1
Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Asuransi terhadap
Pemegang Polis: Studi Kasus Jiwasraya 2018
Moh fahmi faoziProgram studi hukum perdata, universitas suryakancana cianjur, jawa barat, Indonesia
[email protected] Abstrak
Pada tahun 2018, PT. Asuransi jiwasraya (persero) sebagai perusahaan terkenal di indonesia, menghadapi skandal besar terkait keuangan dan manajemen. Perusahaan PT. Asuransi jiwasraya mengalami minus dan kesulitan likuiditas yang berakibat tertundanya pembayaran klaim polis asuransi dari pemegang polis yang telah jatuh temp pada akhir 2019 dengan nilai Rp. 12,4 triliun. Korupsi yang melibatkan perusahaan BUMN tidak hanya merugikan negara tetapi juga mencoreng integritas sektor bisnis pemerintah. Artikel ilmiah ini memakai metode penelitian deskriptif kualitatif berdasarkan studi literatur. bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum pemegang polis PT. Asuransi jiwasraya (Persero). Kesimpulan dari penulisan ilmiah ini ialah menganilisis tanggung jawab hukum perusahaan asuransi terhadap pemegang polis.
Kata kunci: hukum asuransi, Tanggung jawab hukum, Asuransi, Polis
Pendahuluan
Pengertian asuransi menurut pasal 246 KUHD, “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, dimana pada Pasal 1 butir (1) menyatakan bahwa :“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh Perusahaan Asuransi untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan, keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.
Industri peransuransian merupakan salah satu bentuk Lembaga keuangan non bank yang berperan menjadi salah satu pilar penggerak perkenomian nasional. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang merupakan keempat terbesar di dunia, potensi bisnis asuransi cukup menjajikan. Kehidupan masyarakat modern semakin sadar akan pentingnya melimpahkan risiko atas kejadian yang
2 bisa merugikan di kemudian hari menjadikan bisnis peransuransian bisa berkembang dengan pesat. Namun pada kenyataanmya, dengan dukungan sumber daya manusia yang besar, perkembangan asuransi di Indonesia termasuk lambat dibandingkan dengan negara lain dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit, misalnya dalam hal asuransi kredit Indonesia masih di bawah singapura, Thailand, dan Malaysia.
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah perusahaan asuransi yang telah berusia lebih dari 162 tahun, berawal dari NILLMIJ atau Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859, didirikan pada tanggal 31 Desember 1859. NILLMIJ adalah perusahaan asuransi jiwa pertama di Indonesia (Hindia Belanda Timur) di waktu) didirikan dengan akta William Hendry Herklots nomor 185. Pada tanggal 17 Desember 1960, NILLMIJ van 1859 dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1958 dan berubah nama menjadi PT Perusahaan Peranggunan Djiwa Sedjahtera. Setelah itu berkali-kali PT Perusahaan Percepatan Djiwa Sedjahtera berganti nama menjadi Perusahaan Perasuransian Negara Djiwa Eka Sedjahtera, Perusahaan Perasuransian Negara Djiwa Djasa Sedjahtera. Hingga 21 Agustus 1984 berubah menjadi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), saat ini terdap at 60 perusahaan asuransi Jiwa di Indonesia dan 5 perusahaan reasuransi (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, 2021:8). Di antara 60 perusahaan asuransi Jiwa tersebut, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan perusahaan asuransi tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1960 dan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa milik negara (BUMN) serta termasuk perusahaan asuransi jiwa lokal terbesar di Indonesia. Pada tahun 2015, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero ) mendapat beberapa penghargaan atas kinerja dan performa perusahaan yang b aik dengan jumlah pemegang polis sebanyak 6 juta.
Sayangnya, dengan sejarah perusahaan yang panjang dan menjadi milik negara, Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami kerugian hanya karena tata kelola perusahaan yang tidak dilakukan dengan baik. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan, hasil pemeriksaan dan pengkajian dalam rangka penghitungan kerugian negara dalam kasus korupsi Asuransi Jiwasraya (Persero) bisa mencapai Rp 16,81 triliun VND. Nilai tersebut didapat dari penelusuran catatan selama 10 tahun, dari 2008 hingga 2018, dan hasil peninjauan tersebut diserahkan ke Kejaksaan Agung pada 9 Maret 2020.
