Ketika Nabi Musa menyampaikan ajaran tauhid kepada kaumnya, baginda mendapati umatnya menghalang langkah dakwahnya, contohnya dengan tipu daya atau khianat. Usaha menghalang dakwah Nabi Musa dicetuskan oleh Firaun dan konco-konconya, begitu juga yang dicetuskan oleh Bani Israil sendiri iaitu Qarun dan Samiri. Inti masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah pengkhianatan yang dilakukan untuk menghalang dakwah Nabi Musa dan menghancurkan serta mengingkari ajaran tauhid.
Berdasarkan penelitian literatur yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa pengkhianatan Nabi Musa di Mesir bertujuan untuk menolak dan mengingkari ajakan dan ajaran tauhid yang dibawanya.
نيحرلا نوحرلا هاللّ نسب
هلل دوحلا ةلاصلاو نيدلا و ايندلا روهأ ىلع نيعتسن هبو نيولاعلا بر
هيس نيلسرولاو ءايبنلأا فرشأ ىلع ملاسلاو هوحه اند
هباحصاو هلا ىلع و د
نيعوجأ
Latar Belakang Masalah
Kerajaan di Mesir terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode pertama disebut Kerajaan Lama dan berdiri pada tahun 3100-2181 SM,1 periode kedua disebut Kerajaan Mesir Tengah yang berdiri pada tahun 2040-1730 SM. Kerajaan Mesir Baru didirikan pada tahun 1570-1070 SM.3 Kerajaan-kerajaan ini telah mempunyai sistem pemerintahan yang jelas, dipimpin oleh seorang raja yang diberi gelar Firaun. Pertama, kepercayaan masyarakat Mesir bahwa Firaun adalah anak dewa Re atau dewa matahari. Ia dilahirkan pada tahun 1285 SM7, yang bertepatan dengan tahun firaun menyembelih bayi laki-laki.
Peti mati yang dilempar Ayareka8 ditemukan oleh Asiyah, istri Firaun, dan Musa dijadikan anak angkat dari Firaun yang memerintah saat itu yaitu Ramses II. 147.; Firaun yang memerintah pada zaman Musa adalah Marenptah, salah satu penguasa dinasti ke-19. Penipuan yang dilakukan melalui konspirasi, salah satunya adalah pertarungan gaib antara Nabi Musa dengan para dukun di Mesir.
Pegawai istana Firaun terdiri daripada Majlis Tentera dan Majlis Sihir Tertinggi, mereka sering memberi nasihat sama ada Pertempuran sihir itu disebabkan oleh penolakan Firaun terhadap ajakan Nabi Musa untuk menyembah Tuhan semata-mata dan dengan keengganan untuk membiarkan umat Nabi membawa Musa. (Bani Israel) ke tanah Kanaan. Firaun membalas Musa dengan sihir, kerana tradisi yang berkembang di Mesir pada masa itu adalah sihir.
Menariknya, rencana tersebut diperoleh dari campur tangan pejabat Mesir (Hâmân) yang menurut penulis merupakan pemerintahan bayangan26 dari pemerintahan Firaun. Kedua, pengkhianatan yang ditujukan kepada Nabi Musa merupakan bentuk pengkhianatan yang dilakukan kaumnya sendiri, padahal bani Israil diusir dari kekuasaan kejam Firaun.
Batasan dan Rumusan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tinjauan Pustaka
Harun Yahya pada Bab 6 membahas tentang rencana melawan Nabi Musa yang dilakukan oleh Fir'aun dan pejabat Mesir. Penulis akan melanjutkan penelitiannya mengenai upaya makar yang dilakukan Bani Israil terhadap Nabi Musa dan dampaknya terhadap pelakunya, serta pengaruhnya terhadap perkembangan doktrin tauhid. Pembahasan komplotan melawan nabi Musa di Mesir juga dibahas dalam buku ini, namun penulis tidak mencantumkan referensi atau sumber referensi dalam tulisannya.
Tesis Fauzan Adhim yang berjudul “Analisis Kepemimpinan Fir’aun dalam Perspektif Al-Qur’an Psikologi dan Sosiologi Kepemimpinan”, program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016. Adhim menjelaskan tentang model kepemimpinan Fir’aun di Mesir dan dikorelasikan dengan ayat Alquran, jelasnya. Beliau juga membahas tentang penipuan atau pengkhianatan yang dilakukan Fir'aun kepada Nabi Musa, namun tidak menjelaskan secara detail karena fokus kajiannya adalah pada gaya kepemimpinan Fir'aun.
