• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tampilan Implementasi Pancasila Sebagai Identitas Nasional Dalam Menghadapi Globalisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tampilan Implementasi Pancasila Sebagai Identitas Nasional Dalam Menghadapi Globalisasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

The Indonesian Journal of Politics and Policy

p-ISSN : 2622-6251 ; e-ISSN : 2655-3376 Vol. 5 No.1, Juni 2023 https://journal.unsika.ac.id/index.php/IJPP

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 223

Implementasi Pancasila Sebagai Identitas Nasional Dalam Menghadapi Globalisasi

Khafifah Fathiniah1, Soraya Oktarina2

1,2Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syari’ah,Univesitas Islam Negeri Sjech M.

Djamil Djambek Bukittinggi

[email protected], [email protected].

Dikirim: 7 April 2023 Direvisi: 8 Mei 2023 Diterima: 9 Juni 2023

Abstrak

Globalisasi terjadi hampir diseluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Kemunculan Globalisasi membawa banyak perubahan bagi kehidupan manusia baik secara positif maupun negatif. Globalisasi tak seharusnya menjadi alasan tergerusnya nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Sebaliknya, bangsa kita sepatutnya mampu menyesuaikan perubahan yang datang dari luar dengan tetap memegang teguh pada nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan tetap mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, maka akan mampu memperkuat jati diri bangsa Indonesia di tengah globalisasi. Metode Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, dengan teknik studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat urgensi implementasi penerapan Pancasila sebagai sebuah identitas nasional Indonesia dalam memperkuat jati diri bangsa ditengah derasnya arus perubahan dan ancaman global. Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa Pancasila sebagai suatu identitas nasional bersumber dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Indonesia sendiri. Nilai nilai Pancasila tersebut merupakan kepribadian, ciri, serta unsur pokok yang sesuai dengan jiwa masyarakat Indonesia yang dapat memperkuat jati diri bangsa.

Kata kunci : Identitas Nasional, Pancasila, Globalisasi.

Abstract

Globalization occurs in almost all countries in the world, including Indonesia. The emergence of globalization has brought many changes to human life, both good and bad. Globalization needs to be addressed wisely. Globalization should not be the reason for the eroding of the noble cultural values of the Indonesian nation. On the other hand, our nation should be able to harmonize influences that come from outside while still basing it on the noble values of Pancasila. By continuing to implement Pancasila, it will be able to strengthen the identity of the Indonesian nation in the midst of globalization.

The research method in this study is qualitative descriptive, using literature study techniques obtained from various sources. This study aims to see the urgency of implementing Pancasila as an Indonesian national identity in strengthening national identity amidst the swift currents of change and global threats. The results of the research illustrate that Pancasila as a national identity originates from the values that exist within Indonesian society itself. The values of Pancasila are the personality, characteristics, and basic elements that are in accordance with the soul of the Indonesian people. If you stick to these values, then they can become filters and weapons in strengthening national identity.

Kata kunci: National Identity, Pancasila, Globalization

(2)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 224

PENDAHULUAN

Identitas bisa dimaknai dengan ciri atau simbol. Identitas menjadi sebuah tolak ukur dalam mengenali sesuatu. Identitas juga berfungsi sebagai alat pembeda antara satu dengan yang lainnya. Identitas merupakan saduran dari bahasa Inggris “identity”, yang memiliki arti keadaan, ciri-ciri khusus suatu benda atau orang (Winarno, 2013). Tak hanya diperuntukan untuk benda atau orang, istilah identitas juga bisa digunakan dalam mengidentifikasi dan membedakan suatu negara, atau yang dikenal dengan istilah identitas nasional. Jika identitas merupakan ciri atau tanda tanda yang melekat pada sesuatu, maka kata nasional sangat dekat istilahnya dengan suatu negara atau bangsa. kata “nasional” dapat ditafsirkan kepada suatu kelompok yang memiliki sifat khas, terdapat kesamaan ciri-ciri fisik dan non fisik (Ismail &

