiswa memiliki akses dan kesempatan yang lebih luas dibanding dengan di sekolah. Setelah dosen menjelaskan pokok-pokok materi perkuliahan maka selanjut- nya adalah tugas mahasiswa untuk mencari, mengembangkan, mendiskusikan dan mengamalkan teori-teori atau konsep-kon- sep yang telah dipelajari tersebut. Makanya di perguruan tinggi diberlakukan sistem kredit semester/SKS yang dimaknai sebagai perpaduan antara kegiatan tatap muka, tugas terstruktur dan tu- gas mandiri secara berimbang. Jika mahasiswa mengambil satu mata kuliah dengan bobot tiga SKS maka artinya, mahasiswa ter- sebut harus mengikuti perkuliahan tatap muka dengan bobot 3 x 50 menit, lalu dilanjutkan dengan mengerjakan tugas terstruktur dengan bobot 3 x 50 menit dan tugas mandiri juga dengan bo- bot 3 x 50 menit. Permasalahannya adalah sudahkah mahasiswa menjalankan pola itu dalam kesehariannya sebagai mahasiswa?
Dalam konteks pembelajaran di kampus, salah satu kele- mahan mahasiswa adalah dalam hal berkomunikasi. Padahal, kemampuan berkomunikasi adalah atribut soft skills yang utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Malah, Patrick S. O’Brien dalam bukunya Making College Count menjelaskan ada tujuh area soft skills dalam perkuliahan yang harus dikembangkan yang disebut dengan istilah winning characteristic, yang terdiri dari:
a. Communication skills b. Organizational skills c. Leadership
d. Logic e. Effort
166
f. Group skills g. Ethic
Berbicara tentang komunikasi antara pendidik dan peserta didik di perguruan tinggi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan komunikasi antara peserta didik dan pendidik di sekolah. Komu- nikasi antara dosen dan mahasiswa juga harus memperhatikan kesantunan, komunikasi efektif, komunikasi ekspresif, dan ko- munikasi respektif. Sedikit yang membedakannya adalah ruang dan kebebasan yang lebih luas diberikan kepada mahasiswa untuk melakukan komunikasi seperti dalam perkuliahan, mem- presentasikan tugas dan mempertahannya serta keterampilan Tabel 11 Teknik Presentasi “Sa-Jel-Co-Ku-S
No. Langkah Presentasi Penjelasan
1. Sampaikan Pada tahap pertama presentasi, mahasiswa menyampaikan pokok-pokok topik yang diba- has. Biasanya difokuskan pada latar belakang, permasalahan, solusi/pembahasan.
2. Jelaskan Jika pada langkah sampaikan, mahasiswa lebih banyak berorientasi kepada teks makalah maka pada langkah “Jelaskan” mahasiswa melaku- kan improvisasi. Langkah “sampaikan: bisa dikombinasikan dengan langkah “jelaskan”.
Intinya, langkah “sampaikan” adalah menyam- paikan yang tertulis (makalah/slide) sedangkan langkah “jelaskan” adalah penjelasan tambahan yang lahir dari analisis mahasiswa dan dengan bahasa lisan.
3. Contohkan Materi yang disampaikan dan dijelaskan harus diberikan data-data atau fakta pendukung.
4. Kuatkan Langkah kuatkan ini mengacu kepada upaya mahasiswa dalam presentasi untuk menambah kejelasan materi yang disampaikan. Jika diper- lukan, mahasiswa bisa mendemontrasikan atau mensimulasikan sesuatu. Langkah “contohkan”
dan “kuatkan” bisa dilakukan secara bersamaan atau silih berganti.
5. Simpulkan Di akhir presentasi, mahasiswa menyampaikan simpulan.
167
BAB 5 ◾ KESANTUNAN BERKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN
berkomunikasi di dalam kelompok kecil maupun besar ataupun berkomunikasi dalam sebuah forum seminar dan sejenisnya.
Jika di sekolah, hal tersebut bisa dicontohkan dan diajarkan oleh guru maka pada mahasiswa, dosen lebih banyak bersifat men- dorong dan memberikan stimulus kepada mahasiswa dan ma- hasiswa yang melakukan pengembangan secara mandiri atau berkelompok.
Salah satu contoh penerapan keterampilan berkomunikasi dalam konteks perkuliahan adalah pada saat mahasiswa men- dapatkan kesempatan untuk mempresentasikan makalah tugas kuliah yang diberikan dosen. Berikut penulis memberikan teknik dan contoh struktur presentasi sebuah makalah oleh mahasiswa yang diberi nama Teknik Presentasi “Sa - Jel - Co - Ku - S”. Teknik presentasi ini menuntut kemampuan berkomunikasi yang baik, kemampuan berpikir dan menganalisis yang cermat serta dalam prosesnya menuntut mahasiswa untuk berdialog dan berinter- aksi secara efektif dengan sesama anggota kelompok.