Abdullah Syafi'ie membahas tentang larangan puasa pada hari Sabtu yang dijelaskan melalui Al-Qur'an dan hadis. Hal ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk membahas lebih jelas dan rinci masalah pengkhianatan terhadap Nabi Musa. Skripsi berjudul “Keberagaman Nabi Musa” yang ditulis oleh Adrika Fithrotul Aini, Jurusan Al-Qur'an dan Tafsir, Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014.
Adrika membahas tentang sejarah hidup Nabi Musa sejak lahir hingga dewasa dan mendalami persoalan agama atau misalnya keimanan Nabi Musa kepada Allah. Penulis tidak memaparkan secara rinci proses dakwah dan rencana jahat yang dilakukan umat Nabi Musa sebagai bentuk penolakan dakwah.
Landasan Teori
12. diam, tetapi Tuhan membalas tipu daya mereka dengan menggantikan wajah orang yang akan membunuh dengan wajah Yesus. Menurut penyampaian konsep di atas, perbahasan tentang mengkhianati Nabi yang sedang kita bahas adalah muslihat manusia untuk menentang dan mengingkari ajaran tauhid yang dibawa oleh Rasulullah. Percubaan licik yang dibuat dengan rancangan jahat dan licik serta secara senyap-senyap. Namun demikian, Allah akan membalas tipu daya yang dirancang dengan tipu daya yang serupa.
Ruang lingkup pendekatan sosiologi adalah pembahasan mengenai kelompok sosial, jenis hubungan sosial, konflik, motif suatu tindakan, dll.38 Pendekatan ini diharapkan dapat menjelaskan secara rinci konflik-konflik yang muncul pada masa Nabi Musa di Mesir. Konflik yang dimaksud adalah tindakan makar, baik yang menggambarkan faktor atau latar belakang serta akibat dari makar tersebut. Konflik dapat menjadi suatu keharusan karena dapat membawa perubahan yang diperlukan bagi perkembangan individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.39 Teori konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser terbagi menjadi dua jenis konflik dasar, yaitu realistis dan non-realistis. konflik. Penyebab konflik yang muncul adalah konflik antar agama, yaitu antara keyakinan politeistik dan ajaran tauhid.
Selain memperkuat solidaritas sosial, Coser juga menyatakan bahwa konflik menyebabkan anggota masyarakat yang terisolasi harus berperan aktif. Dapat kita simpulkan bahwa Fir'aun sebagai salah satu penggerak penipuan tersebut berusaha menjaga jati diri keyakinannya agar tidak menyatu dengan keyakinan baru yang dibawa Nabi Musa. Dalam melakukan penipuannya, Fir'aun bersekutu dengan pihak lain yaitu Qarun sebagai tangan kanan Fir'aun untuk menghancurkan Nabi Musa.
Di tengah konflik, ada masyarakat yang terasing dari kehidupan keagamaan masyarakat Mesir yang mulai memprotes rencana pembunuhan yang merupakan salah satu tipu daya firaun. Coser menyatakan bahwa konflik mempunyai peran positif dalam sistem sosial melalui perubahan sosial akibat konflik.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang digunakan untuk menemukan gambaran peristiwa dan peristiwa masa lalu secara kronologis. Kedekatan intelektual dalam penelitian ini adalah pengalaman penulis dalam mengambil mata kuliah Sejarah Dunia I; Pembahasan Mesir Kuno dikaitkan dengan Nabi Musa, sehingga menjadi minat tersendiri bagi penulis. Penulis mengumpulkan data dari sumber tertulis sejarah yang berkaitan dengan subjek dan objek penelitian.
Pengumpulan sumber dalam penelitian ini dilacak dan dicari di beberapa perpustakaan, misalnya Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, perpustakaan pusat UIN Sunan Kalijaga, Grahatama Pustaka Yogyakarta dan Perpustakaan St. Sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an dan beberapa kitab tafsir, sumber-sumber tersebut menjadi acuan utama untuk kelengkapan penelitian. Sumbernya berasal dari kitab-kitab, misalnya kitab Kisah Para Nabi, Sejarah Bani Israel dalam Alkitab dan Alquran, Sejarah Para Fir'aun dalam Alquran dan beberapa sumber lainnya.
