Pembatalan dan tidak ditegakkannya peraturan hukum tentang tata cara jual beli serta peralihan hak milik atas tanah, yang diatur dan ditentukan dalam Pasal 616 dan 620 KUHAP. Hak milik diatur dalam II. bab tentang hak atas tanah, air dan ruang angkasa serta pencatatan tanah bagian I. sampai XII. pekerjaan, dari Pasal 16 sampai dengan 51 ZUUP. Dan kaidah hukum hak milik ditentukan dan diatur dalam III. bagian dari Pasal 20 sampai dengan 27 ZUPA sebanyak 8 (delapan) pasal.
Namun karena UUPA merupakan Undang-undang yang antara lain memuat dan memuat aturan-aturan hukum yang salah satunya berkaitan dengan pertanahan, maka sekalipun kata ‘tanah’ tidak mengikuti kata ‘hak’, maka kata ‘tanah’ tetaplah menjadi hak. dianggap dianggap tertulis. jadi meskipun kata “hak milik” hanya tertulis, namun yang dimaksud adalah hak milik atas tanah. Mengenai hak milik atas tanah ditentukan, diatur dan ditetapkan dari Pasal 20 UUPA sampai dengan Pasal 27 UUPA yang berjumlah 8 pasal. Dari pasal-pasal tersebut ditetapkan kaidah hukum yang memuat rumusan pengertian hak milik dan dimuat dalam Pasal 20 UUPA.
Jika hak milik itu lepas setelah waktu itu, maka demi hukum hak itu hilang dan tanah itu menjadi milik negara, dengan syarat hak-hak orang lain yang membebaninya tetap ada. Merujuk pada penjelasan kata-kata pasal di atas, maka jelas dan dinyatakan bahwa “hak milik atas tanah adalah hak atas sesuatu, yaitu hak mutlak atas sesuatu, yang mana hak ini memberi kuasa langsung terhadap sesuatu itu dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun. 5. Selain itu dapat pula diketahui dan dinyatakan bahwa yang menjadi badan atau pemilik hak milik atas tanah menurut Pasal 21 UUPA yang dapat mempunyai hak milik hanyalah warga negara Indonesia, dan pemerintah menetapkan badan hukum yang dapat mempunyai hak milik tersebut. mempunyai hak milik, dan syarat-syarat.
Untuk itu cukup menarik untuk ditulis mengenai topik hak milik atas tanah menurut ZUPA.
Rumusan Masalah
Pembahasan
Ditetapkan Dalam Undang-Undang
Aturan hukum yang diatur dalam Pasal 21 ayat (1) UUPA telah dengan jelas menyatakan bahwa “hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik. 11 Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hal.55. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum ketentuan pada pasal sebelumnya ditentukan dan diatur, Pasal 131 I.S. 1) Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana, hukum acara perdata, dan hukum acara pidana diatur dengan peraturan atau dikodifikasikan. Mengacu pada ketentuan dan peraturan pasal di atas, tampak bahwa bagi kelompok Eropa, peraturan perundang-undangan yang ada di Belanda di bidang Hukum Perdata dan Hukum Dagang harus ditindaklanjuti (paragraf kedua di bawah a).
Sedangkan pada Pasal 2 (b) disebutkan bahwa bagi penduduk asli Indonesia dan orang asing, ketentuan hukum Eropa dalam hukum perdata dan hukum dagang dapat dipenuhi jika diperlukan oleh kebutuhan mereka. Pendatang Tionghoa pertama kali datang ke Indonesia sebelum Belanda datang ke Indonesia. Pendatang pertama berasal dari daratan Tiongkok bagian selatan seperti Hokkien di provinsi Funan dan kemudian menetap di Batavia. Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu kelompok penduduk yang menurut Pasal 131 IS berlaku hukum perdata (BW).
Namun dalam pelaksanaannya tidak semua ketentuan KUH Perdata dipatuhi bahkan terkadang dikesampingkan, misalnya ketentuan tentang hukum waris sebagaimana diatur dalam Buku II KUH Perdata. Aturan hukum yang mengatur tentang siapa yang dapat mempunyai hak milik atas tanah diatur dalam Pasal 21 UUPA tanpa membedakan golongan penduduk, sesuai dengan aturan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 1958. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, disahkan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, dan diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2006 oleh Menteri. Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Hamid Awaludin (selanjutnya menulis dan membaca Undang-Undang Kewarganegaraan), memberikan.
