• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suku adat minahasa kelompok 10

N/A
N/A
AmaliaAyu Febrianti

Academic year: 2024

Membagikan " Suku adat minahasa kelompok 10"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SUKU ADAT

MINAHASA

(2)

NAMA ANGGOTA:

1. AMALIA AYU FEBRIANTI (2005056016) 2. WIKE :*

3. Rini :D

4. Sukma -_-

(3)

Suku Minahasa adalah kelompok etnis yang berasal dari Semenanjung

Minahasa di bagian utara pulau Sulawesi di Indonesia. Wilayah-wilayah

administratif tempat bermukim mayoritas orang-orang Minahasa (atau Minahasa

Raya) adalah Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, Kota Manado, dan 

Kota Tomohon. Seluruh kawasan administratif ini terletak di Provinsi

Sulawesi Utara dan suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi ini. Hal ini juga yang menyebabkan dalam percakapan awam, orang Minahasa

sering kali disamakan dengan sebutan orang Manado yang adalah ibukota Sulawesi Utara. Suku Minahasa merupakan gabungan dari kelompok-kelompok sub-etnis yaitu Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Tombulu, Tondano (Toulour),

Tonsawang (Tombatu), Tonsea, dan Tontemboan.

(4)

ASAL MULA

Daerah Minahasa termasuk salah satu tempat migrasi pertama orang-orang Austronesia ke arah selatan pada

akhir milenium ketiga dan kedua SM.Hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa orang-orang Austronesia awalnya menghuni Taiwan, sebelum bermigrasi dan menempati daerah-daerah di Filipina utara, Filipina selatan,  Kalimantan, dan Sulawesi sebelum berpisah menjadi kelompok-kelompok dengan satu menuju barat ke Jawa,  Sumatra, dan Malaysia, sementara yang lain bergerak ke timur menuju Oseania.

Menurut mitologi Minahasa, orang Minahasa adalah keturunan Toar dan Lumimuut. Awalnya, keturunan Toar- Lumimuut dibagi menjadi tiga kelompok: Makarua Siouw (dua kali sembilan), Makatelu Pitu (tiga kali tujuh), dan Pasiowan Telu (sembilan kali tiga). Populasi mereka berkembang dengan pesat yang mengakibatkan perselisihan di antara kelompok-kelompok ini. Para pemimpin mereka yang bernama Tona'as kemudian

memutuskan untuk bertemu dan membicarakan hal ini dalam pertemuan di bukit Tonderukan yang adalah salah satu puncak dari Gunung Soputan. Dalam pertemuan ini, terjadi tiga macam pembagian yang

disebut Pahasiwohan (pembagian wilayah), Pinawetengan un Nuwu (pembagian bahasa), dan Pinawetengan un Posan (pembagian ritual). Pada pertemuan itu keturunan dibagi menjadi tiga kelompok bernama Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan. Di tempat berlangsungnya pertemuan ini terdapat sebuah batu peringatan yang disebut Watu Pinawetengan (atau Batu Pembagi).

(5)

AGAMA

◦ Mayoritas orang Minahasa menganut agama Kristen Protestan. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, persentase penduduk di kabupaten dan kota di Minahasa Raya yang menganut agama Kristen Protestan adalah 74%. Jika Kota Manado yang adalah ibukota Provinsi Sulawesi Utara tidak diikutsertakan, maka persentase ini menjadi 78%. Selain itu, penduduk yang beragama  Islam adalah 15% dan penduduk yang beragama Kristen Katolik adalah 6%. Mulanya gereja- gereja Protestan di Minahasa termasuk dalam wadah Indische Kerk yang didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1934, Indische Kerk digantikan oleh Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) yang merupakan denominasi regional yang berdiri sendiri. Setahun

sebelumnya pada tahun 1933, Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) didirikan oleh di antaranya B.W. Lapian dan Sam Ratulangi dengan memisahkan diri dari Indische Kerk.

Selanjutnya denominasi-denominasi Protestan lain juga berdiri sehingga pada tahun 1955 terdapat 20 denominasi: empat denominasi Protestan, 11 denominasi Pantekosta, dua

denominasi Kemah Injil, dua denominasi Adventis, dan satu denominasi Baptis. Pada tahun 1990 jumlah denominasi menjadi 54 denominasi dengan GMIM yang terbesar meliputi 75%

dari semua penganut agama Kristen Protestan. Agama asli Minahasa ialah Tonaas Walian yang

masih mempunyai sejumlah pemeluk.