Hartati, 2020). Ciri fisik meliputi kesamaan akan budaya, agama, Bahasa, adat, corak kulit, dan lainnya, sementara ciri non fisik meliputi kesamaan keinginan, tujuan, cita-cita dan perasaan senasib sepenanggungan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa identitas nasional merupaan suatu ciri khas yang menjadi jadi diri suatu kelompok masyarakat yang bersatu dibawah nama sebuah negara atau bangsa, yang ciri tersebut diambil berdasarkan kesamaan khas sifat, bahasa, keturunan, adat, cita-cita, pandangan, ideologi, dan kepribadian masyarakatnya. (Kaelan & Zubaedi, 2007) mengartikan identitas nasional sebagai suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Setiap negara dan bangsa di dunia pasti memiiki ciri khusus yang menandakan dan membedakanya dengan bangsa lainnya, termasuk Indonesia (Ristekdikti, 2017). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terkenal dengan keanekaragamannya. Keberagaman suku, adat, ras dan agama merupakan keunikan yang dimiliki bangsa Indonesia. Jika dilihat dari sejarah, negara Indonesia bukanlah sebuah negara yang terdiri dari satu daerah atau wilayah, namun merupakan suatu negara yang berdiri atas kesepakatan sejumlah daerah mulai dari nusantara bagian barat, tengah dan timur yang merasa senasib, sepenanggungan, dan sama sama ingin merdeka dan membentuk suatu pemerintahan yang berdaulat. Sebagai sebuah bangsa dan negara, Indonesia memiliki ciri khusus yang menjadi keunikannya dan membedakannya dengan bangsa lain. Ciri khusus Indonesia tercermin dari simbol-simbol negara, berupa bahasa, bendera negara, semboyan Bhineka Tunggal Ika, bentuk negara kesatuan, ideologi, filosofi hingga dasar negara yakni Pancasila. Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia, tak hanya sebagai sebuah dasar negara, namun juga menjelma menjadi sebuah identitas asli Indonesia. Rumusan sila-sila di dalam Pancasila mengandung nilai-nilai yang diyakini, dianut dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat. Nilai nilai yang menjadi pedoman dasar dalam bersikap, berpikir, serta menjadi pandangan hidup, cita-cita dan tujuan masyarakat Indonesia sendiri yang kemudian berimplikasi menjadi sebuah ciri karakter kerpibadian bangsa.

Sama halnya dengan waktu, zaman akan terus bergerak dan menghasilkan perubahan- perubahan. Seiring dengan perubahan zaman, keadaan suatu negara juga akan mengalami perkembangan. Proses perkembangan negara mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi sosial dan budaya. Salah satu perkembangan zaman di dunia yang tak mungkin terelakkan dan berdampak sangat besar bagi semua negara adalah globalisasi. Meski merupakan pengaruh dari luar, namun globalisasi terbukti nyata mampu merubah dan

(3)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 225

mempengaruhi hal-hal dasar internal sebuah negara. Globalisasi membuat sebuah negara mau tidak mau harus sigap dalam menghadapi dan menyesuaikan diri. Globalisasi datang dengan wujud pisau bermata dua, dengan segala pengaruh baik dan buruknya. Tak jarang bahkan globalisasi juga harus berbenturan dengan nilai dan ideologi suatu negara.

Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi, dan akses informasi. Dengan terjadinya globalisasi, masyarakat akan berlomba-lomba dalam menggunakan perangkat teknologi terbaru yang memungkinkan mudahnya mengakses informasi. Informasi-informasi dari negara luar dengan cepat bisa diterima dan disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi bahaya, karena tentu tidak semua budaya luar sesuai dengan nilai-nlai yang diyakini dan dijalankan di Indonesia. Globalisasi adalah penginternasionalan budaya, dan salah satu tantangan terbesar dari globalisasi yakni bagaimana bisa tetap mempertahankan kearifan lokal ditengah gempuran budaya luar. Masuknya nilai nilai budaya asing tersebut tentu dapat berpengaruh kedalam sikap dan karakter generasi penerus bangsa.

Saat ini masyarakat Indonesia telah banyak mengalami pergeseran nilai dan sikap, seperti maraknya kasus kenakalan, degredasi moral, tingginya kasus kejahatan, korupsi yang tiada henti, menurunnya sikap toleransi, berkembangnya pola hidup individualisme, tingginya tingkat konsumenrisme materialisme, hingga berkembangnya isu-isu radikalisme dan separatism. Permasalahan nasional tak jauh dari lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Saat ini berbagai kegiatan gotong royong mulai jarang ditemukan, sistem musyawarah untuk mufakat tak lagi dijadikan cara dalam pengambilan keputusan yang kemudian berganti dengan sistem voting, hilangnya budaya sopan santun, toleransi, solidaritas sosial, dan saling menghargai. Gejala disintegrasi bangsa juga tampak dari adanya konflik multicultural berbau SARA, munculnya kecenderungan pergeseran pola pikir dan gaya hidup menjadi kebarat-baratan yang ditandai dengan perilaku individualistik, hedonis, konsumtif, apatis, sekuler, bebas dan eksklusif. Permasalahan permasalahan ini kian mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Kemudahan akses informasi yang belum jelas kebenaranya hingga fenomena berita HOAX dengan mudah menyulut konflik dan memecah belah persatuan masyarakat. Penggunaan media sosial tanpa batas menjadi ajang untuk saling menghujat tanpa mempertimbangkan nilai kesopanan dan moralitas. Hal ini tentu sangat jauh bertolak belakang dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Meski begitu, dilain sisi, kita juga tidak mungkin menghindari perubahan dan perkembangan era globalisasi ini. Sebab, akan berdampak kepada negara ini, negara indonesia akan mengalami ketertinggalan.

