PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
- Hasil Penelitian yang Relevan
 - Dialek
 - Pragmatik
 - Deiksis
 - Dialek Lakiung
 - Dialek Pangkep
 - Kabupaten Pangkep
 
Mengacu pada sungai pembela kota Pangkep yang berbentuk percabangan. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah 12.362,73 Km2 (setelah dilakukan analisis Bakosurtanal) untuk luas laut 11.464,44 Km2, dengan luas daratan 898,29 Km2, dan panjang garis pantai di Pangkajene dan Kepulauan. Kabupaten ini berjarak 250 km membentang dari barat ke timur. Dimana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan, dimana 9 kecamatan terletak di wilayah daratan, dan 4 kecamatan terletak di wilayah kepulauan.
Wilayah Kabupaten Barru Utara, Barru Timur, Kabupaten Bone Selatan, Kabupaten Maros, Jawa Barat Bagian Utara dan Kepulauan dicirikan oleh bentang alam wilayah dari dataran hingga pegunungan, dimana potensi besar juga terdapat pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene, dan wilayah Kabupaten Pangkajene. Pulau-pulau tersebut dicirikan oleh adanya sumber daya alam berupa produk mineral, seperti batu bara, marmer, dan semen. Selain itu potensi wisata alam mampu meningkatkan pendapatan daerah.Kecamatan yang terletak di wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ini terdiri dari: Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkan, Kecamatan Ma'rang , Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te'ne, Kecamatan Tondong Tallasa dan Kecamatan Mandalle. Wilayah Kepulauan Wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene, Dan Kepulauan.. merupakan wilayah yang mempunyai kompleksitas wilayah yang sangat mendesak untuk dibahas, wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan mempunyai potensi wilayah yang besar untuk dikembangkan secara lebih optimal, mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Pangkajene dan Pulau Pangkajene.
Kecamatan-kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Kepulauan dan Kepulauan Pangkajene adalah : Kecamatan Liukang Tupabiring, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan Liukang Kalmas, Kecamatan Liukang Tangaya... e) Kepulauan, terdapat sedikitnya 50 pulau di Pangkajene dan Zona Kepulauan dari Kabupaten. Sebagian besar pulau-pulau tersebut berada di sub-kabupaten Liukang Tupabbiring, Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas. f) Demografi, bahasa resmi instansi pemerintah di Pangkajene dan Kabupaten Kepulauan adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Bahasa Badan Bahasa Tahun 2019, terdapat dua bahasa daerah di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yakni bahasa Makassar dan bahasa Bugis (khusus dialek Pangkajene dan Kepulauan). g) Kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Kerangka Pikir
Deiksis adalah suatu bentuk bahasa, baik berupa kata atau benda lain, yang berfungsi sebagai petunjuk terhadap suatu hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dialek yang menjadi fokus penelitian penulis adalah dialek Lakiung (bahasa Makassar) dan dialek Pangkep (bahasa Bugis). Dalam penelitian ini penulis menganalisis “perbandingan deiksis dialek Lakiung dengan dialek Pangkep di Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep”, yaitu dengan menuliskan setiap kata ganti yang berkaitan dengan kajian (penggunaan deiksis bahasa Makassar dan deiksis bahasa Pangkep), berdasarkan proses komunikasi yang dilakukan.
Kerangka dalam penelitian ini adalah menganalisis dialek Lakiung (bahasa Makassar) dengan dialek Pangkep (bahasa Bugis).
METODE PENELITIAN
Rencana Penelitian
Definisi Istilah
Dialek Lakiung (Bahasa Makassar) digunakan di kota Madya Ujung Pandang, Kabupaten Gowa bagian barat, mulai dari Saluto sampai muara sungai Jeneberang, Kabupaten Takalar dan pulau-pulau sekitarnya, sebagian Kabupaten Jeneponto (barat Alu), Kabupaten Maros pesisir, kabupaten pesisir Pangkep.
