• Tidak ada hasil yang ditemukan

tanggung jawab perdata perusahaan pelayaran terhadap

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "tanggung jawab perdata perusahaan pelayaran terhadap"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYARAN

(Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020)

SKRIPSI

Oleh

Silvi Fajar Karunia 21801021088

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG 2021

(2)

i

TANGGUNG JAWAB PERDATA PERUSAHAAN PELAYARAN TERHADAP BARANG ANGKUTAN ATAS PERISTIWA KECELAKAAN KAPAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PELAYARAN

(Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh

Silvi Fajar Karunia 21801021088

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG 2021

(3)
(4)

ix

BARANG ANGKUTAN ATAS PERISTIWA KECELAKAAN KAPAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PELAYARAN

(Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020) Silvi Fajar Karunia

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang Jl. Mayjen Haryono Nomor 193, Kota Malang

Email: [email protected]

Pada skripsi ini, penyususn mengangkat permasalahan Tanggung Jawab Perdata Perusahaan Pelayaran Terhadap Barang Angkutan Atas Peristiwa Kecelakaan Kapal Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020). Pemilihan tema tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya kecelakaan kapal yang terjadi saat ini serta tanggung jawab yang dapat diberikan oleh Perusahaan Pelayaran terhadap pihak yang dirugikan.

Berdasarkan latar beakang tersebut, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut terhadap pemilik barang angkutan atas peristiwa tenggelamnya kapal? 2.

Bagaimana putusan Mahkamah Pelayaran kepada Perusahaan Pelayaran terhadap barang angkutan atas tenggelamnya kapal? Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, dan konseptual. Pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan, dengan bahan hukum primer, sekunder, maupun non hukum. Selanjutnya bahan hukum dikaji dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dalam penelitian untuk menjawab isu hukum dalam penelitian.

Hasil penelitian ini, PT. ASDP selaku pengangkut bertanggung jawab atas kerugian karena sebagian muatan musnah yang diakibatkan tenggelamnya kapal KMP. Saluang yang disebabkan oleh kelalaian dari Nahkoda yang bekerja dibawahnya. Tanggung jawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut menganut prinsip presumption of liability. Dalam putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020 tidak menyebutkan mengenai ganti rugi Perusahaan Pelayaran kepada pemilik barang, dikarenakan kompetensi dan yuridiksi yang dimiliki Mahkamah Pelayaran sangat terbatas. Mahkamah Pelayaran hanya sebatas menjatuhkan hukuman yang bersifat administratif terhadap Nahkoda. Apabila kurang puas atas ganti rugi maka pihak yang dirugikan bisa mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri dengan dasar putuusan Mahkamah Pelayaran.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perusahaan Pelayaran, Kecelakaan Kapal, Ganti Rugi

(5)

x

TRANSPORTATION GOODS FOR SHIP ACCIDENT EVENTS REVIEWING FROM LAW NUMBER 17 OF 2008 REGARDING SHIPPING

(Study on the Decision of the Shipping Court Number HK.212/01/I/MP.2020) Silvi Fajar Karunia

Faculty of Law, University of Islam Malang Jl. Mayjen Haryono Nomor 193, Kota Malang

Email: [email protected]

In this thesis, the authors raised the issue of the Civil Liability of Shipping Companies Against Transport Goods for Ship Accidents Judging from Law Number 17 of 2008 concerning Shipping (Study of the Shipping Court Decision Number HK.212/01/I/MP.2020). The choice of the theme is motivated by the number of shipwrecks that have occurred at this time and the responsibilities that the Shipping Company can give to the aggrieved parties.

Based on the background, this paper raises the formulation of the problem as follows: 1. What is the responsibility of the Shipping Company as the carrier to the owner of the goods for the sinking of the ship? 2. What is the decision of the Shipping Court to the Shipping Company on the transportation of goods for the sinking of the ship? This research is a normative juridical research using a statutory, conceptual, and case approach. Collection of legal materials through literature study, with primary, secondary, and non-legal legal materials. Furthermore, legal materials are studied and analyzed using research approaches to answer legal issues in research.