Merujuk pada bunyi-bunyian aturan yang ditetapkan dan diatur dalam pasal-pasal Undang-Undang Kewarganegaraan di atas, maka terlihat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak diundangkan dan diundangkan Undang-Undang Kewarganegaraan pada tahun 1958 hanya mengakui warga negara Indonesia. . tanpa membedakan kelompok populasi. Hal ini kemudian diperjelas dengan pengertian aturan hukum yang mengatur kepemilikan tanah pada Pasal 21 UUPA. Selanjutnya Presidium Kabinet Ampera mengeluarkan Instruksi Nomor 31/U/IN/12/1966 kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia dan Kantor Pencatatan Sipil (jabatan Burgelijke) di seluruh Indonesia untuk.
Mulai saat ini kantor pencatatan sipil di seluruh Indonesia terbuka untuk penduduk seluruh Indonesia dan orang asing)15. Mengacu pada uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 1958 tidak lagi mengelompokkan penduduknya, melainkan membedakannya menjadi Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing.
Penetapan Pemerintah
Penjelasan umum II. Pokok-pokok Hukum Agraria Nasional (1) Dasar kewarganegaraan pertama-tama ditentukan dalam Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Seluruh wilayah Indonesia adalah tanah air seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. dan ayat 2 Pasal 1 yang berbunyi: “Seluruh bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, adalah tanah, air, dan ruang angkasa milik Negara Indonesia.” bangsa dan merupakan kekayaan nasional.” Dalam pengertian ini, hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah, air, dan ruang angkasa Indonesia merupakan suatu hubungan hak adat yang ditempatkan pada tingkat tertinggi, yaitu tingkat yang menyangkut seluruh wilayah negara. Bumi, air, dan ruang angkasa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk kekayaan alamnya, merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan baik.
Bumi, air, dan ruang angkasa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kesatuan tanah air seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Bumi, air, dan ruang angkasa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kesatuan seluruh rakyat Indonesia sebagai kekayaan nasional bangsa Indonesia. Bumi, air, dan ruang angkasa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai hubungan yang sah dan abadi dengan bangsa Indonesia yang telah memperjuangkan kemerdekaannya.
Tanah, air, dan ruang angkasa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kemerdekaan yang diperjuangkan bangsa Indonesia seutuhnya dan merupakan hak bangsa Indonesia, termasuk tanah di daerah dan pulau-pulau, bukan hanya hak rakyat. masyarakat adat di wilayah atau pulau tersebut, hanya mereka yang terkena dampak. Aturan hukum yang menentukan dan mengatur kepemilikan tanah relatif tepat. Seperti yang terlihat pada Proklamasi Kemerdekaan yang diucapkan oleh dua orang Indonesia, Soekarno dan Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai berikut.
Sedangkan asas kebangsaan adalah asas yang berkaitan dengan perjuangan pembebasan bangsa Indonesia dari segala penjajah. Proklamasi Kemerdekaan yang diumumkan oleh dua orang Indonesia, Soekarno dan Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945, adalah sebagai berikut. Jadi, menurut aturan hukum yang diatur dalam Pasal 21 UUPA, hanya warga negara Indonesia yang bisa mempunyai hak milik atas tanah.
Oleh karena itu, mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk memilih dan menentukan badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah. Aturan hukum yang ditetapkan dan dimuat dalam Pasal 49 UUPA merupakan bentuk aturan pengecualian terhadap asas dasar larangan badan hukum mempunyai hak milik atas tanah yang ditetapkan dengan undang-undang. Penentuan badan hukum mana yang mempunyai hak kepemilikan atas tanah tidak sembarangan, melainkan berdasarkan.
Jelas bahwa badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah adalah badan hukum yang pengurusan dan pengelolaannya tidak dilakukan semata-mata untuk mencari dan memperoleh keuntungan, melainkan untuk kepentingan bangsa Indonesia guna mencapai tujuan hidup yang adil dan makmur. meraih masyarakat di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah sebagai pemilik hak menguasai Negara dapat menentukan agar badan hukum tertentu yang bergerak di bidang sosial, agama, dan pendidikan dapat mempunyai hak milik atas tanah.