Data dan Sumber Data
Dialek Pangkep (bahasa Bugis), dituturkan di Kecamatan Samalewa, Kabupaten Bungoro; Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang; Desa Bonto Matene, Kecamatan Segeri; dan Desa Pitue, Kecamatan Marang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Klasifikasi seluruh data diperoleh dari percakapan antara penutur dialek Lakiung dan dialek Pangkep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan deiksis dialek Lakiung (bahasa Makassar) dan dialek Pangkep (bahasa Bugis).
Nah, pada bab ini juga akan diuraikan hasil penelitian perbandingan dialek Lakiung (bahasa Makassar) dan dialek Pangkep (bahasa Bugis) berdasarkan lima deiksis yaitu persona, tempat, waktu, wacana dan sosial.
Hasil Penelitian
Penggunaan kata anjo merujuk pada seseorang yang sedang berbicara namun tidak berada pada tempat terjadinya pembicaraan dan biasa disebut dengan orang ketiga. Penggunaan kata anjoeng merujuk pada mitra tutur yang tidak hadir pada saat tuturan itu terjadi. Penggunaan kata ri kamma-kamma merujuk pada mitra tutur yang hadir pada saat tuturan itu terjadi.
Penggunaan kata risubangngi merujuk pada mitra tutur yang tidak hadir pada saat tuturan itu terjadi. Penggunaan kata ammuko merujuk pada mitra tutur yang tidak hadir pada saat tuturan itu terjadi. Penggunaan kata ambara merujuk pada mitra tutur yang tidak hadir pada saat tuturan itu terjadi.
Penggunaan kata Puang untuk menunjukkan strata sosial masyarakat ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai darah biru atau keturunan bangsawan. Pak, mohon maaf jika kami melakukan kesalahan. 3) Dia juga sala sekrena ana na Puang Coa. Artinya : Beliau adalah salah satu anak dari Tuan Coa Data. 18. Penggunaan kata jodoh untuk menyatakan seseorang yang telah meninggal dunia, namun mempunyai arti yang seharusnya menghormati orang yang telah meninggal tersebut.
Penggunaan kata “iko” merujuk pada mitra tutur, namun penggunaannya jarang digunakan karena dianggap tidak sopan terhadap mitra tutur, berbeda dengan penggunaan kata “idi” yang dianggap menghormati mitra tutur. . Penggunaan kata alena merujuk pada seseorang yang sedang dibicarakan namun tidak berada di tempat dimana pembicaraan tersebut berlangsung. Penggunaan kata denre merujuk pada mitra tutur yang tidak hadir pada saat tuturan itu terjadi.
Penggunaan kata baja merujuk pada mitra tutur yang tidak ada pada saat tuturan berlangsung. Penggunaan kata wenny merujuk pada lawan bicara yang tidak hadir saat pidato berlangsung.
Pembahasan
Hal ini terlihat pada kalimat “Anjo mentong ngai aboya pabeserang artinya selalu mencari masalah”. Anjoeng digunakan untuk menunjukkan suatu tempat yang jauh dari penutur atau mitra tutur, seperti pada kalimat “Teamaki anjoeng assigapa artinya jangan bertemu disana”. Anrinni digunakan untuk menunjukkan lokasi yang dekat dengan pembicara namun jauh dari pembicara, seperti pada kalimat “Teaki akaluruki anrinni artinya dilarang merokok di sini”.
Ri subangngi artinya kemarin, digunakan untuk menunjukkan waktu yang telah berlalu seperti pada kalimat "ri subannnggi anjo allo kalassukana andiku artinya kemarin adalah hari lahir adikku". Sinampe artinya nanti, penggunaannya menunjukkan waktu yang akan datang, seperti pada kalimat “teamaki allampa punna sinampe karueng artinya jangan berangkat jika sore hari singkat”. Selain itu, Ammuko artinya besok untuk menandakan hari berikutnya, seperti pada kalimat “ammuko allo uru-uruna anjama artinya besok adalah hari kerja pertama”.
Sedangkan pengertian kataforis terdapat pada kalimat “Yana andiku asikolai ri Marusu artinya Yana adikku bersekolah di Maros”. Hal ini terlihat pada kalimat “ammana sallomi le’bakna ammoterang artinya ibunya sudah lama meninggal”. Hal ini terlihat pada temuan pada kalimat “Ayahku Iyya adalah kepala sekolah, yang berarti ayahku adalah seorang guru sekolah”.
Penggunaan -ta sama dengan idi' yaitu mempunyai arti sopan kepada lawan bicaranya seperti pada kalimat “elo'ka melli sikaju bale'ta. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “lokka lao melli basso kuro artinya aku ingin pergi ke sana untuk membeli bakso". Makkukue artinya sekarang untuk menunjukkan present tense seperti pada kalimat "lokkako bolaku manre makkukue artinya sekarang kamu pulang bercanda".
Silalona sekarang artinya menunjukkan waktu yang telah berlalu seperti pada kalimat “silalona lokka ayahku maksudnya ayahku baru saja pergi”. Baja artinya besok untuk menandakan hari yang akan datang, seperti pada kalimat “ulang tahun, baja artinya besok adalah hari ulang tahunku” dan wenni artinya kemarin untuk. Penggunaan deiksis dalam dialek Pangkep (bahasa Bugis) terlihat pada contoh kalimat “tabe puang, massima'na yolo.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Deiksis tempat mempunyai tiga, yaitu menyatakan suatu tempat yang dekat dengan penutur tetapi jauh dari lawan bicaranya, yaitu jauh dari penuturnya tetapi dekat dengan lawan bicaranya, dan yang jauh dari penutur atau lawan bicaranya. Deiksis waktu mempunyai tujuan, yaitu untuk menyatakan waktu sekarang, waktu yang telah berlalu, waktu yang akan datang, dan waktu yang akan terjadi keesokan harinya. Dari ketujuh deiksis waktu tersebut, beberapa di antaranya mempunyai kata yang berbeda, namun maknanya sama, sehingga deiksis waktu mempunyai tujuan. Deiksis tempat mempunyai tiga, yaitu menyatakan suatu lokasi yang dekat dengan penutur tetapi jauh dari lawan bicaranya, yaitu.
Deiksis waktu mempunyai lima, yaitu untuk menyatakan waktu sekarang, waktu yang telah berlalu, waktu yang akan datang, dan waktu yang akan terjadi keesokan harinya.
Saran
Peneliti : Begini Bu, saya ada tugas sekolah untuk meneliti dialek bahasa Makassar di kecamatan Liukang Tuapabbiring, saya ingin mewawancarai ibu. Peneliti: Mengenai dialek Lakiung (bahasa Makassar), saya ingin mengetahui apa itu deiksis yang mengacu pada orang (persona), tempat, waktu, wacana dan sosial. Punna deixis persona dalam dialek Lakiung adalah, anakku leher sanna caradena punnna disuroi banyak ammali, kamu kuttu ambungung baribasa, Pakarru mentong anjo.
Responden : Ri kamma-kamma sakalami patorolka campura juko, alampa maki sinampe, sirumpaeng tenamo risigappa, ammuko abayaramaki andelle. Peneliti: dia Mami Anne Serrea ibu, kalah misalnya apa itu deiksis sosial dialek Lakiung. Jadi tugas sekolah saya adalah meneliti dialek bugis di kecamatan Liukang Tuapabbiring, kebetulan saya mewawancarai ibu saya.
Biar saya jelaskan lagi, jadi deiksis itu yang mengacu pada orang (persona), tempat, waktu, wacana dan masyarakat. Responden : Tadi saya sebutkan deiksisnya mbak, lalu saya makian kalimatnya karena saya tidak tahu saya yang membuat kalimat itu, sesampainya di rumah saya makian lagi lalu saya tafsirkan kalimatnya nak. Responden : Iya nak, buatlah kalimat makian saja lalu pulang nanti kalau ada pertanyaan.