The results of this study, PT. ASDP as the carrier is responsible for the loss because some of the cargo was destroyed due to the sinking of the KMP ship. Saluang caused by the negligence of the Master who works under him. The responsibility of the Shipping Company as the carrier adheres to the principle of presumption of liability. In the decision of the Shipping Court Number HK.212/01/I/MP.2020 there is no mention of compensation for the Shipping Company to the owner of the goods, because the competence and jurisdiction of the Shipping Court is very limited. The Shipping Court is only limited to imposing an administrative sentence on the captain.

If they are not satisfied with the compensation, the aggrieved party can file a lawsuit to the District Court on the basis of the Shipping Court's decision.

Keyword: Liability, Shipping Company, Ship Accident, Compensation

(6)

1 1. Latar Belakang

Laut Indonesia mempunyai peran yang sangat penting bagi bangsa Indonesia yakni laut sebagai sarana penyatu bangsa, penghubung sumber daya, alat perhubungan, media diplomasi, serta laut menjadi media pertahanan dan keamanan.1 Dilihat dari kondisi wilayah negara Indonesia sebagai negara berkepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah perairan yang sangat besar dibandingkan dengan wilayah daratan merupakan alasan yang memastikan pentingnya jasa angkutan laut dalam hal menghubungkan antar pulau.2

Pengangkutan di Indonesia mempunyai kedudukan yang berpengaruh dalam hal mengembangkan serta memperlancar kegiatan lalu lintas perjalanan dan perdagangan di dalam negeri maupun di luar negeri, maka dengan adanya pengangkutan bisa memudahkan peredaran barang pihak produksi ke tangan konsumen sehingga kebutuhan yang di perlukan dapat terpenuhi.3 Selain itu pengangkutan juga berperan sebagai pendorong ataupun penunjang serta sebagai penggerak untuk daerah yang memiliki potensi untuk berkembang,

1 Eka Martiana Wulandari. (2014) Penegakan Hukum di Laut dengan Sistem Single Agency Multy Tasks. Diakses pada tanggal 19 September 2021 pukul 21.26 WIB.

https://www.rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/PENEGAKAN%20HUKUM%20DI%20LAUT%

20DENGAN%20SISTEM%20SINGLE%20AGENCY%20MULTY%20TASKS.pdf

2 Hasim Purba. 2005, Hukum Pengangkutan Di Laut Perspektif Teori dan Praktek, Medan: Pustaka Bangsa Press, h. 1.

3 Sendy Anantyo, et al., 2012. Pengangkutan Melalui Laut, Jurnal Hukum Dagang, Vol. 1 No. 4, h. 2.

(7)

tetapi bukan berkembang dalam hal upaya peningkatan serta pemerataan pembangunan dan juga dari hasil-hasilnya.

Fungsi dari pengangkutan ialah untuk memindahkan barang atau orang dari tempat satu ke tempat lainnya dengan tujuan meningkatkan daya guna dan juga nilai. Pengetian pengangkutan laut yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana seorang pengangkut mengikatkan dirinya untuk melaksanakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan seorang pengirim mengikatkan dan membayar ongkos angkutan.4

Sebelum melaksanakan pengangkutan barang melalui laut pihak yang berkepentingan yaitu pengirim dan pengangkut harus melaksanakan sebuah perjanjian pengangkutan laut, sebagai adanya bukti perjanjian pengangkutan adalah dengan diterbitkannya konosemen atau bill of lading.5

Berbicara tentang pengangkutan laut tak luput dari pemakaian kapal sebagai alat pengangkutan. Di dalam Pasal 1 angka (36) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran sebagai berikut:

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energy lainnya, ditarik atau ditunda, termaksud keadaan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

4 Rahmadita, N. A., & Nurbaiti, S., 2019. Tanggung Jawab Pengangkut Kepada Pemilik Barang Dalam Peristiwa Tubrukan Kapal Antara KM. Dewaruci Perkasa Dengan KM. Dolphin Nusantara dan KM.

Trijaya Lestari Di Alur Pelayaran Barat Surabaya (Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor Hk.