Mengatasi pengaruh dari globalisasi dan permasalahan yang saat ini mengancam Indonesia, perlu adanya karakter dalam diri setiap manusia. Kemajuan teknologi berkembang sangat pesat, namun tidak boleh membuat bangsa dan negara Indonesia kehilangan jati dirinya sebagai negara yang beradab, berbudaya dan memiliki nilai-nilai luhur. Tantangan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi ini adalah menyiapkan secara menyeluruh generasi muda penerus bangsa yang berjiwa nasionalisme tinggi untuk menjaga kelangsungan jati diri bangsa Indonesia. Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang memiliki peran penting dalam mencapai tujuan negara, untuk itu perlunya urgensi penguatan Identitas nasional dalam menghadapi era globalisasi (Zulfa & Najicha, 2022) Sementara itu Billah, dkk (2023) mengatakan pentingnya kesadaran pancasila untuk mempertahankan indentitas nasional, dimana kesadaran berpancasila memiliki peran yang penting dalam mempertahankan identitas nasional. Melalui pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat

(4)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 226

memperkuat kesatuan, melestarikan budaya dan tradisi lokal, meningkatkan solidaritas sosial, dan mengatasi tantangan globalisasi. Berdasarkan beberapa pemahaman dan fenomena diatas, peneliti tertarik membahas lebih dalam tentang urgensi implementasi pancasila sebagai identitas nasional dalam mengatasi permasalahan Indonesia di era globalisasi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik studi literatur review. Teknik studi kepustakaan dilakukan melalui pengumpulan data teori-teori yang terdapat pada buku-buku, artikel, jurnal, media massa dan internet yang berhubungan dengan dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai identitas nasional. Pada jurnal ini, penulis juga mencari sumber teori yang kemudian akan dianalisis dan ditarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Urgensi Identitas Nasional Suatu Bangsa

Ciri atau kekhasan biasa disebut dengan identitas. Identitas ialah tentang bentuk, sifat, kondisi, simbol, atau keadaan yang bisa menggambarkan secara jelas ciri suatu hal, benda atau orang. Ketika bicara tentang manusia, maka identitas yang terlintas adalah nama, bentuk fisik, kekhasan sifat atau lainnnya. Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri (ICCE, 2005). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) identitas berarti ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau yang disebut dengan jati diri. Dengan demikian, dapat diartikan identitas adalah suau ciri khas yang melekat pada suatu hal, benda atau orang yang mana dengan ciri tersebut sesuatu itu menjadi beda dengan lainnya.

Identitas nasional merupakan sebuah istilah yang terdiri dari dua gabungan kata

“identitas” dan nasional”. jika tadi telah diketahui bahwa identitas merupakan ciri khas atau jadi diri maka, kata kedua yakni nasional, dekat kaitannya dengan negara dan masyarakat.

Istilah nasional berasal dari Bahasa inggris “nation” yang bermakna bangsa. Secara sosiologi antropologi, bangsa merupakan suatu kelompok komunitas manusia yang dinamakan dengan masyarakat yang hidup bersama atas dasar sikap dan rasa kesatuan akan agama, bahasa, ras, dan adat istiadat, sementara dalam dimensi politik, bangsa diartikan sebagai kelompok masyarakat yang berada dalam suatu wilayah kedaulatan (Sulisworo dkk, 2012). Berdasarkan pada pemahaman tersebut dapat dipadankan, identitas nasional adalah ciri khas atau jati diri yang melekat pada suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki kesamaan dan mereka tunduk didalam sebuah negara yang berdaulat.