(6)

BAHASA DAN HURUF

◦ Pembagian sub-etnis Minahasa termasuk dari segi bahasa di mana orang-orang dalam satu kelompok sub- etnis mempunyai dan memakai bahasa yang relatif sama. Dengan ini, bahasa-bahasa yang ada di Minahasa terdiri dari Bahasa Bantik, Bahasa Ponosokan, Bahasa Ratahan, Bahasa Tombulu, Bahasa Tondano, Bahasa Tonsawang, Bahasa Tonsea, dan Bahasa Tontemboan. Kesemua bahasa-bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Austronesia. Berdasarkan kesamaan leksikostatistik, bahasa-bahasa yang termasuk kelompok

Minahasa adalah Tombulu, Tondano, Tonsawang, Tonsea, dan Tontemboan. Ketiga bahasa lainnya

dimasukkan ke dalam kelompok lain di mana Bahasa Ponosokan dimasukkan ke dalam kelompok Gorontalo- Mongondow dan Bahasa Bantik dan Ratahan dimasukkan ke dalam kelompok Sangihe-Talaud.

◦ Dalam rumpun bahasa Minahasa, bahasa Tombulu, Tondano, dan Tonsea mempunyai kesamaan leksikal yang cukup tinggi di mana kesamaan antara ketiga bahasa ini antara 89%-90%. Kemudian disusul oleh Bahasa Tontemboan yang mempunyai kesamaan dengan ketiga bahasa sebelumnya antara 73%-83%.

Bahasa Tonsawang merupakan bahasa yang paling rendah kesamaannya dengan bahasa-bahasa lain dalam rumpun bahasa Minahasa dengan kesamaan antara 54%-65%. Hal ini mungkin disebabkan karena daerah sub-etnis Tonsawang lebih terisolasi dibandingkan dengan daerah sub-etnis lainnya dan juga karena

penutur bahasa ini berjumlah paling sedikit.Tulisan kuno Minahasa disebut Aksara Malesung terdapat di beberapa batu prasasti di antaranya di Watu Pinawetengan. Aksara Malesung merupakan tulisan hieroglif, yang hingga kini sedang dalam proses terjemahan.

(7)

ALAT MUSIK

Kolintang adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh sekelompok pemusik. Kata kolintang berasal dari sebutan dalam bahasa daerah Minahasa maimo kumolintang yang berarti mari kita (membunyikan) tong ting tang. Komposisi sebuah ansambel kolintang terdiri dari alat-alat musik yang dinamakan berdasarkan suara yang dihasilkan:

Loway yang membunyikan suara-suara bass

Cella yang membunyikan suara di atas suara-suara bass

Karua yang berfungsi sebagai tenor pertama

Karua rua yang berfungsi sebagai tenor kedua

Uner yang berfungsi sebagai alto pertama

Uner rua yang berfungsi sebagai alto kedua

Katelu yang berfungsi sebagai alto ketiga

Ina esa yang berfungsi sebagai melodi pertama

Ina rua yang berfungsi sebagai melodi kedua

Ina taweng yang berfungsi sebagai melodi ketiga

Musik Bambu adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Yang dimaksud dengan musik bambu di Minahasa saat ini adalah berbentuk sebuah orkestra instrumental yang bisa beranggotakan sampai 50 orang pemusik. Pada awalnya tipe musik ini hanya dimainkan dengan sebuah suling, tapi kemudian ditambah alat-alat musik lain sehingga membentuk sebuah orkestra. Dalam

perkembangannya alat-alat musik tiup lainnya yang ditambah adalah seperti korno, klarinet, saxsofon, dan bas (overton, cello, dan tuba).

Selain itu, alat-alat musik tanpa ditiup juga ditambah untuk melengkapi bunyi dan harmonisasi musik, antara lain bas drum (tambur besar), snar drum (tambur kecil), symbal, dan kapuraca

(8)

Macam Pakaian adat Minahasa

Pakaian adat Pria Minahasa

Pakaian adat yang dikenakan kaum pria Minahasa yaitu berupa baniang atau kemeja yang lengan panjang berkerah atau tanpa kerah yang dipasang saku pada bagian bawah sebelah kiri kemeja.Selain itu

ditambahkan pula hiasan berupa sulaman motif padi,kelapa dan ular naga pada bagian bawah lengan dan bagian sepan kemeja.Pemakaian baniang pada umumnya dipadukan dengan model yang melebar pada bagian bawah semakin kebawah semakin lebar.Ditambah pula penggunaan ikat pinggang dari kulit ular patola yang berbentuk mahkota pada bagian tubuh.