210/3/I/Mp. 18), Reformasi Hukum Trisaki, Vol. 1., No. 1, h. 2.

5 Abdulkadir Muhammad. 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, h.

159

(8)

Dengan semakin majunya tranportasi laut dan semakin banyaknya penggunaan kapal laut oleh masyarakat, maka semakin banyaknya terjadinya angka kecelakaan transportasi laut. Di dalam melaksanakan pengangkutan barang yang melalui laut, tentunya terdapat beberapa resiko, baik dikarenakan oleh faktor alam ataupun faktor dari kesalahan manusia yang bisa mengakibatkan barang yang diangkutnya musnah, hilang, ataupun rusak sehingga dapat menyebabkan barang tersebut berkurang nilainya dan menimbulkan kerugian bagi pihak pemilik barang.6

Pada era sekarang kecelakaan kapal sudahlah menjadi hal yang sangat biasa. Hal semacam ini bisa membuktikan dengan maraknya berita tentang kecelakaan kapal yang terus menerus tanpa adanya peningkatan pengawasan dan pemeriksaan dari pihak yang berwenang. Salah satu contoh kasus tenggelamnya KMP. Saluang di depan dermaga Pelabuhan Penyebrangan Sunyat Kabupaten Sekandau Kalimantan Barat, yang memuat 12 orang awak kapal dan 17 orang penumpang, serta mengangkut barang muatan berupa 5 unit truk bermuatan karet dan besi, 1 unit truk kososng, 1 unit mobil box dan 1 unit mobil Innova. Dengan rute perjalanan Dermaga Pelabuhan penyebrangn Sunyat dengan tujuan Dermaga Pelabuhan Penyebrangan Sungai Asam pada tanggal 22 April 2019.

6 Annisa, N., & Nurbaiti, S., 2020. Tanggung Jawab Pengangkut Atas Musnahnya Barang Akibat Tenggelamnya Kapal KLM Pulau Bontong Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus: Putusan Nomor 804/Pdt. G/2017/Pn Jkt. Sel), Jurnal Hukum Adigama, Jul. Vol. 3., No. 1., h. 495.

(9)

Dalam kurun waktu satu dekade belakangan ini terjadinya kecelakaan kapal tidak pernah berkurang. Bahkan kecelakaan kapal ini teruslah terjadi disetiap tahunnya. Kecelakaan kapal biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, kelebihan muatan, maupun kapal yang belum memenuhi standar kelaiklautan.

Ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kapal didalam pelayaran Indonesia.

Pertama yaitu keadaan armada pelayaran. Kapal yang dipergunakan untuk transportasi dibuat tanpa adanya standart keamanan yang baik. Sementara itu armada kapal yang terdapat di Indonesia umumnya bekas dari negara lain yang dibeli oleh Perusahaan Pelayaran di Indonesia. Biasanya usia dari kapal bekas dari negara lain tersebut sudah lumayan tua dan tidak laik laut serta perawatannya juga dibawah standar. Keadaan ini tergolong dalam kategori faktor internal, yang mana penyebab dari kecelakaan berdasarkan keadaan kapal tersebut.

Faktor kedua yakni dari segi operasional dari pemakaian kapal tersebut.

Faktor ini timbul karena kurangnya pengawasan keselamatan pelayaran dari pihak yang berwenang. Faktor kedua ini termasuk golongan eksternal, dimana kecelakaan kapal disebabkan oleh faktor luar yang benar-benar berakibat atas keselamatan serta keamanan kapal. 7

Selain penyebab dari keadaan-keadaan yang telah disebutkan, kecelakaan kapal juga bisa disebabkan dari kesalahan manusia (human error) walaupun disebabkan dari faktor alam. Negara Indonesia mempunyai kondisi teritorial

7 Aswab Nanda Pratama. (2018), Ini Faktor-faktor yang Sering Jadi Penyebab Kapal Tenggelam, Diakses pada 30 September 2021. https://nasional.kompas.com/read/2018/06/23/21370511/ini-faktor- faktor-yang-sering-jadi-penyebab-kapal-tenggelam?page=all

(10)

geografisnya memungkinkan cuaca buruk dalam waktu tertentu. Tingginya gelombang air laut serta putaran air di laut bukan hanya menguntungkan bagi transportasi laut, tapi juga menyimpan misteri dan fenomena, oleh karena itu sangat dibutuhkan pelaut yang berkompeten saat melewati perairan Indonesia.