(Kaelan, 2007) mendefinisikan identitas nasional sebagai sebuah manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, yang berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Sementara itu (Erwin, 2013) mengatakan identitas nasional adalah sifat khas yang melekat pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal dengan kepribadian atau karakter suatu bangsa. Parameter identitas nasional adalah ukuran patokan yang difungsikan dalam menyatakan ciri khas suatu bangsa, menyangkut adat-istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Identitas nasional adalah tentang alat mencapai tujuan bangsa dan negara yang bersifat dinamis dan tidak tetap. Terdapat dua faktor yang mendorong lahirnya sebuah indentitas nasional yakni faktor objectif dan faktor subjectif (Faudillah et al., 2023). Faktor objektif berhubungan dengan segala hal yang bisa dilihat secara

(5)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 227

nyata meliputi kondisi geografis, geologis, demografi dan ekologis sementara faktor subjektif berkaitan dengan apa apa yang menjadi hasil dari pola interaksi manusia meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Berbicara identitas nasional didasarkan pada karakteristik suatu bangsa. Karakteristik menandakan adanya kekhasan dalam diri warga suatu negara Indonesia dan di dalam kekhasan itu ada jati diri bangsa. Setiap bangsa pasti memiliki identitas sebagai ciri khas tersendiri yang terbentuk melalui banyak faktor. Adapun yang menjadi unsur-unsur identitas nasional yakni: pertama, Sejarah. Setiap bangsa pasti memiliki identitas sebagai ciri khas tersendiri yang terbentuk melalui sejarah perjalanan bangsa itu sendiri. Sejarah sebuah bangsa memilik nilai historis yang tak mungkin hilang dan dilupakan serta akan terus dijadikan acuan dalam penyelenggaraan kebangsaan kedepannya. Unsur yang kedua yakni, Suku Bangsa.

Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus, terbentuk dan ada sejak lahir. Ketiga, agama.

Agama ialah suatu sistem kepercayaan yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Unsur keempat, kebudayan. Kebudayaan merupakan hasil cipta karya manusia yang memiliki nilai dan dijalankan secara bersama. Kebudayaan meliputi ide, kebiasaan dan hasil hasil benda. Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah akal budi, peradaban (civility), dan pengetahuan (knowledge). Kelima, Bahasa. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan manusia dalam melakukan interaksi dalam kaitan dengan hidup bersama dalam masyarakat.

Identitas nasional berarti jati diti sebuah bangsa. Identitas nasional selayaknya tidak bersifat statis melainkan dinamis sehingga bisa menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan zaman (Novitasari & Najicha, 2023), sehingga identitas nasional bisa selalu menjadi ciri khas yang dipegang sebagai konsep pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Identitas nasional sangat mutlak diperlukan suatu bangsa dalam upaya mempertahankan eksistensi. Identitas nasional bisa menjadi alat pemersatu dan pembeda dengan bangsa lainnya. Identitas nasional juga dapat dijadikan sebagai panduan dalam mewujudkan cita – cita dan tujuan negara tersebut.

Implementasi Pancasila Sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia di Era Globalisasi

Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya memiliki beragam latar belakang, mulai dari etnis, budaya, adat-istiadat, ras, agama dan kepercayaan hingga bahasa. (Nasikun, 2007) mengatakan Keragaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu konflik dan perpecahan, ditandai oleh kenyataan adanya perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan adanya kesenjangan lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Sementara itu (Widiastuti, 2013) mengatakan Keanekaragaman budaya Indonesia berpotensi memiliki kekuatan dari keunikan dan kekhasan budaya lokal itu sendiri, namun juga memiliki kelemahan sehingga menjadi pemicu konflik dengan latar belakang keragaman etnis, agama maupun ras. Sehingga diperlukan suatu pemersatu yang mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan agar pelasakanaan sebuah negara dapat berjalan dengan baik dan harmonis, yang dikenal dengan nama Pancasila (Mendrofa, 2021)

Tak hanya keanekaragaman, permasalahan dan konflik suatu negara juga dapat berasal dari luar negara itu sendiri. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi ketahanan

(6)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 228

Indonesia yakni globalisasi. Memasuki era globalisasi, kehidupan seluruh bangsa dan negara di dunia mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Globalisasi adalah suatu fenomena mutlak yang tak dapat dihindari. Mengelak dari derasnya arus globalisasi mengkahawatirkan negara tersebut akan mengalami ketertinggalan. Globalisasi merepresentasikan tatanan dunia baru yang lebih terbuka terhadap informasi. Globalisasi tidak hanya membawa nilai-nilai positif bagi kehidupan manusia, tetapi juga tidak dapat memisahkan diri dari dampak negatif yang ditimbulkannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Mahendra, 2018)

Globalisasi menawarkan mudahnya akses informasi, komunikasi dan teknologi. Saat ini semua masyarakat Indonesia bisa dengan mudah mengetahui dan mengakses berbagai yang terjadi di luar negeri yang mungkin saja bertentangan dengan nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan masuknya budaya dan pemikiran luar, warga Indonesia berpotensi menyerap kebudayaan tersebut menjadi watak dan kemampuan sendiri. Hal ini terlihat dari kecenderungan generasi muda yang saat ini lebih menggemari budaya dan seni luar, sepertimisalnya K-POP dan lainnya. Sementara, kesenian dan budaya lokal, tari tari lokal, nyanyian daerah kian tersisihkan, generasi muda cenderung malu untuk berlatih dan menampilkan karena akan terlabeli dengan kalimat “kuno” dan ketinggalan zaman. Jika dibiarkan demikian, mungkin saja bangsa Indoensia akan kehilangan eksistensi identitasnya.

Globalisasi juga menawarkan kemudahan teknologi informasi yang menimbulkan peningkatan arus penggunaan sosial media tanpa batas. Saat ini penggunaan telepon seluler menjadi suatu keharusan, mulai dari tua hingga muda. Harga handphone yang beragam bahkan ada yang relatif ”murah” mebuat penggunaan askes media sosial tak terkendali, masyarakat menjadi lupa akan batasan. Mengakses situs-situs yang tidak bermoral, menjadikan media sosial sebagai ajang saling pamer, hujat dan menebarkan kebencian. Informasi hoax beredar dengan mudahnya dan diterima begitu saja. Hal ini dikhawatirkan mampu mempengaruhi karakter dan pola pikir generasi penerus bangsa. Bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahan, kebersamaan, saling mengerti, bijaksana, secara tidak langsung bergeser menjadi pribadi individualistic, egosentris, dan mudah tersulut konflik. Dalam hal ekonomi, globalisasi juga memiliki pengaruh terhadap produksi dan penjualan barang. Mudahnya produk-produk dari negara lain masuk dan beredar di Indonesia, membuat sejumlah produk produk lokal kehilangan peminat dan sepi pembeli, bahkan cenderung mati. Masyarakat indoensia merasa lebih bangga memakai produk bermerk luar dengan kesan “sosialita” dan “branded”. Hal ini menyebabkan lunturnya kebanggan masyarakat akan produk dan hasil karya bangsa sendiri.

Aulia dkk (2018) menguraikan bahwa saat ini identitas nasional bangsa Indonesia menghadapi beragam tantangan, diantaranya seperti ; (1) memudarnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai dengan rendahnya semangat gotong royong, kurangnya kepatuhan hukum, masih rendahnya kesadaran dalam membayar pajak, hilangnya kesantunan, timbulnya rasa ketidakpedulian, dan lainnya, (2) realita bahwasanya nilai–nilai pancasila belum menjadi acuan sikap dan perilaku sehari-hari masyarakat, ditandai dengan banyaknya kasus degradasari moral, tindakan serba instan, menyontek, plagiat, tidak disiplin, tidak jujur, malas, buang sampah sembarangan,korupsi, perilaku unmoral, korupsi dan lain-lain, (3) Lunturnya rasa nasionalisme dan patriotisme, seperti lebih menghargai dan mencintai budaya asing serta memilih menggunakan produk asing daripada produk bangsa sendiri, serta (4) munculnya fenomena kebarat-baratan, ditandai dengan lebih menyukai menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

(7)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 229

Bangsa Indonesia, memang bangsa yang beragam. Berbicara tentang permasalahan bangsa Indonesia, memang sangatlah kompleks. Keberagaman suku, adat, ras dan agama merupakan keunikan yang dimiliki bangsa Indonesia, namun juga menjadi sebuah tantangan yang harus benar-benar dijaga keutuhannya Bangsa Indonesia merukan bangsa religius, humanis, kekeluargaan, pandai bermusyawarah dan lebih mementingkan kepentingan bersama.

Untuk itu, penting rasanya untuk tetap mempertahankan identitas identias asli bangsa ini terutama dalam menghadapi globalisasi. Bangsa Indonesia harus benar benar meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya di era globalisasi. Perlu dilakukannya upaya penguatan kembali jati diri bangsa Indonesia, dengan implementasi nilai-nilai pancasila sebagai identitas nasional.

Setiap bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional. Identitas nasional pada dasarnya terbagi kedalam tiga karakteristik, identitas fundamental, identitas instrumental, dan identitas alamiah. Identitas fundamental merupakan identitas dasar yang sifatnya pokok, penting, dan mendasar bagi sebuah bangsa dan negara. Identitas fundamental bangsa Indonesia meliputi Pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar negara, dan ideologi negara. Identitas instrumental meliputi UUD 1945, Bahasa nasional bahasa Indonesia, Bendera negara Sang Merah Putih, Lagu kebangsaan Indonesia Indonesia Raya, Lambang negara Garuda Pancasila, Semboyan negara Bhineka Tunggal Ika, dan bentuk negara kesatuan Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Sementara identitas alamiah meliputi kondisi geografi Negara Indonesia berupa Kepulauan (archipelago), adat istiadat, pluralisme dalam suku, budaya, serta agama dan kepercayaan. Di Indonesia, identitas nasional dibentuk oleh nilai-nilai Pancasila. Identitas nasional memainkan peran yang sangat penting dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Identitas ini menjadi pegangan yang kuat yang mempersatukan masyarakat Indonesia, membangun persatuan dalam keragaman, dan membentuk fondasi untuk memecahkan tantangan yang kompleks dan beragam (Antari, 2019).