Pakaian adat Wanita Minahasa

Pakaian adat yang dikenakan oleh kaum wanita Minahasa pada mulanya disebut “Karai”.Pakaian ini terdiri dari kebaya model lengan panjang berwarna putih ,dengan bagian bawah berbentuk lipatan seperti ikan

duyung dan agak melebar pada bagian bawah yang dipasang dengan sulaman sujiber bentuk bunga padi dan bunga kelapa dan pada dada sebelah kiri serta kembang kaca piring dan bunga melati yang saling harum.

Ada pula yang menjaga blus atau gaun pesalongan rinegatan yang terbuat dari tenunan bentenan.

(9)

Rumah Adat Minahasa

1. Rumah Adat Walewangko

Rumah ini disebut juga dengan Rumah Pewaris yang merupakan rumah tradisional dari Sulawasi Utara.

Rumah adat Walewangko ini sendiri mempunyai makna dari kata wale dan juga bale yang mempunyai arti sebagai tempat tinggal yang digunakan bersama keluarga untuk berbagai kegiatan bersama.Sedangkan untuk walewangko adalah mempunyai makna pewaris sehingga rumah ini merupakan rumah yang

diwariskan turun temurun. Rumah ini mempunyai tiga bagian yang ada dipunyai oleh rumah ini yaitu bagian depan rumah, bagian kolong, dan juga bagian belakang. Untuk bagian depan rumah mempunyai beberapa ruangan seperti berikut ini :

◦ Lesar merupakan bagian rumah pertama yang merupakan ruangan di bagian depan. Ruangan ini mirip

dengan beranda dan mempunyai fungsi utama untuk tempat kepala suku untuk menyampaikan pidato dan juga menyampaikan maklumat kepada penduduknya.

◦ Sekay merupakan bagian rumah depan selanjutnya yang mempunyai arti serambi rumah. Sekay ini mempunyai letak di tepat belakang pintu rumah dan mempunyai fungsi utama sebagai penerima tamu ketika ada acara.

◦ Pores merupakan tempat selanjutnya yang ada di bagian depan rumah yang mempunyai kegunaan sama dengan sekay. Akan tetapi untuk perbedaan dari pores adalah digunakan untuk menerima tamu yang mempunyai hubungan keluarga dan juga bisa difungsikan sebagai tempat kegiatan sehari-hari.

(10)

Rumah adat Bolaang Mongondow

Bolaang Mongondow yang mempunyai beberapa jenis rumah. Perbedaan jenis rumah tersebut pada umumnya dapat dibedakan dari fungsi rumah tersebut di masa lalu. Sehingga hal tersebut juga akan

membedakan tujuan dari jenis rumah yang dibangun oleh suku ini. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai jenis rumah adat ini adalah:

◦ Pertama adalah Komalig yang merupakan jenis rumah masyarakat yang digunakan untuk raja setempat dan juga hanya boleh dimasuki oleh utusan raja.

◦ Rumah Genggulang merupakan jenis rumah adat darurat yang dibangun di tengah hutan ataupun

perkebunan. Fungsi rumah ini adalah untuk tempat bersantai atau beristirahat ketika melakukan pekerjaan di perkebunan.

◦ Rumah Silidan merupakan rumah masyarakat biasa.

◦ Rumah Baloi merupakan rumah yang tua dan sudah lama.

◦ Rumah Lurung merupakan rumah dengan ukuran kecil untuk beristirahat

Sama seperti rumah adat Minahasa, untuk rumah jenis ini juga mempunyai tiga bagian penting dalam rumah. Dimana untuk rumah bagian pertama adalah rumah bagian bawah yang mempunyai bagian dari susunan kayu yang melintang dan mempunyai lebar dengan luang bangunan. Bangunan rumah bawah ini mempunyai bagian seperti talog, oigi, otong, dan langko.