Dalam kejadian kecelakaan kapal harus menjadi tanggungjawab semua pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pelayaran. Tidak hanya pemerintah, melainkan juga syahbandar, nahkoda, pemilik atau operator kapal, petugas pandu laut, badan usaha pelabuhan, UPT, dan marine inspector.

Bukan hanya Nahkoda, pihak yang ikut bertanggungjawab ketika terjadinya kecelakaan yaitu perusahaan pelayaran. Didalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran telah disebutkan bahwa: “Perusahaan angkutan di perairan bertanggungjawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkut.”

Perusahaan pelayaran akan bertanggung jawab jika terjadi kematian atau lukanya penumpang, musnah serta hilang atau rusaknya barang yang diangkut, keterlambatnya transportasi untuk penumpang dan/atau barang yang diangkut, serta timbulnya kerugian dari pihak ketiga.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut tentang pertanggung jawaban PT dalam kecelakaan pelayaran maka penulis memilh judul

“Tanggungjawab Perdata Perusahaan Pelayaran Terhadap Barang Angkutan atas Peristiwa Kecelakaan Kapal Ditinjau dari Undang-

(11)

Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran” (Studi Kasus Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/1/MP.2020)

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut terhadap pemilik barang angkutan atas peristiwa tenggelamnya kapal?

b. Bagaimana putusan Mahkamah Pelayaran kepada Perusahaan Pelayaran terhadap barang angkutan atas tenggelamnya kapal?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tanggung jawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut terhadap pemilik barang atas peristiwa tenggelamnya kapal.

b. Untuk mengetahui bagaimana putusan Mahkamah Pelayaran kepada Perusahaan Pelayaran terhadap barang angkutan yang di derita oleh pemilik barang akibat dari tenggelamnya kapal.

4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penulisan tugas akhir ini dapat dipandang dari dua sisi pandang yaitu manfaat secara teoristis dan secara praktis.

a. Secara Teoristis

Hasil dari penelitian ini penyusun berharap bisa memberi masukan maupun bantuan pemikiran didalam memajukan khazanah ilmu pengetahuan hukum pengangkutan dilaut bagi mahasiswa terutama terkait tentang tanggung jawab perdata perusahaan pelayaran terhadap barang angkutan saat peristiwa kecelakaan kapal.

b. Secara Praktis

(12)

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat agar mengetahui dan paham mengenai tanggung jawab perusahaan pelayaran terhadap barang angkutan jika terjadi peristiwa kecelakaan kapal. Penyusun berharap bisa memberikan informasi tentang hukum pengangkutan kepada kalangan akademis dalam melaksanakan penelitian serta pengkajian yang lebih mendalam.

2. Bagi Perusahaan Pelayaran

Hasil dari penelitian ini penyusun berharap bisa memberikan bahan ajaran atau rujukan terhadap perusahaan pelayaran terkait tanggung jawab perdata perusahaan pelayaran terhadap barang angkutan saat terjadi kecelakaan.

3. Bagi Pemerintah

Penyusun berharap hasil dari penelitian ini dapat berguna untuk pemerintah terkait pelaksanaan, pengolahan, maupun pengawasan di bidang pelayaran untuk membantu mengurangi kecelakaan kapal.

4. Bagi Penyususn

Bermanfaat bagi penyusun, yaitu dengan bertambahnya wawasan khususnya di bidang hukum pengangkutan laut.

5. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan jenis penelitian yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang dilaksanakan dengan cara meneliti

(13)

bahan pustakan atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan yang berkaitan dengan isu hukum yang akan dibahas.8

b. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan pendekatan perundang- undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) untuk menemukan jawaban atas isu hukum yang diangkat dalam penelitian ini. Menurut Peter Mahmud Marzuki “pendekatan undang-undang dilaksanakan dengan menelaah semua undang-undang serta regulasi yang bersangkutan dengan isu-isu hukum yang sedang ditangani”.9 Adapun tujuan didalam penelitian ini untuk mempelajari kesesuaian mengenai pengaturan tanggung jawab perusahaan pelayaran secara khusus didalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dalam hubungan atas pelanggaran yang menimbulkan sanksi perdata terhadap pelanggaran yang dilakukan.

Sedangkan pendekatan konseptual (conceptual approach) menurut Peter Mahmud Marzuki ialah “pendekatan yang bermulai dari pandangan- pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum yang bisa menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi”.10 Tujuan dari penggunaan

8 Soerjono dan Sri Mamudji. 2006, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:

Rajawali Pers, h. 13

9 Peter Mahmud Marzuki. 2005, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kencana, h. 195.

10 Ibid.

(14)

pendekatan ini untuk mengnalisis kerangka berfikir atau kerangka konseptual yang sesuai dengan penelitian ini. Sehingga diperlukanya penyajian teori-teori maupun konsep-konsep yang berkaitan dengan kebijakan hukum perdata dan teori lainnya yang relevan.

c. Jenis Bahan Hukum

Didalam penelitian hukum normatif atau bisa disebut dengan penelitian kepustakaan (library research) teknik pengumpulan datanya menggunakan studi kepustakaan atas bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder ataupun bahan non hukum, yakni sebagai berikut:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer ialah bahan hukum yang memiliki sifat autoritatif, bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang- undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam penyusunan undang-undang serta putusan-putusan dari hakim.11 Dalam penelitian ini penyususn menggunakan beberapa bahan hukum primer yaitu:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

c) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

11 Peter Mahmud Marzuki. 2016, Penelitian Hukum Edivi Revisi, Jakarta: Kencana, h. 181

(15)

d) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan

e) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal

f) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2016 Tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyeberangan

g) Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/1/MP.2020

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang berupa semua publikasi terkait hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, yang dimaksud publikasi terkait hukum meliputi buku-buku, jurnal hukum, skripsi serta komentar dari putusan pengadilan,12 yang masih berkaitan dengan isu hukum yang di angkat dalam penelitian.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang sifatnya sebagai pelengkap serta memperluas dan memperkaya wawasan terkait bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier bisa berupa kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

12 Ibid.,

(16)

ensikolopedia, selama masih memiliki relevansi dengan isu hukum dalam penelitian.13

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara penelurusan guna mencari bahan-bahan hukum yang relevan terhadap isu yang dialami.14 Penyusun telah menyebutkan pendekatan perundang-undangan (statute approach) maka penyusun harus mengkaji, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan isu hukum yang diangkat.15 Penyusun juga menyebutkan pendekatan konseptual (conceptual approach) maka pengumpulan bahan hukum dilaksanakan dengan cara mengkaji, menganalisis, serta mengklasifikasikan dari bahan hukum sekunder dan bahan non hukum yang masih erat kaitannya dengan isu hukum yang akan diteliti.16

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap bahan hukum yang telah didapat dengan mengacu kepada landasan teoritis yang ada. Kemudian bahan hukum yang dihasilkan dari teknik analisis kualitatif, bahan hukum tersebut diuraikan secara deskriptif untuk mengahasilkan gambaran yang

13 Ibid., h. 183

14 Ibid., h. 237

15 Ibid., h. 237

16 Ibid., h. 239

(17)

bisa dipahami dengan jelas dan juga terarah untuk menjawab isu hukum yang sedang diteliti.17

6. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyelesaian tugas akhir ini terdiri menjadi 4 bab, dimana dalam tiap babnya mengandung beberapa subbab dengan pembahasan utama yang mendasar di dalam bab tersebut. Tujuan sistematika penulisan ini adalah untuk memudahkan para pembaca agar dapat memahami serta emperoleh gambaran apa yang akan disajikan. Secara garis besar, sistematika penulisan tugas akhir ini yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi dan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan umum tentang pengangkutan (definisi pengangkutan, pengertian perjanjian pengangkutan, fungsi dan tujuan pengangkutan, dan jenis-jenis pengangkutan), tinjauan umum tentang kegiatan dan perusahaan pelayaran (pengertian, jenis-jenis, asas dan tujuan kegiatan pelayaran, definisi perusahaan

17 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 182.