Berbicara tentang Pancasila sebagai identitas nasional meliputi Pancasila sebagai dasar negara dan idelogi negara (Nurhadi, 2018). Sebagai dasar negara, Pancasila hadir sebagai hasil kesepakatan bersama para tokoh-tokoh bangsa tentang perumusan konsep ideal pegangan dasar dalam bernegara (Huzaeni, 2022). Konsep ideal Pancasila mengandung kesatuan nilai dan bersumber dari dimensi sosiologis, historis dan politis bangsa Indonesia sendiri (Ismail &

Hartati, 2020). Sebagai sumber sosiologis, nilai nilai pancasila adalah kristalisasi adat istiadat serta kebiasaan yang telah ada didalam masyarakat jauh sebelum Indonesia merdeka dan masih berbentuk nusantara. Nilai-nilai sosiologis menjadi cermin tipikal masyarakat Indonesia yang hidup dengan kesederhanaan, kebajikan, toleransi, kebersamaan, bermoral, beradab dan berbudi pekerti luhur (Saputro, 2021). Dalam dimensi historis, pancasila terbentuk dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam proses pencarian jati diri negara hingga meraih kemerdekaanya dari penjajahan (Hastangka & Lasiyo, 2022). Sementara dimensi politis berhubungan dengan Pancasila adalah suatu konsep bernegara yang mampu menyatukan seluruh keanekaragaman yang ada. Pancasila merupakan suatu fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia, yang terwujud dalam bentuk dasar negara dan ideologi politik bangsa yang mengandung nilai-nilai dan kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib kehidupan ideal (Ningsih, 2021).

(8)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 230

Pancasila pertama kali dirumuskan pada sidang BPUPKI ke-1 yang berlangsung pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Terdapat tiga tokoh besar yang memberikan usulan pada sidang tersebut, yakni Muhammad Yamin, Soepomo dan Soerkarno. Usulan dari ketiga tokoh bangsa ini, kemudian dirembukan dan menghasilkan Piagam Jakarta yang terbit pada tanggal 22 Juni 1945. Poin nomor satu Pancasila yang dimuat dalam Piagam Jakarta sempat menimbulkan polemik dan penolakan dari masyarakat Indonesia bagian timur karena dinilai tidak mengakomodir agama lain selain islam, dan ditakutkan akan menimbulkan peluang kontroversi diskriminasi. Sehingga rumusan Pancasila ini kemudian dibicarakan dan dibahas kembali, hingga menghasilkan Pancasila yang sah secara konstitusional dan tercantum dalam UUD 1945. Pancasila resmi disahkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945

Secara etismologi, Pancasila berasal dari Bahasa sansekerta yang terdapat didalam kitab Sutasoma karya Empu Tantular ketika kerajaan Majapahit berkuasa, pada abad 14 masehi.

Pancasila merupakan gabungan dua kata “Panca” dan “Sila”. Panca memiliki arti lima, sementara sila atau syila dimaknai dengan batu sendi atau dasar. Sila juga dimaknai sama dengan kata asusila yang berarti tingkah laku. Dengan demikian, Pancasila adalah lima batu sendi atau lima dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Landasan Pancasila sebagai dasar dan pijakan dalam menentukan arah kebijakan negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke- 4. Pancasila secara perjalannya mengandung tiga nilai, yakni Nilai dasar tentang hakikat dasar dan inti dari pendoman penyelenggaraan negara yang mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan menjadi dasar pelaksanaan tingkah laku manusia. Kedua, Nilai Instrumental yakni pancasila sebagai suatu pedoman yang yang terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara. Ketiga, Nilai Praktis, yakni nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Bagaimana kita menjalankan dan mentaati nilai-nilai yang sudah menjadi dasar, pedoman dan aturan didalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Dengan demikian, sangat jelas bahwa Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia, sehingga Pancasila disebut menjadi sebuah identitas nasional.

Sementara itu Pancasila sebagai ideologi merupakan nilai adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius yang sejak dahulu tertanam dalam diri masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Sila-sila didalam pancasila secara tegas menjelaskan bahwasanya bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang menyakini dan mengamanatkan nilai nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai yang terkandung dari sila pertama sampai kelima merupakan cita-cita, harapan dan dambaan bangsa Indonesia. Pancasila berisikan nilai-nilai yang menjadi pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya, ciri khas yang terus melekat dalam sikap dan diri masyarakat Indonesia dimanapun mereka berada.

