TAFSIR SURAT AL QURAISY
Surat Quraisy (شيرق) adalah surat ke-106 dalam Al-Qur’an. Sebagian mufassirin menjelaskan, Allah menurunkan Surat Quraisy ini untuk mengingatkan orang-orang Quraisy akan nikmat-nikmat Allah. Salah satunya adalah nikmat keamanan, yang pada surat Al Fil diterangkan kebinasaan pasukan bergajah yang hendak menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Dengan rasa aman itu, orang-orang Quraisy bisa menjalankan kebiasaan mereka berupa bepergian pada musim dingin dan musim panas. Surat ini juga mengingatkan nikmat Allah lainnya berupa makanan. Dengan demikian banyaknya nikmat itu, semestinya orang-orang Quraisy menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun
شيرق فِلَايلِإِ
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
Ibnu Jarir mengatakan bahwa huruf lam (ل) di awal ayat ini menunjukkan makna ta’ajjub atau kagum. Kagum terhadap kebiasaan orang-orang Quraisy dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Ibnu Katsir menjelaskan, iilaaf (فِلَايإ) artinya adalah kebiasaan atau tradisi. Nama suku Quraisy terambil dari nama tokohnya, Quraisy.
Quraisy adalah gelar dari An Nadhr bin Kinanah, yang merupakan kakek Rasulullah yang ketiga belas. Rasulullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah. .
فِيْصَّلاوَ ءِاتَشِّلا ةَلَحْرِ مْهِفِلَايإ
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Rihlah pada ayat ini adalah perjalanan dagang orang-orang Quraisy yang dilakukan dua kali setahun yakni pada musim dingin dan musim panas.
Maqashid yang terkandung: Allah mengingatkan Quraisy akan nikmat-Nya berupa stabilitas ekonomi dan sosial. Mereka memiliki kebiasaan melakukan perjalanan dagang yang aman ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Ini menjadi sumber kemakmuran mereka. Nikmat keamanan dan kemudahan berdagang adalah karunia Allah yang diberikan kepada mereka sebagai penghuni Mekah, tempat Ka'bah berada.
تِيْبَلا اذَهَ بَّرِ اوَدُبَعْيْلَفِ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah)
Yakni hendaklah mereka mengesakan-Nya dalam menyembah-Nya. Dialah yang telah menjadikan bagi mereka kota yang suci lagi aman serta Ka’bah yang disucikan.
Maqashid yang terkandung: Allah memerintahkan mereka untuk bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut dengan beribadah hanya kepada Allah. Penekanan pada "Rabb al-bait"
(Tuhan Pemilik Ka'bah) mengingatkan Quraisy akan kedudukan suci Mekah dan pentingnya mengesakan Allah dalam ibadah.
فِوْخَ نْمِ مْهِنَمِآَوَ عٍوْجُ نْمِ مْهِمَعْطْأَ يذَلا
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Dialah yang memberi mereka makan agar tidak lapar dan Dialah yang telah memberikan keamanan dan banyak kemurahan kepada mereka. Maka hendaklah mereka beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Dua kenikmatan dalam ayat terakhir ini, keejahteraan ekonomi dan stabilitas keamanan, merupakan dua hal sangat penting bagi kebahagiaan masyarakat. Dan nikmat-nikmat Allah atas Quraiys ini mereka peroleh karena Allah menempatkan ‘rumah’-Nya di sana. Sehingga disebutkan di ayat 3, rabba haadzal bait. Seandainya Allah tidak menempatkan rumah-Nya di sana, niscaya mereka tidak akan memperoleh keistimewaan dan kemudahan tersebut.
Maqashid yang terkandung: Allah menegaskan bahwa Dialah yang memberi Quraisy keamanan dari ancaman (seperti perampokan) dan kecukupan rezeki. Nikmat ini seharusnya menjadi alasan untuk tunduk dan patuh kepada Allah, bukan kepada berhala atau kepercayaan lain.
Kesimpulan Maqashid Surat Al-Quraisy
1. Mengingatkan manusia bahwa segala nikmat, baik keamanan maupun kesejahteraan, berasal dari Allah.
2. Menyeru Quraisy (dan umat manusia secara umum) untuk bersyukur dengan cara mengesakan Allah dalam ibadah.
3. Mengajarkan bahwa stabilitas hidup yang diberkahi hanya mungkin jika manusia tunduk kepada aturan Allah.
4. Memberikan pelajaran tentang pentingnya bersyukur atas nikmat duniawi dan spiritual yang Allah berikan.
Surat ini relevan dalam konteks modern sebagai pengingat bahwa keberhasilan dan keamanan yang kita nikmati adalah karunia Allah yang harus disyukuri dengan ibadah dan ketaatan.