(18)

pelayaran), tinjauan umum tentang kecelakaan kapal (definisi dan faktor penyebab terjadinya kecelakaan kapal), tinjauan umum tentang tanggung jawab pengangkut (pengertian tanggung jawab, tanggung jawab perusahaan pengangkut menurut KUHD dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008, dan prinsip tanggung jawab pengangkut), tinjauan umum tentang mahkamah pelayaran (dasar hukum pembentukan mahkamah pelayaran, kedudukan dan fungsi, yuridiksi mahkamah pelayaran dan tata cara pemeriksaan lanjutan terhadap kecelakaan kapal).

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil dari penelitian yang diperoleh dari rumusan masalah yang meliputi: bagaimana tanggungjawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut terhadap pemilik barang dalam peristiwa tenggelamnya kapal dan bagaimana putusan Mahkamah Pelayaran kepada Perusahaan Pelayaran terhadap barang angkutan atas tenggelamnya kapal.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan serta saran berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah dan solusi dari masalah tersebut.

(19)
(20)

88 1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yakni:

a. Berdasarkan peraturan Pasal 40 ayat (1), Pasal 41 ayat (1) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran juncto pasal 468 KUHD, PT. ASDP selaku pengangkut bertanggung jawab atas kerugian karena sebagian muatan musnah yang diakibatkan tenggelamnya kapal KMP. Saluang yang disebabkan oleh kelalaian dari Nahkoda yang bekerja dibawahnya. Tanggung jawab Perusahaan Pelayaran selaku pengangkut menganut prinsip presumption of liability dimana pengangkut selalu dianggap bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan. Jika pengangkut bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah maka tidak di wajibkan untuk membayar sebuah kerugian. Berhubung Seorang Nahkoda yang bekerja kepada perusahaan pelayaran tersebut berada di bawah tanggung jawabnya, apabila terjadi kesalahan dan/atau kelalaian maka perusahaan pelayaran secara tidak langsung bertanggung jawab untuk mengganti kerugian, mengenai hal tersebut telah diatur dalam Pasal 1367 KUHD.

b. Dalam putusan Mahkamah Pelayaran Nomor HK.212/01/I/MP.2020 tidak menyebutkan mengenai ganti rugi Perusahaan Pelayaran kepada pemilik barang, dikarenakan kompetensi dan yuridiksi yang dimiliki Mahkamah Pelayaran sangat terbatas. Mahkamah Pelayaran hanya sebatas

(21)

menjatuhkan hukuman yang bersifat administrative terhadap seorang Nahkoda. Cara yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan yaitu dengan mengeklaim asuransi dikarenakan dalam Pasal 41 ayat (3) dan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, perusahaan pengangkut berkewajiban untuk mengangsuransikan tanggung jawabnya. Apabila nantinya pihak yang dirugikan merasa kurang puas atas ganti rugi yang di berikan oleh perusahaan asuransi, maka pihak yang dirugikan bisa mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri dengan dasar putuusan Mahkamah Pelayaran.

2. Saran

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat memberikan saran sebaagai berikut:

a. Saat ini intensitas kegiatan pelayaran di wilayah perairan Indonesia sangatlah meningkat, hal tersebut akan memicu semakin banyaknya kejadian kecelakaan laut. Untuk meminimalisir banyaknya kecelakaan laut maka Perusahaan Pelayaran harus merekrut para awak kapal yang cakap dan berpengalaman dalam menjalankan pekerjaan profesinya agar tidak merugikan beberapa pihak di dalam pengangkutan.

b. Keberadaan Pengadilan Pelayaran sangat di butuhkan di negara Indonesia untuk menangani kasus dalam pelayaran yang berkaitan dengan bidang keperdataan, seperti halnya dengan Pengadilan Pajak, Pengadian Perikanan dan Pengadilan Konsumen. Saat ini yuridiksi dan kompetensi Mahkamah Pelayaran hanya sebatas pengenaan sanksi administratif terkait