Proses ini dilakukan melalui kritik eksternal dan internal yang berguna untuk menguji keaslian dan validitas sumber yang ada. Sedangkan untuk kritik internal diuji dengan meninjau para pemilik sumber sejarah.46 Pengujian data dilakukan dengan cara perbandingan antar sumber yang telah dikumpulkan. Misalnya saja pada buku terbitan Bulan Bintang bertajuk Transfer Kekuasaan di Timur Tengah, buku Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan, dan Harmoni Al-Qur'an karya M.
Quraish Shihab, buku Sejarah Bani Israel dalam Alkitab dan Al-Qur'an karya Louay Fatoohi dan Sheth al-Dargazelli, yang berbeda pendapat mengenai nama Fir'aun dan masa pemerintahan Fir'aun yang hidup pada masa Nabi Musa. Penulisannya dilakukan secara sistematis dan tematis sehingga diperoleh tulisan sejarah yang disusun secara kronologis berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ada.
Sistematika Pembahasan
Selama proses interpretasi, pengolahan data dilakukan dengan menguraikan data yang ada (analisis) dan merakit data tersebut (sintesis).Lewis Coser. Penulisan hasil penelitian sejarah ini memberikan gambaran yang jelas tentang proses penelitian dari awal sampai akhir, yang ditulis menurut metode penulisan sejarah. Pembahasan bab ini memberikan gambaran tentang keadaan kerajaan di Mesir pada masa Ramses II, meliputi kondisi agama, administrasi, sosial, ekonomi, dan politik.
Bab ini menggambarkan kondisi Bani Israel, termasuk kondisi keagamaan dan sosial baik sebelum kedatangan Nabi Musa maupun setelah kedatangan Nabi Musa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal mengenai faktor atau penyebab orang-orang yang menolak dan mengingkari doktrin tauhid. Pembahasan pada bab II mengarah pada pembahasan bab berikutnya terkait upaya makar yang ditujukan kepada Nabi Musa.
Pembahasan ini menegaskan maksud pengkhianatan terhadap Musa, baik yang dilakukan oleh Fir'aun maupun Bani Israil.
PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
- Identitas Diri
- Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
- Forum Ilmiah/Diskusi/Seminar
- Pengalaman Organisasi 1. Himpunan Mahasiswa Islam
Adapun Qarun, sebagai pemilik modal di Mesir, dia menekan orang-orang yang lebih rendah untuk membayarnya cukai yang tinggi, dan dia cuba melemahkan dakwah Nabi Musa dengan memfitnahnya. Begitu juga dengan Samiri sebagai salah seorang pelaku makar mengingkari ajaran tauhid dengan membuat patung anak lembu. Makar yang direncanakan oleh beberapa pihak mempunyai pengaruh terhadap pelaku sendiri, yang diintegrasikan baik untuk Kerajaan Mesir maupun Bani Israel.
Selain itu, tindakan pengkhianatan yang dilakukan menimbulkan perpecahan teologis, yakni pihak yang meyakini ajaran tauhid dan pihak yang tidak. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa persekongkolan terhadap Nabi Musa tidak berdampak pada dirinya, melainkan justru berdampak pada pelaku persekongkolan tersebut. Investigasi makar di Mesir harus tetap fokus pada penyelidikan mendalam terhadap salah satu bentuk pengkhianatan terhadap Nabi Musa.
Sebuah komplotan rahasia mukjizat, upaya ini menjadi konspirasi pertama Firaun untuk menentang ajaran tauhid, dan menjadi alasan bagi dia dan para pejabat kerajaan untuk merencanakan upaya konspirasi lainnya. Sebenarnya perlu adanya penelitian lanjutan mengenai makar, baik pembahasan makar yang ditujukan kepada Nabi maupun makar dalam konteks kekinian. Adhim, Fauzan “Analisis Kepemimpinan Fir’aun Dalam Perspektif Al-Qur’an Psikologi dan Sosiologi Kepemimpinan”.
Jurusan Peminatan Tafsir Al-Qur'an dan Ushuluddin serta Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. Kisah Nabi Musa dan Samiri dalam Al-Qur'an (Studi Banding Tafsir Al Alusi dan Sayyid Qutb).