Pada tahun 2018, mulai muncul kendala dan permasalah PT. asuransi jiwasraya (persero) yang cukup menyita perhatian pemerintah dan masyarakat, investasi dana yang berasal dari pembayaraan premi pemegang polis mengalami minus dan kesulitan likuiditas yang berakibat tertundanya klaim polis asuransi dari pemegang polis yang telah jatuh tempo pada akhir 2019 dengan nilai Rp.
12,4 triliun. Nilai tersebut merupakan total klaim dari 17.00 pemegang polis pada PT. Asuransi jiwasraya (Persero). Di samping itu, masalah lain yang dihadapi adalah banyak kasus sengketa klaim pemegang polis. Beberapa nasabah yang merasa dirugikan telah mengajukan gugatan ke pengadilan agar mendapatkan perlindungan hukum atas akibat kerugian yang di timbulkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya (Persero), salah satunya pengacara OC kaligis sebagai penggugat yang pada 8 juli 2021 memenangkan gugatan melalui putusan majelis hakim perkara No. 219/Pdt.G/2020/PN.jkt.Pst., dalam putusan tersebut memerintahkan PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) mengembalikan uang penggugat sebesar Rp.
23.630.000.000.
3 Dalam rangka upaya menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi oleh PT.
Asuransi jiwasraya (persero), pemerintah melakukan upaya restrukturisasi yang diwakili oleh tim percepatan restrukturisasi. Program restrukturisasi ditunjukan untuk seluruh polis jiwasraya dan dipandang, sebagai itikad baik pemerintah serta upaya perlindungan terhadap pemegang polis terhadap hak-haknya sebagai nasabah PT. Asuransi jiwasraya (Persero). Berlatar uraian diatas, penelitian ini akan membahas lebih lanjut untuk menganalisis perlindungan hukum pemegang polis PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).
Metode penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik studi literatur.
Teknik studi literatur merupakan Teknik yang didasari pada serangkaian unit kegiatan pengumpulan data untuk kemudian dibaca, dianalisis, dan diolah sebagai bahan penelitian (Kartiningrum, 2015). Melalui Teknik ini, peneliti mengumpulkan data sekunder dengan secara khusus berfokus terhadap data yang berbentuk jurnal kurang lebih selama 10 tahun terakhir.
Analisis dan pembahasan
Asuransi diambil dari bahasa Belanda yaitu assurantie dan tidak jarang dip ergunakan istilah verzekiring yang berarti pertanggungan. Verzekering kemudi an memunculkan istilah verzekeraar yang artinya penanggung dan verzekerde yang berarti tertanggung (Seokanto, 2010, 201). Asuransi sebagaimana dijelaska n dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (selanju tnya disebut sebagai UU Asuransi) Pasal 1 didasarkan pada perjanjian antara du a pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis.
Usaha Asuransi Jiwa menurut UU Asuransi pasal 1 angka 6 merupakan penyelenggara jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup. Pembayaran tersebut dapat berupa pembayaran lain pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, dengan besaran yang telah ditetapkan dan/ didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Lingkup usaha asuransi jiwa hanya meliputi lini usaha anuitas, asuransi kesehatan, dan asuransi kecelakaan diri.
A. Bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi jiwasraya terhadap pemegang
Dalam suatu perjanjian, pasti menimbulkan tanggung jawab hukum bagi para pihaknya.Tanggug jawab hukum ini didasari pada perjanjian yang telah disepakati, maupun dari Undang-Undang yang mengatur yang mana dalam hal ini peransuransian diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014. Apabila beberapa ketentuan mengenai kewajiban dan hak yang harus dijalankan oleh perusahaan asuransi sebagai penanggung terhadapat polis asuransi super jiwasraya ialah:
1. Kewajiban penanggung
a. Penanggung wajib membayarkan sebesar nilai tunai, apabila tertanggung hidup sampai akhir masa asuransi.