(22)

profesi kepelautan, apabila terjadi masalah keperdataan terkait kecelakaan kapal maka harus di ajukan di Pengadilan Umum. Perihal tersebut dirasa Peradilan Umum kurang membidangi dalam masalah kelautan. Mahkamah Pelayaran harus memiliki yuridiksi dan kompetensi di dalam masalah keperdataan, ekonomi, dan juga pidana. Dengan adanya yuridiksi dan kompetensi tersebut kasus-kasus kecelakaan kapal maupunn masalah laut lainnya akan terselesaikan secara optimal dan tidak memakan banyak waktu.

(23)
(24)

91

Abdulkadir Muhammad. 1991, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

. 1994, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Bandung: Citra Aditya Bakti.

. 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Andi Hamzah. 2005, Kamus Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia.

Andrian B. Lapian. 2009, Orang Laut Bajak Laut Raja Laut: Seajarah Kawasan Laut Sulawesi, Jakarta: Komunitas Bambu.

Arrasyid Nurazmi. 2018, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pengangkutan Barang Penumpang Melalui Kapal Ferry di PT Pelnas Baruna Jaya Kepuauan Riau, Yogyakarta: FH UII.

Capt. Tjahjo Willis Gerilyano, 2010, Slide Etika Persidangan ddan Metode Penulisan Putusan Mahkamah Pelayaran, Jakarta: Mahkamah Pelayaran.

Chandra Motik, 2003, Menyongsong Ombak Laut, Jakarta: Genta Sriwijaya.

Djafar Al Bram. 2011, Pengantar Hukum Pengangkutan Laut (BUKU II) Tanggung Jawab Pengangkut, Asuransi, dan Incoterm, Jakarta: PKIH FH-UP.

Engkos Kosasih. dan Hananto Soewedo. 2007, Manajemen Perusahaan Pelayaran:

Suatu Pendekatan Praktis Dalam Bidang Usaha Pelayaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Etty R. Agoes. 2005, Laporan Akhir Tim Analisis Evaluasi Peraturan Perundang- Undangan Tentang Yurisdiksi dan Kompetensi Mahkamah Pelayaran, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI.

Martono, HK. 2011, Transportasi di Perairan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(25)

Hasim Purba. 2005, Hukum Pengangkutan Di Laut Perspektif Teori dan Praktek, Medan: Pustaka Bangsa Press.

John M Echolis dan Hassan Sadily. 1998, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa Indah.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi. 2008, Laporan Analisa Trend Kecelakaan Kapal 2003-2008, Jakarta: Departemen Perhubungan Laut.

Lois Adi Putra. 2013, Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara, Skripsi, Makasar: Fakultas Hukum Universitas Hasanudin.

H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono. 2011, Tansportasi di Perairan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Hussyen Umar, M. 2001, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran di Indoneisa Buku ke I, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

. 2001, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran Di Indonesia Buku ke II, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

. 2008, Negara Kepulauan Menuuju Negara Maritim (Bab 14:

Nenerapa Catatan Atas UU No. 17/2008), Jakarta: Ind-Hilco.

Mahkamah Pelayaran. 2009, Materi Sosialisasi RekritmenAnggota Mahkamah Pelayaran, Jakarta: Mahkamah Pelayaran.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Peter Mahmud Marzuki. 2016, Penelitian Hukum Edivi Revisi, Jakarta: Kencana.

Purwosutjipto, H.M.N. 1981, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3 Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan.

. 1989, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 5 Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat, Jakarta: Djambatan.

Ridwan Khairandy. 2017, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Cetakan Ketiga revisi kedua, Yogyakarta: FH UII

Soerjono dan Sri Mamudji. 2006, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Pers.

(26)

Satjipto Rahardjo. 2006, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Suwarno. 2011, Manajemen Pemasaran Jasa Perusahaan Pelayaran, Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Sylvia Fransiska Tan. 1988, Pertanggungan Penumpang pada Kecelakaan Kapal di Perairan Pendalaman Kalimantan Barat, Depok: Universitas Indonesia.

Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pengusaha Angkutan Laut

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2016 tentang Kewajiban

Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyebragan Jurnal

Annisa, N., & Nurbaiti, S., 2020. Tanggung Jawab Pengangkut Atas Musnahnya Barang Akibat Tenggelamnya Kapal KLM Pulau Bontong Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus:

Putusan Nomor 804/Pdt. G/2017/Pn Jkt. Sel), Jurnal Hukum Adigama, Jul.

Vol. 3., No. 1.

Massie, E, et al., (2021). Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerusakan Dan Kehilangan Barang Dengan Menggunakan Transportasi Laut, Lex Privatum, Vol. 9., No. 3.

Nober Marthen, 2015. Tinjauan Yuridis Tanggung Jawab Nahkoda Dalam Pengangkutan Barang di Laut, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Vol. 3., No. 6.

Rahmadita, N. A., & Nurbaiti, S., 2019. Tanggung Jawab Pengangkut Kepada Pemilik Barang Dalam Peristiwa Tubrukan Kapal Antara KM. Dewaruci Perkasa Dengan KM. Dolphin Nusantara dan KM. Trijaya Lestari Di Alur

(27)

Pelayaran Barat Surabaya (Studi Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor Hk.

210/3/I/Mp. 18), Reformasi Hukum Trisaki, Vol. 1., No. 1.

Ridwan Labatjo, 2019. Analisis Yuridis Tentang Kedudukan Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Absolut Of Liability) Dalam Penyelenggaraan Pengangkutan Barang Dengan Kapal Laut Di Indonesia, Jurnal Yustisiabel, Vol. 3., No. 1, h.

7.

Sendy Anantyo, et al., 2012. Pengangkutan Melalui Laut, Jurnal Hukum Dagang, Vol. 1 No. 4.

Setiana Baiq, 2015, Prinsip-Prinsip Pokok Pengelolaan Jasa Transportasi Udara, Jurnal Ilmiah WIDYA, Sep. Vol. 3., No. 2.

Siwanto, Ade Hari, 2018. Kewenangan Yuridis Mahkamah Pelayaran Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan, Lex Jurnalica, Vol. 15., No. 3.

Internet

Aswab Nanda Pratama. (2018), Ini Faktor-faktor yang Sering Jadi Penyebab Kapal Tenggelam, Diakses pada 30 September 2021.

https://nasional.kompas.com/read/2018/06/23/21370511/ini-faktor-faktor- yang-sering-jadi-penyebab-kapal-tenggelam?page=all

Eka Martiana Wulandari. (2014) Penegakan Hukum di Laut dengan Sistem Single Agency Multy Tasks. Diakses pada tanggal 19 September 2021 pukul 21.26 WIB.

https://www.rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/PENEGAKAN%20HU KUM%20DI%20LAUT%20DENGAN%20SISTEM%20SINGLE%20AGE NCY%20MULTY%20TASKS.pdf

Hukumperseroanterbatas. (2016), Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, Diakses pada

tanggal 1 Desembar 2021 pukul 21.36 WIB.

https://www.hukumperseroanterbatas.com/articles/pemeriksaan- kecelakaan-kapal/

Imam Musjab, (2010), Prinsip Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan, Diakses pada tanggal 15 November 2021 pukul 23.13. http://ahliasuransi.com/prinsip- tanggung-jawab-dalam-pengangkutan/

(28)

UII. (2021), Mengenal Lebih Dekat Mahkamah Pelayaran Nasional, Diakses pada tanggal 23 November 2021 pukul 23.00. https://www.uii.ac.id/mengenal- lebih-dekat-tentang-mahkamah-pelayaran-nasional/

Referensi

Dokumen terkait

merupakan suatu jalan terakhir yang dipakai dalam suatu kasus kejahatan maupun pelanggaran terhadap hukum lingkungan, akan tetapi dapat pula langsung menggunakan

Skills possible to assess laboratory excercises Five Assessment Criteria Skills possible to assess Planning experiments Hypothesis/prediction Define variables Design procedure &