Penginternalisasian nilai-nilai pancasila ke dalam diri masyarakat Indonesia dapat dijadikan sebagai wujud pelestarian dan pengamalan identitas nasional. Pancasila sebagai sebuah ideologi berarti nilai-nilai yang terkandung didalam ke-5 sila pancasila menjadi landasan pandangan, gagasan negara indonesia dalam menentukan arah tujuan kedepannya. Pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara. Pancasila berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara paksaan.

Pancasila sebagai sebuah ideologi negara memiliki sifat terbuka, komprehensif, objektif dan juga subjektif (Ristekdikti, 2016). Pancasila merupakan suatu ideologi terbuka dikarenakan

(9)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 231

pancasila digali dari kekayaan adat istiadat, budaya dan religius masyarakatnya, pancasila bersifat dinamis, mampu menyesuaikan diri dan tak goyah oleh ancaman. Komprehensif berarti Pancasila mampu mengakomodasi nilai-nilai tanpa berpihak kemanapun. Pancasila dinilai objektif karena nilai-nilai Pancasila bersifat universal, tetap sepanjang masa dan merupakan pokok kaidah yang fundamental bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, sementara Pancasila sila dilihat secara Subjektif mengartikan bahwa nilai-nilai Pancasila berasal dari hasil tatanan budaya masyarakat Indonesia itu sendiri.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka-ragam, mengamalkan nilai- nilai pancasila diperlukan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Pentingnya Pancasila sebagai alat penyaring atau filter bagi budaya yang datang dari luar. Kelima sila pancasila sudah sepatutnya menjadi dasar kembali dalam menjalankan segala aktiftas masyarakat. Sila pertama Pancasila, mengamanatkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang agamais dan menjunjung tinggi nilai agama harus kembali dilakukan, praktek praktek ibadah, sholat berjamaah, kegiatan kegiatan keagamaan sudah selayaknya mendapat perhatian dan menjadi program wajib pemerintah. Sebagai negara yang beragama, sepatutnya masyarakat Indonesia, memiliki sikap takut kepada Tuhan, menjalankan kewajiban agama dan menjauhkan larangan larangan sesuai dengan yang diperintahkan menurut kepercayaanya. Sebagai identitas nasional, nilai sila kedua pancasila mengedepankan pentingnya rasa kemanusiaan. Masyarakat diamanatkan untuk mampu saling menghormati dan menghargi antar sesama, mengakui martabat dan hak manusia. Untuk itu pelajaran pelajaran tentang moral harus kembali digalakan kepada masyarakat mulai dari bangku sekolah hingga pada masyarakat secara umum.

Sila ketiga Pancasila dalam wujud identitas nasional melambangkan bahwa masyarakat Indonesia sudah mengimplementasikan persatuan dan menjaga keutuhan bangsa agar tidak terpecah belah. Sebagai sebuah negara majemuk, peluang konflik sangat mungkin terjadi, untuk itu perlu dilakukan upaya menjaga keutuhan bangsa. Sila keempat pancasila dalam wujud identitas nasional mencerminkan bahwasanya karakter masyarakat Indonesia adalah bangsa yang mengedepankan kepentingan dan kesepakatan Bersama. Bangsa Indonesia dalam mengambil sebuah keputusan mengutamakan musyawarah mufakat, pentingnya rasa kebersamaan, dan menghindari sifat individualistic. Dan nilai pancasila sila kelima dalam wujud identitas nasional, melambangkan bahwa karakter masyarakat Indonesia yang adil dan bijaksana, tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan status atau kedudukan. Apabila nilai- nilai kelima pancasila tersebut diimplementasikan dengan baik maka kerukuanan, persatuan dan kesatuan akan tetap terjaga. Karena pada dasarnya pancasila adalah ideologi negara yang berperan sebagai dasar negara setiap Langkah dalam kehidupan sehari-hari perlu adanya nilai pancasila.

KESIMPULAN

Pancasila di masa depan sangat diperlukan untuk mempertahankan ketahanan negara, keadilan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara. Sangat penting untuk meningkatkan pemahaman akan potensi bahaya gangguan eksternal yang dapat merusak jati diri bangsa. Penting untuk mempertahankan identitas nasional dan memperkuat ketahanan spiritual dan ideologis bangsa. Representasi Pancasila merupakan identitas bangsa Indonesia.

(10)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 232

Pancasila menjadi acuan, sehingga penerapan nilai-nilai Pancasila dapat memberikan solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berdampak dari arus globalisasi.

REFERENSI

Afifah, S., Yuniarti, K. W., & Widiatmoko, C. (2020). Identitas Nasional, Pemahaman Pancasila dan Relasi Interpersonal Anggota DPRD Sumatera Selatan. Psychopolytan : Jurnal Psikologi, 4(1), 1–10. https://doi.org/10.36341/psi.v4i1.830

Albintani, M. (2017). Pancasila Dan Identitas Ke-Indonesia-An: Sebuah Catatan Krisis. Jurnal Ilmu Pemerintahan Nakhoda, 16(28), 43–49. https://doi.org/10.35967/jipn.v16i28.5825

Alfaqi, M. Z. (2016). Memahami Indonesia melalui prespektif nasionalisme, politik identitas, serta solidaritas. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan ….

http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5451

Aprianti, M., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2022). Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi Terhadap Identitas Nasional Indonesia. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 996–998.

https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.2294

Billah, H. U., Yunita, A., Pratama, M. A., & Kembara, M. D., (2023). Kesadaran Berpancasila Dalam Mempertahankan Identitas Nasional. Jurnal Bintang Pendidikan Indonesia (JUBPI), 1(2), 113–

121.

Dikti. (2016). Menelusuri Konsep dan Urgensi Identitas nasional. Buku Ajar Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan, 25–52.

Donny Ermawan T., M.D.S. 2017. Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah di Indonesia. Jurnal Kajian Lemhannas RI . Edisi 32. Desember.

Eleanora, F.N. Pancasila Sebagai Norma Dasar Dalam Sistem Hukum Indonesia. ADIL : Jurnal Hukum Vol. 3 No.1

Faudillah, A. N., Husna, F., Makhfiroh, N. R., (2023). Identitas nasional sebagai bangsa. Jurnal Pendidikan dan Riset Vol. 1 – No. 1 Januari-Juni 2023 1(1), 1–12.

Halimah, Misnawati, Lestariningtyas, S.R, Mingvianita. Y., (2023). Implementasi Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Pendidikan Abad Ke-21 Di Sman 4 Palangka Raya. Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2(1), 119–133. https://doi.org/10.30640/cakrawala.v2i1.632 Harahap, E. K. (2018). Pancasila Berkehidupan Dalam Etika Kebangsaan. Nizham Journal of Islamic

Studies. 6.

Hastangka, Lasiyo. 2022. Pendidikan Pancasila Pada Era Paska Reformasi: Tinjauan Historis Dan filosofis. Jurnal inovasi Penelitian. Vol.3 No.1 Juni.

Ismail., Sri Hartati. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia). CV. PENERBIT QIARA MEDIA. Pasuruan, Jawa Timur

Luh Putu Swandewi Antari. (2019). “Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia.”

Mendrofa, Sophian T. 2021. "Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Negara Indonesia." Mitzal, vol. 6, no. 2, pp. 167-178, doi:10.35329/mitzal.v6i2.2676.

Nurhaidah Musa, M. I., 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia.

JURNAL PESONA DASAR. Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No. 3, April. hal 1- 14 ISSN: 2337- 9227

Novitasari, S., & Najicha, F. U. (2023). Peran Pancasila Dan Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Identitas. june.

Nurwardani, Paristiyanti, dkk. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.

Ristekdikti.

Rendi Wijaya. (2019). Perwujudan Nilai Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. (2017). Paradigma Terbaru Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Alfabeta.

Saputro,Aris. 2021. Sociological Foundation of Pancasila Education as the Original Identity of Indonesian Society. Jurnal Of Etika Demokrasi.Vol. 6 Number 1, January 2021

Sari, R., Najicha, F.U. 2022. Memahami Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Kehidupan Masyarakat. HARMONY 7 (1)

Ulhaq, B. N., & Anshori, I. (2022). Identitas Nasional Suatu Bangsa Dan Negara Serta Peranan

(11)

Copyright © 2023, The Indonesian Journal of Politics and Policy, p-ISSN : 2622-6251;e-ISSN : 2655-3376 233 Penting Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara. Jurnal Global Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 11(2), 82–88. https://doi.org/10.33061/jgz.v11i2.7655

Winarno. (2017). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Bumi aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Ado Ningi Ibrahim ABSTRACT ASSESSING SERVICE QUALITY DELIVERY AND ITS IMPACT ON CUSTOMER SATISFACTION IN THE BANKING SECTOR: A CASE STUDY OF XYZ BANK By: Ado Ningi Ibrahim

18 Table 1: Focus of IAH Short title IAH context and goal Collaborating partners and service users interviewed Positive outcomes and negative factors Alcohol coalition Central