4 b. Penanggung wajib membayar manfaat asuransi tertanggung jika
tertanggung mengalami peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total atau meninggal dunia, hal tersebut harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
2. Hak penanggung
a. Hak untuk membatalkan kontrak asuransi dan tidak berkewajiban membayar apapun jika semua keterangan, pernyataaan, atau dokumen-dokumen lain tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari tertanggung/dengan sengaja dipalsukan.
b. Hak untuk menyanggah kebenaran polis setiap saat dan menolak membayar manfaat dan klaim asuransi jika syarat-syarat tidak dipenuhi dan adanya unsur penipuan dari pihak tertanggung.
c. Hak untuk meminta bukti-bukti terkait pengajuan klaim.
d. Hak untuk menentukan dan akan menjajikanatau menargetkan besarnya nila tunai yang berlaku untuk tiap-tiap periode investasi tersebut.
e. Hak untuk meminta hasil autopsy atau visum et repertum, jika tertanggung meninggal dunia.
f. Hak untuk setiap saat mengeluarkan ketentuan tambahan dan atau ketentuan khusus polis dan atau endorsement dam atau lain sehubungan dengan polis dan akan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari polis
Pada penjelasan diatas penanggung mempunyai tanggung jawab untuk membayar nilai tunai pada periode 1 tahun. Akan tetapi setelah lewat jangka waktu periode investasi sebagaimana diperjanjikan dalam asuransi, penanggung tidak memenuhi prestasinya untuk membayarkan nilai pokok serta nilai tunai jatuh tempo periode investasi secara keseluruhan kepada pemegang polis.
Mengenai kewajiban yang tidak dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya diduga atas kesalahan perusahaan berinvestasi. Berdasarkan hasil temuan badan pemeriksa keuangan, direksi dan jajaran manajemen secara gegabah membuat program saving plan yang mewarkan bunga tinggi sehingga menimbulkan negative spread yaitu selisih harga jual yang menggerus PT. Asuransi jiwasraya. Kesalahan juga terjadi dalam investasi saham dan reksa dana yang dilakukan tanpa kajian penempatan yang memadai.
B. Pemenuhan hak pemegang polis Oleh PT. Asuransi jiwasraya
Dalam polis asuransi jiwasraya terdapat beberapa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi antara penanggung maupun pemegang polis, antara lain:
1. Hak pemegang polis/tertanggung
5 a. Hak untuk mempelajari polis dalam waktu 10 hari kerja sejak polis
diterima pemegang polis/tertanggung.
b. Hak untuk menerima manfaat asuransi apabila tertanggung mengalami kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia dan cacat total.
c. Hak untuk jaminan meninggal dunia karena kecelakaan dan cacat tetap total karena kecelakaan masih berlaku, apabila tertanggung telah melakukan penarikan nilai tunai pada tanggal jatuh tempo periode investasi.
d. Hak untuk memilih periode investasi pada masa awal asuransi.
e. Hak untuk menarik nilai tunai pada setiap jatuh tempo periode investasi atau selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah tanggal berakhirnya periode investasi tersebut.
2. Kewajiban pemegang polis/tertanggung
a. Membayar besarnya premi sesuai dengan tertera di dalam polis secara sekaligus.
b. Membayar seluruh biaya, pajak, serta kerugian lainya yang timbul sehubungan dengan pembayaran manfaat asuransi dan klaim berdasarkan polis dalam hal ini menjadi sepenuhnya tanggung jawab pemegang polis/tertanggung.
c. Tertanggung wajib di periksa oleh dokter yang penanggung tunjuk, jika hal itu diperlukan.
Pada posisi ini pemegang polis sebagai kreditur hanya diberikan dua pilihan yakni menyetujui restrukturisasi polis yang ditawarkan atau menolak. Merujuk kepada Teori Keseimbangan dalam kontrak (the balance theory of contracts) dikemukakan oleh Joel Levin dan Banks Mc.Dowell dengan awal thesis landasan kekuatan mengikatnya kontrak adalah “A legally binding contract exists where an obligation has been voluntarily assumed, is reasonably fair to the party against whom it is enforced, is consistent with society‟s contractual expectations, and gives rise to no administrative difficulties barring enforcement”(sebuah kontrak memiliki kekuatan mengikat secara hukum apabila kewajiban yang timbul secara sukarela, adil bagi pihak yang lainnya, konsisten dengan harapan-harapan masyarakat dalan hubungan kontraktual, dan tidak memiliki kesulitan administrasi dalam pelaksanaannya).
Pemegang polis berada pada posisi sulit ketika dihadapkan pada pilihan ini. Menyetujui rekstrukturisasi dengan penurunan hak yang diterima, atau tetap bertahan di Jiwasraya dan berharap akan menerima hak yang sesuai polis dengan kondisi Asuransi Jiwasraya menyelesaikan kewajiban dengan dukungan aset yang tersisa kepada para pemegang polis yang tidak setuju direstrukturisasi.
Perlindungan hukum dan pertanggungjawaban bagi pemegang polis merupakan kewajiban negara, karena negara disini sebagai pemegang
6 saham Asuransi Jiwasraya. Dalam kasus Asuransi Jiwasraya yang telah banyak melanggar peraturan dari mulai tata kelola perusahaan hingga restrukturisasi polis sebagai penyelesaian kasus gagal bayarnya.
Lemahnya pengawasan oleh institusi negara memperburuk kondisi Asuransi Jiwasraya.
Pelindungan hukum ada 2 yaitu preventif dan represif. Preventif bertujuan mencegah pelanggaran sedangkan represif bertujuan pemberian sanksi karena telah terjadi pelanggaran. Perlindungan hukum preventif diberi pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Sebaliknya perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir dalam bentuk sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila setelah terjadi sengketa atau sudah dilakukannya suatu pelanggaran.
Berkaitan dengan kasus Asuransi Jiwasraya , maka dibutuhkan perlindungan hukum represif karena sudah terjadi pelanggaran. Bentuk perlindungan hukum yang bisa dilakukan terhadap pemegang polis yang dirugikan yaitu:
a. Perlindungan hukum dari aspek pidana yaitu dengan menjalankan proses secara pidana pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya kerugian dalam Asuransi Jiwasraya. Berdasarkan hasil putusan pengadilan menyatakan para pihak terbukti melanggar Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Penyelesaian secara pidana dalam kasus ini sangat dibutuhkan guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Selain itu proses pidana diperlukan untuk menyelamatkan aset Asuransi Jiwasraya dari tindakan korupsi pihak tertentu dan untuk lepas dari tanggungjawab dan melarikan aset.
b. Perlindungan hukum dari aspek perdata, dalam perlindungan terhadap pemegang polis asuransi menurut Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata jika diterapkan dalam perjanjian asuransi, yaitu jika penanggung yang memiliki kewajiban
memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang terhadap
tertanggung ternyata melakukan ingkar janji, maka tertanggung bisa menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga. Maksud dari pasal tersebut bila perusahaan asuransi lalai atau tidak mampu membayarkan premi yang dijanjikan saat berakhirnya suatu perjanjian atau perikatan yang disepakati, seluruh kerugian yang diderita oleh nasabah karena adanya keterlambatan maka perusahaan asuransi wajib membayar seluruh kerugian yang diderita nasabah.
c. Perlindungan hukum pemegang polis terhadap pelaksanaan restrukturisasi polis Asuransi jiwasraya yang merupakan pembaharuan perjanjian harus dilaksanakan berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata yaitu kesepakatan sebagai unsur utama dalam syarat sahnya perjanjian, kesepakatan juga merupakan syarat terpenting dalam suatu perjanjian. Kesepakatan adalah hasil
7 kehendak bebas dari para pihak yang kemudian dari kata sepakat tersebut melahirkan pejanjian retsrukturisasi polis.
d. Skema Retsrukturisasi polis bertentangan dengan Surat Edaran OJK NOMOR 19/SEOJK.05/2020 mengenai Saluran Pemasaran Produk Asuransi Pelaku Usaha Asuransi dilarang melakukan Churning, adalah tindakan pihak yang memasarkan Produk Asuransi yang membujuk dan/atau memengaruhi pemegang polis untuk mengubah atau mengganti Polis Asuransi yang ada dengan Polis Asuransi yang baru pada Perusahaan yang sama, dan/atau membeli Polis Asuransi baru dengan menggunakan dana yang berasal dari Polis Asuransi yang masih aktif dari Perusahaan yang sama tanpa penjelasan terlebih dahulu kepada pemegang polis mengenai kerugian yang dapat diderita oleh pemegang polis akibat perubahan/penggantian tersebut.
e. Pelanggaran aturan tata kelola dalam POJK No. 73/POJK.05/2016 memberikan kewenang pada OJK untuk dapat mengenakan sanksi administrasi terhadap Jiwasraya dan Akuntan publik yang terlibat dalam audit laporan keuangan.
f. Merujuk pada sosialisasi program sikapiuangmu OJK pada pemegang polis asuransi merupakan bagian dari konsumen keuangan. Secara umum perlindungan nasabah Asuransi Jiwasraya sebagai konsumen diatur juga pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Menurut pasal 1 ayat (2) konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas, meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai pada akibat-akibat dari pemakaian barang dan/
jasa tersebut.
Namun, pemenuhan hak ini tidak seolah-seolah membuktikan bahwa hak pemegang polis sudah terpenuhi. Dalam hal ini yang menjadi hak nasabah yang utama ialah pembayaran atas nilai pokok dan nilai tunai yang sudah jatuh tempo. Pada awal tahun januari, pihak dari perusahaan berjanji akan menyelesaikan klaim nasabah tersebut dalam bulan maret 2020, nyatanya hanya polis tradisional saja yang dibayarkan. Hingga September 2020 tidak ada kepastian tepat untuk pembayaran klaim pemegang polis.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas oleh peneliti, dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
8 1. Bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi jiwasraya terhadap
pemegang polis pada saat perusahaan melakukan wanprestasi.
Ketidakmampuan PT. Asuransi jiwasraya dalam memenuhi kewajibanya dapat dikatakan perbuatan wanprestasi dan termasuk pelanggaran dari undang-undang Nomor. 40 tahun 2014 pasal 31 ayat (3) yang menjelaskan bahwa perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan keluhan melalui proses yang cepat, sederhana, mudah diakses, dan adil dan juga melanggar pasal 31 ayat (4) yang menyatakan bahwa perusahaan asuransi dilarang melakukan Tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak melakukan Tindakan yang seharusnya dilakukan.
Karena tidak adanya pasal mengenai tanggung jawab hukum pada polis asuransi jiwasraya, maka pelanggaran atas pasal 31 ayat (3) dan (4) seharusnya dapat menjadi dasar untuk dijatuhkannya sanksi kepada perusahaan asuransi yang terdapat pada pasal 71 yaitu berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha untuk sebagai atau seluruh kegiatan usaha, larangan untuk memasarkan produk mengenai asuransi atau produk mengenai asuransi Syariah untuk lini usaha tertentu, pencabutan izin usaha, denda administratif.
2. Pemenuhan hak pemegang polis oleh PT. asuransi jiwasraya
Dalam keadaah PT. asuransi jiwasraya melakukan waanprestasi ini terdapat hak yang tidak dipenuhi oleh pihak perusahaan asuransi seperti yang terdapat pada peraturan otoritas jasa keuangan Nomor.
1/PJOK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan, pasal 6 ayat (2) perusahaan jasa keuangan wajib menyampaikan informasi tentang penundaan atau penolakan pemohomonan produk dan layanan. Namun hal diatas tidak dipenuhi oleh perusahaan asuransi yang mana sama sekali tidak memberikan informasi sebenarnya.
Salah satu hak yang dapat dipenuhi oleh pihak perusahaan asuransi ialah mengenai roll over atau perpanjangan periode investasi telah tertulis didalam polis asuransi dan telah menjadi hak pemegang polis untuk melakukan perpanjangan dengan waktu yang telah ditentukan.
9 Daftar Pustaka
Jurnal
Palyama, S. (2022). Perlindungan Hukum Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa Di Indonesia (Studi Kasus Pt. Asuransi Jiwasraya). Jurnal Hukum dan Etika Kesehatan, 84-94.
Agus Wasita. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asu ransi Jiwa.
Jurnal Becoss. 2(1). doi : h tt p s: / /doi.o r g / 10.309 9 7/ j h d.v 7 i1.3844
Adji Solaiman. (2018). Perlindungan Hukum Pembeli Polis Asuransi Online. Ju
Hukum Bisnis. 2(2). doi : 10.30997/jhd.v7i1.3844
Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pres, 1984, Hlm 133
Ricardo Simanjuntak, “Akibat Dan Tindakan-Tindakan Hukum Terhadap Pencantuman Klausula Baku Dalam Polis Asuransi Yang Bertentangan Dengan Pasal 18 Undang- Undang No. 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, Artikel, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, No. 2, Tahun 2003 Undang-Undang Indonesia:
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Asuransi
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Kitab Undang Undang Hukum Dagang Internet:
ht
t p s : / / www .j iw asr a ya.c o . i d ht
t p s : / / www . b p k . g o . i d , siaran pers Badan pemeriksaan keuangan