(11)

Tarian Suku Minahasa

Cakalele

◦Yang berasal dari kata saka yang artinya berlaga, dan lele artinya berkejaran melompat lompat.Babak ini dulunya ditarikan ketika para prajurit akan pergi berperang atau sekembalinya dari perang, babak ini menunjukkan keganasan berperang mereka pada tamu agung, serta untuk memberikan rasa aman

pada tamu agung yang datang berkunjung, dimana mereka bisa membuat setan takut mengganggu tamu agung dari pengawalan penari Kabasaran.

◦Tari Kabasaran

◦Tari Kabasaran merupakan simbol Keberanian Suku Minahasa. Tarian ini awalnya merupakan tarian perang. Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh Waranei yaitu penjaga keamanan desa di Minahasa sekaligus prajurit perang. Dalam kesehariannya mereka dikenal sebagai rakyat biasa namun ketika daerah Minahasa terancam oleh serangan musuh, penari Kabasaran prajurit perang. Berdasarkan adat Minahasa, tidak semua lelaki Minahasa dapat menjadi penari Kabasaran. Yang menjadi penari biasanya keturunan dari sesepuh penari Kabasaran. Karena sifatnya yang turun temurun itulah setiap penari

Kabasaran memiliki sebuah senjata warisan. Senjata warisan ini harus dibawa oleh penari ketika

pertunjukan tari Kabasaran dimulai.Para penari mengenakan pakaian tenun khas Minahasa berwarna merah dan rias wajah yang terlihat garang.

(12)

Tari Mesalai Sunting

Tari Mesalai tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Kepulauan Sangihe Talaud. Tarian ini dahulu merupakan bagian dari suatu upacara ritual sebagai perwujudan rasa syukur kepada Genggona Langi Duatung Saluruang (Tuhan Yang Maha Tinggi Penguasa Alam Semesta) atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama-agama baru, Tari Mesalai saat ini juga digunakan sebagai pelengkap upacara adat dan syukuran, seperti: khitanan, perkawinan, mendirikan rumah baru, peresmian perahu baru dan lain sebagainya.

Tari Maengket

Tarian ini sudah ada di tanah minahasa sejak orang minahasa mengenal pertanian terutama padi di ladang. Pada zaman dahulu, tarian maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, tetapi saat ini tarian ini telah berkembang khususnya bentuk tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair atau

sastra lagunya.Tarian maengket ini terdiri dari tiga babak, yaitu maowey kamberu, marambak dan lalayaan.

1).Marambak adalah tarian dengan semangat gotong-royong. Tarian ini sering diadakan pada acara syukuran memiliki rumah baru. Kebiasaan suku Minahasa yang saling membantu dalam membuat rumah yang baru, ketika rumah tersebut selesai dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa Minahasa disebut “rumambak” yang berarti menguji kekuatan rumah baru. Biasanya seluruh masyarakat kampung diundang dalam syukuran ini.

2).Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana proses mencari jodoh oleh pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.

3).Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan pada acara syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memperoleh hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda

 

(13)

MAKANAN KHAS

◦ Masakan khas Minahasa lebih dikenal dengan sebutan Masakan Manado. Pada umumnya hidangan dari Minahasa adalah hidangan yang pedas karena memakai cabai yang

banyak. Terdapat juga beberapa hidangan yang menggunakan daging dari hewan yang tidak biasanya dimakan. Selain itu hidangan kue-kue dari Minahasa menerima pengaruh dari hidangan Eropa. Masakan-masakan yang populer adalah tinutuan (juga dikenal

sebagai bubur manado) yang berisi campuran berbagai macam sayuran tanpa

mengandung daging, brenebon yang berupa sup dengan isi kacang merah, sayuran, dan  daging babi atau daging sapi, tinorangsak berupa hidangan daging hangat dan pedas, dan masakan yang menggunakan bumbu pedas bernama woku. Banyak hidangan juga menggunakan daging cakalang fufu dari ikan cakalang yang dibumbu dan diasap.

Hidangan-hidangan ini termasuk cakalang goreng, cakalang santan, dan mi cakalang.

Masakan yang tidak pedas juga ada, tapi masakan-masakan inipun bisa secara terpisah dicampur dengan bumbu-bumbu pedas seperti dabu-dabu dan rica-rica. Adapun hidangan yang menggunakan daging hewan eksotis termasuk yang menggunakan daging kelelawar  (paniki), daging anjing, dan daging tikus. Salah satu contoh kue dari Minahasa adalah 

klappertaart yaitu kue yang terbuat dari kelapa.

(14)

THANK YOU

Referensi

Dokumen terkait

Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang